NovelToon NovelToon

Cahaya Sang ANAS

Bontot Kesayangan

Siang menjelang sore, seorang gadis berseragam putih abu-abu tengah menduduki kursi di bawah pohon rindang menghadap ke danau kecil. Terlihat tatapan sendu dari mata indahnya melihat ke arah danau seperti sedang melamun dan menunggu seseorang. Beberapa kali menarik nafas panjang menatap ke layar benda pipih di tangannya yang baru dinyalakan.

Tak lama dikeluarkannya sesuatu dari dalam tas ransel milik nya. Benda itu seperti boneka mungil tapi bukan dari kain pada umumnya. Bentuk kepalanya merupakan salah satu emoticon tersenyum. Ada tali dengan pegangan bulat kecil dibelakang tubuh boneka mungil itu.

Saat talinya ditarik oleh sang pemilik, terdengar suara “tersenyumlah tersenyumlah hehehe.” Itu terdengar seperti burung beo yang sedang menghibur sang empu nya. Gadis itu pun tersenyum, namun tak lama senyum itu pun kembali sirna dari bibir manisnya.

“Kak, kenapa gak pernah datang memenuhi janjimu,” lirihnya sedih menatapi mainannya itu.

Masih teringat dibenaknya pesan terakhir yang ia baca dua bulan yang lalu, “Lusa aku pulang ke Indonesia, kita bertemu di tempat pertama kali kita ketemu dulu."

Naz menghela nafas berat, "Mungkin semua ini hanya angan-angan saja, tidak mungkin dia mau menemui ku yang sama sekali tidak dikenalnya. Kenapa aku bisa sebodoh ini menanti yang tak pasti,” ucapnya sambil menjitak kepalanya.

“Semua ini gara-gara Raline,” ucapnya kesal sambil memukul bangku. “aww,” mengibaskan tangannya.

Tiba- tiba terdengar deringan panggilan dari benda pipih miliknya, “ Yasalam ... aku lupa belum ngabarin Bunda,” ucap nya saat melihat nama si pemanggil. Digeser lah kursor ke tombol hijau.

“Assalamu’alaikum, Bunda Ratu,” ucapnya.

“Waa’alaikumsalam, Dek ... kamu teh dimana? kok jam segini belum pulang? Dari tadi ditelpon gak aktif, Bunda udah hubungin teman- temanmu gak ada yang tahu. Ih kebiasaan kamu mah ya, jangan suka bikin Bunda khawatir gini deh,” omel sang Bunda.

“Yasalam, Bunda Ratu yang paling heboh sejagat raya, kalo nanya tuh ya satu- satu dong.”

“Bunda kan khawatir Dek, gimana kalo kamu teh nanti di___” ucapan Bunda langsung disambar.

“Enggak ko Bunda, aku habis dari panti asuhan Kasih Ibu dan sekarang aku segera pulang ya. Assalamu’alaikum,” ucapnya tanpa mendengar jawaban Bundanya.

Naz menutup teleponnya dan bergegas meninggalkan danau untuk segera pulang ke Rumah. Tak lupa Naz berpamitan terlebih dahulu kepada Bude Hafsah, pemilik sekaligus pengelola panti asuhan yang tempatnya tidak jauh dari taman danau kecil tadi.

“Bude, Naz pulang dulu ya ... nanti ibunda ratu bisa- bisa mengutus pandawa nya kemari, bahaya itu,” ucapnya pamit sambil tertawa lalu mencium tangan Bude Hafsah.

“Iya sana pulang, Bude gak mau ya nanti ada drama penjemputan tuan putri alay disini hahahaha,” keduanya tertawa.

“Tentunya dengan menyewa kereta kencana Nyi Ratu Kidul yang kudanya sudah tidak mampu menahan berat penumpang yang full thank,“ Naz menambahkan candaan Bude.

“Babhay, Assalamu’alaikum ... Bude jangan rindu ya,” Naz melengos begitu saja sambil melambaikan tangan.

“Wa’alaikumsalam, hati- hati Naz,” jawabnya senyum sambil menggeleng kepala, ”Dasar anak itu."

Naz pulang dengan menaiki ojek online yang sudah dipesan sebelumnya. Hanya membutuhkan waktu 15 menit untuk sampai ke kediamannya.

Setibanya di depan gerbang rumah, Naz turun dari ojek. Sang Bunda sudah menunggu kedatangannya, beliau duduk di kursi yang terdapat di teras rumahnya.

“Assalamu’alaikum ... Bun bun da da Bunda,” teriaknya sambil mendekat ke bunda dan mencium tangannya.

“Wa’alaikumsalam ... ayo masuk,“ ajak beliau lalu berdiri dan merangkul Naz membawanya masuk kedalam rumah. “Mandi dulu gih, sholat terus makan.”

“Siap 86,” jawab Naz sambil memberi hormat layaknya kepada pemimpin upacara.

Bunda hanya menarik nafas panjang, lalu menggelengkan kepala melihat tingkah anak bungsu kesayangannya itu. Naz pergi ke kamarnya yang ada di lantai dua untuk mandi dan solat ashar.

Rumah Naz bukanlah rumah besar nan mewah, hanya rumah sederhana dengan halaman yang sedikit agak luas karena Bunda yang sangat suka dengan tanaman. Di lantai satu terdiri dari ruang tamu, ruang keluarga, dapur, ruang makan, empat kamar, dan dua kamar mandi. Sedangkan di lantai dua terdiri dari tiga kamar, satu ruang tengah, dan satu kamar mandi.

Tak lama Naz pun turun dan langsung ke ruang makan. Ternyata sang Bunda sudah menyiapkan makan untuknya, Naz pun makan ditemani oleh Bundanya.

“Bunda ko gak makan?” Naz basa- basi.

“Kamu gak lihat ini sudah jam berapa?” Sang bunda sudah dalam mode reporter.

“Hehehe ... jam empat lebih Bunda,” jawabnya cengengesan sambil mengunyah makanan.

Padahal jarum jam sudah menunjukan angka 04:50 sore .

”Oh iya, Ayah kapan pulang Bunda? Katanya mau dinas ke Bali ya?” sambungnya membuka topik baru supaya sang reporter teralihkan.

“Katanya teh habis magrib ada dua tindakan operasi, kayaknya pulangnya agak malam. Iya, nanti teh mau ada acara training di sana. Seharusnya mah yang berangkat teh Dokter Tito, tapi beliau sedang berhalangan, jadi Ayahmu yang berangkat, belum lagi besok ada jadwal operasi lagi.” Bunda sudah mulai teralihkan.

Ya, sang Ayah berprofesi sebagai dokter spesialis Bedah. Sedangkan sang Bunda memiliki beberapa butik.

“Oh gitu ya Bunda, berapa hari di Bali nya? Bunda mau ikut kah?“ tanya Naz yang makannya sudah selesai.

“Kalo Bunda ikut mah, terus yang jagain kamu teh siapa? Nanti makin sering saja keluyuran kamu teh ya kaya hari ini.” Hadeuh si bunda gak gampang teralihkan ternyata.

Naz berdiri membawa piring kotor untuk dicuci. Ayah dan Bunda Naz mendidik keempat anaknya untuk hidup sederhana, mendisiplinkan untuk mandiri dan mengajarkan untuk bertanggung jawab dalam hal sekecil apapun.Termasuk menyiapkan perlengkapan sendiri, mencuci bekas makan, mencuci pakaiannya, apalagi jika hari libur semua penghuni wajib bersih- bersih walaupun ada asisten rumah tangga.

Selesai mencuci piring Naz hendak pergi dari ruang makan.

“Mau kemana, Dek?” tanya Bunda sambil menoleh. “Duduk sini kita ngobrol,” lanjutnya

Naz pun kembali ke meja makan duduk berhadapan dengan sang Bunda.

Bunda menghela nafas sejenak, "Dek, bunda teh udah sering bilang sama kamu, kalau mau kemana- mana atau pulang telat teh kabarin Bunda. Naon hesena coba, bunda teh khawatir tau teu, ditelpon teu aktif- aktif, mana kamu gak mau diantar jemput sopir.“ Bunda sudah mulai khotbah dengan campuran Sundanya.

Naz berdiri dan memeluk sang Bunda “Iya, ampun ... Bunda ratuku sayang. Naz janji deh gak akan ulangi lagi,” cup mencium pipi sang bunda.

“Tadi tuh handphone Naz lowbat, pas nyampe panti numpang di charge. Karena keasyikan ngobrol sama Bude, Hp nya lupa dinyalakan. Pas Naz pergi keluar baru dinyalakan deh,” lanjutnya menjelaskan kemudian duduk kembali.

“Hmm, yasudah lah. Oh iya, besok hari rabu kamu libur ya?” tanya bunda karena tahu besok tanggal merah.

“Betul betul betul... besok Naz izin ke Gramedia ya mau nyari buku matematika sama Kiara, Ruby, dan Andes gitu loh. Boleh ya?” ucapnya menunjukan muka puppy eyes nya sambil senyam- senyum.

“Oh ya? buku matematika apa komik?",selidik Bunda yang sudah tahu betul kesukaan anak bontotnya itu.

“Hehe ... sekalian Bunda, boleh ya?” Naz meminta izin.

“Malah cengengesan kamu mah, nanti deh Bunda pikir- pikir dulu," Bunda tak langsung mengiyakan.

“Ah, bunda mah suka gitu ih,” rengek Naz dengan memasang muka cemberut.

“Iya iya boleh tapi ada syaratnya,” Bunda menatap sekilas.

“Dih, kok ada embel- embel syarat segala atuh Bunda mah ih,” masih mode cemberut.

“Ya sudah, gak boleh kalo gitu mah,” Bunda memutar jengah bola matanya.

“Ah, Bunda mah gitu lagi, suka maksa ih ... Yasudah syaratnya apa?” akhirnya Naz menyerah dari pada gak dapat izin ibu negara.

“Besok siang tolong jemput kak Dandy ke Bandara ya, soalnya Bunda besok ada janji ketemu klien."

"Kok hari libur ketemu klien sih?" protesnya karena hari libur sang Bunda malah bekerja.

"Maaf sayang, klien bunda free nya hanya besok, sedangkan gaun pesanannya harus beres dalam waktu dekat. Hmm ... jadi mau ya jemput kak Dandy?" Bunda kembali ke pembahasan.

“Oke, tapi ada ongkos buat uang duduknya ya Bunda,” Naz menyodorkan telapak tangannya.

“Dih, orang sama Pak Udin menjemputnya juga, apaan kamu tuh minta ongkos segala,” ucap Bunda sewot.

“Ah, Bunda mah, itu kan ongkos jastip nungguin kak Dandy tau. Emangnya Bunda tega membiarkan putri cantikmu ini nungguin sambil kehausan dan kelaparan?”

“Ah, lebay kamu mah, iya iya nanti Bunda kasih,” males ribet beliau.

“Nah gitu dong Bunda ratuku yang terbaik dan unyu- unyu, aku pamit ke kamar dulu ya Bunda,” Naz bergegas naik ke lantai dua dan memasuki kamarnya.

Naz langsung membawa sebuah komik yang sampulnya dibungkus kertas payung dan plastik sampul dan duduk di tempat tidurnya. Mungkin terlihat aneh, ya memang semua orang menganggap itu aneh.

Saat ditanya mengapa dibungkus sampul begitu, Naz beralasan supaya terlihat rapi tanpa orang- orang tahu buku apa yang dibacanya. Modus baca buku pelajaran padahal isinya komik Detektif Conan. Jangan suka menilai hanya dari sampulnya saja ya….

Ting

Kiara Rossi menambahkan anda kedalam grup 🦋 The Bontot Unyu 🐝

Naz

"Geleuh ih nama grup nya 😠"

Andes Mami

" Sabar ini adalah ujian 😇"

Ruby Marisol

" Lah, kita emang anak bontot semua keleus 😛"

Kiara Rossi

" besok jadikan otewe ? "

Ruby Marisol

"Jadilah masa jadi dong, duren aja dibelah bukan di bedong 😅 "

Andes Mami

" Ikut 🤩 "

Naz

" Bencong dilarang ikut 😝 "

Andes Mami

" Aku tulen tau 😎 "

Kiara Rossi

" Bencong tulen 👶 "

Ruby Marisol

" Tulen gemulai 😂 "

Andes Mami

" Ih,,, kalian jahat 😭😭 "

Naz

" Bunda nyuruh gw jemput kak Dandy ke bandara besok "

Kiara Rossi

" Yah, otewe gatot dong 😱 "

Naz

" Ya jadi atuh, ke bandara nya abis dzuhur. Jadi kita bisa otewe dulu "

Ruby Marisol

" Wih, dapet oleh- oleh Amrik dong🤑 "

Andes Mami

" Mau mau mau 🤑 "

Naz

" Mau cucian kotor satu koper ? "

Andes Mami

" Dasar temen laknat lo 🥴 "

Kiara Rossi

" Haha, maunya patung Liberty dia 😂 "

Ruby Marisol

" Siapa tahu bisa masuk kopernya Aa Dandy 😅 "

Naz

" Elo pikir patung Liberty segede ingus lo 😤 "

Kiara Rossi

" Hahaha, gak tau aja elo ingus si Andes segede gabad🤣 "

Andes Mami

" Mami,,,aku ditindas trio laknat ini,,😭😭 "

Kiara Rossi

" Sori dori stroberi ya, mami lo gak gue masukin grup ini keleus😝 "

Ruby Marisol

" cup cup cup, nanti dikasih coklat mau?

Kiara Rossi

" Ko gue gak dikasih? "

Naz

" Coklat rasa cabe setan mau lo? "

Andes Mami

" Makan tuh cabe setan ,hahaha 🤣 "

Ruby Marisol

" Eh,, udah adzan magrib, sholat dulu nyok "

Naz

" Besok jam 8 pagi udah kumpul di rumah gue, yang telat ditinggalin.…babhay "

Kiara Rossi

" Oke, bye…😘 "

Andes Mami

" Yuk mari bubariyah😘 "

Naz pun bergegas mengambil air wudhu untuk melaksanakan sholat magrib berjamaah di mushola dan dilanjutkan mengaji bersama sang Bunda hingga isya. Setelah sholat isya barulah Naz kembali ke kamar.

Dikarenakan tadi makan siang nya dirapel ke sore, jadi Naz hanya minum jus saja tidak ikut makan malam. Besok libur jadi malam ini Naz hanya membaca komik saja. Malam pun semakin larut, Naz nampak sudah tidur lelap dengan komik disampingnya.

Azan subuh telah berkumandang, Naz pun terbangun dari tidurnya bergegas mengambil wudhu lalu melaksanakan shalat subuh. Naz membereskan dan membersihkan kamarnya lalu keluar kamar. Karena ini hari libur, maka semua orang wajib bersih- bersih di rumah . Naz menyapu dan mengepel teras rumah, menyiram tanaman dilanjut mencuci pakaian dan sepatunya. Sedangkan sang Bunda sedang memasak untuk sarapan.

“Bunda, Ayah semalam pulang jam berapa?” tanya Naz yang baru menghampiri Bunda di dapur.

“Jam 10 malam, Dek. Tolong bawakan ini ya ke meja makan,” ucap Bunda sambil menunjuk piring yang sudah diisi tiga jenis masakan bunda.

“Siap bosque,” Naz membawa piring yang berisikan lauk pauk kemudian diletakan di meja makan.

“Bunda, Naz mandi dulu ya .... ” berteriak dan bergegas masuk ke kamar membawa handuk dan pakaian ganti lalu masuk ke kamar mandi.

Keluar dari kamar mandi, Naz memakai celana jeans biru langit dan atasan blouse pastel berkerah ala-ala ABG. Memoles wajahnya dengan baby cream, bedak tabur,dan pelembab bibir untuk bibir manisnya. Disemprotkan nya parfum dengan wangi kalem tapi girly, dan tak lupa memakai tas selempang kesayangannya. Naz pun turun menuju ruang makan untuk sarapan bersama ayah dan bundanya.

“Pagi Ayahanda ku,” Naz menyapa lalu memeluk dan mencium sang ayah yang sedang duduk diruang makan, ia pun duduk di kursi sebelahnya.

“Pagi juga bontot kesayangan Ayah. Mau kemana nih udah rapi begini?” menatap sang anak dengan tersenyum

“Mau ke gramedia bareng geng nya, ya sekalian wae bunda minta jemputin Dandy ke bandara,” malah Bunda yang menjawab.

“Ih Ayah mah manggilnya bontot mulu, sebal” mencebikkan bibirnya sambil mengambil nasi lalu mengambil lauknya.

“Ya emang kamu anak bontot, bontot kesayangan pula,“ jawabnya sambil tersenyum.

“Ya tapi kan ga enak didengernya ih, gak ada kata yang lain apa?” masih mode sebal.

"Ada putri kecil ku .... " Ayah malah sengaja menggoda putrinya.

"Aaaahhh ... gak mau. Aku kan udah besar, masa dipanggil putri kecil," ucap Naz merengek, menolak nama panggilan itu.

“Eh sudah sudah ayo makan, jangan ada perang di meja makan!” Bunda sebagai penengah langsung menghentikan gurauan Ayah dan anak itu.

Setelah acara makan selesai, Ayah bersiap untuk berangkat ke rumah sakit, sedangkan Bunda hendak pergi ke butiknya. Naz pun menyalami Ayah dan sang ayah langsung pamit berangkat. Saat menyalami Bundanya, Naz menagih janji sang Bunda.

“Bunda, uang duduknya mana?” ucapnya sambil mengulurkan telapak tangannya ke hadapan sang Bunda.

“Beuh, dasar kamu mah ya ingatannya tajam kalo soal fulus .... ” mengambil beberapa lembar uang dari dompetnya.

“Iya dong, setajam silet, hahaha….” Naz menertawakan dirinya sendiri.

“Nih sekalian buat beli buku, beli komik mah pakai uang sendiri aja ya,” menyodorkan uang lalu berangkat. “Jangan lupa cuci piring, Assalamu’alaikum .... ” tambahnya lalu beranjak pergi.

“Wa’alaikumsalam ... makasih Bunda ratuku, hati- hati dijalan, ” Naz menjawab salam sambil mesem- mesem karena senang sudah mendapatkan fulus.

Setelah membereskan meja makan dan mencuci piring, Naz beranjak pergi ke ruang tamu untuk menunggu ketiga sahabatnya. Ia pun duduk santai sambil membaca komik.

 

--------- TBC ---------

 

Hai, salam kenal.... 😉

Terimakasih telah mampir ke karya receh pertamaku ini,,,

Mohon maaf masih banyak kekurangan... 🙏

Jangan lupa tinggalkan jejak,,,, like, coment, rate, dan vote....

terimakasih banyak.... 🥰

Foto Box Hilang

Brum brum brum

Terdengar suara motor yang sudah tidak asing lagi di telinga Naz, tengah memasuki pintu gerbang. Tentunya itu adalah suara motor sport milik sahabatnya, Kiara si gadis tomboy yang suka mengikuti balapan motor. Berbeda dengan Ruby yang feminim tapi cerewet, sedangkan Andes anak mami yang manja maximal.

Tin tin

Suara klakson pun dibunyikan supaya sang pemilik rumah menyambut kedatangan duo ratu semprul.

“Nanaz .... " teriak Ruby yang duduk di jok penumpang dan langsung mendapat omelan Kiara yang baru membuka helm nya.

“Astaga, telinga gue sakit onyon. Mulut lo abis nelen toa apa? Gaya lo aja feminim, tapi mulut kaya Tarzan .... “ cerocos Kiara emosi sambil meniup lubang kepalan tangan lalu ditempelkan ke telinganya.

“Udah- udah ihh, kalian tuh bertamu gak ada sopan- sopan nya ya. Baru datang bukannya ucapkan salam, malah berantem depan rumah orang dih,” tuan rumah ikutan nyerocos sambil berkecak pinggang bagaikan ibu kost yang menagih tunggakan bayaran kosan kepada anak kostnya.

“Ampun pemerintah .... ” Ruby dan Kiara pun turun dari motor sporty yang ditunggangi mereka. Tiba –tiba terdengar suara cowok manja baru saja melewati pintu gerbang dan berlari kecil.

“Iiih ... kalian ko gak nungguin aku sih? Aku kan tadi ke rumah kamu Ruby,” Andes ngomel sambil menghentakkan kaki.

“ Udah- udah ah, ayok berangkat. Nanti keburu macet,” ajak Naz pada ketiga sahabatnya supaya tidak terjadi perang lambe lagi.

Naz dan ketiga sahabatnya menaiki mobil yang dikendarai oleh Pak Udin dan menuju ke sebuah mall yang cukup besar.

Empat sekawan itu pun memasuki mall yang baru saja buka, namun sayang Gramedia yang merupakan tujuan mereka belum buka. Akhirnya mereka memutuskan untuk berkeliling mall saja.

Tiba- tiba langkah Ruby terhenti saat melihat sesuatu.

“Gurls, lihat itu ada tempat foto box, nyobain yuk!” ajak Ruby pada ketiga sahabatnya.

“Apaan sih lo, jangan konyol deh ....” celetuk Kiara melirik tempat Foto box itu.

“Lumayan lah buat seru- seruan sambil nungguin Gramedia buka, ayolah …. ” Ruby membujuk ketiga sahabatnya.

“Ogah ah … kalo mau foto tinggal dari Iphone lo ajja napa, kualitas kameranya kan bagus,” Kiara masih kekeuh.

“Ayolah ... mumpung formasi lagi lengkap nih, yuk iseng ajja seru- seruan, ” masih mode merayu memegang lengan Kiara.

“Iya yuk, kali- kali lo foto bareng napa Ra, lo paling susah noh,” Andes ikutan merayu.

“Bukan apa- apa Des, Kiara tuh takut nanti fotonya kebakar, muka dia kan keramat,” Naz buka suara dan membuat gelak tawa kedua sahabatnya. Kiara jangan ditanya raut mukanya bagaimana.

“Iya ya gue lupa, kalo ngajak dia difoto musti siapin sesajen dulu hahaha ....” Ruby ikutan meledek.

“Asem kalian smua yaa, ” gerutu Kiara sambil melipat tangan di dada.

Karena susah sekali membujuk rayu Kiara, Ruby menarik Kiara secara paksa dibantu kedua sahabatnya ke tempat stand foto box berada.

Ruby mendaftar ke penjaga stand foto box tersebut, kemudian dipersilahkan masuk ke dalam ruangan yang hanya berukuran 1,5 x 1,5 meter yang terbuat dari papan duplex.

Sang penjaga pun menjelaskan cara mengambil fotonya, yakni semua orang melihat ke kamera yang ada dilayar dan salah seorang memegang sebuah mouse sebagai alat bantu membidik foto.

“Oke fix kita atur posisi, gue di depan yang pegang mouse, lo dikiri gue Naz, lo di kanan gue Ra, dan lo Andes dibelakang gue, oke“ Ruby mengatur posisi dan menunjukan poisi masing- masing.

“Sempit banget sih ni tempat, gak ada yang lebih luas apa? Mana backgrounya polos gini lagi, gak ada menarik- menariknya,” Kiara nyerocos masih tak terima diajak foto bareng.

“Yaelah Ra, namanya juga foto box, kalo pengen yang luas dan tempatnya keren ya harus ke studio foto keleus,” jawab Ruby ketus.

“Yassalam ... kapan mulainya sih nih kalo ribut mulu ,cepetan mulai gerah tau,” Naz mulai jengah dengan perang kedua lambe onyon itu.

Akhirnya mereka berfoto ria dengan banyak gaya dari gaya imut sampai gaya nyeleneh. Tak ketinggalan mereka juga melakukan foto sendiri secara bergiliran.

Setelah selesai, mereka keluar ruangan dan menemui sang penjaga untuk mencetak foto hasil jepretan mereka. Dengan segala kehebohan memilah- milih foto untuk dicetak dan membuat sang penjaga nampak stres.

“Yang ini yang ini yang ini, ” tunjuk Ruby pada layar komputer yang menampakkan hasil jepretan tadi.

“Eh jangan ini donk, gue jelek banget itu, masa mata gue setengah merem gitu kayak orang teler ih. Yang itu juga jangan, masa gue nyengir giginya cuma keliatan sebiji kaya nenek ompong,“ Kiara protes pada foto pilihan Ruby.

“Bukan kaya orang teler itu, tapi kaya orang lagi oh yes oh no, hahahaha .... ” ucapan Andes sontak mengundang gelak tawa para sahabatnya.

“Otak lo ngeres, cong” Kiara nyolot sambil menjitak kepala Andes.

“Aww ... aduh mami aku dizolimi,” Andes meringis alay.

“Makanya kalo difoto tuh yang ikhlas, kan jadinya gini nih lo gak ada yang bagus, sebal ” cerocos Ruby pada Kiara sambil manyun.

“Pokoknya jangan yang itu !” Kiara masih kekeh.

“Tapi itu aku cute banget tau,” Andes nimbrung lagi.

“Nih yang ini aja bagus gue nya,” Kiara menunjuk salah satu foto di layar.

“Gak mau, masa muka gue blur,” tolak Ruby yang protes kembali.

“Yassalam, ini yang punya peran utama gue loh, ko lo pada sih yang banyak dialog ?” Kedengarannya Naz protes sama author nih, bukan protes ke para sahabatnya.

"Sini gue yang pilih ajja biar aman, ” lanjutnya memilih beberapa foto dilayar dan meminta untuk segera dicetak. Dan akhirnya 8 lembar foto berhasil dicetak, diantaranya 4 lembar foto single dan 4 foto rame- rame.

“Nih fotonya siapa yang megang?” tanya Naz pada ketiga sahabatnya sambil menyodorkan amplop berisi foto mereka.

“Lo aja yang megang deh, tas gue kan kecil,” jawab Ruby.

“Iya di kamu aja deh, ya kan Ra?” Andes juga setuju dan menunggu pendapat Kiara.

“Yoai," jawab Kiara singkat.

“Okelah kalo begitu,” Naz memasukan amplop foto itu ke dalam sampul plastik bagian dalam komik yang dari tadi dibawanya, kemudian dimasukan ke dalam tas selempangnya.

"Yuk kita ke Gramed, kayaknya udah buka tuh,” ajak Naz pada ketiga sahabatnya.

Mereka berempat pun akhirnya masuk ke Gramedia dan langsung mencari buku pelajaran yang ditugaskan guru mereka masin- masing. Ya, karena mereka tidak satu kelas tapi tetap selalu menghabiskan waktu bersama.

Mereka bersahabat sejak masih sekolah dasar, jadi sudah saling memahami karakter masing- masing. Meski sering ribut, tapi itu hanya candaan semata bukan ribut beneran.

Seusai memilih buku, mereka antri untuk membayar ke kasir, tapi Andes menitipkan ke Naz karena dia izin pergi ke toilet. Selesai pembayaran mereka pergi ke supermarket untuk membeli beberapa makanan dan minuman ringan yang ternyata sampai satu kresek besar. Katanya sih buat ngemil sambil nungguin kak Dandy biar gak bosan, malas kalo harus keliling di bandara nyari makanan. Padahal kenyataanya mereka gak mau jajan di bandara karena harganya lebih mahal, harap dimaklum dompet OSIS.

Saat mengantri di kasir, Naz menghubungi Pak Udin untuk segera ke Lobi karena waktu sudah menunjukan hampir jam 11 siang, Kak Dandy orangnya gak suka menunggu. Naz dan kawan- kawan berjalan menuju lobi dan mobil yang dikendarai Pak Udin sudah menunggu mereka disana. Semuanya masuk ke dalam mobil dengan barang bawaannya dan langsung berangkat menuju Bandara.

“Oh my God, ini kantong keresek isi makanan gede banget, malu gue bawanya,” Kiara mulai membuka suara sambil melihat belanjaan mereka.

“Iya ih, kelihatan banget kita jajan dari mall, hahaha .... ” Andes yang duduk disamping sopir ikutan mencela menyadari kantong kreseknya ada label mall.

“Ahaa... gue punya ide,” Ruby menjetikan jari kedua jarinya.

“Ide apaan?” Naz mengerutkan dahi.

“Nah ini kan kantong kresek buku lebih kecil, gimana kalo kita pindahin para snack, minuman dan roti ini ke kresek buku, dan semua buku kita jadiin satu ke kresek besar ini?” Ruby mengeluarkan pendapatnya sambil menunjuk- nunjuk kantong kresek.

“Sama aja inih kelihatan pada kembung kan snack nya, oncom” protes Kiara.

“Snack nya kita buka aja sdikit biar kempes, terus digulung plastik snack nya, jadi kan satu kresek bisa muat beberapa snack dan isinya gak akan melempem, ”Naz ikutan ngasih ide.

“Ide cemerlang tuh, kok elo kepikiran kesitu Naz?” Ruby merasa heran.

“Pernah gue diajakin Bunda nonton ke bioskop. Bunda kan gak suka popcorn tuh, jadi kita beli kripik kentang dan jus kotak. Peraturan di bioskop kan kita gak boleh bawa makanan dari luar, kalo keliatan bawa kresek makanan langsung dirampas. Kalo jus kotak kan gampang masuk tas, akhirnya plastik kripik kentang disobek dikit lalu dikempesin dimasukin ke dalam tas... hahaha.” Pengakuan konyol Naz membuat semuanya tertawa.

“Boleh juga jurus baru nih, hahaha.” Andes masih tertawa sambil geleng- geleng kepala.

“Eh by the way, Kak Dandy kayaknya makin ganteng kaya bule ya pulang dari Amrik,” Ruby senyam- senyum membayangkan.

“Dih, apaan orang cuman seminggu nemenin sahabatnya ngurusin dokumen apa gitu. Mana ada jadi bule, yang ada jadi Pak Le… hahaha,” jawaban Naz membuyarkan khayalan Ruby.

“Eh temennya ganteng gak?” dasar Ruby hobi cuci mata liat cogan.

“Mana gue nyaho, gak pernah lihat orangnya juga. Paling yang kenal cuman Bang Evan sama Kak Hardi aja deh. Katanya temennya yang ini tuh dulunya kuliah dan lanjut kerja juga di Amrik, baru pulang ke Indo dua bulan yang lalu," Naz menjelaskan yang ia ketahui tentang teman Kak Dandy.

Karena jalanan agak macet, mereka sampai di Bandara pas adzan dhuhur dan memutuskan untuk shalat terlebih dahulu. Selesai shalat Naz dan ketiga sahabatnya mencari tempat duduk untuk menunggu sang kakak. Tentunya sambil menyantap roti dan cemilan lainnya.

“Aduh pedes banget nih keripiknya, minta minum dong,” Ruby meminta minuman karena kepedesan.

“Gue juga haus, Des mana minumannya?” Naz yang sedang baca komik juga minta minum.

“Iya nih, pedes banget sih keripiknya level berapa sih By? minum mana minum .... ” Kiara juga sudah kepedesan.

“Astaga naga, kresek minumannya ketinggalan di mobil,” Andes mangap dan menutup mulut dengan kedua telapak tangannya.

“ Apaa ?" tanya Naz, Kiara, dan Ruby serentak.

“Huh hah huh hah, gila lo Des... ini keripik level 25 tau gak sih lo,” Ruby ngomel dengan nafas terengah- engah.

“Gila lo Des, jauh tau ke parkiran. Lo juga gak kira- kira By milih levelnya, gue makan yang level 5 ajja langsung diare dulu... huh hah huh hah, ”Kiara nyerocos sambil mengipas- ngipas mulutnya yang kepedesan.

“Tunggu bentar ya, gue sama Andes beli minuman dulu,” Naz ikut panik melihat duo jontor kepedesan dan bergegas pergi membeli minuman.

Karena yang mereka temukan tempat foodcord terdekat adalah restoran burger, mereka membeli dua gelas minuman bersoda dan dua botol air mineral dingin.

Naz dan Andes berlari kecil sambil membawa minuman dingin yang sudah mereka beli.

Brukkk

“Aww,” Naz meringis lalu terjatuh karena bertubrukan dengan seseorang. Gelas minuman soda yang dipegangnya hanya tinggal sedikit, dan komik yang dipegangnya pun terjatuh entah kemana.

“Kalo jalan itu pakai mata!” ucap seorang pria yg sama- sama jatuh terduduk dihadapannya sambil mengibas- ngibas jaketnya yang basah.

“Ma ma maaf, saya tidak sengaja, “ ucap Naz terbata, karena merasa bersalah tanpa sengaja menumpahkan minuman ke jaket pria itu.

Tatapan Naz mengarah pada pria itu yang terlihat mendengus kesal. Ia pun melihat ke arah Naz, sehingga kedua mata mereka saling bertatapan sekilas. Ia bangun dan mengambil bukunya yang terjatuh, lalu pergi begitu saja tanpa memperdulikan Naz yang masih duduk di lantai.

“Selamat selamat ... untung orang itu gak marah- marah, mana jaketnya warna cream lagi ternoda oleh minuman soda mu, Naz” Andes mengelus dada lalu membantu Naz bangun yang masih tercengo.

“Komik gue mana Des?” Naz melihat- lihat disekitar mencari keberadaan komik kesayangannya.

“Yasalam, lo gak lihat apa tatapan dingin dan tajam cowok tadi? Beruntung dia gak marah dan minta ganti rugi, eh lo malah mikirin komik ....” Andes menggelengkan kepala melihat tingkah cuek Naz.

“Ahh, itu dia komiku!” seru Naz tanpa mempedulikan ocehan Andes

Naz langsung mengambil komik di lantai yang tidak jauh dari tempatnya berdiri.

"Ayok, kasihan Kiara sama Ruby nungguin minum, ” ajaknya pada Anes, lalu keduanya pun kembali melanjutkan perjalanan mereka.

Sesampainya di tempat duduk Kiara dan Ruby, nampak ada dua orang pria duduk bersama mereka disana.

“Loh, Kak Dandy udah nyampe?” Naz menyalami sang kakak lalu menyerahkan air mineral pada Kiara dan Ruby.

“Iya, baru aja duduk beberapa menit yang lalu,”

jawab Dandy.

“Kok ada Bang Evan juga?”, Naz baru menyadari pria disamping kakaknya.

“Iya, cantik ... Kenapa? kangen sama Abang ya?” Bang Evan malah menggoda Naz.

“Iyuw, pede banget sih Bang .... ” Naz mencebikan bibir dan memutar jengah bola matanya.

“Hahaha, Abang kesini untuk menjemput adik tersayang,” Evan menjawab pertanyaan sebelumnya. (Telat lo Bang).

“Emang Bang Evan punya adik? sejak kapan?” Ruby ikut nimbrung.

“Ya sejak dia lahir lah,” jawabnya dengan santai.

“Loh, kok gak pernah kelihatan Bang?” bukan Ruby namanya kalo gak kepo.

Saat akan menjawab, telpon genggam Bang Evan berdering dan langsung diangkatnya.Tak lama telepon berakhir dan dia pun berpamitan pulang duluan.

Kak Dandy bersama Naz dan ketiga sahabatnya pun beranjk pergi keluar bandara untuk pulang ke rumah. Saat sampai diluar, mobil yang dikendarai Pak Udin sudah di depan.

Mereka pun masuk kedalam mobil, Kak Dandy duduk di jok depan disebelah Pak Udin, sedangkan trio gadis di jok tengah dan Andes di jok belakang bersama koper dan buku- buku. Pak Udin melajukan mobilnya.

“Eh Naz, lihat dong hasil cetak foto box tadi,” Ruby teringat foto hasil drama yang belum dilihatnya.

“Oke .... ” Naz mengambil komik dari dalam tasnya lalu dibuka.

"Hah, kok gak ada?” ucapnya terkejut melihat sampul plastik dalam komiknya kosong.

“Gak ada gimana Naz?” tanya Ruby bingung.

“Iya, amplop fotonya gak ada,” Naz membuka lembaran komik, lalu mengeluarkan semua isi tasnya dan hasilnya nihil.

“ Yassalam ... kok bisa hilang sih? gimana ceritanya?” Ruby terlihat kesal karena mengingat perjuangannya untuk bisa foto bareng dengan formasi lengkap.

“Gak tahu ..." Naz menggeleng- geleng kepala bingung dengan nada merasa bersalah .

 

************** TBC ****************l

 

Hai,, salam kenal

Terimakasih telah mampir ke karya ku.

Ini karya pertamaku, mohon maaf masih banyak kesalahan dan kekurangan.... 🙏

jangan lupa tinggalkan jejak ya,, like, coment, vote dan Rate bintang lima.....

Terimakasih..... 😘😘

Suster Ngesot Di Siang Bolong

Bukan Jakarta namanya kalau tidak macet, apalagi sekarang masih jam makan siang ditambah tanggal merah, beuh mantap betul. Barisan kendaraan memadati jalanan bagaikan semut rangrang sekabupaten yang berbaris merayap menyusuri jalan setapak.

Jika jalanan lancar hanya membutuhkan waktu 45 menit saja untuk bisa sampai di rumah Naz, sedangkan ini sudah satu jam lebih belum sampai setengah jalan pun. Dandy yang merasa kelelahan setelah perjalanan jauh, sampai tertidur.

“Aduh, kalo udah kejebak macet gini tuh rasanya ingin transmigrasi ke Bagdad", Naz nampak sudah sangat kesal dengan kemacetan yang ada.

“Emangnya di Bagdag enggak macet gitu ?”, Andes berkata dengan polosnya sambil mikir keras menekan pelipisnya dengan telunjuknya dan pandangan ke atas.

Naz membalikan badannya ke arah jok belakang tempat Andes duduk dan menjawab singkat dengan mengangkat kedua telapak tangannya,

“Meneketehe... ".

Terlihat Andes memonyongkan bibirnya lalu memasang earphone hendak mendengarkan lagu kesukaannya.

“Lahh, tadi katanya pengen pindah ke Bagdad, gimana sih lo”, Ruby ikutan nyahut ketus sambil main game Candy Crush Saga di Iphone nya. Rupanya kekesalannya belum hilang gara- gara foto box raib entah kemana.

“Iya, tapi itu kan cuman perumpamaan aja keleus, saking kesalnya gue sama kemacetan ini, hufh….”, Membuang nafas kasar melihat ke arah samping kaca jendela mobil.

“Sama, gue juga kesal, tapi sama lo bukan sama kemacetan ini”, Ruby yang cerewet dan suka bercanda ternyata kalo ngambek suka lama.

“Gue benar- benar minta maaf By, gue gak tahu kenapa itu amplop foto bisa hilang. Padahal tadi sebelum beli minuman masih ada kok di dalam plastik sampul komik gue”, ucap Naz yang kemudian mencoba mengingat- ingat lagi, karena merasa tidak habis pikir amplop foto itu bisa hilang begitu saja. Sedangkan komiknya selalu dipegang nya atau dimasukan ke dalam tas.

“Au ah gelap…”, Ruby masih mode merajuk memalingkan wajahnya.

“Jangan gitu dong By... maafin gue ya, gue benar- benar gak sengaja. Gue janji deh bakalan memenuhi apapun kemauan lo kalo mau maafin gue”, rayuan maut mulai dikeluarkan sambil memegang tangannya dan melewati Kiara yang sedang duduk bersandar.

“Gue gak mau !!, lo tau kan gimana susahnya maksa di Kiara nih buat foto bareng kita itu hal yang sangat langka, eh malah lo hilangin foto- fotonya”, Ruby semakin marah mengingat drama perjuangan saat memaksa Kiara saat di mall.

Kiara memang orangnya tidak suka eksis apalagi selfie alay, di galerinya pun kebanyakan foto motor kesayangannya dan hamster peliharaannya. Orang yang diributkan sedari tadi hanya diam tanpa kata, padahal dia duduk ditengah- tengah antara Naz dan Ruby yang sedang adu mulut.

Melihat seperti ada drama di depannya, Andes membuka earphone nya.

“Ada apa sih hei, kalian berdua kenapa ? lagi ngomongin apa?”.

“Ruby masih marah sama gue Des, gara- gara amplop foto yang hilang itu”, Naz menjelaskan dengan nada sendu karena menyadari memang ini kesalahannya.

“Yaelah, gara- gara foto hilang aja kalian ribut, gajelas banget sih”, Andes tersenyum geli.

“Ohh... lo seneng ya lihat sahabat lo ribut kayak gini, malah cengengesan lagi”, Timpal Naz kesal .

“Hahaha... gak usah diributin marisol, di HP ku ada soft copy nya keleus “, Andes mengayun- ayunkan HP di tangannya sambil nyengir kuda.

“Apa? Ko bisa?”, tanya Ruby dan Naz serentak

.

“Ya bisalah, masa bisa dong hahaha", Andes tertawa penuh kemenangan seakan jadi pahlawan anggota Avengers padahal lebih terlihat seperti anggota Power Pop Girl.

"Gimana ceritanya bisa dapetin soft copy itu?", Tanya Ruby yang penasaran.

"Mau tau aja apa mau tahu banget?", Andes malah sengaja memancing kemarahan dua sahabatnya yang begitu penasaran.

"Jawab aja kenapa sih, bertele- tele banget iiihhh", Ruby benar- benar kesal dan mencubit pipi Andes.

"Aahhh,, ampun ampun... Iya iya aku cerita, tapi lepasin dulu", Andes meringis kesakitan akibat cubitan Ruby.

"Jadi gini, tadi tuh waktu kalian antri di kasir Gramedia aku pergi ke toilet, pas mau kembali aku melewati stand foto box tadi. Nah gak sengaja aku dengar kalo ada yang minta soft copy foto dikirim ke HP dan bayar 20 ribu, yasudah aku samperin ke sana dan minta soft copy foto- foto kita karena itu adalah momen langka kita”, Andes menjelaskan panjang lebar.

“Pantesan dari tadi lo santai banget pas tau amplop foto hilang, dasar kampret lo Des”, cerocos Naz dan melempar bantal leher ke wajah Andes saking kesalnya.

“Iya lo Des, malah diem- diem bae”, Ruby pun ikut kesal pada Andes lalu memandang ke arah Naz.

“Naz , maafin gue ya udah marah- marah sama lo”, ucapnya menyesal sambil mengulurkan tangannya untuk berbaikan.

“Iya, gue juga minta maaf ya”, Naz menyambut uluran tangan Ruby.

Akhirnya kedua sahabat itu berbaikan dan menandakan bahwa drama tragedi hilangnya foto box telah berakhir.

Tiba – tiba terlihat ada mobil ambulan melaju dari arah berlawanan disertai bunyi nyaring sirine nya Iyuwiwiwiwiwiwiw

“Ohh... pantesan macet parah, sepertinya terjadi kecelakaan”, terdengar Pak Udin membuka suara setelah satu jam lebih mingkem bae.

“Udah nyampe mana ini Pak Udin? “, tanya Dandy yang baru siuman dan mengucek matanya tidak menyadari kemacetan yang padat.

“Belum juga setengah jalan ini Mas, kendaraan padat merayap. Sepertinya terjadi kecelakaan, soalnya tadi ada ambulan dari arah sana", Jawab Pak Udin menunjuk ke depan.

“Iiihh... lo kenapa sih goyang- goyang mulu?, udah tau kita deti, kaya nona manis aja lo”, Ruby protes pada Kiara yang duduknya gerak- gerak terus dan merasa mengganggu konsentrasi nya main game.

“Iya ih lo kenapa sih Ra, gerak- gerak mulu dan mulut lo tumben gak ada protes kejebak macet lama gini?”, Naz juga merasa ada yang aneh dengan Kiara yang biasanya suka banyak protes kalo udah bete.

“Iya Ra, tumben diam aja, tadi ada perang di depan mata ko diam saja?”, Andes juga merasa heran pada Kiara.

”Eh,, by the way deti sama nona manis itu siapa ,By ?”, sambungnya penasaran mengingat- ingat temannya tidak ada yang bernama itu.

“Yaelah Des... deti itu singkatan dari Dengkep Tiga, lah ini kita duduk bertiga kan”, Ruby menjelaskan sambil ketawa.

“Oh... kirain kita ada anggota baru, terus kalo Nona Manis siapa?”, ternyata Andes masih penasaran dengan itu.

“Itu gara- gara Kiara gak diem goyang sana goyang sini jadi kayak lagu nona manis,,

Putar ke kiri e Nona manis putarlah ke kiri ke kiri ke kiri dan ke kiri ke kiri ke kiri manise. “ sontak itu mengundang gelak tawa semua orang di dalam mobil kecuali Kiara, karena Ruby menyanyikannya lagu itu dengan menggerak- gerakan tangannya ala penari Hawai.

Jalanan sudah tidak macet lagi dan mulai lancar kembali, Pak Udin pun melajukan mobil dengan kecepatan sedang.

“Emh, bau apa sih nih”, Ruby mencium bau tidak sedap dan mengendus- endus mencari asal bau tersebut. “Ra,,lo kentut yaa??” tanyanya sewot.

“Sorry, gue kelepasan perut gue mules banget”, Kiara menjawab malu sambil meringis memegang perutnya yang sakit.

“Pantesan lo diam aja gak kayak biasanya, kenapa gak ngomong dari tadi", Naz jadi panik melihat sahabatnya sudah mulai bercucuran keringat.

“Duttttt,,,durut dut dut dut,,,”

Bukannya mendapat jawaban dari Kiara malah ada suara bom yang berhasil memborbardir seisi mobil menjadi panik kalang kabut menutup hidung.

Dandy pun meminta Pak Udin untuk memasuki pom bensin yang ada di depan.

Dan benar saja sesampainya di parkiran mushola pom bensin, Kiara bergegas keluar dari mobil dan langsung menuju toilet. Setelah selang beberapa menit kemudian Kiara pun kembali. Namun baru saja membuka pintu mobil, perutnya kembali mules dan langsung masuk ke toilet lagi.

Sementara, Naz berinisiatif membeli minyak angin dan obat ke mini market yang sempat ia lihat di sebelah pom bensin.

Ini sudah yang keempat kalinya Kiara ke toilet di samping mushola, saat keluar sudah tidak punya tenaga berjalan gontai sambil meraba- raba dinding. Karena merasa tidak kuat lagi, Kiara terjatuh dan hanya bisa ngesot sambil menunduk karena merasa pusing dengan rambut terurai ke depan.

Saat hampir sampai belokan yang menuju ke depan mushola dimana ada Ruby menunggu, ada seorang wanita yang berjalan hendak ke toilet berteriak saat berpapasan dengan Kiara.

“Aaak... tolong... ada suster ngesot !!”, teriak si ibu itu yang kemudian berbalik arah dan berlari.

“Hah... yang bener aja siang bolong gini ada hantu”, Ruby memutar jengah bola matanya lalu melihat ke tikungan mushola yang menuju toilet.

"Aaaakk... beneran ada suster ngesot !!”, Ruby langsung berlari kocar- kacir menuju ke tempat parkir mobil.

“Loh, kamu kenapa By kayak ketakutan gitu? Kiara mana?”, tanya Andes.

“Hah, Kiara masih di toilet? Aduhh gimana kalo dia diterkam sama suster ngesot tadi”, Ruby cemas masih dengan nafas ngos- ngosan.

“Suster ngesot? Jangan mengada- ngada kalian tuh ya, mana ada hantu di siang bolong begini”, Dandy malah menertawakan Ruby.

“Beneran Kak, tadi dia ngesot rambutnya terurai kedepan dan melambai- lambaikan tangannya ,iihhh”, Ruby bergidik menceritakan apa yang dilihatnya tadi.

“Kamu dari mana Naz, lama banget”, Pandangan Ruby teralihkan melihat Naz baru muncul.

Naz yang baru datang membawa kantong kresek kecil nampak kebingungan melihat sahabatnya ketakutan.

“Nih, habis beli minyak angin sama obat diare”, menunjukkan kantung kresek yang dibawa nya.

"Kalian kenapa panik gini? loh Kiara mana?“, Naz menyadari ketidak hadiran Kiara diantara mereka.

“Yasudah, ayok kita ke sana kasihan Kiara ditinggalkan sendirian”, Dandy mengajak trio bontot untuk ke mushola kembali.

Setibanya di depan mushola, terlihat seseorang wanita tergeletak dalam posisi tengkurap tangan kanannya ke depan, wajahnya terlungkup dan tertutup oleh geraian rambutnya.

“Tuh kan ada suster ngesot”, tunjuk Ruby dan bersembunyi di belakang tubuh Dandy.

“Astagfirullah, Ruby... itu Kiara pingsan”, Dandy langsung berlari menghampiri Kiara yang tak sadarkan diri. Sedangkan Naz dan Ruby berdiam diri dengan mulut ternganga lalu menutup dengan kedua tangannya.

“Kenapa kalian malah diam? ayo kesini bantu ngangkat Kiara kita bawa ke rumah sakit", teriak Dandy mengagetkan trio bontot yang terbengong.

Kiara digendong oleh Dandy dengan bantuan Andes dibawa kedalam mobil dan langsung dibawa ke rumah sakit terdekat.

Sesampainya di rumah sakit, Kiara dibawa masuk ke ruang UGD untuk segera ditangani dan Dandy mengatakan kepada perawat bahwa Kiara mengalami diare.

Tak lama dokter yang menangani Kiara keluar ruang UGD menghampiri Naz dan kawan- kawan. Dokter memberitahukan bahwa Kiara mengalami dehidrasi akibat diare yang dideritanya dan menyarankan untuk dirawat inap.

Naz segera menghubungi orang tua Kiara memberitahukan keadaan Kiara sesuai dengan apa yang dikatakan dokter, agar kedua orang tuanya segera datang ke rumah sakit. Lalu Naz menenangkan Ruby karena ia merasa sangat bersalah telah mengajak Kiara makan keripik yang pedasnya di level 25.

--------- TBC ------------

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!