NovelToon NovelToon

Istriku Selingkuhan Bapakku

Bab 1

Yanu pemuda berusia 27 tahun. Ia bekerja di pabrik dekat dengan rumahnya. Yanu kerap di sindir oleh teman-teman sebaya nya karena dia sendiri yang belum menikah.

Pada suatu ketika Yanu mengunjungi teman nya yang bernama Edo. Rumah Edo hanya berjarak seratus meter dari rumah Yanu. Pada saat Yanu dan Edo sedang duduk berbincang-bincang di teras rumah Edo,Yanu melihat seorang perempuan cantik melintas. Lalu ia bertanya kepada Edo,siapakah perempuan tersebut.

"Eh Do,tadi siapa kok aku gak pernah lihat. Orang baru kah ?" Tanya Yanu ke Edo.

"Oh,cewek tadi ? Itu Tini,pembantu di rumah bulikmu."

"Bulik ? Bulik Irma ?."

"Iya Bu Irma,bulikmu Yan. Kenapa ? Kamu naksir sama dia ?."

"Hehehehe... Kamu mah tau aja Do,dia lumayan cantik ya,dan nampaknya orangnya juga rajin deh."

"Ya coba saja kenalan sono,siapa tau kamu sama dia berjodoh."

"Iya ya Do,doain saja lah. Kalau begitu aku pulang dulu,udah sore juga ini."

Sesampainya di rumah,Yanu segera mandi. Dia berniat untuk mengunjungi rumah buliknya setelah mandi nanti.

"Le,kok ganteng amat mau kemana kamu ?" Tanya Bu Ami ibu Yanu.

"Eh ibu,ngagetin saja. Itu bu.. Yanu mau kerumah bulik Irma."

"Tumben kamu mau kerumah bulikmu le,biasanya kalau di suruh kesana buat panggil bapakmu saja kamu nya males. Padahal jarak rumah bulikmu cuma beda 5 rumah saja. Apa ada hal penting yang mau kamu sampaikan ke bulikmu le ?."

"Tidak bu,Yanu cuma mau mengunjungi bulik sama paklek saja. Bapak juga lagi di sana kan bu ?."

"Iya,tadi bapakmu bilang katanya mau bantuin paklikmu panen mangga. Kamu panggilin juga ya bapakmu,suruh pulang kalau kerjaan nya sudah selesai. Sudah hampir petang juga."

"Njih bu."

Yanu pun bergegas berangkat ke rumah buliknya. Ia berpakaian rapi dan wangi. Sesampainya di rumah Bu Irma,

Tok..Tok..Tok..

"Assalamu'alaikum bulik."

"Wa'alaikum salam." Terdengar jawaban salam dari dalam,dan tak lama kemudian pintu pun di bukakan.

"Cari siapa mas ?." Tanya Tini yang belum mengetahui siapa Yanu.

"Bulik sama paklik ada ?."

"Bulik siapa ya ?."

"Tini,siapa yang bertamu ?." Ucap Bu Irma dari dalam sambil berjalan menghampiri Tini dan Yanu.

"Saya kurang tahu bu,ini mas nya katanya nyariin bulik sama pakliknya." Ucap Tini lugu.

"Eh kamu toh Yan,ayo masuk. Tumben kamu kesini Yan ?."

"Saya di suruh ibu panggil bapak bulik,sama itu tadi siapa ya bulik. Kok Yanu tidak pernah tahu."

"Oh itu Tini,pembantu baru bulik. Dia yang menggantikan mbok Darmi Yan. Kenapa ? Kamu suka sama dia ? Dia masih belum punya suami loh Yan,ya mungkin saja dia sama kamu bisa berjodoh."

"Hehehe.. Bulik tau saja maksud saya. Saya suka sama Tini pada pandangan pertama." Ucap Yanu malu-malu.

"Tin..Tini.. Sini bentar ndhuk."

"Njih bu ada apa ?."

"Sini ibu kenalkan dengan keponakan ibu."

Tini pun berjalan menghampiri Bu Irma dan Yanu yang duduk di sofa ruang tamu dengan membawa baki berisi minuman dan camilan.

"Ini Yanu keponakan ibu Tin,dia mau berkenalan denganmu. Katanya dia suka sama kamu pada pandangan pertama. Ya siapa tahu kamu dan Yanu berjodoh."

Yanu dan Tini tersipu malu mendengar perkataan Bu Irma.Yanu memberanikan diri untuk berkanalan dengan Tini dan meminta ijin kepada buliknya untuk mengajak Tini keluar makan malam. Bu Irma mengizinkan Tini untuk keluar bersama Yanu. Sementara Tini bersiap,Yanu menunggu Tini di halaman belakang rumah Bu Irma sambil.

"Pak kerjaan nya sudah rampung semua belum ? Ibu tadi bilang bapak di suruh cepat pulang."

"Sudah selesai semua kok le,ini tinggal masukin mangga-mangga hasil petikan tadi ke karung saja. Mungkin bapak sama lik Darso kerjakan besok. Sudah malam juga,gak kelihatan. Lah kamu tumben kemari ?."

"Itu si Yanu mau ajak jalan Tini mas." Sahut Bu Irma.

"Lah,kamu suka sama si Tini Yan ?."

"Hehehe.. iya pak,lagi berusaha. Ya kali aja jodohnya Yanu. Bapak doain saja ya."

"Ya le." Jawab pak Sulton singkat.

Di dalam hati Pak Sulton merasa cemburu karena ternyata anaknya suka dengan Tini. Karena ternyata Pak Sulton dan Tini memiliki hubungan spesial yang tidak di ketahui oleh siapapun.

Setelah bersiap,Tini menghampiri Yanu ke kebun belakang rumah Bu Irma. Tini tampak cantik dengan balutan dress panjang selutut berwarna biru.

"Bu,pak saya berangkat dulu ya." Pamit Tini kepada Bu Irma dan Pak Darso.

"Ya Tin,hati-hati. Nitip Tini ya Yan."

"Siap bulik."

"Aku juga pamit balik dulu dek. Besok lanjut lagi. Kasihan mbakmu sudah nunggu di rumah juga." Ucap Pak Sulton berpamitan kepada Pak Darso dan Bu Irma.

"Ya mas,makasih ya. Oh iya ini buat mbak." Ucap Pak Darso sembari memberikan bungkusan plastik hitam berisi mangga ke Pak Sulton.

Sesampainya di rumah,Pak Sulton tidak langsung masuk ke dalam rumah tetapi dia duduk di teras rumahnya sambil memikirkan rencana hubungan nya dengan Tini agar tetap berlanjut dan tidak menyakiti anaknya.

"Ah,apa aku suruh saja Yanu menikahi Tini secepatnya ya. Lalu aku suruh mereka berdua tinggal di sini,dengan begitu aku dan Tini lebih leluasa." Gumam Pak Sulton.

Di sela lamunan nya,Pak Sulton di kagetkan oleh Bu Ami.

"Pak,kok malah duduk di sini. Ayo masuk,ibu rebusin air ya buat mandi. Terus makan,udah ibu siapkan."

"Walah bu,kaget bapak. Iya bu,rebusin air. Bapak capek banget. Ini buat kamu bu." Ucap Pak Sulton menyerahkan bungkusan kantong plastik hitam kepada Bu Ami.

"Apa ini pak ?."

"Mangga buatmu dari dek Irma tadi."

"Oalah iya pak. Ayo masuk pak,ibu siapin airnya buat mandi sekalian ibu kupasin mangganya buat bapak."

"Iya bu."

Pak Sulton dan Bu Ami pun masuk ke dalam rumah.

Bersambung....

Bab 2

Yanu mengajak Tini kesebuah resto di kaki gunung merapi. Resto tersebut memiliki pemandangan yang indah pada malam hari.

"Baru pertama kali ini saya keluar rumah Bu Irma dengan laki-laki untuk makan malam. Bagus juga ya pemandangan malam hari dari sini."

"Memangnya kamu belum pernah kesini Tin ?."

"Belum mas."

"Oh iya,kamu mau makan apa tin ?."

"Saya ngikut mas aja,apa saja saya suka kok."

"Mbak,pesan nasi goreng seafood 2 sama jus alpukat nya 2 ya." Ucap Yanu memesan makanan.

"Oh iya Tin,kamu sudah punya pacar ?."

"Belum mas."

"Emm.. begini Tin,umur saya kan sudah tidak muda lagi dan saya dengar dari bulik kamu 2 tahun lebih tua daripada saya. Seumpama saya ajak kamu nikah mau tidak Tin ?."

"Tapi kan kita baru kenal mas." Ucap Tini terkejut.

"Ya gak harus nikah sekarang atau besok,maksud aku itu kita pacaran dulu. Tapi pacaran untuk menuju ke jenjang yang lebih serius. Jadi kamu aku kenalkan ke orang tuaku begitupun sebaliknya. Kalau di rasa kita sudah cocok dan orang tua kita sudah setuju semua,baru deh kita nikah. Gimana menurutmu ?."

"Boleh mas."

"Jadi kita sekarang pacaran nih ?."

Tini menjawab dengan anggukan.

"Yes,makasih ya." Ucap Yanu sembari tersenyum bahagia.

Makanan yang mereka berdua pesan pun datang. Mereka segera menyantap makanan yang telah tersaji. Setelah makan,Yanu mengantarkan Tini kembali ke rumah buliknya.

"Makasih ya Tin buat malam ini. Aku langsung pulang dulu."

"Gak mampir dulu mas ?."

"Nggak Tin,udah malam juga. Gak enak sama tetangga. Nanti kalau sudah sampai rumah coba aku bilang ke bapak sama ibu soal hubungan kita. Semoga bapak dan ibu merestui,jadi kita bisa cepat-cepat melanjutkan ke jenjang pernikahan."

"Ya mas,nanti saya juga akan menghubungi orang tua saya dan menyampaikan soal hubungan kita. Semoga saja kita berjodoh ya mas."

"Aamiin. Yasudah Tin,aku pulang dulu ya. Besok pulang kerja aku kesini lagi buat sampaikan hasil musyawarahku sama bapak ibu. Hehehe.."

"Ya mas,hati-hati."

Yanu pulang ke rumah. Sesampainya di rumah,ia di sambut oleh Bu Ami dan Pak Sulton yang tengah menonton televisi di ruang keluarga.

"Kamu sudah pulang le. Gimana tadi sama Tini ?."

"Alhamdulillah bu,saya tadi sama Tini makan malam di resto dekat merapi. Jadi ya maaf kalau saya pulang nya agak lambat."

"Lalu kelanjutan kamu sama Tini gimana le ?."

"Alhamdulillah,aku sama Tini sudah jadian bu. Kami sekarang berpacaran."

Pak Sulton yang sedak minum sontak tersedak mendengan penuturan Yanu.

"Hati-hati toh pak kalau minum. Pelan-pelan saja. Gak ada yang minta juga." Ucap Bu Ami meledek suaminya.

"Bapak kaget saja bu. Tapi ya alhamdulillah Yan kalau kamu sama Tini akhirnya berpacaran. Tapi menurut bapak kalau bisa secepatnya kamu menikahi Tini. Jangan lama-lama pacaran nya. Gak enak juga di lihat tetangga. Apalagi Tini statusnya pembantu bulikmu. Takut di omong yang tidak-tidak sama tetangga nanti."

"Iya le,kalau bisa segerakan saja hubungan kalian ke jenjang pernikahan. Umurmu juga sudah pas untuk menikah. Jangan di tunda-tunda lagi. Mbak sama mas mu juga sudah menikah semua."

"Ini artinya ibu sama bapak merestui hubungan saya dengan Tini ?."

"Ya le,tadi ibu dan bapak sudah membicarakan nya. Apalagi Tini juga gadis yang baik. Insyaallah cocok untuk kamu jadikan istri."

"Alhamdulillah,terimakasih ya pak bu."

"Oh iya Yan 1 lagi pesan bapak. Nanti kalau kamu sudah menikah dengan Tini,kalian tinggal di sini saja agar ibumu juga ada teman nya. Lagi pula jaman sekarang kontrak rumah juga gak ada yang murah. Lumayan kan kalau kalian tinggal di sini,uang untuk kontrakan bisa buat hal lain. Kalau bisa ya di tabung buat jaga-jaga. Ya siapa tahu Tini bisa langsung hamil. Dan kalau bisa,Tini gak usah kerja jadi pembantu lagi di rumah bulikmu. Suruh dia keluar dari pekerjaan nya. Seperti ibumu,fokus jadi ibu rumah tangga saja. Melayani suami dan merawat suami juga anak-anaknya kelak. Soal biaya sehari-hari itu tanggung jawabmu sebagai suaminya."

"Ya pak,rencana saya juga seperti itu. Tini saya suruh keluar dari tempat bulik. Ya kalaupun nantinya gajiku tidak cukup dan dia kekeh mau bekerja,nanti saya masukan saja ke pabrik tempat saya bekerja pak. Lalu untuk tinggal di sini,ya sebenarnya saya ingin nya buat kontrak saja sih. Tapi kalau di pikir-pikir dengan gaji saya yang cuma umr,saya rasa memang tidak cukup pak untuk kontrak rumah dan yang lain. Apalagi kalau Tini bisa langsung hamil. Haduh makin pusing nanti saya pak."

"Maka dari itu Yan,setelah menikah kamu tinggal di sini saja. Bapak dan ibu sudah memikirkan soal hal itu. Kan kalau di sini kalian berdua juga bisa hemat. Selain tidak mengeluarkan biaya untuk kontrak,untuk makan sehari-hari bapak dan ibu juga bisa bantu."

"Ya pak."

"Ya sudah le,sudah malam juga. Kamu tidur sana gih. Besok kamu kerja pagi kan ?."

"Ya bu. Kalau begitu saya pamit mau istirahat dulu ya pak bu."

"Ya." Jawab Pak Sulton dan Bu Ami bersamaan.

Keesokan paginya,Yanu berangkat bekerja dengan hati yang senang karena selain dia sudah mendapatkan pujaan hati,dia juga mendapatkan restu dari kedua orang tuanya untuk meminang sang pujaan hati.

Sore harinya setelah selesai bekerja,Yanu buru-buru pulang. Dia tidak sabar untuk menyampaikan kabar gembira itu ke Tini. Yanu juga tidak langsung pulang kerumah,melainkan mampir dahulu ke rumah Bu Irma untuk menemui Tini. Sesampainya di rumah Bu Irma,Yanu segera menemui Tini.

"Assalamu'alaikum bulik,Tini ada ?."

"Ada,kamu tunggu sebentar ya Yan bulik panggilkan."

"Ya bulik."

Selang beberapa saat Tini pun keluar dengan membawa baki berisi segelas teh dan roti bolu.

"Eh mas Yanu,baru pulang mas ?."

"Repot-repot saja kamu Tin. Iya mas baru pulang kerja. Maaf nih kalau mas ganggu waktu kerja kamu. Mas kesini cuma mau menyampaikan soal hasil musyawarah mas dengan bapak dan ibu semalam."

"Gimana mas ?. Aku juga semalam sudah menghubungi bapak dan ibu mas. Bapak dan ibu setuju,tapi kata bapak mas di suruh ke sana membawa orang tua mas untuk meminang saya."

"Siap dah. Orang tua mas juga sudah setuju kok Tin. Kira-kira kapan mas dan orang tua mas bisa kesana ?."

"Kalau bisa sepatnya mas."

"Bagaimana kalau sabtu depan. Sabtu mas libur kerja."

"Iya tidak apa-apa mas,nanti saya izin ke Bu Irma dan Pak Darso untuk pulang."

"Oh iya Tin,sama mas mau menyampaikan pesan bapak semalam."

"Apa mas ?."

"Besok kalau kita sudah menikah,kita tinggal di rumah orang tua mas dulu ya. Lalu kamu resign dari sini. Kamu fokus aja jadi ibu rumah tangga sekalian temani ibu. Kamu gak keberatan kan Tin ?."

"Ya mas tidak apa-apa kalau itu memang keputusan terbaik saya ikut saja."

"Kalau memang kamu masih ingin bekerja dan belum mengandung anak mas,nanti mas masukan ke pabrik tempat mas bekerja saja. Jadi kita bisa berangkat dan pulang kerja bareng."

"Ya mas,nanti bisa di bicarakan lagi. Yang terpenting rencana kita dahulu untuk menikah."

"Ya Tin."

Hari yang di tunggu Yanu pun tiba. Yanu,Tini dan kedua orang tua Yanu berangkat ke Banjarnegara kampung asal Tini untuk menemui orang tua Tini dan meminang Tini. Sesampainya di sana,mereka di sambut ramah oleh kedua orang tua Tini beserta kakaknya.

"Assalamu'alaikum." Ucap Yanu sembari menyalami dan mencium punggung tangan kedua orang tua Tini.

"Wa'alaikum salam. Oh ini toh nak Yanu yang sering di ceritakan Tini. Monggo pak bu duduk." Ucap orang tua Tini sembari mempersilakan duduk.

"Terimakasih njih pak bu,kami sudah di sambut dengan baik. Kedatangan kami kemari dengan tujuan yang baik juga. Kami bermaksud untuk melamar anak bapak dan ibu yaitu nak Tini untuk jadi istri anak kami Yanu. Apakah lamaran kami di terima atau tidak pak bu." Ucap Pak Sulton langsung ke intinya tanpa basa-basi.

"Monggo di minum dulu pak bu." Ucap ibu Tini.

"Kalau saya sebagai orang tua tidak bisa menjawab. Semua tergantung sama Tini nya saja pak,karena mereka berdua yang menjalani. Gimana Tin,kamu mau tidak menerima lamaran nya nak Yanu ?." Ucap bapak Tini.

"Iya pak,saya mau."

"Alhamdulillah." Ucap Yanu,Pak Sulton,Bu Ami,dan kedua orang tua Tini.

"Kira-kira pernikahan nya mau di laksanakan kapan ya pak ?." Ucap bapak Tini.

"Kalau bisa secepatnya saja pak,agar tidak ada fitnah atau omongan yang tidak baik." Jawab Pak Sulton.

"Bagaimana kalau awal bulan depan ? Giman Yan,Tin ? Kalian setuju tidak ?." Tanya bapak Tini.

"Kita ikut saja ya Tin." Jawab Yanu.

"Iya mas,kita ikut saja."

Akhirnya semua sepakat acara pernikahan Yanu dan Tini dilaksanakan bulan depan dan Tini akan resign dari pekerjaan nya 2 minggu sebelum acara pernikahan nya.

2 minggu pun berlalu. Hari dimana Tini akan berhenti dari pekerjaan nya sebagai pembantu di rumah Bu Irma dan pulang ke kampungnya di Banjarnegara. Ia berpamitan kepada Bu Irma dan Pak Darso.

"Pak,bu terimakasih ya telah baik sama Tini selama Tini bekerja di sini. Tini merasa tidak di anggap sebagai pembantu,melainkan sebagai anak. Tini senang sekali. Sekarang Tini pamit untuk kembali ke kampung Tini dan fokus ke persiapan pernikahan Tini dan mas Yanu. Tini mohon doa restunya ya pak,bu."

"Jujur sebenarnya ibu sedih Tin,kamu resign dari sini. Selain ibu sudah tidak ada yang bantu lagi,ibu juga tidak ada teman untuk bercerita. Karena selama ini kan kamu yang selalu mendengarkan cerita ibu Tin. Besok-besok kalaupun kamu sudah tidak mau bekerja di sini dan sudah menjadi istri Yanu,kamu tetap main ke tempat ibu ya Tin." Ucap Bu Irma sambil menangis tersedu-sedu melepas Tini.

"Ya Tin,kami merestui kamu dan Yanu. Semoga lancar semuanya sampai hari H ya. Dan semoga kalian bisa menjadi keluarga sakinah,mawadah,warohmah. Aamiin. Oh iya,ini kamu mau pulang naik apa Tin ? Apa mau saya antarkan ?."

"Aamiin. Sebelum nya terimakasih atas tawaran bapak,tapi bapak tidak perlu repot-repot untuk mengantar saya. Saya pulang naik bis saja. Ini saya juga sudah memesan taxi online kok pak,untuk mengantarkan saya ke terminal. Bapak dan ibu jangan lupa datang ke acara pernikahan saya ya. Saya pamit,terimakasih."

"Ya Tin hati-hati di jalan ya kamu." Ucap Bu Irma dan Pak Darso secara bersamaan.

Tak lama kemudian,taxi online yang di pesan Tini pun datang. 

"Ke terminal ya mbak ?." Tanya sopir taxi tersebut.

"Ya pak."

Taxi pun di berangkatkan. Di tengah perjalanan sopir taxi tersebut mengajak Tini untuk mengobrol agar suasana di mobil tidak kaku.

"Memangnya mau kemana mbak,kok barang bawaan nya banyak sekali ?."

"Saya mau pulang kampung pak. Saya sudah berhenti dari pekerjaan saya."

"Oh,maaf sebelumnya mbak. Mbak nya kerja dimana ya ?."

"Oh saya pembantu di rumah tadi pak. Saya mengundurkan diri karena mau menikah. Calon suami saya melarang saya untuk bekerja lagi."

"Ya selama calon suami mbak nantinya bisa dan sanggup untuk mencukupi mbak ya tidak apa-apa mbak. Memang sepatutnya istri itu di rumah ngurus anak dan suami."

"Ya pak."

Tak terasa perjalanan Tini ternyata sudah sampai di terminal tujuan Tini.

"Sudah sampai mbak."

"Loh cepat sekali pak."

"Kan dekat mbak. Total tagihan nya lima puluh lima ribu rupiah mbak."

"Ini pak,terimakasih ya. Minta tolong barang-barang saya di keluarkan ya pak." Ucap Tini sambil menyodorkan uang.

"Ya mbak,terimakasih."

Setelah barang-barang di turunkan,taxi tersebut pergi meninggalkan Tini di depan terminal. Tini masuk ke dalam terminal membawa barang-barangnya dan mencari bus tujuan nya.

"Ayo...ayo...ayo... 5 menit lagi bus akan di berangkatkan." Teriak kondektur bus.

"Tujuan Banjarnegara ya pak."

"Iya mbak,ayo segera naik. Bus akan berangkat sebentar lagi."

"Ya pak."

Sesaat setelah Tini naik,bus pun di berangkatkan. Dalam perjalanan,Tini beradu dengan batin nya. Sebenarnya dia bingung dengan keputusan nya untuk menikah dengan Yanu. Karena sebenarnya dia tidak mencintai Yanu,melainkan Pak Sulton bapak Yanu. Dia menikah dengan Yanu pun atas usul Pak Sulton agar hubungan mereka tidak terendus oleh Yanu dan Bu Ami dan agar mereka juga bisa lebih leluasa apabila tinggal satu rumah.

"Apa ini keputusan yang tepat ? Tapi aku tidak mencintai mas Yanu sama sekali. Ah,mungkin saja kelak rasa cinta itu bisa datang kalau aku sering bersama mas Yanu." Batin Tini di tengah lamunan nya.

Tanpa terasa bus yang di tumpangi Tini pun sampai tujuan. Tini bergegas turun membawa barang bawaan nya lalu mencari taxi untuk membawanya dari terminal sampai kerumah. Setelah menemukan taxi yang di cari,Tini segera menaiki taxi tersebut. Sesampainya dirumah.

"Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumsalam. Eh ndhuk kamu sudah sampai. Ayo buruan masuk,ibu sudah masakin makanan kesukaanmu. Bersih-bersih diri dulu sana. Kamarmu juga sudah ibu bersihkan." Sambut Bu Siti ibu Tini sembari memeluk anaknya yang baru datang.

"Njih bu terimakasih."

Setelah beberes dan mandi,Tini menghampiri bapak ibunya di meja makan.

"Sini ndhuk makan bareng sama bapak ibu. Lauk nya ya cuma gini. Tapi ini ada ikan asin sama sambel mangga kesukaanmu."

"Wah,ibu paling ngerti saja kalau Tini kangen banget ikan asin sama sambel mangga buatan ibu."

"Oh iya Tin,persiapan untuk pernikahanmu sudah semua. Kamu dan Yanu cuma ahad nikah saja kan gak pakai resepsi ?."

"Iya bu. Tini malu kalau untuk di suruh duduk di pelaminan terus dilihatin sama banyak orang. Jadi Tini cuma minta ahad nikah saja bu. Kan selain meminimalisir anggaran,uang yang harusnya buat resepsi bisa untuk hal yang lain kedepan nya. Pernikahan kan gak cuma sehari itu saja bu. Tapi panjang."

"Pinternya anak bapak,sudah dewasa kamu sekarang ndhuk. Bijak menyikapi. Bapak bangga sama kamu."

"Makasih pak."

Tanpa terasa hari yang Tini dan Yanu nantikan tiba. Yanu datang bersama rombongan. Penghulu juga sudah siap menunggu mempelai. Tini tampak cantik dan anggun dengan balutan busana pengantin berwarna putih dan riasan yang tampak natural. Begitupun Yanu tampak tampan dan gagah dengan balutan basekap putih.

"Bagaimana sudah siap semua ?." Tanya penghulu.

"Siap pak." Jawab Yanu.

"Baik saya mulai saja ya."

Lantunan doa di panjatkan sebelum acara ijab kabul di mulai. Setelah semua doa-doa di bacakan,acara inti pun dimulai.

"Baik,ijab akan segera di mulai. Pak Tukiman selaku ayah kandung dari mbak Sutini akan menikahkan mbak Sutini dengan mas Yanuari. Monggo di persilahkan Pak Tukiman." Ucap penghulu.

"Bismillahirrahmanirrahim. Saya Tukiman selaku ayah kandung dari Sutini,saya nikahkan dan kawinkan engkau saudara Yanuari bin Sulton dengan anak saya Sutini binti Tukiman dengan mas kawin seperangkat alat sholat dan uang sebesar lima belas juta lima ratus dua ribu lima rupiah dibayar tunai." Ucap Pak Tukiman sambil di tuntun oleh penghulu.

"Saya terima nikah dan kawin nya Sutini binti Tukiman dengan mas kawin tersebut dibayar tunai." Ucap Yanu lantang dan jelas.

"Alhamdulillah,bagaimana para saksi ? Sah ?." Tanya penghulu ke para saksi.

"Sah." Jawab semua saksi.

Doa pun di panjatkan untuk mereka berdua. Acara ahad nikah berjalan dengan lancar. Bu Ami,Pak Sulton dan semua keluarga Yanu berpamitan untuk pulang.

"Kamu baik-baik di sini ya le,ibu tunggu di rumah."

"Njih bu,saya di sini cuma sehari kok bu. Besok saya sama Tini langsung balik ke Klaten."

"Lah kok cepet banget toh nak Yanu ?." Ucap Bu Siti menimpali.

"Saya senin kan harus masuk kerja bu,saya tidak dapat cuti soalnya."

"Walah yawes kalau begitu. Pesen ibu besok kalau kalian di sana jaga Tini baik-baik ya."

"Sing tenang wae toh jeng,kan ada saya. Kalau Yanu berani macem-macem sama Tini saya bakal jitak anak saya." Ucap Bu Ami bercanda.

"Yasudah,kalau begitu kami pamit pulang dulu ya bu,pak. Maturnuwun." Ucap pak Sulton.

Bersambung....

Bab 3

"Kalian istirahat dulu sana gih. Pasti kalian capek setelah acara tadi. Ibu mau masak dulu." Ucap Bu Siti.

"Njih bu,kami masuk ke kamar dulu ya. Mas ayo."

"Eh iya Tin." Ucap Yanu bingung.

"Ini kamar saya mas,mas Yanu mandi dulu sana gih biar seger. Saya mau lepas riasan dulu sama olesin konditioner biar rambut bekas hairspray dan sasakan nya bisa di sisir. Nanti sehabis mas Yanu mandi aku yang mandi."

"Ya Tin,gerah saya pakai ginian."

Tini hanya menjawab dengan senyuman sambil melepas cucuk konde yang melekat di kepalanya.

Setelah mandi,Yanu memandangi Tini yang sedang asik mengoles konditioner ke rambutnya sembari menyisir rambutnya yang kaku terkena hairspray.

"Mau mas bantu ?."

"Gak usah mas,ini juga sudah mau selesai."

"Gini-gini mas ahli loh menata rambut. Hihihi.."

"Ah mas bisa saja. Nah sudah selesai. Aku mandi dulu ya mas,biar rambutku gak kayak singa gini."

"Iya sana mandi biar seger. Mas mau tidur dulu,capek."

"Ya mas."

Selesai mandi,Tini langsung membantu ibunya menyiapkan makanan untuk makan malam.

"Loh kamu kok gak menemani suamimu toh Tin. Kok malah bantuin ibu."

"Mas Yanu tidur bu,kasihan mungkin dia kecapekan. Perjalanan Klaten kesini kan juga jauh bu. Terus ditambah tadi acaranya jg sampai ashar. Pasti mas Yanu capek banget itu."

"Udah sana bangunin suamimu suruh makan. Bapak dan ibu tunggu di sini."

"Ya bu."

Tini bergegas masuk ke kamarnya untuk membangunkan Yanu dan meninggalkan Bu Siti yang menyiapkan makanan di meja makan.

"Mas bangun mas,sudah di tunggu ibu sama bapak di meja makan."

"Emm.. jam berapa ini sayang ?."

"Magrib mas."

"Ah sudah magrib saja. Sini sayang." Ucap Yanu menarik tangan Tini.

Pergumulan pun dimulai...

Di sela-sela pergumulan,Yanu merasa kalau istrinya sudah sering digauli oleh lelaki. Ia merasa kecewa karena istrinya tidak jujur dengan nya. Ia tetap melanjutkan pergumulan nya dengan perasaan kecewa.

Setelah selesai,Yanu dan Tini membersihkan diri lalu menuju meja makan. Akan tetapi muka Yanu sedikit muram.

"Nak Yanu kenapa ? Kok mukanya muram gitu ?." Tanya Bu Siti yang memperhatikan Yanu.

"Eh nggak bu,cuma capek saja saya. Apalagi besok harus balik ke Klaten."

"Kok gak balik lusa saja nak Yanu ?." Ucap pak Tukiman.

"Saya tidak bisa ambil libur tambahan pak. Pekerjaan saya juga banyak."

"Yasudah kalau gitu kalian makan dulu,lalu istirahat. Persiapkan stamina kalian untuk perjalanan besok. Balik ke Klaten jam berapa nak Yanu ?."

"Pagi mungkin pak. Biar sampai sana saya bisa istirahat dulu."

"Oh yasudah,habis makan kalian istirahat saja."

"Ya pak."

Setelah makan,Yanu langsung masuk kamar dan di susul Tini.

"Tin jelasin sama aku."

"Apa mas ?."

"Kamu bilang ke aku katanya kamu gak pernah di sentuh lelaki lain selain aku. Tapi nyatanya tadi."

"Aku kehilangan kperawananku karena jatuh dari sepeda mas."

"Harusnya kamu jujur saja dari awal Tin,aku malah seneng dan gak mempermasalahkan akan hal itu. Kalaupun kamu kehilangan itu karena jatuh dari sepeda,gak mungkin rasanya beda banget kayak pernah di sentuh lelaki."

"Benar mas aku gak bohong." Ucap Tini sembari menangis karena bingung menutupi kebohongan nya.

"Yasudah Tin,kamu gak usah nangis. Mas gak marah sama kamu. Mas cuma kecewa kenapa kamu mesti bohong sama mas. Mas ini suamimu. Kamu gak perlu menutupi apapun dari mas. Kalaupun kamu jujur dari awal,mas juga bakal tetep nikahin kamu kok. Karena mas cinta dan sayang sama kamu."

"Maafin aku ya mas,aku sudah gak jujur sama kamu. Aku nutupin hal ini ke kamu. Tapi benar aku gak bohong soal aku kehilangan itu karena jatuh dari sepeda. Dan aku juga gak pernah di sentuh lelaki lain selain mas." Ucap Tini meyakinkan Yanu.

"Yasudah mas percaya. Sudah jangan nangis lagi." Ucap Yanu menenangkan Tini sambil memeluknya.

Dalam hati Yanu bergejolak. Dia masih belum percaya dengan penuturan Tini. Karena nyatanya Tini seperti sudah pernah di sentuh lelaki lain.

Malam itu Yanu tidak bisa tidur karena memikirkan hal tersebut.Ia merasa kecewa karena perempuan yang di cintainya dan di nikahinya ternyata telah membohonginya.

Keeseokan harinya,tepat pukul lima pagi Yanu membangunkan Tini.

"Tin ayo bangun."

"Emm.. mas kamu kok sudah rapi ?."Ucap Tini sambil mengucek matanya.

"Ayo bangun dan bersiap,kita balik Klaten pagi ini. Bus ke Klaten berangkat jam 7 pagi. Mas sudah pesan tiketnya."

"Ini jam berapa mas ?."

"Sudah setengah enam pagi."

"Wah,yasudah aku mandi dulu."

Tini buru-buru loncat dari tempat tidur dan lari menuju kamar mandi.

"Eh kok lari-lari,kamu kenapa toh ndhuk ?." Tanya Bu Siti heran melihat tingkah Tini.

"Sudah kesiangan bu. Nanti saja jawabnya."

Bu Siti yang heran hanya mengerutkan dahinya dan melanjutkan menyiapkan sarapan. Setelah mandi dan bersiap,Yanu dan Tini menuju meja makan untuk sarapan.

"Loh kalian kok sudah rapi mau kemana ?."

"Mau pulang ke Klaten pak." Jawab Yanu.

"Kok pagi banget ? Apa gak nanti saja pulangnya."

"Iya pak,tiket busnya sudah Yanu pesan. Pemberangkatan jam 7 pagi ini."

"Owalah yasudah kalau sudah pesan tiket. Kalian cepat makan,ini juga sudah jam 6. Takutnya malah telat nanti."

"Ya pak."

Setelah selesai makan,Yanu dan Tini berpamitan kepada Bu Siti dan Pak Tukiman.

"Pak,bu kami pamit dulu ya. Mohon doa restunya."

"Iya kalian hati-hati di jalan. Nitip Tini ya nak Yanu. Jaga Tini baik-baik. Arahkan dia ke jalan yang benar. Kalau dia salah,nasehati dia dan tegur dia. Jangan pukul dia ya nak."

"Ya pak."

"Yasudah kami pamit dulu pak,bu. Assalamu'alaikum." Ucap Tini

"Wa'alaikumsalam." Ucap Pak Tukiman dan Bu Siti secara bersamaan.

Tini dan Yanu berangkat menuju Klaten deengan bus yang sudah Yanu pesan. Di perjalanan,Yanu tertidur pulas karena ia semalaman tidak tidur. Tini yang berada di sampingnya melihat sang suami yang tertidur pulas merasa kasihan.

"Maafkan aku mas,kamu aku jadikan kambing hitam untuk menutupi hubunganku dengan bapakmu. Maafkan aku juga karena tidak bisa jujur kalau aku sudah pernah berhubungan dengan bapakmu." Batin Tini.

Mereka berdua pun sampai di pool bus tujuan mereka. Tini membangunkan Yanu yang masih pulas.

"Mas,sudah sampai. Ayo turun."

"Eh emm.. sudah sampai toh. Yasudah ayo turun." Ucap Yanu sambil meregangkan badan.

Sesampainya dirumah,mereka di sambut hangat oleh Bu Ami.

"Wah anak dan mantuku sudah datang. Sana bersih-bersih badan dulu terus makan. Ibu tunggu dimeja makan ya."

"Loh bapak mana bu ?." Tanya Yanu mencari bapaknya yang tidak nampak.

"Biasa bapakmu,keluyuran gak jelas. Tau sendiri kamu gimana bapakmu. Dah lupain saja. Oh iya le,kamu pindah ke kamar depan ya. Sudah ibu tata semuanya."

"Kenapa pindah bu ?."

"Bapakmu yang suruh,katanya kamar belakang mau di pakai buat tempat pusakanya sama buat semedi. Entahlah ilmu apa yang dia anut. Bapakmu itu gak paham tapi ikut-ikutan teman-teman nya yang gak jelas itu."

"Sudah ibu ingatkan ?."

"Berulang kali ibu ingatkan le,tapi gak di gubris. Coba kamu yang ingatkan bapakmu le."

"Kalau Yanu yang ingatkan sama saja bu. Ibu kan tau sendiri bapak gimana. Bapak akan nurut kalau yang ingatkan anak-anaknya yang berduit. Apalah Yanu bu,cuma buruh pabrik biasa dan bergaji umr."

"Dah le,kamu masuk kamar dulu sana. Bersih-bersih badan dulu terus makan. Kalian sudah lapar kan pasti. Perjalanan tadi kan lumayan jauh dan lama." Ucap Bu Ami mengalihkan pembicaraan.

"Ya bu."

Yanu dan Tini pun memasuki kamar yang sudah di siapkan oleh Bu Ami. Di dalam kamar,Tini menanyakan maksud dari omongan ibu mertuanya tersebut.

"Mas,tadi maksudnya ibu gimana ya. Bapak nganut ilmu apa ?."

"Huh..gini karena kamu sudah jadi istriku,sekarang kamu aku ceritain soal seluk beluk keluargaku. Bapak itu suka bisnis gak jelas dari dulu. Itulah alasanku kenapa aku kok gak nikah-nikah. Ya karena memikirkan ibu. Ibu sering di pukul bapak karena tidak mau di mintain uang bapak untuk modal bisnis nya yang gak jelas."

"Bisnis apa mas ?."

"Bisnis uka-uka kalau kata orang-orang. Jadi kayak bisnis barang-barang ghaib yang gak jelas letak keberadaan nya. Bapak itu sering di tipu sama rekan-rekan nya. Bapak juga cuma di manfaatkan sama rekan-rekan nya. Tapi kalau aku yang mengingatkan gak pernah di gubris,yang ada aku di hina. Sedangkan kalau ibu yang ingkatkan,ujungnya ibu yang kena pukul. Sampai tanah sudah habis di juali sama bapak buat bisnis gak jelas itu. Tapi mana,hasilpun gk pernah ada."

"Bapakmu kerja mas ?."

"Sudah nggak. Dulu bapak lurah di sini.  Tapi masa jabatan nya sudah habis. Dan kamu tahu gak,dulu waktu bapak jadi lurah bapak sering main cewek. Banyak cewek di bawa kesini di kenalin ke ibu. Katanya yang mau di nikahi nya untuk jadi istri ke 2. Padahal ibu dari awal nikah sampai anak-anak nya sudah besar tidak pernah di nafkahin bapak sepeserpun. Untuk biayain sekolah anak-anaknya,ibu rela berjualan keliling sama jadi buruh cuci baju. Sedikit demi sedikit ibu kumpulin pundi-pundi uang buat biayain sekolah anak-anaknya. Dulu,mas sempat berfikir untuk putus sekolah pas smp."

"Kenapa mas ?."

"Ya karena mas kasihan lihat ibu. Tapi ibu melarang mas putus sekolah sampai nangis. Jadi mas tetap lanjut sekolah tapi sepulang sekolah mas kerja cari uang buat bantu ibu."

"Mas kerja apa ?."

"Mas kerja jadi pembantu di rumah budhe Yani. Lumayan lah,perhari mas di kasih upah seribu rupiah. Makanya mas suruh kamu berhenti jadi pembantu. Karena mas pernah merasakan,dan gak mau istri mas merasakan nya juga. Sekarang biar mas yang kerja,kamu di rumah."

"Ya mas."

"Ya sudah mas mau mandi dulu. Kamu tidur dulu saja."

"Ya mas."

Yanu pun bergegas menuju kamar mandi dan meninggalkan Tini sendirian di kamar. Sementara Yanu mandi,Tini yang sendirian di kamar mulai bergejolak hatinya setelah mendengar penuturan Yanu.

"Apa iya mas Sulton seperti yang dikatakan mas Yanu. Tapi selama ini mas Sulton memperlakukanku baik. Dia tidak pernah sedikitpun membentak ku ataupun memukulku. Bahkan apa yang aku minta,mas Sulton selaluu berikan. Ah biarkan sajalah mas Yanu dan ibu. Yang penting mas Sulton tidak begitu denganku." Gumam Tini.

Bersambung....

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!