Yura POV
Menjadi istri seorang CEO tampan, kaya cerdas, dan juga berkharisma adalah impian semua wanita, begitu juga denganku, aku Yura 25 tahun, telah menikah dengan seorang CEO tampan bernama Leo Chung, para pelayan memanggilnya, Tuan Muda Leo.
Kami menikah karena perjodohan, entah apa yang membuat kedua orang tuanya memilihku menjadi pendamping hidup dari putranya. Sedangkan masih banyak gadis lain diluaran sana yang lebih cantik dan sepadan dengan keluarga Chung yang dikenal dari kalangan atas, sedangkan aku hanyalah seorang gadis pengantar bunga biasa, aku mengelola sebuah toko bunga kecil dan berasal dari keluarga kalangan bawah.
Akupun hanyalah lulusan SMA, aku tak melanjutkan pendidikan ku karena aku ingin fokus pada usaha toko bunga yang sejak awal dikelola oleh ibuku. Dan itu pun berlanjut sampai aku telah menikah.
Dan tanpa diduga, pria itu juga menerima perjodohan ini, dan dengan lancangnya aku merasa bahagia akan hal itu. Akupun mulai menyadari bahwa dia tidak menyukaiku, karena ia bersikap dingin dan ketus terhadapku. Tapi aku mencoba memaklumi karena tak mudah menerima seseorang yang sama sekali tidak ia kenal untuk menjadi istri, atau pendamping hidup, begitu juga dengan ku yang masih menata hatiku. Untuk menerima takdir ku yang kini telah menjadi seorang istri dari pria kaya yang bersikap dingin itu.
Itupun juga pertama kali akan ada seorang pria yang masuk dalam hidupku, meski aku belum mengerti kehidupan seperti apa yang aku jalani, tapi aku berusaha menerima dengan harapan bahwa cinta akan datang karena terbiasa. Aku tidak perduli meski semua orang mengatai aku egois tapi percayalah aku juga terpaksa menerima perjodohan itu karena suatu alasan.
Aku juga tidak mau terlalu naif karena harus menolak jika harus dijodohkan dengan mahkluk sesempurna itu, yang menjadi impian setiap wanita disekelilingnya, dan mimpi itu akan menjadi milikku. Tapi mimpi itu tiba-tiba menjadi mimpi buruk ketika ia meminta izin padaku untuk menikahi kekasihnya.
Setelah dua bulan usia pernikahan kami,
kami tidur secara terpisah, dan untuk
pertama kalinya ia mengetuk pintu
kamarku.
tok tok tok
"Siapa?" tanyaku dari dalam kamar.
"Aku" jawabnya dari balik pintu, aku dapat
mengenal suara itu, suara yang jarang ia
keluarkan didepanku, tapi meski begitu
aku tau itu dia, dia adalah Leo suamiku.
"Masuklah" jawabku
Ceklek
Pintu kamarku pun terbuka lebar menampilkan sosok tinggi, tampan, dengan aroma yang maskulin, tubuh tegap, atletis. Dengan tinggi sekitar 182 cm, semua terlihat sempurna dimataku, dan aku pun mulai bangga karena telah memilikinya.
Aku pun mencoba menenangkan keadaan jantungku yang mulai berulah hanya karena menatapnya. Karena ini pertama kalinya ia masuk dalam kamarku, kamar yang menjadi saksi kesendirianku disaat statusku telah menjadi seorang istri.
Tanpa aku menyuruhnya duduk, dia pun duduk di kursi yang ada didepan meja rias, sedangkan aku terduduk di bibir ranjang karena sudah menunjukkan waktu untuk beristirahat. Tapi tak disangka jika ia tiba-tiba datang, apa dia meminta sesuatu seperti hak nya. Ah sepertinya aku terlalu banyak berharap.
"Ada yang ingin kubicarakan dengan mu" ucapnya datar seraya duduk menyilangkan kakinya dan melipat tangannya didada
"Hmm.. silahkan" jawabku, entah kenapa
aku merasa canggung saat berada di
depannya.
"Aku akan segera menikahi Aeri"
Duarrr...
Bagaikan tersambar petir rasanya hatiku, tubuhku seketika bergetar hebat setelah mendengar kata itu keluar dari bibirnya. Dapat aku rasakan pandangan mataku buram karena terhalang oleh air yang telah menggenang dipelupuk mataku. Tapi sekuat tenaga kutahan agar tak jatuh begitu saja.
"Lalu? a-apa maksudmu?" tanya ku
dengan bibir yang bergetar, aku mencoba
mengatur detak jantungku yang terasa
sesak seperti dihimpit batu batu besar.
"Aku hanya ingin memberitahu mu, karena aku akan tetap menikah dengan atau tanpa izin darimu" ucapnya gamblang.
tes...
Air mataku pun jatuh tanpa izinku, sama seperti ucapannya akan tetap menikah meski tanpa izinku. Lalu untuk apa dia membicarakan ini denganku, Ia bahkan tak memberiku sebuah pilihan dan itu artinya aku benar-benar tidak punya pilihan selain mengijinkan nya.
Sejak awal pernikahan kami memang bersepakat untuk tidak mencampuri urusan masing-masing. Bahkan kedua orang tua kami, karena itu adalah salah satu syarat yang ia minta untuk menerima perjodohan ini. Asalkan kedua orang tuanya tidak akan mencampuri urusan rumah tangga kami setelah menikah.
Bahkan Leo juga memilih rumah yang jauh dari rumah Utama, rumah selama ini menjadi tempat tinggalnya bersama kedua orang tuanya selama ia masih lajang. Aku pun tak pernah keberatan akan hal itu, justru aku
bersyukur itu artinya tidak akan ada yang ikut campur urusan kami.
Dan setelah kepindahan kami dirumah pribadi kami, saat itulah ia mengatakan bahwa ia telah memiliki kekasih. Tapi kenapa? waktu itu ia memilihku? ah bukan, bukan dia yang memilihku tapi orang tuanya, tapi kenapa menerimanya? kenapa tidak menikahi kekasihnya dan malah menikah dengan terpaksa denganku.
Dan bodohnya aku tidak mencari tau alasannya terlebih dahulu, apakah aku terlalu egois karena terlalu bahagia dijodohkan dengan pria sempurna seperti dia. Hingga akhirnya kenyataan itu nyatanya menjadi Boomerang untukku. Dan kesempurnaan yang selama ini aku agungkan itu seakan hilang musnah hari ini. Musnah bersama keinginannya ingin menikahi wanita lain.
Aku masih duduk termangu di tempat dudukku mencerna setiap kalimat yang diutarakan suamiku, dan bahkan tidak ada pilihan untukku. Aku bahkan mencoba memilih kata yang tepat untuk menyampaikan isi hatiku, hati yang telah menolak keinginannya itu.
Meski aku belum sepenuhnya mencintainya namun dalam lubuk hatiku, aku telah menerimanya menjadi pria terakhir ku. Pria yang akan menjadi panutan hidupku, pria dimana aku menggantungkan kehidupanku, pria yang akan ku layani segenap hati dan jiwaku.
Tapi kenyataan itu kembali menamparku, dia akan menikahi wanita lain, dan aku bolehkah jika aku menolaknya.
"Bagaimana dengan orang tuamu? apa kau memberitahu mereka?" pertanyaan itu sengaja aku lontarkan berharap ia akan memikirkan keinginannya untuk menikahi kekasihnya.
Karena yang kutahu kedua Orang Tuannya pasti tak akan mengijinkan nya, keputusan itu diambil oleh kedua Orang Tua Leo sebelum aku dalam kehidupan Leo. Entah dimana letak kekurangan dari kekasih Leo sehingga kedua Orang Tua Leo tak merestui hubungan mereka. Hingga akhirnya aku datang dan menjadi orang ketiga dalam hubungan mereka.
"Karena itu aku membicarakan hal ini denganmu, aku ingin kau membantu menyembunyikan hal ini, dan dia juga akan tinggal disini bersama dengan kita, jadi bersikaplah dengan baik padanya" jawabnya dengan senyum miring, kemudian bangkit dan meninggalkan ku yang masih duduk termangu.
To be continued.
❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️
ANNYEONG HASEYO, INI VERSI REVISI
YA.. KARENA TELAH DITAWARI KONTRAK
JADI MOHON DUKUNGAN.
LIKE..KOMEN...VOTE...
Aku masih duduk termangu dan masih dalam posisi yang sama saat Leo meninggalkanku, aku mengusap kasar pipiku yang entah sejak kapan telah dibasahi oleh air mataku,
Bodoh apa yang kupikirkan baru saja adalah hal bodoh yang tidak akan dilakukan oleh seorang Tuan Muda Leo, tak ingatkah kau saat awal pernikahan mu bahwa ia mengatakan
"kau boleh bangga menikah denganku,
tapi kau tidak akan pernah bisa
mendapatkan hatiku dan juga tubuhku,
akan kupastikan itu"
Dan apa baru saja yang kau pikirkan, aku malah berpikir bahwa ia akan luluh dan meminta hak nya dariku sungguh menyedihkan. Aku bahkan menginginkan suatu hal yang tidak mungkin bagiku. Menyentuhnya adalah hal yang mustahil meski aku sangat menginginkannya.
Aku mencoba menguatkan hatiku kembali, mencoba berpikir jernih bagaimana aku menjalani hari setelah ini. Ini masih awal dan masih akan ada hari esok yang akan ku lalui entah itu lebih menyedihkan dari ini atau sedikit menyenangkan, ah rasa-rasanya itu
tidak akan mungkin.
Entah kenapa semua menjadi hal yang tidak mungkin bagiku, bukankah hal yang tidak mungkin menjadi mungkin jika Tuhan berkehendak. Tapi entahlah aku mencoba berserah diri pada sang pencipta karena sesungguhnya hanya Tuhan lah yang maha membolak balikkan hati manusia.
Dan aku berharap suatu hari nanti Leo berbalik mencintaiku, meski ada satu kata yang selalu menghantuiku yaitu
Tidak mungkin.
Satu bulan berlalu
Pernikahan itu pun terjadi, entah dimana ia menggelar pernikahan itu, karena aku tak diizinkan untuk datang dalam acara itu. Dan setelah pernikahan keduanya, ia membawa serta Aeri kedalam rumah kami. Aku, Leo dan Aeri tinggal bersama. Dirumah yang dibeli oleh Leo jauh dari rumah kedua Orang Tuannya yang terletak dikota Daegu, sedangkan rumah kami terletak di kota Seoul Korea Selatan.
Sejauh ini aku mengetahui jika Aeri, dia adalah wanita yang baik, ramah dan sopan bahkan dia memanggilku kakak, karena memang usia kita berbeda dua tahun, dia lebih muda dariku. Ia selalu meminta pendapat saat akan melakukan sesuatu dirumah kami. Dan itu membuat ku merasa canggung karena Leo tak pernah lepas
pengawasan terhadap ku.
Entah kenapa saat Aeri berbicara denganku ia selalu menatap tajam kearah ku sedangkan tersenyum saat menatap kearah Aeri, dan itu kembali membuat jantungku seakan disayat
sembilu, sakit tapi tidak berdarah.
Perlakuannya yang tak adil terhadap ku seakan ingin membuatku menghilangndari bumi ini, ingin rasanya aku pergi, pergi membawa dinding yang kucipatakan diantara mereka berdua. Kehidupan dua orang menusia yang sudah saling mencintai kini harus terhalang adanya orang ketiga. Dan
itu adalah aku.
💛💛💛💛💛💛💛💛💛💛💛💛💛💛💛
Beberapa hari ini Aeri mengambil alih pekerjaan dirumah, sedangkan aku memutuskan untuk kembali mengelola toko bunga yang sempat ku tinggalkan beberapa bulan yang lalu karena sibuk mengurus rumah.
Leo sengaja hanya memperkerjakan pelayan rumah hanya untuk bebersih rumah, setelah itu ia menyuruhnya pulang. Semua itu ia lakukan karena tidak ingin ada orang luar yang mengetahui kondisi rumah tangga kami, rumah tangga yang dibilang sangat aneh. Dimana didalamnya terdapat dua orang istri.
Hari ini Leo memutuskan untuk tidak kekantor dan menyerahkan tugas kantor pada sekretaris andalannya Antony Hwang, yang akrab disapa sekretaris Hwang.
Sekretaris Hwang satu-satunya seseorang yang mengetahui kondisi keluarga kami, ia tidak pernah membantah setiap yang dikatakan oleh Leo, tentu saja karena untuk itulah dia dibayar, yang kutahu dia adalah seorang yang sangat dingin sama seperti Leo. Tapi aku baru mengetahui bahwa seseorang itu masih mempunyai sisi hangat dalam dirinya, aku teringat saat pertama kali Leo menikah dengan Aeri, dengan senyum hangat nya ia mengatakan padaku 'bersabarlah Nyonya', aku cukup senang karena masih ada seseorang yang perduli denganku. Ya meskipun ia hanya menuruti semua perkataan Jung karena dia adalah atasannya.
Pagi itu sekretaris Hwang datang kerumah untuk mengambil beberapa berkas yang harus ia serahkan pada para manajer yang akan ikut serta pada meeting hari ini. Karena meeting hari ini tidak terlalu penting, dan tidak perlu dengan kehadiran Leo, maka dari itu Leo memutuskan untuk tidak pergi ke kantor.
"Ini berikan pada para manager, katakan
jika aku mengawasi mereka dari sini" ucapnya pada sekretaris Hwang
"Baiklah Tuan Muda kalau begitu saya permisi" membungkuk, kemudian keluar dari ruang kerja Leo.
Saat keluar dari ruangan Jung, kulihat dia berpapasan dengan Aeri, saat itu aku juga baru saja keluar dari kamar persembunyian ku, akupun tanpa sengaja melihat interaksi antara dua orang itu. Dan tanpa kuduga sekretaris Hwang nampak menatap tajam kearah Aeri sejenak kemudian memutus tatapannya, lalu berjalan melewati Aeri tanpa mengucapkan sepatah katapun.
Berbeda saat denganku ia akan selalu membungkuk dan memberi salam dan memberikan sedikit senyum terbaiknya. Saat itulah aku mengetahui jika dia selain hormat pada Leo dia juga hormat padaku. Apa karena dia tau siapa nyonya utama dirumah ini, tapi siapa peduli bagi Leo istrinya hanyalah Aeri, sedangkan aku, tak lebih dari salah satu sebuah pajangan rumah saja.
Tapi ada apa dengan Aeri kenapa sekretaris Hwang terlihat tak menyukai wanita itu, bukankah ia juga istri tuannya. Tapi kenapa apa alasan yang membuatnya bersikap demikian. Tapi entahlah semua itu juga bukan urusanku.
Leo keluar dari ruang kerjanya tepat saat Aeri sedang ingin mengetuk.
"Sayang, baru saja aku ingin memanggilmu untuk sarapan" ucap Aeri yang disambut senyum oleh Leo, senyum yang sangat
menawan, tapi sayang senyum itu bukan
untukku. Tiba-tiba jantungku merasa sesak memikirkan hal itu.
"Baiklah ayo" ajak Leo seraya melingkarkan tanganya pada pinggang Aeri dan berjalan menuju meja makan.
Dan aku, apa yang aku lakukan? aku hanya berdiri terpaku menatap kemesraan itu, yang tanpa mereka sadari aku telah melihat hal itu engan meremas dadaku. Dalam kurun waktu
satu bulan ternyata belum cukup bagiku untuk menerima kenyataan bahwa aku telah berbagi pria dengan wanita lain.
Ah tidak, bukan berbagi, tapi bermimpi untuk menjadi bagian dari hidup mereka, terkadang aku tak mengerti akan jalan hidup yang aku jalani kenapa aku harus terlibat cinta segitiga seperti ini. Rasa yang membuatku terus berharap bahwa akan ada secuil cinta yang tersisa untukku, bahkan setiap kemesraan yang mereka lakukan membuat hatiku berdenyut nyeri, dan berujung tetesan bening membanjiri pipiku.
"Sayang apa kau yang memasak semua ini?" tanya Lek dengan antusias yang sangat tinggi. Sementara Aeri tersenyum sambil menyendok beberapa makanan dan diletakkan dipiring Leo.
"Iya sayang" jawab Aeri lembut lalu tersenyum. Entah kenapa senyum Aeri begitu terlihat janggal.
Tiba-tiba ia memanggilku "kakak apa yang kau lakukan disitu kemarilah ayo kita sarapan bersama-sama" ucapnya penuh antusias.
Akupun terkesiap, entah sejak kapan dia memanggilku. Aku menghela nafas
panjang, sepertinya pertunjukan akan
dimulai.
💛💛💛❤️❤️❤️💙💙💙💛💛💛❤️❤️❤️
VERSI REVISI.. MOHON KRISAN, LIKE,
KOMEN,VOTE....
Aku menarik nafas dalam kemudian berjalan kearah meja makan dan duduk di kursi sebelah kanan Leo, sementara Aeri duduk disebelah kiri, aku berhadapan dengan Aeri, wanita itu tersenyum kearahku kemudian mulai mengambilkan makanan untukku, tapi saat menyendok makanan tiba-tiba tangan Leo mencekal pergelangan tangan Aeri
"Cukup sayang kau bukan pelayan disini, biarkan dia mengambil makanannya sendiri" ucapnya sinis, aku tau kata itu ditujukan untuk ku.
Tak lama kemudian pria itu menatap tajam kearahku, hingga tatapan kami beradu. Tapi sejurus kemudian aku segera memutuskan pandangan ku, karena tatapan yang tajam itu seolah menusuk menembus jantungku.
"Tidak apa-apa sayang ini hanya makanan aku tidak apa-apa" rayunya pada Leo dengan senyumnya bak dewi khayangan. Percayalah ingin rasanya aku mencakar wajah itu, wajah yang membuatku seolah akulah pemeran antagonis disini.
"Tidak perlu repot Aeri, aku bisa mengambilnya sendiri" jawabku datar, aku mencoba melirik kearah Leo yang ternyata semakin mendelik tajam kearahku. Ya Tuhan apa salahku.
Leo sangat sensitif jika itu menyangkut Aeri, sebenarnya aku tidak ingin berkata dingin padanya, tapi kebaikannya padaku seolah membuatku merasa seolah akulah yang jahat disini. Seolah akulah yang menyuruhnya untuk mengerjakan ini itu, sedangkan aku tidak pernah memintanya, tapi entah kenapa ia suka sekali merecokiku seolah ingin akrab denganku, entah apa tujuannya.
Tapi entah kenapa aku justru terasa risih saat sedang bersamanya, seperti ada sesuatu yang janggal pada dirinya tapi entah itu apa?, aku pun tak mengetahuinya.
Sarapan pagi saat ini terasa hening, sedikit-sedikit aku melirik ke arah Aeri yang sibuk mencapitkan beberapa lauk ke dalam nasi yang ada dimangkuk Leo, sementara Leo tersenyum seraya memasukkan makanan kedalam mulutnya. Akupun memutar bola mataku malas, lebih tepatnya cemburu, tentu saja kenapa ia hanya bersikap demikian
hanya pada Aeri. Sedangkan aku.
Dan lagi-lagi aku melihat senyum itu, senyum yang tak pernah ia tunjukkan padaku, kini aku melihatnya dengan mata kepala ku sendiri, rasanya hangat melihat senyuman itu, wajah tampannya semakin memancar bak dewa khayangan, ya mereka memang serasi dewa dan dewi khayangan versi ku.
Tapi sayang senyum itu bukan ditujukan untukku, sedangkan wajahnya berubah seperti seorang pembunuh bayaran saat melihat ku, entah apa yang salah dengan diriku. Apakah aku tak pantas hanya untuk mendapat sebuah senyuman saja. Apa aku harus mengemis untuk mendapatkannya. Kurasakan dadaku kembali sesak seolah ribuan batu menindihku.
Setelah menyelesaikan sarapanku dan menenggak segelas air, aku bangkit dari tempat dudukku dan pergi meninggalkan mereka berdua, hari ini Leo tidak ingin pergi kekantor karena ingin menghabiskan lovely day bersama wanita tercinta nya. Dan aku
tak ingin berlama-lama mengganggu acara mereka.
Belum sempat aku melangkahkan kaki ini, tiba-tiba suara seseorang menghentikan langkah ku
"Berhenti!!" itu suara Leo, ada apa? kenapa ia memanggilku, bukankah disisinya sudah Aeri. Dengan dada yang mulai bergemuruh akupun membalikkan tubuhku dan meminta jawaban atas panggilannya yang kuyakin ditujukan padaku.
"Aku sudah bilang bahwa istriku bukan pelayan, jadi kemasi piring bekas makananmu sendiri" ucapnya tajam, setajam belati yang ia hujamkan tepat dijantung ku.
Istri? ya dia adalah istrimu, lalu aku apa selama ini kau anggap apa aku? batinku menjerit.
Saat aku memasak untuk mereka diawal pernikahan mereka, aku bahkan belum pernah mendapat perhatian seperti ini, aku memasak dan membersihkan semua sisa piring mereka bahkan aku juga membantu nya menyiapkan kamar untuk mereka.
Tapi apa yang kudapatkan, hanya sekedar ucapan terimakasih kasih saja terasa mahal jika diucapkan dari mulut pria itu. Andai aku tak menghormati kedua Orang Tuannya, aku pasti lebih memilih pergi jika perlu keujung dunia sekalipun.
Tapi sekarang hanya masalah satu piring saja ia seolah ingin membunuhku, ini tidak adil bukan. Ingin rasanya aku menggali tanah dan mengubur diriku sendiri agar aku tak lagi merasakan sakit karena ketidakadilan.
Tidak ingin membuag Leo kembali murka, aku pun mencoba menuruti semua ucapannya yaitu mengambil piring bekas makananku kemudian mencuci nya.
"Tidak usah kak biar aku saja yang melakukan nya, ini sudah siang kau berangkatlah bekerja" sela Aeri lembut, yang disambut tatapan tajam oleh Leo.
Kulihat Aeri dengan lembut meraih tangan Leo lalu menggenggamnya dengan erat, tatapan matanya seolah mengisyaratkan pada Leo untuk meredam emosi nya, setelah itu
ia mengelus punggung tangan Leo. Seketika itu wajah Leo kembali melunak.
Wah Daebak...
Ckk, dalam hatiku aku berdecih melihatnya, dengan kejadian hari ini aku semakin mengerti bahwa aku tak berarti apa-apa bagi Leo. Tanpa terasa cairan hangat terjun dari pelupuk mataku.
Tanpa menunggu lama pun aku segera mengusapnya, kemudian bergegas melenggang kan kakiku menjauhi mereka tanpa sepatah katapun. Karena hatiku hanyalah seonggok daging yang tak bertulang, terlalu lama merasa sakit maka air matakulah yang menjadi wakil sebagai
pelampiasan dari sakitnya.
🍁🍁🍁
Aku sedang berdiri di halte terdekat dari rumahku, untuk menunggu sebuah bus untuk membawaku ketoko bunga milikku. Toko bunga milikku sudah tak sekecil dulu lagi aku sudah memindahkan nya ke tempat yang lebih besar, tentu saja yang kupakai adalah uang pribadiku, sedangkan uang dari Leo yang ia kirimkan setiap bulannya aku belum
pernah menggunakan nya sama sekali.
Bukan aku merasa sombong, semua aku lakukan karena sudah cukup selama ini Leo menudingku sebagai wanita matre yang gila harta dan kekayaan, uang, mobil atau kemewahan lainnya yang bahkan aku tak pernah aku menginginkannya sedikitpun.
Bohong jika semua wanita tak menginginkannya, begitupun denganku, tapi aku bukanlah tipe seorang wanita yang ingin memanfaatkan seseorang untuk mendapatkan kekayaan secara instan.
Yang ku inginkan adalah aku membangun karir ku dari bawah, bagaikan menapaki sebuah tangga, maka kita harus memulainya dari bawah, agar kita terjatuh nanti, tidak akan terlalu sakit. Tapi jika aku mendapatkan seorang pria yang kaya itu adalah bonus untukku. Tapi bukan berarti aku memanfaatkan nya.
Aku Juga ingin menunjukkan padanya jika aku adalah wanita yang mandiri, bahkan sebelum aku bertemu dengannya aku sudah bekerja keras dan memiliki penghasilanku sendiri.
Entahtah apa yang membuatku tiba-tiba menerima perjodohan ini, apa aku sungguh dibutakan oleh wajah tampannya, pikiranku kembali melayang pada awal pertemuanku dengan Leo kala itu. Tapi nyatanya cinta memang buta. Karena aku pun juga tak bisa jika melihatnya bersama wanita lain.
Lima belas menit berlalu sudah, tapi bus yang kutunggu tak kunjung datang. Tiba-tiba aku melihat sebuah mobil berhenti tepat didepan ku, dan terkejut saat aku melihat seseorang dari dalam menurunkan kaca mobilnya.🥀
💙💙💙💙❤️❤️❤️❤️💛💛💛💛💜💜💜💜
VERSI REVISI... MOHON KRISAN...
LIKE, KOMEN,VOTE....
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!