Selamat membaca😊
🌺🍃🌺🍃🌺
Namanya Theresia Renata. Biasa dipanggil Renata. Dia tinggal di sebuah kota yang letaknya tidak jauh dari ibu kota. Renata adalah anak tunggal. Dia hanya tinggal berdua dengan ibunya. Ayahnya telah meninggal dunia karena kecelakaan kerja, saat Renata masih duduk di bangku kelas 6 SD.
Kepergian ayahnya saat itu, seperti bom waktu bagi Renata dan ibunya. Hari-hari yang dia lewati bersama ibunya terasa sangat berat. Hancur sekali hati ibunya, bahkan rapuh untuk bangkit kembali. Akan tetapi, ibunya tahu bahwa tidak baik larut dalam kesedihan. Karena waktu terus berjalan. Setelah kepergian ayahnya, ibunya juga menjadi kepala keluarga dan ibu rumah tangga yang mengurus rumah, serta membiayai sekolah putrinya.
Kini Renata duduk di bangku kelas 3 SMK jurusan tata busana. Renata adalah anak yang terbilang rajin di sekolahnya. Dia sangat terampil dalam menggambar. Disaat anak-anak seumurannya sibuk bermain, Renata justru menghabiskan waktunya untuk menggambar. Dia paling suka menggambar sebuah desain busana baik klasik ataupun modern. Dengan bekal mesin jahit di sekolahnya, Renata mengaplikasikan apa yang sudah digambar menjadi sebuah busana siap pakai.
Model-model busana yang dia hasilkan begitu indah, unik dan rapi. Dia banyak mendapatkan pujian dari guru dan teman-temannya. Bahkan Renata pun sering ditunjuk oleh guru tata busanya, untuk mewakili sekolah diajang pagelaran ataupun perlombaan desain busana. Alhasil dia pun tak pernah absen menyumbangkan piala untuk sekolahnya.
Meskipun kehidupannya jauh dari kesan mewah dan tidak ada fasilitas lengkap yang dimilikinya, akan tetapi semangatnya untuk berprestasi perlu diacungi jempol. Bahkan ibunya pun tidak pernah berhenti memberikan dukungan moral kepada Renata, untuk tetap semangat menggapai impiannya.
Dia berharap suatu hari nanti, Renata dapat merubah kehidupan mereka menjadi lebih baik. Hal inilah yang membuat Renata berkeinginan keras untuk menjadi perancang busana yang sukses.
Ditengah malam yang gelap, dengan hawa angin bertiup kencang. Renata menatap langit dari jendela kamarnya yang terbuka. Dengan penuh pengharapan, dia pun terhanyut dalam lamunanya. Renata membayangkan semua impiannya di masa depan.
Harapannya setelah lulus nanti, dia bisa melanjutkan pendidikan di bidang desain busana. Akan tetapi, ada pula dibenaknya rasa kepasrahan. Dia tidak ingin terlalu berharap, mengingat kehidupannya yang hanya pas-pas'an. Masih bisa sekolah sampai detik ini pun, dia sudah sangat bersyukur.
*Yang terpenting adalah sy*ukuri dan jalani apa yang ada sekarang sesuai dengan ketetapan Allah SWT. Jangan pernah lelah dan berhenti untuk berkarya, terus berdoa dan berusaha semaksimal mungkin. Karena usaha tidak akan pernah mengkhianati hasil. Suatu hari nanti, apa yang aku impikan pasti akan terwujud, nothing is impossible.
Ah sudahlah, tidak usah terlalu dipikirkan. Lanjutnya dalam hati.
"Renata..., Renata..., Renata...," suara ibu yang sedari tadi memanggilnya. Renata pun sontak terbangun dari lamunanya.
"Iya bu...iya...," sahut Renata dengan nada terburu-buru. Dia pun bergegas membuka pintu kamarnya. Sampai-sampai jendela kamar lupa untuk ditutupnya.
"Iya bu..., ada apa ibu memanggilku?" tanya Renata pada ibunya yang sudah berada di depan pintu kamarnya.
"Ibu cuma mau memastikan kamu sudah tidur atau belum? Apakah kamu baik-baik saja atau tidak? Soalnya daritadi ibu tidak melihatmu nak..., tidak seperti biasannya kamu jam segini sudah di kamar. Biasanya kan jam 22.00 kamu baru masuk kamar. Biasanya juga masih nonton TV. Daritadi ibu panggil-panggil, kamu juga tidak menyahuti. Makannya karena penasaran, ibu ke kamarmu, untuk mengecek keadaanmu nak...," tanya ibunya.
"Hehe, Renata belum tidur kok Bu..., dan juga baik-baik saja. Tadinya Renata mau nonton TV, tapi sepintas Renata masuk kamar dan melihat jendela kamar masih terbuka. Dan sewaktu Renata hendak menutupnya, Renata melihat ternyata langit malam ini begitu indah loh Bu...," jawab Renata.
"Bulan sebesar semangka pun bertengker di langit. Dikelilingi bintang-bintang seperti talam emas yang mengambang di angkasa. Renata sangat terpukau melihatnya Bu..., Renata jadi terhanyut dalam renungan malam yang membawa sejuta mimpi," lanjutnya.
"Ya sudah, syukur kalau kamu baik-baik saja nak..., dan ingat mimpi setinggi langit itu tidak masalah. Akan tetapi, semua ada porsinya masing-masing. Mustahil rasanya jika dalam sebuah impian, tidak ada proses di dalamnya. Segala sesuatunya harus seimbang. Tetaplah semangat nak..., terus berkarya dan tunjukkan pada dunia bahwa kamu bisa. Karena usaha tidak akan mengkhianati hasil," nasihat ibunya.
"Terimakasih Bu..., nasihat ibu sangat menyentuh hati Renata. Renata sayang sekali sama ibu. Renata janji sama ibu, akan menjadi orang yang sukses. Renata yakin suatu hari nanti, roda kehidupan kita pasti akan berubah menjadi lebih baik," ucapnya dengan penuh percaya diri.
"Sama-sama Nak...," ucap ibunya sembari memeluk Renata dan sedikit melirik ke sekeliling kamar Renata.
"Loh, Renata..., kok jendelannya belum kamu tutup juga?" tanya ibunya.
"Oh iya Bu, tadi Renata lupa menutupnya karena terburu-buru ingin membukakan pintu untuk ibu," jawab Renata sembari menempelkan telapak tangan di jidatnya.
"Ya sudah, segera tutup rapat jendelanya! Udara diluar sangat dingin, nanti kamu masuk angin," perintah ibunya.
"Baik Bu," ucapnya sambil berbalik badan dan segera menutup jendela kamarnya.
"Greppp, greppp," bunyi jendela kamar Renata yang sedang ditutup.
Setelah menutup jendela, Renata mencari ibunya yang sudah tidak ada di pintu kamarnya.
"Loh ibu kemana yah? Kok tidak ada?"
tanya Renata dalam hati.
Seketika terdengar suara mesin jahit yang memenuhi ruang tamu kecil rumah Renata.
"Suara itu? Hmmm, aku tahu ibu dimana?" pikirnya.
Renata segera menuju ke tempat sumber suara berasal. Ternyata ibunya sudah berada di tempat mesin jahit. Renata pun memandang wajah lelah ibunya, yang sedang sibuk menjahit baju pesanan pelanggan setianya.
"Ibu..., sudah disini saja," ucap Renata sambil memegang kedua bahu ibunya.
"Iya Nak..., sepertinya malam ini ibu harus lembur. Soalnya baju pesanan dari pelanggan ibu mau dipake besok. Jadi mau tidak mau malam ini juga harus selesai," ucap ibunya.
"Kalau begitu Renata bantuin yah bu..., lagian besok juga kan hari minggu. Sekolah Renata libur," bujuk Renata kepada ibunya.
"Baiklah kalau kamu memaksa Nak...," ucap ibunya dengan senyuman yang mengembang.
Renata memang anak yang baik dan penurut. Dia tidak pernah kenal lelah dalam membantu ibunya yang berprofesi sebagai penjahit. Renata kerap kali menemani ibunya lembur menyelesaikan pesanan jahitan. Akan tetapi, apabila bukan hari libur, Renata tidak diijinkan untuk membantu ibunya lembur karena takut bangun kesiangan.
Tidak terasa malam pun semakin larut, tepat pukul 02.00 pesanan pelanggan ibunya sudah selesai dan siap untuk diantar besok. Rasa kantuk semakin menyelimuti Renata dan ibunya. Membuat mereka bergegas untuk tidur.
bersambung...
🌺🍃🌺🍃🌺
NB: Semoga kita semua bisa mencontoh Renata, yang memiliki semangat menggebu dalam meraih impiannya. Tetap berjuang dan pantang mundur dengan impian kalian yah reader..., author yakin kalian pasti bisa. Sukses selalu untuk kita semua...,😊🙏
Jangan lupa berikan kritik dan sarannya untuk author yah reader..., agar author dapat memperbaiki dan menyajikan karya yang terbaik untuk kalian. Terimakasih😊🙏
Dukung terus author dengan like dan vote. Terimakasih😊🙏
Selamat membaca😊
🌺🍃🌺🍃🌺
Mentari mulai menunjukkan senyumnya. Awan pun tertata rapi di sekeliling gunung. Pagi mulai menyapa. Cahaya matahari perlahan masuk memenuhi sudut-sudut kamar. Segala kebisingan dan apa yang terjadi di tempat tidur mulai bisa dirasakan. Nampaknya bukan hanya cahaya matahari saja yang membangunkan tidur. Akan tetapi, nyanyian alarm HP Renata pun menambah kebisingan tidurnya.
Dengan mata yang masih susah untuk dibuka dan mulut sedikit menguap, Renata pun terbangun dari tidurnya. Dilihatnya HP yang berada di meja samping kiri tempat tidur Renata. Ternyata jam di HP sudah menunjukkan pukul 07.30 pagi. Renata kaget dan sontak membuka lebar matanya.
Seperti biasa, setiap bangun tidur Renata membereskan tempat tidurnya terlebih dahulu dan kemudian mandi. Selesai mandi dan ganti baju, Renata pun bergegas untuk sarapan bersama ibunya.
Belum saja sampai di dapur, Renata sudah mencium aroma masakan yang membuat perutnya berirama.
"Wah..., masakan apa ini? Aromanya sangat khas," gumamnya penasaran.
"Ibu masak apa?" tanya Renata yang sudah berada di samping ibunya.
"Eh Renata..., kamu sudah bangun yah? Kamu pasti lapar. Sabar yah..., sebentar lagi masakannya matang. Oh ya Ren, kali ini ibu masakin bubur untuk kamu. Tapi buburnya beda loh..., kali ini ibu masakin kamu sarapan bubur Manado," ucap ibunya.
"Bubur Manado? Emang ibu bisa bikinnya?" tanya Renata meledek ibunya.
"Bisa dong..., kan ibu punya resepnya. Jadi kemarin, ibu nonton acara televisi kuliner, yang kebetulan resep masakannya adalah bubur Manado. Dan ibu tertarik untuk membuatnya. Makannya ibu catat resepnya, biar nanti bisa ibu praktekkan secara langsung," jawab ibunya.
"Duh..., Renata semakin penasaran sama rasanya Bu. Pengin cepat-cepat nyobain bubur Manado. Soalnya dari aromannya saja sudah menggugah selera, apalagi rasanya? Hmmm, pasti sedap," ucapnya sambil membayangkan.
Beberapa menit kemudian, bubur Manado masakan ibu Renata pun telah matang dan siap untuk disajikan.
"Nahhh, sudah matang buburnya. Ayo kita sarapan," ajak ibunya kepada Renata sembari menuang bubur yang ada di panci ke dalam mangkok.
"Kalau begitu, biar Renata yang menyiapkan tikar untuk tempat kita makan," ucapnya.
Renata dan ibunya sudah terbiasa makan secara lesehan, karena mereka tidak memiliki meja makan di rumahnya.
(lesehan adalah makan dengan cara duduk di lantai, bisa menggunakan tikar ataupun karpet sebagai alasnya)
Renata pun telah selesai mempersiapkan tikar dan juga peralatan makan. Disusul ibunya yang telah siap membawa dua mangkok bubur Manado untuk dihidangkan di tempat lesehan.
Dengan wajah penuh senyum Renata segera menyantap bubur Manado masakan ibunya. Saat sarapan berlangsung, terlihat raut wajah kebahagiaan pada Renata dan ibunya. Mereka selalu bersyukur karena masih bisa menikmati makanan yang enak. Kebersamaan memang selalu tercipta pada mereka dalam hal apapun.
"Yummy, mantap sekali..., buburnya lezat. Masakan ibu memang terbaik," puji Renata terhadap ibunya.
"Bu, bagi resepnya dong, kapan-kapan Renata juga pengin bikin sendiri bubur Manado nya," pinta Renata.
"Resepnya gampang kok Ren. Nih...," ucap ibunya sambil memberikan kertas yang berisi catatan resep.
Renata pun menerima kertas resep yang diberikan oleh ibunya. Diapun melihat dan membaca resepnya dengan suara yang lantang.
Resep Bubur Manado :
Bahan-bahannya adalah bawang merah, bawang putih, cabai, jahe, serai, daun bawang, kemangi, bayam, kangkung, singkong, labu, ubi jalar, jagung manis, beras, air dan ikan asin (sesuai selera).
Cara membuat
- Potong semua sayuran atau bahan dan dicuci bersih
- Didihkan air (takaran sesuai dengan bubur yang akan dibuat)
- Masukkan beras, masak sampai setengah matang
- Masukkan jahe, serai dan singkong sampai menjadi bubur
- Apabila singkong telah empuk, masukkan ubi jalar
- Apabila ubi jalar telah empuk, masukkan labu (cari labu yang mudah empuk)
- Masukkan semua sayuran yang telah dipotong (daun bawang, kemangi, bayam, kangkung dan jagung manis)
- Masukkan garam secukupnya
- Sajikan dipiring, ditambahkan suwiran ayam goreng (bisa diganti sesuai selera) dan sambal yang telah diuleg.
"Oh..., jadi seperti ini resepnya, gampang juga yah Bu," ucap Renata.
"Haha, kamu baca resep atau pidato Ren? tanya ibunya meledek.
"Hehehe," jawabnya tersipu malu.
"Tapi ngomong-ngomong ibu dapat bahan-bahannya darimana? Kok bisa komplit gitu, hehe...," tanya Renata.
Tadi pagi-pagi buta ibu pergi ke pasar sebentar. Membeli bahan-bahan yang kurang. Dan yang lainnya ibu ambil di samping rumah kita. Kebetulan bahan yang ibu butuhkan, ada beberapa yang kita punya dan untungnya sudah bisa dipetik.
"Wah..., jadi ada kepuasan tersendiri yah Bu. Karena masakan yang kita makan, beberapa bahannya ambil di kebun mini milik kita sendiri. Hehe...," ucap Renata dengan bangga.
"Makannya harus rajin-rajin menanam, kan nanti hasilnya kita sendiri yang menikmati," lanjut ibunya.
" Ok, siap Bu. Mulai sekarang Renata akan mengikuti inisiatif ibu untuk menanam sayuran dan bumbu dapur di rumah. Dan Renata juga akan merawatnya dengan sungguh-sungguh sampai bisa dipetik, hehe...," ucapnya.
Setelah makan dan mengobrol, Renata dan ibunya bergegas untuk membereskan tempat mereka makan. Renata pun menggulung tikar, dan membawa peralatan makan yang telah mereka gunakan ke tempat cucian piring.
Setelah mencuci piring, ibunya menyuruh Renata untuk mengantarkan pesanan jahitan pelanggan ibunya.
"Ren..., kamu sudah selesai mencuci piringnya?" tanya ibunya kepada Renata di tempat cucian piring.
"Sudah Bu," jawab Renata.
"Kalau begitu ibu minta tolong antarkan pesanan ini ke Bu Nessa, pelanggan ibu!" perintah ibunya.
"Loh ternyata ini jahitan pesanannya tante Nessa yah Bu? Tante Nessa yang mamahnya teman Renata kan Bu?" tanya Renata.
"Iya benar Bu Nessa mamahnya teman kamu, Lisa," jawab ibunya.
"Kalau begitu Renata sekalian main di rumah Lisa yah Bu?" lanjutnya.
"Iya boleh. Tapi ingat pulangnya jangan kesorean apalagi malam," tegas ibunya.
"Baik Bu, siap..., kalau begitu Renata pamit dulu yah Bu," pamit Renata sembari menyalimi ibunya.
"Iya, hati-hati Nak," ucap ibunya.
Dengan membawa bungkusan berisi jahitan pesanan, Renata pun berjalan menuju ke rumah Lisa. Kebetulan Rumah Lisa letaknya tidak terlalu jauh dari rumahnya. Bisa dibilang masih tetanggaan.
bersambung...
🌺🍃🌺🍃🌺
NB: Orang yang bersyukur selalu menghiasi wajahnya dengan senyuman. Bukan bahagia yang membuat kita bersyukur. Akan tetapi, bersyukurlah yang membuat kita bahagia.
Jangan lupa berikan kritik dan sarannya untuk author yah reader..., supaya author dapat memperbaiki dan menyajikan karya yang terbaik untuk kalian. Terimakasih😊🙏
Dukung terus author dengan like dan vote. Terimakasih😊🙏
Selamat membaca😊
🌺🍃🌺🍃🌺
Rumah modern berlantai dua, dengan desain minimalis, telah terlihat di depan mata. Rumah itu, tak lain adalah rumah Lisa. Renata pun segera memencet bel yang berada di samping pagar rumah Lisa.
"Ting tong..., ting tong...," bunyi bel rumah Lisa.
Setelah berkali-kali memencet bel, akhirnya ada juga yang membukakan pintu pagar untuk Renata.
"Eh, mba Renata..., kirain siapa. Silahkan masuk mba...," ucap bi Darmi yang merupakan assisten rumah tangga Lisa.
Bi Darmi, tidak perlu lagi menanyakan nama kepada Renata. Karena Renata sudah berkali-kali main ke rumah Lisa. Jadi secara tidak langsung bi Darmi pun sudah sangat mengenal Renata.
"Mau ketemu non Lisa yah mba?" tanya bi Darmi sembari mengantar Renata masuk ke dalam rumah.
"Sebenarnya tujuan utama saya kesini mau mengantarkan jahitan pesanan tante Nessa bi. Tapi ada tujuan kedua juga sih, hehe...," ucap Renata dengan sedikit malu.
"Sebentar yah mba Renata, bibi panggilkan dulu non Lisanya. Silahkan duduk mb," ucap bi Darmi sembari menyuruh Renata duduk di sofa.
Belum juga dipanggil, dari bawah tangga sudah terlihat Lisa yang baru saja keluar dari kamarnya dan hendak menuruni tangga.
"Lohhh, non Lisa..., baru saja bibi mau naik ke atas manggil non Lisa. Eh, non Lisa sudah turun duluan," ucap bi Darmi yang sudah hampir menaikki tangga.
"Ada apa Bi?" tanya Lisa dengan penuh senyuman.
"Lihat ke bawah non," ucap Bi Darmi sambil menunjuk ke arah sofa.
"Renata...," panggil Lisa kepada Renata yang masih berada di tangga. Dengan langkah cepat, Lisa segera menuju ke sofa.
Sontak Renata pun langsung tertuju ke orang yang memanggilnya. Dia membalas panggilan Lisa hanya dengan senyuman.
"Hai Ren..., loh kamu kesini kok ga bilang-bilang sih, harusnya kamu bilang. Jadinya kan aku ga nyiapin apa-apa untuk kamu," ucap Lisa dengan sedikit kecewa.
"Tidak apa-apa Lis, lagian tujuan awal aku kesini juga mau mengantarkan pesanan mamahmu," ucapnya sambil memegang salah satu tangan Lisa.
"Oh iya yah, aku baru ingat kalau mama jahit baju di ibu kamu Ren," lanjut Lisa.
Tapi kamu main dulu kan, di rumahku? Ga langsung pulang kan Ren? Ya ngobrol-ngobrol dulu kek atau apalah gitu," tanya Lisa dengan ajakannya.
"Iya, aku pasti main dulu kok Lis. Emang itu kan tujuan kedua aku, haha," jawabnya dengan sedikit tertawa.
"Hmmm, dasar Renata, haha," ucap Lisa dengan tertawa juga.
"Oh yah, mana baju pesanan mamahku Ren? Biar aku letakan di kamar mamah saja. Kalau sekarang mah mamah lagi ga di rumah Ren. Tadi pagi-pagi banget mamah ke kantor dulu. Soalnya ada urusan yang harus diselesaikan," ucap Lisa.
"Ini Lis, jahitan pesanan mamahmu," ucapnya sambil menyerahkan bungkusan berisi jahitan kepada Lisa.
"Emang bajunya mau dipakai kapan jadinya Lis?" tanya Renata.
"Nanti siang, buat meeting sama clien Ren," jawab Lisa."
"Oh gitu..., ya udah Lis," ucap Renata paham.
"Bentar yah Ren, aku taruh dulu bajunya di kamar mamah," ucap Lisa sembari berjalan menuju kamar mamahnya.
Setelah keluar dari kamar mamahnya, Lisa pun mengajak Renata ke taman samping rumahnya. Mereka duduk bersama sambil ngobrol-ngobrol, ditemani segelas jus jeruk dan sedikit camilan.
Renata dan Lisa pun saling bercanda. Mereka terlihat sangat akrab. Mereka memang sudah bersahabat dari sejak kecil. Dari kecil Renata dan Lisa selalu bermain bersama. Mau kemana-mana juga sering bareng. Bisa dibilang bukan lagi teman atau sahabat melainkan sudah seperti keluarga sendiri.
Meskipun terlahir dari keluarga kaya, akan tetapi Lisa tidak pernah gengsi ataupun malu untuk berteman dengan Renata. Walaupun status sosial Renata jelas tidak sama dengannya.
Lisa dan keluarganya pun sangat menyayangi Renata. Bahkan mamahnya Lisa kerapkali memberikan sedikit bantuan uang untuk Renata dan ibunya.
"Lis ga kerasa yah, dulu kan kita masih kecil. Sekarang sudah malu lulus SMK ajah," ucap Renata di sela-sela obrolannya dengan Lisa.
"Iya Nih Ren, tapi baguslah. Soalnya aku sudah tidak sabar jadi anak kuliahan. Aku pengin cepet-cepet duduk di bangku kuliah. Dan mengambil jurusan fashion bisnis, hehe...," ucap Lisa.
Dengan raut wajah sedikit sedih dan menunduk, Renata pun tidak membalas ucapan Lisa.
"Ren, kamu kenapa? Ucapanku ada yang salah yah? Maafin aku Ren, kalau ucapanku membuatmu tersinggung," ucap Lisa dengan nada bersalah.
"Tidak apa-apa Lis, kamu ga salah kok. Aku sedikit sedih ajah. Aku tidak tahu setelah lulus nanti, aku bisa lanjut kuliah atau tidak. Kamu kan tahu sendiri kondisi ekonomi aku seperti apa?" Curhat Renata kepada Lisa.
"Ren, percaya deh aku yakin kok kelak kamu pasti bisa jadi orang sukses. Kamu pasti bisa lanjut kuliah. Apalagi kamu kan murid yang cerdas, pasti nanti akan banyak tawaran beasiswa untuk kamu kuliah," ucap Lisa menenangkan Renata.
"Aamiin..., semoga saja yah Lis. Aku juga berharap seperti itu. Dan semoga kalau aku bisa kuliah nanti, kita bisa satu kampus. Biar bareng terus," ucap Renata.
"Pasti dong, kan ada Lisa ada Renata. Hehe...," ucap Lisa dengan senyumannya.
Tak terasa matahari pun sudah seperti berada diatas kepala. Itu tandanya pagi telah menjelma menjadi siang.
Teet..., teet..., suara mobil mamah Lisa. Renata dan Lisa pun sontak tergagetkan oleh suara klakson mobil yang keras.
"Itu kayaknya suara mobil mamah deh. Kayaknya mamah sudah pulang," ucap Lisa sembari mengangkat jari telunjuk kanannya.
"Ayo Ren kita lihat kedepan." Ajak Lisa kepada Renata.
Lisa dan Renata pun menyambut kedatangan mamah Lisa.
"Ehhh ada Renata..., Renata sudah dari pagi disini yah?" Tanya mamah Lisa yang sudah berada di depan pintu.
"Iya tante Nessa, Renata sudah dari pagi disini, untuk mengantarkan jahitan pesanan tante," ucap Renata sembari menyalimi mamah Lisa.
"Jahitan mamah sudah Lisa taruh di kamar mamah," timpal Lisa.
"Ok. Oh yah Lis, ini mamah bawakan makan siang untuk kamu, kamu makan yah bareng-bareng sama Renata. Ada 3 bungkus makanan yang 2 untuk kalian, yang satunya untuk Bi Darmi yah Lis," ucap mamah Lisa menyerahkan makanan itu kepada Lisa.
"Makasih tante, tapi buat tante mana? Tanya Renata".
"Sudah tidak usah khawatir Ren. Tante nanti bisa beli lagi, kan tante juga mau keluar. Itu buat kalian ajah dulu sama bi Darmi. Sudah dulu yah, tante mau siap-siap. Soalnya tante harus kembali ke kantor. Ada meeting siang sama clien dari luar kota siang ini," ucap mamah Lisa sambil terburu-buru jalan ke kamar.
"Yaudah Ren, ayo kita makan." Ajak Lisa kepada Renata.
Renata dan Lisa pun menyantap makan siang yang dibawakan oleh mamah Lisa.
Setelah selesai makan siang Renata dan Lisa kembali melanjutkan obrolanya tentang masa-masa kecilnya dulu. Tak terasa waktu semakin sore. Renata pun bergegas pamit kepada Lisa untuk pulang ke rumah.
bersambung...
🌺🍃🌺🍃🌺
NB: Sahabat adalah seseorang yang kamu temukan banyak persamaan dengan dirimu, namun tetap menghargai segala perbedaan yang ada.
Jangan lupa berikan kritik dan sarannya untuk author yah reader..., supaya author dapat memperbaiki dan menyajikan karya yang terbaik untuk kalian. Terimakasih😊🙏
Dukung terus author dengan like dan vote. Terimakasih😊🙏
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!