Julia menarik nafas panjang berulang kali untuk menetralkan perasaan nya dan supaya tidak menangis juga, sungguh hati nya amat sakit sekali setiap kali Warti sang mertua mengeluarkan hinaan yang amat sangat pedih sekali untuk dia, kesalahan sedikit saja maka ia akan di maki habis habisan dengan segala macam di ungkit nya sampai di akar.
Menantu dalam keluarga ini ada lima jumlah nya dan mereka tinggal satu rumah karena oleh Warti tidak boleh pindah, boleh punya rumah sendiri namun hanya sesekali saja tinggal di rumah tersebut. harus lebih banyak di rumah ini saja, semua sudah punya rumah masing masing karena lima anak pun mendapat bagian kebun karet masing masing.
Tapi hanya boleh di huni di hari minggu saja untuk di anggap sebagai liburan, jarak nya memang jauh jauh dari rumah utama. rumah yang ada di sini sangat besar daj kamar nya juga banyak, memang keinginan Warti sejak dulu adalah tidak terpisah dengan anak anak nya.
Memang enak apa bila belum ada rezeki dan tinggal bersama dengan mertua serta ipar ipar yang lain, mana menantu nya wanita semua karena anak Warti lima jantan semua. sudah jelas kalau menantu wanita pasti akan bersaing untuk cari muka agar di anggap oleh Ndoro Ratu nya rumah ini.
Salah satu nya pasti ada yang tersisih dan Warti juga tipe mertua yang tidak baik, suka memandang harta dan bila yang paling rendah maka akan di bully habis habisan lalu di anggap sebagai beban yang amat hina. Julia adalah korban nya, karena dia bukan anak orang kaya sehingga tidak pernah di anggap sama sekali.
"Hiks, Hiks!" Julia menahan tangis sekuat tenaga agar jangan sampai terdengar yang lain.
Kalau yang lain dengar atau Warti sendiri maka hanya akan jadi masalah lagi, bukan nya iba atau sadar kalau Julia tertekan akan sikap mereka. tapi malah tambah mencela dan bawa bawa martabat orang tua, seperti ini lah hidup Julia selama lima tahun tinggal di sini.
"Ya Allah, aku tidak sanggup bila begini terus." keluh Julia pilu sekali mengingat semua hinaan.
"Nduk, yang sabar ya." Mbok yang sebagai pembantu tua di sini ikut iba.
"Mbok jangan menatap ku begitu, nanti aku tambah menangis." Julia mendongak agar air mata nya tidak turun.
"Kamu lagi hamil begini, kalau banyak pikiran kasihan anak nya." Mbok mengelus perut Julia yang masih datar.
"Gimana tidak ku pikirkan to, Mbok. mereka itu setiap saat selalu saja menghina ku, satu nya tidak maka yang satu akan menghina!" Julia sekuat tenaga menahan isak sampai dada terasa sesak.
"Duduk dulu di bawah sini, biar Mbok saja yang cuci piring." Mbok mengambil pekerjaan Julia agar menantu ketiga dalam keluarga ini bisa istirahat.
Namun Julia menolak karena bekerja adalah tanggung jawab dia, jangan sampai salah satu ipar nya melihat dia santai santai maka sudah pasti dia akan di adukan pada Warti. bila sudah begitu maka siap siap saja ia menahan hati yang di cabik cabik, sungguh berat tinggal dalam rumah ini.
Semua akan di pandang berdasarkan harta dari orang tua, Selia menantu pertama sangat lah di bangga bangga kan karena dia anak dari pengusaha mebel kayu yang cukup sukses. jadi dia sangat mendapat nama, tidak pernah sekali pun mengerjakan pekerjaan rumah.
"Jul, kamu bisa ndak nanti temani aku kepasar?" tanya Selia yang datang tiba tiba.
"Mau pergi nya jam berapa, Mbak?" tanya Julia pelan.
"Loh kamu habis menangis ya, kamu tersinggung sama ucapan Ibu tadi?!" Selia berkata dengan suara keras.
"Mbak, tolong jangan menambah masalah ku." pinta Julia memelas.
"Ya ampun kamu jadi sedih gara gara omongan Ibu, padahal kan emang benar kalau kamu pasti nya tidak tau cara memakan nasi pakai garpu karena kamu anak orang miskin!" cetus Selia sangat pedas dan tajam.
"Non Selia, kasihan dong Nduk Julia kalau Ibu sampai dengar." Mbok berusaha untuk melarang nya.
Tapi sayang nya Warti memang sudah mendengar percakapan mereka dan dia mendatangi dengan raut wajah yang sangat bengis sekali, tatapan nya amat tajam pada Julia. tidak peduli walau menantu nya yang nomor tiga ini sudah merah karena menahan tangis nya, dia tetap saja melotot.
"Kau tersinggung dengan kata kata ku hah?!" Warti berkacak pinggang.
"Bu, cuma salah paham saja barusan." Mbok berusaha meredam.
"Salah paham gimana, kan tadi memang Ibu bilang kalau Julia mana biasa makan pakai sendok dan juga garpu!" Selia malah tambah membuat panas.
"Ucapan ku itu yang membuat mu tersinggung? apa ucapan ku salah!" sengit Warti mendekati menantu ketiga nya.
"Bu, aku memang anak miskin dan tidak pernah makan pakai sendok. tapi mungkin aku tidak akan sedih bila Ibu selama ini baik padaku!" Julia menjawab dengan suara gemetar.
"Kau berkata aku kurang baik? kenapa kau sangat tidak tau diri ya! dengan aku merelakan anak ku menikahi mu itu saja sudah sebuah kebaikan." bentak Warti tambah menyala.
"Bu."
"Apa lagi kau?!" Warti menatap Jena menantu nya yang paling bungsu.
"Di depan ada Bu Hasnah sedang mencari Ibu." jelas Jena hati hati sekali.
"Heh, dasar kalian berdua sama sama!" Warti mendengus kesal pada Jena dan Julia karena mereka berdua bukan anak orang kaya.
Jena bukan lah anak orang kaya walau dia selama ini tinggal di kota, bahkan selentingan kabar mengatakan bahwa Jena adalah bekas pelacur. yang jadi bulan bulanan hanya mereka berdua saja, dari lima menantu maka tiga yang sangat di banggakan sekali.
"Hei kau, ayo temani aku belanja!" Selia mengajak Jena jadi nya karena Julia sudah sangat berantakan bentuk nya.
"Tapi aku tidak bisa, Kak." Jena agak malas kalau menemani Selia karena dia hanya akan di jadikan babu saja.
"Ikut aku atau ku adukan kau pada Ibu!" gertak Selia.
"Anak ku kan masih kecil jadi sering nen jadi kalau di tinggal nanti nangis." jelas Jena karena anak nya memang baru berusia dua bulan.
"Itu Julia nganggur jadi bisa mengasuh anak mu, anak bentuk nya begitu saja sangat kau banggakan!" sinis Selia tidak mau penolakan pokok nya.
"Pergi lah, nanti biar Mbok dan Nduk Julia yang akan mengurus Den Saka." suruh Mbok pada Jena.
Mau tak mau Jena pun memilih untuk pergi dengan Selia walau dia harus menahan diri untuk di jadikan pembantu, dia sama saja dengan Julia yang tidak di anggap karena bukan anak orang kaya. bahkan Jena tidak punya orang tua, Warti amat sangat benci pada dua menantu nya ini.
Hallo pembaca novita jungkook yang setia, akhir nya turun satu lagi ya. kali ini pemain nya agak banyak jadi kalian perlu hapal kan deh nama nama nya, dan kalau othor yang lupa tolong ingatkan ya😁
Saka menangis sampai kejer dan muka nya memerah karena Jena terlalu lama pergi, sudah ada sekitar dua jam lama nya mereka pergi sehingga sudah pasti Saka akan haus. tidak ada asi yang di simpan karena itu hanya akan mengundang amarah Warti saja, sebab dia masih orang tua yang sangat kolot sekali.
Yang nama nya asi maka sekali sedot langsung dari sumber nya, tidak ada pumping atau alat apa pun yang di perbolehkan. walau air susu Jena sangat deras maka hanya akan terbuang saja, mana mungkin boleh di peras lalu di masukan kedalam kulkas sebagai mana zaman sekarang agar bisa di pakai saat Ibu nya pergi.
Warti memang masih sangat kolot dan juga kejam sebagai Ibu mertua pada para menantu nya terutama pada menantu yang miskin, dia tak akan pernah punya perasaan iba dan kasihan, biar lah cucu nya menangis histeris dan dia hanya menyuruh untuk memberi air putih saja agar tidak haus.
Bayi dua bulan sudah di beri air putih karena memang sedang haus, mau bagai mana lagi karena Saka memang murni asi, jadi tidak ada susu yang bisa membantu. kalau sudah begini maka Julia tambah iba saja rasa nya, tapi tidak bisa juga mau berbuat apa apa karena dia belum ada asi juga.
"Ini sudah dua jam lebih, tapi Jena belum kembali." cemas Julia melihat Saka yang menjilati air putih di teteskan.
"Pasti Non Selia sedang kalap belanja, maka nya Nduk Jena tidak bisa pulang." sahut Mbok pelan.
"Kasihan Saka nya ini, Mbok." Julia serba salah juga mau berbuat apa apa.
Mbok segera menggendong Saka agar jangan sampai nangis lagi karena nanti malah tambah di marahi oleh Warti, Julia yang melihat Saka sudah di gendong maka langsung pergi untuk mengerjakan pekerjaan lain. jangan sampai kelihatan sedang menganggur, karena bakal kena marah habis habisan oleh mertua nya yang galak itu.
"Bu, maaf mengganggu sebentar. bolehkan kalau Ibu hubungi Mbak Selia, itu Saka menangis lagi karena haus." Julia memberanikan diri.
"Dari tadi cuma sibuk sama Saka saja, kau pikir anak itu amat berharga apa?!" bentak Warti langsung naik darah.
Pokok nya kalau bicara dengan Julia dan Jena maka dia tidak pernah bisa lembut seperti saat bicara dengan Selia dan Maura dan juga Yuni, karena yang dua ini tidak kaya sehingga main marah marah saja tanpa ada iba sedikit pun. bahkan pada Saka yang masih bayi saja Warti tidak peduli, karena dia yakin itu bukan lah cucu nya akibat Jena hamil duluan.
"Lebih baik kau kerjakan saja apa yang jadi kerjaan mu, biar Mbok yang mengurus anak haram itu!" sentak Warti.
"Kau jangan gitu, Ti. tidak apa apa kalau benci sama Ibu nya, tapi Saka kan cucu mu!" Hasnah membuka suara.
"Dari mana pula dia cucu ku, Ibu nya saja pelacur kok!" sengit Warti seenak mulut nya saja.
"Kan Malik juga sudah mengakui kalau itu anak nya, kau mana tau lah." Hasnah mencoba menasehati sahabat nya.
"Ah aku tidak percaya, aku bakal cari dukun biar Malik bisa hilang rasa sama pelacur itu!" tekad Warti sangat kejam.
"Kau tidak takut apa kalau Purnama sampai tau, aku tidak mau lagi ya ada urusan sama dia!" peringat Hasnah.
"Lah kenapa, kan ini keluarga ku! aku tidak mengurus orang lain, ini keluarga ku jadi ya hak aku lah." Warti memang keras kepala.
Julia menarik nafas panjang setelah mendengar bagai mana keras nya sikap mertua nya, memang sangat rendah sekali derajat orang miskin di mata orang kaya. dulu Lia sudah mau menolak lamaran Alan, namun pria itu terus memaksa nya.
Sekarang terbukti kalau dia tidak pernah di terima walau sudah lima tahun menikah, Warti tetap saja tidak suka pada nya yang miskin, mau bagai mana lagi karena sekarang sudah menikah. untung nya Alan selalu membuat Lia kuat, meski kadang Alan juga seperti lelah sekali.
"Nduk, jangan merenung terus." Karto mengusap pundak menantu nya.
"Eh Bapak." Julia menoleh pada mertua laki laki nya.
"Di marahi sama Ibu lagi ya?" tanya Karto lembut.
"Tidak kok, cuma tadi ada salah paham sedikit." Julia masih menutupi perbuatan Warti.
"Kamu yang kuat ya, Bapak juga sudah tidak bisa apa apa lagi untuk merubah sikap Ibu mu." Karto saja rasa nya mau menyerah.
Julia menatap Karto yang menatap jauh karena dia juga kadang kala tidak di hargai oleh istri nya, Warti memang mau menang sendiri dalam hal apa pun. pokok nya pendapat dia harus selalu di dengar, tidak mau salah walau jelas ini semua adalah salah dia.
...****************...
Jena pulang terburu buru karena memang dia sudah menduga akan sangat lama pergi meninggalkan rumah, dengan bawaan yang sangat banyak dan itu semua adalah milik Selia beserta anak nya juga. tidak ada sedikit pun Selia ingat untuk membeli baju untuk Saka, padahal Jena sudah susah payah menemani diri nya.
"Ya Allah Saka!" Jena mendengar anak nya menangis di dalam kamar.
"Alhamdulilah sudah pulang, kenapa lama sekali?" Mbok langsung menyambut Jena.
"Mbak Selia keliling terus, mana bisa aku mengajak dia pulang." jawab Jena dengan hati kesal serta sedih.
"Saka haus ini, hampir tiga jam Nduk pergi." ujar Mbok memberikan Saka.
"Mbak Julia mana, Mbok?" Jena menatap pembantu tua ini.
"Mau kemana lagi kalau tidak sedang kerja." jawab Mbok pelan.
Jena menghelai nafas berat karena dia agak kesal juga dengan Julia, tadi bilang mau mengasuh Saka tapi ternyata malah di asuh Mbok. kalau Mbok yang mengasuh maka pasti menangis, karena tidak di gendong jalan jalan keluar.
"Dasar tidak bertanggung jawab, bilang nya dia yang mau mengasuh!" kesal Jena mengusap kepala anak nya pelan.
"Apa lagi yang kau kesal kan itu, anak mu yang salah karena cengeng!" bentak Warti yang mendengar rutukan Jena.
"Bu, Saka ini haus jadi wajar lah menangis dan kalau di gendong akan diam." Jena menjawab ucapan mertua nya.
"Menjawab saja kau! Julia itu walau pun miskin dan ku marahi tapi dia masih diam, ini pasti lah karena kau lonte sehingga tidak tau sopan santun." bentak Warti langsung mengungkit masa lalu.
Jena mau menjawab lagi namun sudah tidak bisa karena Malik datang masuk kedalam kamar, kalau terus berlawanan maka Malik juga akan serba salah mau membela, Warti kalau tidak di bela maka akan semakin menyiksa menantu nya.
"Mas, boleh tidak pas besok kita di rumah nginap nya agak lama?" tawar Julia saat sudah malam tiba dan berdua dengan Alan.
"Kamu ribut lagi sama Ibu?" tanya Alan mengusap perut sang istri.
"Memang nya pernah aku tidak ribut dengan Ibu kamu?" Julia balik bertanya pada sang suami.
"Dia Ibu kamu juga to, sayang." Alan berkata lembut.
"Bukan aku yang tidak mau mengakui dia sebagai Ibu aku, tapi Ibu yang tidak pernah mau mengakui ku!" tegas Julia lelah sekali dengan masalah seperti ini.
"Ya sudah kalau memang begitu, aku akan coba cari alasan biar kita agak lama ya." Alan berkata lembut.
Julia menatap suami nya yang juga sedang tersenyum, entah kenapa dia rasa nya kesal sekali melihat senyum tanpa beban di hati Alan. ya mungkin saja Alan memang tidak ada beban karena dia tidak pernah di marahi oleh Ibu nya, yang kena marah hanya lah Julia saja di sini.
Entah Alan paham atau tidak atas kesedihan nya Lia, namun yang pasti dia tidak pernah bisa bersikap tegas untuk memihak mana pun, jujur saja kadang Julia ingin Alan mengambil tindakan tegas saat sang istri di perlakukan semena mena. tapi itu hanya angan saja, Alan selalu diam dan tidak pernah membela di depan Warti.
Saat nanti sudah saling menjauh maka Alan baru menenangkan satu sama lain, sebenar nya maksud Alan ini juga baik agar jangan ada yang saling tersinggung satu sama lain. namun di hati Julia itu menjadi ganjalan, seolah Alan memang tidak pernah peduli dengan perasaan dia yang kerap di hina habis habisan.
Malah lebih perhatian Karto dari pada Alan sendiri, Karto sering menantang Warti yang bersikap zalim pada para menantu miskin nya. tak jarang Karto membela dan memarahi istri nya, dia rela bertengkar demi kebaikan memantu yang terluka akibat sebuah kata kata kejam yang keluar dari mulut mertua nya ini.
"Aku tuh sebenarnya juga pengen Mas kamu bela di depan Ibu, seperti tadi pagi." Julia mengeluarkan uneg uneg nya.
"Kamu kau aku bela kamu di depan semua orang dan terutama Ibu, lalu setelah itu Ibu akan tambah membenci kamu karena menganggap mencuci otak ku." jawab Alan.
"Seolah aku benar benar sendirian di rumah ini, Mas! Ya Allah aku nelangsa sekali rasa nya." Julia menutup wajah karena mulai menangis.
"Mas bukan tidak mau membela kamu, tapi yakin lah Ibu akan tambah tidak suka nanti." Alan merangkul istri nya.
"Seberat ini aku harus jadi istri mu, lima tahun aku sudah berusaha dan kau lihat lah sendiri tubuh yang kurus kering seperti tengkorak!" Julia mengusap air mata nya.
Alan tertunduk karena dia juga menyadari bahwa Julia amat tertekan batin nya, mau sebanyak apa pun nasi yang di makan, tapi kalau pikiran tidak tenang maka segala nya akan sia sia saja. Julia tetap tidak punya badan, padahal dulu badan nya bagus sekali.
"Soal bayi ini pun aku tidak banyak menaruh harapan." lirih Julia.
"Kenapa?!" Alan kaget sekali mendengar nya.
"Ibu hamil tidak boleh stres, atau bisa keguguran!" jawab Julia.
"Awal nya aku takut keguguran, namun semakin di pikir aku malah semakin yakin biar dia gugur saja! kalau pun lahir maka hanya akan jadi hinaan, karena dia lahir dari rahim wanita miskin." Julia berkata dengan hati yang pilu.
"Apa kalau kita di rumah sendiri akan lebih baik, Dik?" tanya Alan pelan.
"Setidak nya aku bisa bernafas, tidak harus tercekik setiap saat!" jawab Julia sambil berlalu pergi.
"Mau kemana?" Alan berusaha menahan nya.
"Aku mau cari udara segar, kamu renungkan saja apa yang harus kamu lakukan!" Julia menyentak tangan nya.
"Maafkan aku, aku sungguh minta maaf karena menempatkan mu dalam posisi yang sangat tidak nyaman." sesal Alan sendirian di dalam kamar.
Salah atau tidak dia pun tidak tau pasti, karena memang Alan tidak pernah membela salah satu nya di depan mata, dia selalu menasehati saat semua sudah selesai dan berusaha untuk membujuk istri nya saja. setelah itu tinggal Julia yang menangis, karena mau di tenangkan bagai mana pun tetap saja hati nya sudah terluka akan ucapan Warti.
...****************...
"Bapak!" Julia menoleh ketika Karto ikut duduk di samping nya.
"Ada jambu ni manis sekali, tadi Bapak dari rumah nya Juragan Mus." Karto memberikan jambu lima biji.
"Terima kasih, Pak." Julia tersenyum senang menerima nya.
"Makan lah, sudah Bapak cuci juga tadi di belakang." suruh Karto menatap Julia yang kurus dan pucat.
Penyebab nya pun Karto juga tau apa, karena dia paham mulut Warti sangat luar biasa saat sudah mengatai orang. Karto juga tidak bisa banyak membela Julia di depan istri nya, nanti akan jadi masalah besar sehingga perang yang tidak bisa di hindari langsung terjadi.
"Kamu lagi hamil jadi harus jaga kesehatan ya." nasihat Karto.
"Sudah berusaha aku jaga, Pak." jawab Julia sambil mengunyah jambu.
"Ajak lah Alan agak lama kalau lagi pulang, agar kamu juga tenang di sana." saran Karto juga.
"Aku mau nya begitu, tapi Mas Alan kelihatan masih ragu." jawab Julia pelan karena hati nya sudah remuk.
Karto mengusap kepala menantu nya dengan lembut karena dia pun sangat iba, kalau manusia punya hati maka sudah pasti lah punya iba, tidak semena mena saja memperlakukan orang lain. walau pun miskin mereka juga punya hati, bukan cuma orang kaya saja yang perlu di pikirkan perasaan nya oleh orang lain.
Julia diam menikmati elusan dari mertua nya sehingga hati yang semula resah jadi dingin, seolah mendapat kasih sayang dari orang tua kandung nya sendiri. Karto memang sangat baik pada nya, marah pun tidak pernah bahkan dia selalu berusaha untuk menghibur agar pikiran Julia tidak kemana mana karena sedih.
"Habiskan jambu nya dan masuk lah kedalam, jangan lama lama di luar. nanti kalau Ibu lihat kamu malah kena marah lagi!" nasihat Karto segera berdiri.
"Iya, terima kasih, Pak!" angguk Julia sambil tersenyum.
"Jangan apa apa selalu di pikirkan ya, kamu harus sehat agar anak kamu juga sehat." Karto tersenyum dan segera pergi.
Julia menatap langkah mertua nya yang kian jauh, banyak gosip yang mengatakan kalau Karto adalah orang yang genit, namun sejauh ini Julia sama sekali tidak merasakan kalau itu benar. sikap Karto layak nya seorang Ayah saja, tidak pernah macam macam pada menantu nya yang perempuan semua di rumah ini.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!