"Sekaaaarrrrrr!!!!"
Sekar yang sedang membetulkan mobil bersama ayahnya, hanya melongokkan kepalanya dari balik kap mobil dan melihat ibunya sedang berkacak pinggang dan memasang wajah marah.
"Ibumu kenapa lagi itu?' tanya Rama, sang ayah.
"Tahu Pa. Papa kurang kali kasih uang gaji ke Mama?" jawab Sekar cuek yang langsung mendapatkan pelototan Rama.
"Enak saja ! Papamu ini selalu kasih uang gaji full ke mamamu sejak awal menikah!" omel Rama.
Sekar hanya nyengir. "Aku ke mama dulu, sudah keluar aura bu Subangunnya," ujarnya membuat Rama cekikikan.
"Kualat kamu nduk!" kekeh Rama yang gemas dengan putri ketiganya.
"Ya mama ... I'm coming!" seru Sekar sambil menghampiri ibunya.
Rama menggelengkan kepalanya, gemas dengan putrinya yang tomboy. Rama dan istrinya, Agni, memiliki empat putri. Dua putri pertamanya kembar, Indira dan Ishani. Karena Rama menginginkan anak laki-laki maka tiga tahun kemudian lahir seorang putri lagi yang diberi nama Sekartaji dan Rama masih penasaran lalu dua tahun kemudian lahir anak perempuan lagi yang diberi nama Zafira. Rama dan Agni akhirnya memutuskan sudah cukup.
Keempat putrinya tumbuh menjadi anak-anak yang cerdas dan mandiri. Indira sudah bekerja sebagai seorang dokter anak di Surabaya dan sudah menikah dengan sesaa rekan dokternya. Indira sudah dikaruniai seorang anak laki-laki berusia dua tahun. Sementara saudara kembarnya, Ishani, menjadi dosen di Princeton, almamaternya dan sudah menikah dengan seorang pengusaha muslim berkebangsaan Amerika. Keduanya belum dikaruniai anak dan Rama serta Agni bukanlah tipe orang tua yang mewajibkan anaknya harus memberikan cucu karena mereka menghormati keputusan rumah tangga sang anak. Yang tahu bagaimana kehidupan rumah tangga, ya hanya mereka sendiri. Si bungsu Zafira, sudah menikah tahun lalu dengan teman masa kecilnya yang bertemu lagi saat pesta perusahaan dan sekarang Zafira sedang hamil muda. Sekar? Rama dan Agni memberikan kebebasan pada putrinya yang tomboy dan mengatakan tidak tertarik menikah.
"Tapi kalau kamu ada jodoh, jangan kamu tolak ya!" ucap Agni ke Sekar saat mereka makan malam bertiga karena hanya tinggal putri ketiganya yang tinggal di rumah sementara tiga lainnya sudah tinggal bersama dengan suami masing-masing.
"Ya kalau belum atau tidak ada jodoh, berarti aku yang akan merawat papa dan mama. Santai saja," jawab Sekar cuek.
Dan sekarang, di hari Minggu ini, Sekar harus menghadapi ibunya yang pose judes.
***
"Ya Mamaku sayang?" tanya Sekar yang memiliki postur tinggi sekitar 170 cm, badan slim karena suka berolahraga terutama bela diri taekwondo, rambut pendek dan wajahnya sebenarnya cantik tapi sering tertutup dengan cemong oli mesin karena Sekar adalah seorang insinyur mesin dirgantara dan bekerja di manufaktur Airbus di kantor Jakarta. Sekar adalah satu-satunya wanita yang bertugas mengawasi pemeliharaan mesin pesawat di lapangan yang juga menjadi anggota tim pengembangan teknologi di dunia kedirgantaraan. Sekar sedang menjalani pendidikan pilot agar mendapatkan lisensi bisa melakukan test terbang.
"Kamu itu ... OCD kamu itu kadang keterlaluan deh! Mama cari blender kan susah!" omel Agni.
Jika Sekar berada di rumah saat libur, gadis itu paling suka beberes karena ibunya bukan tipe yang rapi. Dapur adalah tempat yang selalu dia bereskan pertama kali dan sering ribut dengan ibunya yang sering kehilangan barang.
"Lagian ya ma, dapur itu kok gedubrakan tho. Sini aku kasih tahu dimana letak blender nya...." Sekar lalu menggandeng tangan Agni untuk ke dapur.
***
"Sekar, besok kamu berangkat kerja ke Halim?" tanya Rama saat mereka makan siang bersama.
"Iya Pa. Ada mesin baru dan aku sudah excited hendak melihatnya." jawab Sekar dengan mata berbinar.
"Papa besok ada meeting?" tanya Agni ke suaminya yang merupakan manajer development di Bank Arta Jaya.
"Ada meeting dengan pak Bagas Hadiyanto. Katanya kantor cabang di Hongkong, butuh direktur baru. Papa masuk kandidat sih tapi belum tahu juga," jawab Rama.
"Lha, papa bakalan jadi satu negara dengan Jacky Chan dong!" seru Sekar yang heboh mendengar karier ayahnya sangat bagus.
"Ya tidak tahu juga sih. Papa kepilih kandidat kan karena bisa bahasa Mandarin sebagai nilai plusnya. Masih banyak kandidat yang lebih memenuhi syarat juga," jawab Rama.
"Kalau papa dipindah ke Hongkong, mama berarti ikut dong! Terus aku sendirian disini .... Haaahhhh, merdeka!" seru Sekar membuat Agni mendelik.
"Jangan bikin rumah berantakan!" ucap ibunya.
"Yeeee, Mama kan yang sering taruh barang sembarangan. Aku mah tertib," balas Sekar dan keduanya saling berpandangan judes.
"Eh, sudah sudah ... Kan belum tentu Papa dipindah ke Hongkong juga. Besok masih ada meeting dan pak Bagas pasti sudah bisa menilai siapa yang cocok dan pantas. Kalau Papa sih sudah nyaman di posisi ini. Kita berkecukupan itu sudah pas bagi Papa. Kamu, Indira, Isha dan Fira mendapatkan didikan dan pendidikan yang bagus itu adalah suatu kebanggaan tersendiri. Apalagi kalian jadi anak-anak yang mandiri dengan memiliki pekerjaan dan Papa bangga kalian punya uang kalian sendiri. Alhamdulillah, menantu-menantu Papa dan Mama juga pria baik-baik ... Nikmat mana yang kamu dustakan? Allah itu baik dengan kita, sayang," ucap Rama.
"Karena Papa kasih makan kita pakai uang halal jadi kita tumbuh jadi anak-anak yang baik. Pak Ustadz yang bilang waktu aku dengan mbak In, mbak Is dan dik Fi ngaji. Janganlah kamu berikan makan anak dan istrimu dengan uang haram karena kamu akan menyeret mereka pada dosamu," ujar Sekar.
"Njih bu Ustadzah ...." goda Agni membuat ketiganya tertawa.
Rama bersyukur karena sistem parenting dia dan Agni mampu membuat karakter keempat putrinya menjadi wanita yang sangat menjaga marwahnya dan tidak mengikuti arus hidup hedonisme di Jakarta. Apalagi dulu Sekar kuliah di ITB sendirian dan gadis itu tidak malu kerja part time di bengkel mobil sambil kuliah karena ingin mencari uang sendiri.
Putri ketiga aku memang seperti anak laki-laki yang aku inginkan tapi tetap saja dia seorang gadis cantik.
***
Yuhuuuu ini novel lepas ya. Novel santai pindahan dari rumah hijau.
Semoga terhibur
Thank you for reading and support author
Don't forget to like vote and gift
Tararengkyu ❤️ 🙂 ❤️
"Tidak."
"Dana ...."
"Tidak Eyang! Jangan paksa Dana untuk menerima perjodohan! Apa eyang tahu, delapan puluh lima persen wanita yang eyang kasih itu, hanya melihat harta keluarga kita dan semuanya tipe ani-ani! Nggak! Mending Dana tidak menikah kalau harus makan ati lihat istri yang dikit-dikit konten, pamer dan riya'! No way Eyang!" ucap Panji Danapati dengan wajah kesal karena eyangnya, Adipati Prayitno, ribut menjodohkan dirinya dengan banyak gadis baik dari anak rekan bisnisnya maupun cucu dari teman-temannya.
Di mata Danapati, semua gadis-gadis itu, pertama sudah berpengalaman dalam bercinta, kedua hanya mengincar uangnya dan ketiga terlalu pamer di sosial media. Katakanlah Danapati kuno, old fashion. gak gaul tapi menurutnya, gadis baik-baik akan menjaga marwahnya di mana saja termasuk sosial media. Dana paling tidak suka gadis-gadis yang joget-joget tidak jelas di berbagai platform dan pamer segala hal. Ingat, segala hal!
"Kamu mau sampai kapan melajang, Dana?" tanya eyangnya.
"Eyang, seorang pria itu bisa menikah kapan saja, kawin kapan dan dengan siapa saja tapi pria baik-baik pasti maunya mendapatkan pasangan yang memiliki pandangan yang sama denganku. Tidak harus cantik tapi cerdas luar dalam dan mampu menjaga marwahnya!"
"Memang yang terakhir eyang kenalkan?"
"Si Halimah? Ya benar dia cantik tapi ... dikit-dikit posting di sosial media, dikit-dikit buat konten. What for? Dia kan seorang PNS! Apa yang wajib pamer pergi sama aku dan membuat spekulasi bahwa dia akan menikah denganku di acara kencan yang kedua? What the f .... " amuk Danapati.
Adipati Prayitno menghela nafas panjang. "Ya sudah, Eyang tidak akan meributkan soal jodoh kamu. Eyang berharap kamu mendapatkan gadis yang sesuai dengan kriteria kamu dan bukan gadis tiktik ...."
"TikTok," ralat Danapati.
"Terserah!" Adipati pun berdiri dan berjalan keluar dari ruang kerja cucunya. "Oh, apa kamu mau ke kantor Airbus? Mesin baru buatan perusahaan kita sudah selesai dan dikirim hari ini."
Danapati mengernyitkan dahinya. "Sudah datang?"
"Kamu kelamaan keliling dunia untuk bekerja jadi suka lupa perusahaan sendiri," senyum Adipati. "Kamu datang deh ke kantor Airbus di Halim siang ini."
Danapati hanya mengangguk. "Baik Eyang."
*
Kantor Manufaktur Airbus Halim Perdanakusuma
"Mana mesinnya?" tanya Sekartaji di gedung besar tempat dimana mesin-mesin pesawat Airbus disimpan sebelum dikirim ke pabrikan mereka di Amerika dan Qatar untuk dirakit disana.
Airbus Indonesia memang bekerja sama dengan perusahaan perakit mesin pesawat bernama AirEngine Ltd milik Adipati Prayitno, sebuah perusahaan pembuatan mesin dan badan pesawat yang diakui oleh dunia dirgantara karena memang mesin mereka sangat bagus. Mesin pesawat mereka itu memang mendapatkan jaminan penggantian spare part dari perusahaan Adipati karena insinyur dirgantara dan mengambil gelar master di jurusan mesin itu, juga membangun pabrik khsusus spare part pesawat untuk mempermudah penggantian jika ada kerusakan. Pola pikir dan bisnis Adipati Prayitno itulah yang membuat banyak perusahaan dirgantara mau memakai mesin dari AirEngine Ltd.
"Belum datang Sekar. Memangnya kamu kira tinggal digotong pakai helikopter dan dibawa kemari?" ujar Roy, salah satu rekannya.
"Bisa sih kalau dibawa Optimus Prime," gumam Sekar membuat rekan-rekannya yang semuanya pria, melengos karena gadis itu terlalu maniak Transformers tapi paling utama adalah transferan uang.
"Eh kalian, aku dapat kabar dari Mr Summer kalau mesin Airbus sudah dalam perjalanan dan diantar sendiri oleh CEO nya yang baru," lapor manajer tim pemeliharaan pesawat.
Sekar dan timnya menoleh. "CEO yang baru? Bukannya pak Adipati CEO nya?" tanya Sekar.
"Sudah mulai transisi dari pak Adipati ke cucunya. Selama ini memang pak Adipati yang pegang tapi sekarang mulai berpindah ke cucunya yang baru pulang ke Jakarta setelah keliling dunia untuk mempromosikan dan mencari rekan bisnis buat AirEngine Ltd," jawab manajer itu.
Sekar hanya mengangguk karena mereka semua mengenal pak Adipati yang orangnya sangat kebapakan dan menyenangkan untuk diajak berdiskusi.
"Semoga CEO yang baru seperti kakeknya ya." Roy menatap semua orang.
"Aamiin."
*
Sekar terkejut melihat wajah CEO AirEngine Ltd yang datang bersama dengan mesin yang hendak dia periksa. Wajah CEO yang bernama Panji Danapati itu sangat dingin dan minus senyum. Berbeda jauh dengan kakeknya! - batin Sekar.
"Jadi mereka tim pemeriksa?" tanya Danapati ke manajer yang mendampingi dan Mr Summer, direktur manufaktur Airbus.
"Benar pak Danapati."
Danapati melihat kelima orang tim pemeliharaan mesin pesawat disana dan mengangguk. "Oke. Ini mesin yang Airbus minta dan saya harap tidak ada yang cacat sekecil apapun karena sudah melewati proses inspeksi berlapis di perusahaan saya."
"Tentu saja pak Danapati. Terima kasih mengantarkan mesin kami secara langsung," ucap Mr Summer.
"Mumpung saya di Jakarta, sudah sewaktunya saya bertemu dan melihat langsung rekan bisnis kami bukan?" jawab Danapati dengan wajah datar.
Sekar hanya ngedumel dalam hati. Muka kok tidak ada ekspresi.
Danapati pun menyapu pandangannya ke tim itu. "Terima kasih atas kerjasamanya."
Kelima orang tim Sekar pun mengangguk dengan kompak. "Dengan senang hati, pak Danapati," jawab Roy mewakili rekan-rekannya.
Danapati lalu berjalan bersama dengan Mr Summer untuk membicarakan bisnis mereka. Setelah para boss pergi, Sekar lalu menghampiri mesin pesawat yang masih tertutup segel dengan plastik dan kayu yang baru dikeluarkan dari dalam kontainer. Gadis itu lalu mengelus mesin itu.
"Halo cantik .... Mari kita periksa, oke!" senyum Sekar sambil melihat mesin ukuran besar itu.
*
Danapati pun berjalan keluar dari gedung Airbus bersama dengan para asistennya namun pria itu memilih ke gedung mesin. Pria itu hendak melihat bagaimana tim Airbus menghandle mesin buatan perusahaannya. Mata Danapati melihat kelima orang disana tampak sibuk dengan job desk masing-masing. Danapati melihat ke arah Sekar yang sedang berada tangga sambil membawa papan dengan kertas-kertas di tangannya. Danapati melihat pemuda berambut pendek itu tampak serius hingga Danapati melihat kaki Sekar terpeleset.
"AWAS!" teriak semua orang.
Sekar berteriak kencang namun dirinya terkejut saat membuka matanya, dia tidak berada diatas lantai yang keras, melainkan dalam gendongan seorang pria yang menatapnya bingung.
"Pak ... Pak Danapati?" bisik Sekar dengan wajah memucat dan panik.
"Kamu .... cewek?" ucap Danapati bingung.
***
Yuhuuuu up Siang Yaaaaaaaa
Thank you for reading and support author
Don't forget to like vote and gift
Tararengkyu
Sekartaji hanya bisa mengerjap-ngerjapkan matanya melihat wajah ... bingung seorang Panji Danapati yang sepertinya tidak menduga bahwa dia seorang wanita. Mana bilangnya kamu cewek lagi!
"Ehem, pak Danapati bisa ... menurunkan saya. Anu ... saya berat ...." Sekar menatap Danapati dengan wajah memelas.
"Anu kamu berat?" beo Danapati dengan wajah bertanya dan Sekar rasanya ingin menyelentik jidat mulus di depannya karena membuat kalimat menjadi ambigu.
"Saya berat pak!" ucapnya sedikit keras dan Danapti lalu menurunkan tubuh langsing Sekar yang wajahnya sedikit memerah. "Terima kasih pak Danapati." Sekar lalu membungkukan badannya seperti yang dia lihat di drakor-drakor.
"Lain kali ... Hati-hati ...." Danapati mengambil ID Card yang berada di lanyard milik Sekar. "Sekartaji Kusumoadi. Jawa sekali nama kamu."
"Lha bapak juga sama ... Danapati. Itu ... nama Jawa juga kan?" jawab Sekar sambil mengangkat wajahnya tapi masih posisi setengah membungkuk.
"Berdiri yang benar Kusumo!" perintah Danapati membuat Sekar mendelik.
Enak kali kau ganti-ganti nama aku pakai nama belakang bokap dan eyang kakung, wahai Danareksa! - batin Sekar kesal namun akhirnya dia berdiri juga.
"Iya pak?" Sekar menatap wajah ganteng Danapati.
Pria itu hanya memandang Sekar dari ujung kepala hingga ujung kaki. "Oke. Kembali bekerja!" Danapati lalu berbalik dan kembali bersama dengan rombongannya, meninggalkan Sekar yang melongo.
What the f***! Dasar Boss minus akhlak!
"Sekar, tapi untung tadi pak Danapati menolong kamu. Kalau nggak, kamu sudah menghadap Ilahi dengan kepala bocor!" ucap Roy.
Sekar menyipitkan matanya lalu tiba-tiba dia berteriak heboh. "Aku lupa bilang terima kasih dengan benar!"
Keempat rekannya hanya melengos. "Orangnya sudah pergi, baru sadar lupa terima kasih," omel Roy.
*
Danapati tersenyum tipis di dalam mobil yang membawanya kembali ke gedung perusahaannya. Dirinya tidak menduga jika orang yang dikiranya adalah pria ternyata seorang wanita. Danapati mengingat namanya. Sekartaji Kusumoadi. Pasti orang tuanya dulunya hobi baca cerita rakyat Jawa. Tinggal lama di luar negeri, membuat Dana merasa yang namanya cewek sama saja. Dana tidak munafik jika dia belum pernah menyentuh wanita manapun karena tidak ada yang menggetarkan hatinya.
Tapi kenapa tadi aku deg-degan yang belum pernah aku rasakan. Danapati mengingat kembali wajah Sekar yang terkejut saat dirinya memanggilnya dengan nama Kusumo. Ada rasa jengkel dan gemas di raut wajah Sekar.
Entah kenapa, sebuah ide terlintas di otak Dana.
*
Sekar berjalan gontai ke mobilnya karena dirinya merasa bersalah tidak mengucapkan terima kasih ke orang penting di perusahaan tempatnya bekerja. Macam tidak pernah dididik ala VOC saja kamu Sekar! Bawa kamu itu sudah berat, sudah menyelamatkan kamu juga, malah tidak mengucapkan terima kasih dengan benar! Apa kata mamak kau? Sekar menghela nafas panjang.
"Kenapa juga aku punya mamak dengan spek bu Subangun yang selalu judes tralala meskipun semua ajarannya bagus ... Atau versi cantiknya ... Kak Ros Upin Ipin yang garang macam harimau .... " Sekar pun membuka pintu mobilnya. "Tak patut ... tak patut."
Sekar pun menyetir mobilnya dan menembus kemacetan Jakarta yang semua orang ingin segera tiba di rumah sore ini. Gadis itu memfokuskan pada jalan karena jam-jam seperti ini, sangat banyak pengemudi yang ngawur, salip sana sini, potong jalan dan tidak sabaran. Mau dibilang tidak SDM rendah tapi memang itu kenyataannya. Terkadang Sekar tidak habis pikir, bagaimana cara pola asuh orang tua mereka. Sekar tidak bilang jika kedua orang tuanya sempurna tapi berkat mereka, Sekar dan para saudara perempuannya mendapatkan pendidikan informal dan formal yang tinggi. Bahkan para ipar-iparnya juga berasal dari keluarga yang hampir sama pola asuhnya.
Ibu Sekar selalu menekankan bahwasanya, seorang perempuan harus bisa mencari uang sendiri jadi tidak harus tergantung finansial dengan suami jika memang ingin membeli sesuatu. Sekar bersyukur. ipar-iparnya adalah pria-pria open minded dan bertanggung jawab dengan saudara-saudaranya Sekar. Apakah Sekar iri? Adalah rasa iri karena sudah pasti stok pria macam iparnya tinggal sedikit habitatnya. Apakah Sekar mau menikah? Tidak juga. Menjadi lajang itu nikmat. Apalagi dia punya pekerjaan tetap dengan gaji sangat lumayan.
Sekar tidak sabar untuk tiba di rumah karena ingin bercerita banyak pada ibunya.
*
"Kamu ya salah, Sekar!" ucap Agni saat mereka semua makan malam sementara ayahnya, Rama, memilih diam saja daripada kemana-mana. Rama sangat hapal dengan watak Agni yang paling tidak suka orang yang tidak mengucapkan terima kasih. Maaf, tolong dan terima kasih adalah tiga kata yang wajib diucapkan kepada orang lain selain dengan anggota keluarga.
"Lha aku kan sudah kadung kaget Ma," bela Sekar.
"Tapi tetap tidak boleh! Itu boss kamu!"
Sekar pun cemberut.
"Kamu harus minta maaf sama Boss kamu dan terima kasih. Oke?" Agni menatap tajam ke Sekar.
"Baik, mama."
*
Keesokan harinya, Sekar menghubungi sekretaris Danapati untuk membuat janji dan wanita itu mengatakan bahwa Sekar bisa ke kantor milik pria itu menjelang sore hari. Sekar pun menyanggupi dan berjanji akan datang di jam yang sudah disepakati.
Danapati tiba di depan ruangannya saat sekretarisnya menyampaikan bahwa Sekartaji Kusumoadi hendak menemui dirinya dan pria itu hanya mengangguk. Danapati merasa ini adalah kesempatan untuk mengerjai gadis tomboy itu. Dirinya sudah malas dijodohkan oleh kakeknya, jadi kenapa tidak memakai Sekar sebagai tamengnya. Danapati tersenyum culas. Tidak sia-sia kamu menjadi pahlawan kesiangan, Panji. Danapati tidak pernah mau memperkenalkan nama depannya karena dia simpan sendiri. Ada rahasia yang dia simpan mengapa dia tidak mau ada orang memanggil nama depannya.
*
Sore harinya di jam yang sudah ditentukan, Sekar pun tiba di depan ruang kerja Danapati dan akhirnya pria itu memberikan ijin masuk. Sekar pun merapihkan diri sebelum masuk tanpa sadar ada sisa minyak oli di rahangnya. Sekretaris Danapati melihatnya tapi Sekar sudah keburu masuk ke dalam ruang bossnya. Sekar pun menghampiri meja kerja Danapati yang masih berkutat dengan beberapa berkas dan gadis itu melihat sekelilingnya yang menampilkan model mesin pesawat dan model pesawat berbagai jenis. Mata Sekar tampak berbinar saat melihat model pesawat Concorde yang sudah tidak diproduksi dalam bentuk Lego!
"Kamu lihat apa?" tanya Danapati judes.
"Concorde dalam model Lego. Bapak yang menyusun?" jawab Sekar ke arah Danapati.
"Kenapa? Kamu tidak percaya?" balas Danapati sambil menatap tajam ke Sekar.
"Ya ... saya cuma tanya pak," senyum Sekar. "Memang tidak boleh? Ingat pepatah pak, malu bertanya, disesatkan mbah Google ke jurang."
Danapati hanya berdiri dan menghampiri Sekar yang masih berdiri karena belum dipersilahkan duduk olehnya. "Kamu itu sebelum kemari, sudah periksa wajah kamu belum?"
Sekar menatap Dana bingung. "Ke ... kenapa pak?"
"Cemong!"
Sekar melongo lalu buru-buru mengambil kaca dari dalam tasnya dan membukanya. Gadis itu melihat ada oli di rahangnya. Wellleeeehhhhh! Kok aku nggak teliti sih tadiiii???
"Dasar ceroboh!" cebik Danapati dingin.
Sekar hanya manyun. Salah lagi.
*
Yuhuuuu up Siang Yaaaaaaaa gaeeesss
Thank you for reading and support author
Don't forget to like vote and gift
Tararengkyu ❤️🙂❤️
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!