NovelToon NovelToon

Meluluhkan Manusia Es

Usaha Aldo

Sedari tadi Tiara sibuk mondar mandir di kamarnya. Dia berniat menelpon Aldi. Karena sedari tadi dia menahan rasa rindu menyeruak di hatinya. Padahal baru beberapa jam dia bertemu. Tapi magnet Aldi untuk Tiara sungguh membuatnya candu. Walaupun mata dingin dan terlihat sangat tidak bersahabat itu sering menghujaninya setiap kali bertegur sapa dengan Aldi. Menurut orang lain mungkin itu tatapan kebencian. Tapi menurut Tiara yang sudah dibutakan dengan cinta. Tatapan itu merupakan wujud rasa cinta Aldi padanya. Walaupun beberapa kali ditolak. Bahkan hampir tidak terhitung, tapi Tiara sampai detik ini tidak pernah menyerah sedikitpun. Bahkan perasaannya semakin besar kepada Aldi. Tatapan dingin Aldi bahkan sudah menjadi candu untuknya saat ini.

"Apa aku menelponnya saja?" Tanya Tiara pada dirinya sendiri. Dia kemudian mengambil HP nya yang ada di meja.

"Oya, aku lupa, aku tidak mempunyai nomor nya. Apa aku telpon Aldo saja? tapi aku juga takut mengganggunya. Hmmm, bagaimana ini, aku sangat merindukan Aldi" Kata Tiara sambil terus bolak balik bahkan sesekali guling-guling di kasurnya.

-Disisi lain-

"Ma, buku Aldi yang di meja mana?" Tanya Aldi pada Clarisa yang sedari tadi terlihat sibuk di dapur. Mengoles beberapa Cream pada kue buatannya. Hari ini dia berniat membuatkan kue untuk Jackson suaminya. Bukan karena Jackson sedang berulang tahun. Tapi karena memang dia sudah berjanji untuk membuatkan kue kesukaan Jackson hari ini.

"Buku yang mana?" Tanya Clarisa sambil mencoba melepaskan celemek di badannya.

"Buku PR matematika Aldi Ma, tadi Aldi taruh di meja" Kata Aldi.

"Mungkin kamu simpan di tasmu Al, coba cari lagi" Kata Clarisa.

"Tidak ada Ma, Aldi sudah cari kemana-mana, di kamar Aldi tidak ada" Kata Aldi.

"Coba kamu tanyakan pada Aldo" Kata Clarisa.

"Aldo sekarang dimana Ma?" Tanya Aldi.

"Sepertinya di kamarnya. Tadi mama dengar dia masuk dan langsung ke lantai 2" Kata Clarisa.

"Oke, Terima kasih Ma" Kata Aldi dan berlalu pergi menuju ke kamar Aldo.

"Do, Wee, kamu di dalam kan? Buka pintunya cepat" Kata Aldi dari luar pintu. Namun tidak ada sautan sama sekali.

"Aku Hitung sampai 3. Kalau pintunya tidak kamu buka. Besok kamu akan mendapat kabar, aku dan Tiara pacaran, aku langsung menembak Tiara hari ini juga" Kata Aldi dari seberang pintu. Selang beberapa detik pintu kamar Aldo langsung terbuka.

"Awas saja kalau kamu ambil Tiara dari ku. Kamu tidak akan menganggapmu sebagai saudaraku lagi, Ada apa?" Tanya Aldo.

"Dih, ancamanmu tidak ada bagusnya sama sekali. Aku tidak ingin basa basi lagi, Kembaliin buku PR matematikaku cepat" Kata Aldi.

"Bu-buku matematika apa?" Tanya Aldo.

"Oke, jika kamu tidak mengembalikannya. Tunggu saja besok kabar aku dan Tiara berpacaran. Aku harap kamu jangan menangis" Kata Ald kemudian berniat berlalu meninggalkan Aldo. Namun badannya langsung dihadang Aldo.

"Selalu mengancam seperti ini. Nih" Kata Aldo sambil menyerahkan buku matimatika Aldi.

"Nah kan. Kamu menyontek PR matimatika ku lagi" Kata Aldi.

"Hehe, sedikit Al" Kata Aldo sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Mana buku PR mu?" Tanya Aldi.

"Aku tidak akan memberikanmu. Pasti kamu mau merobek bagian yang sudah aku contek kan. Aku adukan pada mama kalau kamu sangat pelit pada saudara sendiri" Kata Aldo.

"Dasar tukang ngadu" kata Aldi yang langsung berbalik meninggalkan Aldo. Dia sangat malas berdebat dengan kembarannya itu.

"Dasar tukang ancam, manusia es, tidak punya hati" Kata Aldo.

"Aku masih bisa mendengar" kata Aldi yang langsung membuat Aldo menutup pintu kamarnya.

"Punya kembaran seperti dia bisa membuat umurku semakin berkurang. Aku tiba-tiba badmood karena dia. Hmmm. Aku telpon Tiara saja" Kata Aldo kemudian mengambil Hpnya.

Tuttt Tuttt

Belum nada dering kedua, Tiara langsung mengangkat telponnya.

"Hallo" Kata Tiara dari seberang telepon.

"Hallo Ra, kamu sedang apa?" Tanya Aldo.

"Tidak ada, kenapa Do?" Tanya Tiara.

"Tidak ada, hang out ayo" Tawar Aldo.

"Aldi ikut tidak?" Tanya Tiara yang seketika langsung membuat wajah Aldo berubah.

"Aldi lagi" Gumam Aldo.

"Tidak Ra, kita berdua saja, bagaimana?" Kata Aldo.

"Hmmm, sepertinya tidak bisa Do. Maaf ya, aku belum mengerjakan PR matimatikaku" Kata Tiara berkelah.

"Aku sudah selesai. Kamu bisa melihat PR matematikaku nanti" Kata Aldo.

"Tidak perlu Do. Terima kasih atas tawarannya." Kata Tiara.

Hening beberapa lama. Aldo sedang memikirkan cara untuk mengajak Tiara keluar.

"Ya sudah. Jika tidak ada yang dibicarakan lagi. Aku tutup dulu ya." Kata Tiara.

"Jika aku mengajak Aldi juga, apa kamu mau pergi Ra?" Tanya Aldo dengan cepat. Hanya kalimat itu yang terpikirkan saat itu.

"Iya, aku mau" Kata Tiara. Aldo menarik nafasnya dengan berat. Ada rasa cemburu ketika Tiara lebih memilih Aldi daripada dirinya. Tapi apa boleh buat. Hanya itu satu-satunya cara untuk bisa dekat dengan Tiara.

"Oke Ra, nanti aku jemput jam 4 ya, ehh tapi bagaimana jika besok saja, besok kan libur Ra, supaya waktu kita bersama lebih lama lagi" Kata Aldo.

"Boleh saja Do" Kata Tiara yang mulai terlihat sangat bahagia. Dia membayangkan bagaimana jika hari esok dia akan bertemu dengan Aldi dan menghabiskan waktu bersamanya, walaupun ada Aldo juga.

"Iya sudah aku tutup dulu ya Ra. Sampai ketemu besok" Kata Aldo dan panggilan telpon pun terputus.

Saat panggilan terputus, Tiara langsung berjingkrak-jingkrak di kasurnya.

"Yeayyyy" Teriak Tiara bahagia.

"Aku harus terlihat cantik besok, aku harus mencari baju yang paling bagus" Kata Tiara yang langsung berlari menuju lemari pakaiannya, mencari baju terbagus untuk dipakai besok.

"Aku harap ini kesempatan untukku bisa mendapatkan hatimu Al" Kata Tiara sambil mencari beberapa baju dilemarinya

-Bersambung-

"Cinta akan sangat indah jika tidak bertepuk sebelah tangan"

(Tiara)

Perkenalan tokoh ada di Novel author sebelumnya ya yaitu "Pesona Wanita Lugu"

Jadi buat yang belum baca silahkan dibaca dulu ya,

Happy reading

Usaha Aldo 2

"Bagaimana caraku mengajak bang Aldi, dia pasti tidak akan mau, tapi aku sudah mengatakan pada Tiara jika aku akan mengajak bang Aldi, aduh aku harus bagaimana" Kata Aldo sambil terus berjalan bolak balik dikamarnya berharap ada ide cemerlang yang muncul di kepalanya.

"Aku tahu harus bagaimana" Kata Aldo lagi kemudian bergegas menuju dapur.

"Bik Mama mana?" Tanya Aldo pada bik Sumi yang sedang sibuk menaruh kue di oven.

"Sepertinya di kamar tuan" Kata bik Sumi.

"Terima kasih bik" Ucap Aldo dan langsung bergegas menuju kamar mamanya.

Tok Tok

"Mama, apakah Aldo boleh masuk?" Tanya Aldo yang sedang berdiri di depan pintu.

"Sebentar sayang" Kata Clarisa yang saat itu masih sibuk mengeringkan rambutnya sehabis mandi.

Beberapa saat kemudian, Clarisa keluar dari kamar dengan rambut tergerai.

"Ada apa sayang?" Kata Clarisa.

"Ma, Aldo boleh minta tolong?" Tanya Aldo sambil bergelayut manja di lengan Clarisa

"Mama curiga jika kamu sudah seperti ini, pasti berkaitan dengan Abangmu" Kata Clarisa sambil menyipitkan matanya.

"Hehe, Mama tahu saja" Kata Aldo sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Cepat katakan apa yang kamu inginkan, Mama harus bersiap-siap untuk pergi arisan ini" Kata Clarisa.

"Ma, Aldo boleh minta tolong, bujuk bang Aldi supaya mau pergi keluar makan bersamaku dan Ara Ma" Kata Aldo.

"Males banget, kamu selesaikan masalahmu sendiri dong, masak mama harus turun tangan terus" Kata Clarisa.

"Bang Aldi tidak akan mau menuruti keinginanku Ma, apalagi jika menyangkut Ara" Kata Aldo.

"Itu deritamu, haha" Kata Clarisa kemudian berlalu meninggalkan Aldo.

"Mama, Please" Kata Aldo sambil terus mengikuti Clarisa.

"Mama tidak bisa sayang, ini masalah kalian, jadi kalian yang harus menyelesaikannya sendiri, mama tidak mungkin mengatur Abang kamu" Kata Clarisa.

"Tapi Ma" Kata Aldo tertunduk lesu.

"Sudah sana, Mama mau bersiap-siap dulu" Kata Clarisa kemudian menutup pintu.

"Yah Mama, Oke. Aku akan coba membujuk bang Aldi" Kata Aldo kemudian berlalu menuju kamar Aldi.

Tok Tok

"Masuk" Kata Aldi dari dalam

"Bang Aldi" Kata Aldo yang sudah masuk dan duduk di samping Aldi.

"Ada apa? pasti kamu ada maunya sampai bertingkah seperti itu" Kata Aldi

"Hehe, Besok jalan-jalan yuk" Ajak Aldo

"Males, aku mau menyelesaikan beberapa buku yang belum selesai dibaca" Kata Aldi.

"Kan itu bisa diselesaikan kapan-kapan Di, ayo lah sekali saja" Kata Aldo.

"Tidak mau, apa kamu mau semua orang melihat kita berjalan berdua dengan satu perempuan, apalagi kita kembar?" Kata Aldi.

"Darimana kamu tahu kalau Ara juga ikut" Kata Aldo.

"Terlihat jelas dari gerak-gerikmu itu" Kata Aldi.

"Hmm, apa sebegitu jelasnya ya?" Kata Aldo sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Hmmm, aku kan sudah bilang, jika kamu mencintai Ara, jangan libatkan aku, nanti kalau Ara aku ambil, aku harap kamu tidak akan menyesalinya" Kata Aldi.

"Memang kamu juga naksir sama Ara" Tanya Aldo, tertampang jelas kecemasan di matanya.

"Tidak Do, sudah sana. aku tidak akan mau pergi" Kata Aldi kemudian mulai membalik-balik bukunya.

"Jika kamu mencintai Ara. Bilang saja. Kebahagiaan Ara juga kebahagiaanku" Kata Aldo.

"Sweet banget sih Lo, Tapi sepertinya tidak mungkin" Kata Aldi kemudian lanjut membaca bukunya.

"Aku harap perasaanmu tidak akan berubah. Karena aku sangat mencintai Ara" Kata Aldo kemudian berlalu pergi.

-Bersambung-

Cemburu

"Aku harap perasaanmu tidak berubah" kalimat yang diucapkan Aldo kemarin terus terngiang di kepala Aldi. Dia menjadi tidak berselera menuntaskan bacaannya saat ini. Dia pun menutup bukunya, dan mengambil gitar kemudian pergi ke taman depan rumahnya.

Saat sedang bad mood seperti itu, tempat pelariannya adalah gitar kesayangannya. Dia cukup mahir bermain gitar dan dalam bernyanyipun bisa dikatakan suaranya diatas rata-rata. Namun, musik hanya hobi selingannya setelah membaca.

"Al" sapa Tiara yang saat itu sudah di depan Aldi. Dia menautkan tangannya untuk meredakan jantungnya yang berdegup sangat kencang seiring dengan tatapan Aldi yang terus melihatnya dengan tatapan mengintimidasi.

"Apa?" Tanya Aldi dengan tatapan dingin yang mungkin membuat semua yang ditatapnya membeku😂

"A-apa kamu benar-benar tidak ingin ikut pergi denganku bersama Aldo?" Tanya Tiara yang saat itu tengah menatap rerumputan yang menjadi pijakannya saat ini. Dia sunggu tidak sanggung menatap Aldi terlalu lama. Bisa-bisa dia akan pingsan saat itu juga.

"Tidak, aku sedang sibuk" Kata Aldi kemudian lanjut memainkan gitarnya yang sempat terhenti karena kedatangan Tiara.

"Baiklah" Kata Tiara kemudian menghela nafas pelan. Entah mengapa hati nya selalu terasa sakit ketika Aldi menolaknya. Mungkin ini sudah ke ratusan kalinya dia ditolak Aldi.

"Aku kuat, aku kuat, aku kuat" Kata Tiara sambil berusaha terus tersenyum kemudian berjalan masuk untuk menemui Aldo.

Aldo yang melihat kedatangan Tiara langsung tersenyum bahagia. Dia langsung menghampiri Tiara dan mengajaknya duduk. Dia berlari ke dapur untuk mengambil sesuatu disana. Tiara hanya diam saja melihat kepergian Aldo. Hatinya masih hancur dengan perlakuan Aldi padanya tadi. Sudah beberapa kalipun dia disakiti. Hatinya tetap sakit namun hatinya juga tidak bisa berpaling dari Aldi. Dia mulai tertunduk, setetes air mata jatuh membasahi tangannya. Dia langsung menghapusnya cepat.

Namun, Aldi yang baru saja masuk, melihat itu semua. Dia pun berdehem yang langsung membuat Tiara menoleh melihatnya. Mereka saling bertatapan. Semua perlakuan Aldi tadi, tidak membuat jantungnya berhenti berdegup kencang ketika Aldi menatapnya seperti itu. Tatapan itu. Tatapan dingin yang selalu dia rindukan. Dia berharap tatapan itu hanya untuknya, namun sayang. Itu hanyalah harapan belaka yang tidak mungkin bisa dia dapatkan. Sesaat dia merasa hatinya sedang mempermainkannya Dia menghembuskan nafas dengan kasar kemudian memalingkan wajahnya, karena dia tidak sanggup jika harus bertatapan lama dengan Aldi.

Saat dia menoleh kembali, Aldi sudah tidak ada disana. Dia sungguh kecewa.

"Kenapa aku harus mencintai orang seperti itu?" Batin Tiata

Selang beberapa lama, Aldo keluar dari dapur dengan beberapa kue ditangannya. Dia meletakkan semua kue tersebut di depan Tiara kemudian mengambil tempat duduk disamping Tiara.

"Ra, ini kue buatan Mama loh, pasti enak" Kata Aldo sambil tersenyum. Tiara pun mengangguk kemudian mencicipi kue di depannya.

"Seandainya Aldi sebaik Aldo" Batin Tiara.

"He, kenapa melamun Ra?" Tanya Aldo.

"Tidak, aku tidak melamun, apakah kita jadi pergi?" Tanya Tiara.

"Apakah kamu tetap ingin pergi? Aldi tidak ikut loh Ra, apakah tidak apa-apa?" Tanya Aldo.

"Hmmm, mau bagaimana lagi. Aku sudah terlanjur izin pada Mama untuk pergi hari ini" Kata Tiara yang langsung membuat senyum Aldo mengembang seketika. Dia begitu senang. Akhirnya hari ini dia bisa berkencan dengan Tiara. Walaupun tidak benar-benat bisa dianggap kencan. Tapi dia sangat bahagia.

"Baiklah, ayo kita pergi sekarang, aku tidak ingin kita sampai pulang terlalu malam" Kata Aldo kemudian beranjak mengambil kunci mobilnya. Dia sangat bahagia saat itu. Sampai tidak sadar jika ada seseorang yang memperhatikannya dari lantai 2. Tiara yang merasa ada yang memperhatikannya langsung menengok, namun dia tidak menemukan siapapun. Hingga tangan Aldo menariknya untuk segera berangkat.

Saat di dalam mobil, Tiara hanya diam saja. Pikirannya sedang menerawang entah kemana. Badannya sedang duduk di dalam mobil sedangkan pikirannya di rumah. Aldo melirik Tiara sekilas. Seperti mengerti apa yang dipikirkan Tiara. Dia pun memberhentikan mobilnya. Tiara yang sadar, langsung melihat Aldo.

"Kenapa kita berhenti disini Do?" Tanya Tiara.

"Apa kita balik saja Ra, sepertinya kamu tidak ingin pergi" Kata Aldo.

"Tidak Do, ini juga sudah setengah jalan. Tidak mungkin kita balik lagi. Ayo. Maafkan aku" Kata Tiara.

"He, kenapa minta maaf?" Tanya Aldo. Tiara menggeleng "Hehe, aku juga bingung kenapa aku minta maaf" kata Tiara.

Aldo bisa mengerti dari raut wajah Tiara saat itu. "Pasti karena Bang Aldi lagi" pikirnya. Dia pun melajukan mobilnya kembali. sambil sesekali melihat Tiara yang saat itu tengah melamun lagi. Aldo mendengus pelan. Seandainya Tiara mencintai Aldo, mungkin dia tidak akan seperti ini. Dia tidak akan bertepuk sebelah tangan dan terus-terusan sakit hati. Tapi yang namanya hati. Kita tidak bisa memilih dimana dan pada siapa hati kita berlabuh. Karena cinta itu hadir, begitu saja. Tiba-tiba ada tanpa kita undang. Jatuh cinta seenaknya. Tanpa memikirkan terlebih dahulu. Apakah cinta itu akan menyakitkan atau sebaliknya.

Disisi lain Aldi tengah sibuk dengan pikirannya. Dia bolak balik di kamarnya seperti memikirkan sesuatu. Namun sayangnya hanya dia yang tau apa yang sedang mengganggunya.

Drrtt Drrt

(sebuah pesan singkat masuk ke HP Aldi)

Dia langsung bersemangat, dan berlari mengambil HP nya di meja. Namun saat melihat nama yang tertera di HPnya, dia tampak begitu kecewa. Namun dia tetap membalas pesan tersebut. Dia menghela nafas dengan berat kemudian menjatuhkan tubuhnya di ranjang. Hatinya terasa tak menentu, Dia pun memejamkan kedua matanya mencoba menenangkan diri. Suara Bel rumahnya menyadarkannya. Dia pun pergi untuk membukakan pintu.

Di depan pintu sudah ada seorang wanita cantik dengan sebuah kantong di tangannya. Dia terlihat gugup di depan pintu hingga beberapa kali meremas kantong yang sedang dia pegang. Selang beberapa lama setelah dia menekan bel. Seseorang pun membukakan pintu untuknya yang tidak lain adalah Aldi.

"Al" Sapanya dengan senyum mengembang di wajahnya.

"Jen, silahkan masuk" Kata Aldi. Jenny pun masuk dan memberikan kantong yang berisikan kue yang dia pegang tadi pada Aldi. Ini pertama kalinya dia memasuki rumah Aldi. Dia begitu canggung bahkan sangat terlihat ketika tangannya berubah dingin.

"Tenang saja Jen, Anggap rumah sendiri. Oya, Mama dan Papa sedang tidak dirumah, Aldo sedang pergi. Disini hanya ada kita dan bibi. Jadi jangan gugup begitu" Kata Aldi yang langsung mempersilahkan Jenny untuk duduk.

"Apa terlihat sangat jelas?" Tanya Jenny yang langsung dibalas anggukan dan senyuman oleh Aldi. Aldi pun meminta izin untuk pergi ke kamarnya untuk mengambil beberapa buku, karena saat itu mereka akan belajar untuk persiapan olimpiade, 1 Minggu lagi di Singapura.

Selang beberapa lama, Aldi kembali dengan beberapa buku ditangannya. Mereka belajar seperti biasanya. Menjawab beberapa soal dan membahas nya bersama-sama. Mereka terkenal dengan kecerdasan mereka di sekolah. Bahkan tidak jarang mereka disanding-sandingkan karena kedekatan mereka. Jenny yang menjadi idola para lelaki di sekolah, sedangkan Aldi yang juga menjadi idola para wanita disekolahnya, membuat mereka menjadi couple yang begitu serasi.

Setelah beberapa lama berkutik dengan soal-soal, tiba-tiba terdengar suara mobil terparkir di garasi. Aldi yang mendengar itu, sangat tahu siapa yang datang. Namun dia memilih tidak peduli dan melanjutkan kegiatan belajarnya bersama Jenny.

Disisi lain, Aldo dan Tiara sedang berjalan menuju ruang tamu. Tiara terlihat begitu bahagia sambil menceritakan beberapa adegan yang telah mereka tonton. Aldo pun terlihat begitu bahagia mendengar setiap cerita Tiara karena dengan seperti ini dia sudah seperti pasangan kekasih. Mereka tidak menyadari jika ada dua pasang mata yang sedang menatap mereka dengan tatapan tak suka.

"Kalian bisa diam tidak? kami sedang berkonsentrasi belajar" Kata Aldi menatap mereka dengan tatapan kesal.

Dan langsung saja Tiara membungkam seribu bahasa. Mereka berempat saling tatap. Mata Tiara langsung terkunci ketika melihat perempuan disamping Aldi.

"Je-jenny" ucap Tiara pelan.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!