NovelToon NovelToon

First Love "Di Bulan April"

GANTUNGA TAS

"ayok rii buruan... nanti kena marah" ucap Della sambil berlarian menarik tangan ku.

"heii itu yang disana? kenapa lama sekali!" ucap salah satu Kakak pembimbing dengan nada yang cukup tinggi.

" cepat Rii" ucap Della yang masih menggenggam erat tangan ku.

tahun ajaran baru di mulai, seperti biasa aktivitas anak baru selalu di awali dengan Masa Orientasi Sekolah, berbagai macam game dan kesibukan MOS yang lain nya mewarnai awal ku masuk sekolah.

Hari ini hari terakhir Aku dan murid lainnya menjalani MOS, dan waktunya kami menerima pembagian kelas.

aku dan Della masuk di kelas yang sama semantara kedua sahabatku yang lain Lila dan Ema di kelas yang berbeda dengan ku.

"Syukur deh kita bisa sekelas ri" ucap Della dengan tangan yang melingkar di sela lenganku.

sementara akunhanya tersenyum tipis denga mata yang terus memperhatikan sekitar.

Di satu kelas terbagi 26 siswa dan siswi, mata ku pun tidak berhenti memandangi penjuru kelas ku yang baru dan di penuhi dengan teman-teman ku yang baru.

Setelah semua sudut ku pandangi pada akhir nya mataku tertuju pada sebuah gantungan tas yang menempel pada tas seseorang yang duduk tidak jauh di seberang ku.

"Gantunganya bagus" ucap ku sok akrab padanya yang bahkan Aku tidak tau siapa namanya.

Dia hanya tersenyum tipis menatapku.

"Em beli di mana?"tanya ku penasaran.

"Bikin sendiri" sahut nya pelan.

"oh yaa...kamu bisa bikin yang beginian?" ucap ku kagum dan antusias sambil memegang gantungan tas miliknya yang terbuat dari karung goni dan tempurung kelapa itu.

Tiba-tiba Aku tersadar dari tingkah ku yang sok akrab dengannya, sambil menunduk pelan-pelan ku lepas gantungan milik nya yang ada di genggamanku.

"em..kenalin Aku Riri" ucap ku berusaha memecah ketidaknyamanan yang ku rasa.

"Aku Raidil, panggil aja Aidil" ucap nya dengan menyambut tanganku.

"oh Raidil".

"Kamu mau gantungan ini?"tambahnya.

Aku terkejut mendengar apa yang di katakannya.

"ah gak usah, Aku cuma nanya kok" sahut ku.

"Gak apa-apa ambil aja, nih..." ucapnya sambil melepaskan gantungan itu dari samping tas dan menyodorkannya pada ku.

"aku bisa bikin lagi, lagian gak susah kok" tambahnya.

"Eh beneran ini buat Aku?" ku sambut gantungan itu dari tangannya.

"iya ambil aja" ucap nya tersenyum ramah.

Deg

Jantung ku seketika berdetak dengan kuat setelah melihat senyum itu.

"Apaan tuh Ri?" Della melirik penasaran.

"Ah bukan apa-apa" dengan cepat gantungan itu kumasukan ke dalam tas dengan Raidil yang melirik heran sambil tersenyum tipis melihat tingkahku.

***

Waktu berlalu begitu saja, semuanya terasa singkat untuk di lalui, rasanya baru kemarin Aku menjadi siswa baru bersama teman-teman ku di sekolah ini.

dan kini sudah hampir setengah semester kami jalani.

Jam pertama telah usai, Bell istirahat berbunyi memenuhi ruang kelas dan Della dengan sigap merangkul ku dengan satu tangannya.

"ayo..cepat Rii, nanti keburu penuh kantin nya" ucap Della.

Salah satu hal yang paling tidak Aku sukai dari sekolah ini adalah saat pergi ke kantin dan berdesak-desaka.

dengan hanya satu kantin yang tidak terlalu besar dan murid yang cukup banyak membuat suasana itu cukup membuat aku sedikit merasakan malas untuk pergi ke area itu.

"Kamu duluan gih, Aku lagi gak mau ke kantin" ucap ku lesu.

"Ih ayo dong, Aku laper Rii.. kamu nunggu di luar aja deh, yah..yah plis"ucap Della dengan memohon.

"Iya deh iya, tapi jangan lama !" sahutku singkat dengan langkah yang lunglai.

sesanpainya dikantin, Aku duduk dan menunggu tepat di depan kantin yang juga bersebelahan dengan ruang guru, ku pandangi mereka yang sibuk berdesak-desakan di kantin,salah satunya Della.

"bang gorengannya lima rebu!" teriak Della dengan keras memanggil abang-abang penjaga kantin yang terdengar sampai keluar, sementara Aku hanya tersenyum saat melihat Della dari kejauhan.

" gigih banget sih Dell" ucap ku dalam hati sambil tertawa kecil.

lama menunggu, Della pun akhirnya keluar.

"Ayok Rii, kita balik" ucap Della yang menyadarkan ku dari lamunan singkat karena bosan menunggu.

Jatak dari kantin ke ruang kelasku tidak begitu jauh, sehingga dengan cepat Aku bisa duduk kembali ke bangku ku yang selalu terasa nyaman.

Seperti biasa mataku mulai menyapu setiap sudut kelas sampai akhirnya ku pandangi pintu kelas dan melihat mereka teman-teman sekelas ku berlalu-lalang keluar masuk kelas, tidak jarang kadang Aku pun ikut menghitung berapa kali mereka keluar dan berapa kali mereka masuk sekedar membuang rasa bosanku.

Deg

lagi-lagi jantungku berdebar tanpa Aku tau alasannya.

ku pandandangi sudut pintu kelas, berdiri sambil tersenyum ramah Dia di sana bersama teman-teman nya, dan tak jarang tanpa sengaja mata kami bertemu.

tak pernah ada obrolan lain yang terjadi semenjak waktu itu di saat pertemuan pertama kali tentang gantungan tas yang dia berikan pada ku.

Dan aneh nya jantung ku selalu berdetak begitu cepat ketika Aku hanya sekedar menatapnya.

pernah Aku berusaha mengumpulkan keberanian ku untuk sekedar mengatakan "hai" ,tetapi itu tidak pernah terjadi, karena dengan tiba-tiba semua keberanian yang Aku kumpulkan itu menghilang dan berubah menjadi gugup saat dia berjalan medekat ke arah bangku atau hanya sekedar lewat berpapasan di sampingku.

Aku bingung dengan apa yang Aku rasakan saat ini, apa ini cinta atau hanya sekedar Aku suka atau mengagguminya saja.

*

*

*

*

assalamualaikum para Reader kenalin ini karya pertama Author minaminicake, semoga kalian suka dan terhibur,

tetap tunggu episode-episode terbarunya dari kisah ini.

terimakasih ❤️

PANDANGAN YANG BERTEMU

"ssttt.. buruan" Ema dan Lila berbisik dari arah pintu kelas memanggil ku serta Della.

pertemanan kami ber Empat sudah sangat akrab sejak dari Sekolah Menengah Pertama, dan akhirnya kami kembali memutuskan untuk masuk di Sekolah yang sama karena alasan tak ingin berpisah, yap.. alasan yang bahkan menurut sebagian orang kurang masuk di akal.

Aku dan Della bergegas keluar, dan seperti biasa kami akan duduk di depan kelas kosong yang terletak tidak jauh dari kelas ku.

"Rii ada salam dari Irfan" teriak seseorang dengan tiba-tiba dari arah kelas tepat di atas kami.

Karena tidak ku hiraukan kembali mereka berteriak sehingga aku menjadi pusat perhatian bagi beberapa siswa lain.

"Rii ada salam nih dari Irfan, terima gak salam nya?".

"Apaan sih " ucap ku bingung dalam hati kerena ini menjadi pengalaman pertama bagiku.

Sementara itu Della,Ema dan Lila serempak menatap ke arahku dengan mengatakan "cieeeee Riri" meledek ku.

"udahlah Rii terima aja,"ucap Lila.

"ho'oh, Irfan baik kok orang nya,"tambah Ema.

"kalian kenal?" tanya ku singkat.

"ya kenal lah, dia satu kelas dengan kami" ucap Lila menjelaskan

Aku terdiam, dan menatap ke atas sambil sesekali membalas senyum Irfan yang menatap ku.

senyum manis dengan kulit sawo matang serta tatapan hangat menjadi pesona tersendiri yang ada pada irfan.

"jadi gimana Ri?" mau gak?" tanya Lila.

" lah kok ngelamun?" ucap Della dengan tangan yang berlalu lalang di hadapanku.

"hah.. apa?" ucap ku sedikit terkejut.

"mau gak?" lagi-lagi Lila Bertanya.

"Gak ah, Aku belum siap dengan yang begituan lagian Aku juga gak kenal Dia" sahut ku.

"ya.. kami sih terserah kamu aja lah Rii" jawab Ema mewakili yang lain seolah mereka mengerti ke tidak tertarikan ku pada Irfan.

Cukup lama aku menjadi pusat perhatian murid yang lain karena teriakan dan ledekan dari teman-teman Irfan yang berusaha menjodohkan ku dengan nya yang membuat perasaan ku mulai bercampur aduk antara malu dan sedikit kesal, tetapi aku tidak bisa melakukan apapun, karena jika aku membela diri atau bahkan mengeluarkan sepatah kata itu hanya akan membuat semuanya semakin ramai.

***

Besok paginya, setelah jam pelajaran pertama selesai, seperti biasa Aku hanya akan duduk di bangku ku sedangkan Della berdesak-desakan di kantin.

Di saat Aku sangat menikmati kesendirian ku, dengan tiba- tiba seseorang berteriak dari arah jendela belakangku dengan cukup keras.

"Oh ini orang yang di sukai Irfan, lumayan juga selera mu Fan" ucap seorang wanita yang mengintip dari jendela belakang yang tidak ku kenal siapa dia.

sementara itu siswa dari kelas lain yang mengenal Ifran pun ikut berteriak "cieeee Irfan".

dan yang Aku lakukan hanya bisa tertunduk malu sambari menutupi wajah ku dengan kedua tangan, Aku bahkan kebingungan harus berbuat apa, hanya ini yang bisa Aku lakukan, Aku bahkan tidak memiliki keberanian untuk menolak Irfan secara langsung karena sampai sejauh ini Irfan bahkan tidak pernah sekalipun mengajak ku berbicara atau sekedar basa-basi.

Setelah ku rasa di luar sudah mulai sunyi, ku buka kedua tangan ku dan saat itu ku lakukan, Aku melihat Raidil berjalan menuju bangkunya yang tepat di seberang ku, hanya dengan senyum tipis yang dia sematkan di bibirnya mampu membuat jantungku kembali berdetak tidak normal.

" jantung ku.. jantung ku " ucap ku dalam hati dengan sedikit menghembuskan nafas kasar untuk mengeluarkan sesak di dada karena debaran ini.

singkatnya, Setelah sekian lama perasaan Irfan tidak pernah ku hiraukan, suasana kericuhan antara Aku dan irfan pun mulai hilang seperti di telan waktu.

tidak ada lagi "cie..cie " tidak ada lagi kata"tembak.. terima" yang sering Aku dengar dan membuat ku semakin enggan untuk keluar kelas. dari awal Aku mengetahui hanya dengan cari ini bisa meredam semuanya yang membuat ku kurang nyaman.

Di tempat seperti biasa Aku dan teman-teman ku duduk menghabiskan waktu jam istirahat, kami melihat Irfan dan beberapa sobatnya melintas tepat di depan kami dengan wajah yang bisa di bilang kaku tanpa ekspresi melirik ke arahku, senyum hangat yang beberapa waktu lalu selalu menghiasi bibirnya kini berganti dengan tatapan biasa seolah tak pernah terjadi apa-apa.

Aku sangat mengerti mengapa itu bisa terjadi, bahkan aku sedikit merasa bersalah dengan sikap ku yang acuh tak acuh pada perasaannya.

"Maaf ya fan" ucap hati ku.

" Irfan kok gitu muka nya? " Tanya Ema dengan mata yang sudah beralih menatap ku.

"biarin aja Ma" jawab ku sambil membuka lembaran halaman buku yang hanya sekedar ku buka tanpa ku baca.

"Kamu gimana sih Maa.. gak peka banget jadi orang" cetus Della.

"emang" sahut Ema.

"Udah.. mending gak usah di bahas" ucap ku.

Paham akan ucapan ku, mereka lalu terdiam dan kami kembali asik dengan obrolan kami tentang hal-hal yang lain.

Di depan kelas kosong tempat kami menghabiskan jam istirahat, mungkin sudah menjadi hobi ku menyapu pandangan ke penjuru sekolah.

Di sana terlihat Raidil berlarian dari kiri ke kenan berusaha melepas kan diri dari teman-temannya sambil menggiring bola basket yang sedari tadi di tangan nya.

"Gak panas apa, main jam segini" ucap ku dalam hati.

"Rii lagi liatin siapa sih?" tanya Della dengan tangan yang berlalu lalang di depan mataku yang menatap ke arah Raidil.

"ah gak ada kok" jawab ku singkat.

"Udah yuk.. kita balik aja ke kelas," sambil berdiri Ema mengibas-ngibaskan rok panjang nya, dan terdengar pula Bell masuk ke jam selanjutnya

Sambil berjalan menuju ruang kelas, mata ku masih tertuju ke arah Raidil di lapangan basket yang sudah mulai berhenti bermain.

Seiring langkahnya yang mulai menuju ke kelas yang sama dengan ku, aku pun menundukan pandanganku darinya yang tidak sengaja menatap ku,"aihh.. kamu kenapa sih Rii?" ucap Hati ku seolah menyadarkan tingkah ku.

Aku dan Della berhenti sejenak di depan pintu masuk kelas , mempersilahkan Raidil dan teman-temannya masuk lebih dulu, baru lah kami menyusul tepat di belakang mereka.

"Astagfirullah kalian bau keringat tau!" ucap Della sembari menutup hidung dengan ujung jilbab nya.

"Huuu.. biarin" ejek teguh salah satu teman Raidil.

"jorok, mandi gih sana" ucap Della.

" eh.. Del, ini sekolahan bukan rumah bisa main pergi mandi gitu aja" sahut teguh.

" lagian mandi juga gak ada handuk nya" tambah teguh.

" pake baju kamu aja buat handuk nya" sahut Della.

" udah Dell" ucap ku sambil menarik tangan Della kembali ke bangku.

Setelah sampai di tempat duduk kami masing-masing, mata ku tanpa sengaja melirik Raidil yang sedari tadi sibuk mengobrak-abrik laci mejanya seperti mencari sesuatu.

"dapat!" ucap nya tersenyum saat menemukan sebuah buku tipis.

aku ikut tersenyum melihat Raidil yang juga tersenyum saat menemukan sebuah buku untuk di jadikan sebuah kipas sederhana.

hembusan angin dari kipas Raidil menyeberang perlahan sampai ke arah ku, kembali ku lirik Raidil dan tanpa sengaja pandangan kami bertemu.

"aah..sory sory, bau yaa?" ucapnya sambil menghentikan kipasannya.

"Gak apa apa kok, lanjut aja" sahut ku.

"gak kok, udah gak panas" ucap nya tersenyum ramah.

" yakin? itu masih keringatan" sahut ku sambil tersenyum tipis menatap ke arah seragam Raidil yang sedikit basah oleh keringatnya.

Setelah sekian purnama, walaupun kami di kelas yang sama selama ini untuk pertama kalinya Dia memulai percakapan di antara kami, dan seperti biasa debaran jantung ku akan menaikan kecepatannya tanpa perintah dari ku.

hanya dengan menatapnya dan melihatnya tersenyum semuanya akan menjadi tidak normal bagi ku.

SEPULANG SEKOLAH

Akhir pekan semakin dekat, Aku di sibukkan dengan berbagai tugas untuk pertemuan senin depan.

"Ri.. gimana ni? kita tugas kelompok di rumah kamu aja ya?" sambil menepuk bahu Junaidi mengagetkan ku dari belakang.

"Jangan deh, di tempat yang lain aja" sahut ku menolak.

"lhoh.. kenapa?" tanya Junaidi bingung.

"Aku punya ade kecil di rumah, nanti keganggu" sahutku dengan tangan yang sibuk merapikan beberapa buku.

"Emm gitu, ya udah nanti Aku kabari lagi kalo udah pasti di tempat siapa" junaidi berlalu meninggal kan ku yang masih berdiri di depan bangku.

Kemudian dia kembali berbalik sambil menunjuk ke arah ku,

"Gimana caranya Aku bisa ngasih kabar, Kamu punya nomor yang bisa di hubungi gak Rii?" tanya junaidi sambil memandangiku yang merobek kertas dan mengambil sebuah pena.

"Nih..tapi jangan di kasih ke yang lain yaa! Aku gak mau, awas aja!" ku berikan selembar kertas dengan nomor ponsel ku ke pada Junaidi.

"Tenang aja, lagian mau ku kasih ke siapa sih?" sahut Junaidi yang kembali berlalu melewati ku.

selesai dengan semuanya yang ada di kelas, Aku berjalan bersama teman-teman ku menuju gerbang sekolah menunggu jemputan.

Kami tidak seperti murid lain yang berangkat sekolah dengan membawa kendaraan sendiri,

setiap hari kami akan berjalan kaki dari gerbang sekolah menuju gang depan sambil nongkrong di warung Es mba Ita, mengobrol sambil memperhatikan Kakak-kakak kelas dan teman-teman kami keluar dari gang sekolah.

"Eh kakak yang itu siapa sih nama nya??" Tanpa malu Lila menunjuk seseorang yang dia maksud.

Dan Kami bertiga dengan spontan mengikuti arah tunjuk tangan Lila,

"kak Dani " sahut Della.

"kamu kenal Del?" tanya Lila dengan semangat dengan mata yang berbinar.

" ya pasti kenal, itu tetangga satu komplek sama Aku" jawab Della sambil menyeruput minuman yang baru saja dia pesan.

" nanti Aku main ke rumah ya Del?" ucap Lila dengan alis yang bergerak naik turun dengan genitnya.

"gimana kalau besok?" tambahnya.

"Huu.. modus ni ?"ucap Della dengan kepala yang menggeleng tidak percaya.

"Riri ikut juga yah.." saut Ema.

" Iya Rii, ikutan yaah.. kita ngapain kek gitu" tambah Lila.

" Sorry ya gaes, kaya nya Aku gak ikutan" sahut ku membuat mereka mehela napas.

"Yah.. kenapa?" ucap Lila kecewa.

"Aku ada tugas kelompok, ini masih nunggu kabar dari Junaidi, lagian bukannya kamu juga harus ngerjain tugas itu Del" sahut ku sambil menatap Della.

"seninkan di kumpul" tambahku.

"Ahh iya., hampir aja lupa, sorry ya La kita tunda dulu ke rumah Akunya, besok mungkin Aku mau ke rumah dewi dulu" Della sambil menepuk bahu Lila yang terlihat semakin kecewa.

"Ya udah deh" jawab Lila dengan lesu membuat Aku ingin tertawa.

sisi gang mulai terlihat sepi, Lila dan Della pun sudah pulang lebih dulu, tinggal Aku dan Ema yang masih duduk manis di bangku mba Ita.

walau pada akhrinya Ema menjadi orang selanjutnya yang pergi meninggalkan ku pulang.

"Aku duluan yaa, udah di jemput" ucap Ema sambil menunjuk persimpangan jalan, dan memperlihatkan mobil yang terparkir menunggu Ema.

"Oke.. hati-hati ya" sahut Ku dengan lambaian tangan ke arah Ema.

" Ayah mana sih, kok belum datang-datang, yang nunggu jemputan tinggal dikit lagi " gerutu kecil ku dengan mata yang terus melirik sekitar memperhatikan beberapa murid lain yang masih menunggu.

aku terus melirik dengan mata yang tidak pernah bisa berhenti di satu objek, sampai akhirnya Aku melihat seseorang dengan perlahan membawa motor yang berwarna hitam selaras dengan helm yang di kenakannya mendekat perlaha.

"Itu Raidil? dia baru pulang?" tanya ku dalam hati.

ku palingkan wajah ku saat dia sudah semakin mendekat ke jalan keluar gang, sebisa mungkin Aku berusaha untuk tidak menatapnya, tetapi gagal ku lakukan karena bagian ujung mata ku masih sedikit nakal ingin melirik ke arah nya, dan lirikan itu menghasilkan sesuatu yang membuat aku tidak percaya.

" Dia melirik ku? Ehh apa Aku salah liat? tapi kaya nya gak salah liat? Eh tapi.."Aku terus menerus menanya kan hal yang sama karena keterkejutan ku, sampai pada akhir nya Aku tersadar Raidil berlalu begitu saja melewatiku dan menghilang dari pandangan ku.

***

Ponsel ku bergetar dari atas meja di samping tempat tidur ku, dengan mata terpejam sambil meraba tangan ku mencoba meraih nya dari ujung kasur,

"Ri ini nomor ku Junaidi, save ya..jangan lupa datang ke rumah Jessi, kita ngerjain tugas nya di rumah dia, jam 8 kumpul yaa.. jalan sultan imanudin, perumahan kayu jati nomor 8" pesan singkat yang di kirim Junaidi kepada ku.

"Ok " balas ku singkat Sambil melirik ke arah jam dinding.

" kita punya satu setengah jam " ucap ku.

Selesai bergelut dengan pekerjaan rumah dan lainnya, Aku bergegas berangkat menuju rumah Jessi.

"Dimana Rii rumah nya?" tanya Ayah kebingungan.

"Aa.. mungkin yang itu Yah" tunjuk ku menuju ke arah rumah nomor 8 yang mungkin milik Jessi.

"yakin?" tanya Ayah memastikan.

" mungkin" sahut ku sambil tersenyum tipis dan melirik kembali pesan singkat yang Junaidi kirim pagi tadi.

"udah bener kok yah" ucapnku.

Setelah sampai di depan gerbang Jessi tersenyum melihat ku, dan Ayah berlalu meninggalkan ku bersama Jessi.

"Syukur deh kamu gak nyasar Rii" ucap Jessi.

"Alhamdulillah Jes, untung nya Ayah ku cukup tau daerah sini" sahut ku sambil berjalan mengikuti Jessi dari belakang.

"Udah kumpul semua yaa?" tanya ku.

" Udah Rii, mereka di atas" sahut Jessi sambil berjalan menapaki anak tangga yang juga ku ikuti.

Saat sampai di ruangan yang Jessi maksud, ku lihat semuanya mulai sibuk dengan tugas masing-masing, dan Aku pun bergegas mengikuti apa yang mereka kerjakan.

Waktu berlalu begitu lama ketika mengerjakan tugas, entah sudah berapa jam yang kami habiskan. setelah berdiskusi dengan semuanya sampai lah kami di titik akhir dari sebuah tugas yaitu hasil yang akan kami kumpulkan besok.

"Ahkkkk ... Akhirnya selesai, capek.. capek.. "keluh Junaidi sambil merenggangkan tangannya ke atas.

"Kaya yang paling banyak kerja aja " sahut Vina sambil tertawa.

"Iya nih... Padahal dari tadi kerjaan kamu makan mulu" tambah Jessi.

"Yeee makan juga kerja tau " ucap Junaidi tertawa dan membuat aku ikut tertawa kecil mendengarnya.

"Habis ini kita ngapain?" tanya Junaidi.

"Ya pulang lah.. lagian ini udah sore tau" sambil beres-beres Vina menjawab pertanyan yang di lontarka Junaidi.

"Owhh ya udah kalo gitu, eh Rii kamu mau Aku antarin sekalian gak?" tanya Junaidi padaku.

"Gak usah Di, Ayah ku jemput kok, ini juga lagi di tungguin di depan komplek" jawab ku lembut menolak ajakan Junaidi.

"Oh.. ya udah Aku duluan yaa" junaidi berpamitan sambil berjalan menuju ke arah pintu keluar, Aku dan Vina juga mengikuti dari belakang.

"Makasih ya Jes, maaf merepotkan " ucap ku ke Jessi yang ikut mengantar kami kedepan gerbang rumah nya.

"Santai aja lah Rii, dan hati-hati juga buat kalian"ucap Jessi sambil melambaikan tangan nya.

Aku berjalan meninggalkan rumah jessi menuju ke depan komplek di mana Ayah menunggu.

"Duluan yaa Rii" teriak Vina dan Junaidi yang berlalu meninggalkan ku dengan tangan yang melambai.

"aa iyaa" sahut mu sedikit berteriak.

"Ayah ngapain sih nunggu di depan, kenapa gak langsung jemput ke rumah Jessi aja" gerutu kecil ku dengan wajah cemberut.

Dengan santai Aku berjalan sambil memandang area komplek tempat tinggal Jessi.

"Rumah di sini bagus-bagus" ucap hati ku dengan langkah kaki yang santai.

" Hei, ngapain di sini?".

sapa seseorang yang mengagetkan ku dari belakang.

"Raidil? ucap ku kaget saat tahut siapa yang menyapaku.

" Habis kerja kelompok di rumah Jessi" jawab ku sesikit tergagap.

"Kamu tinggal di sini?" balik ku bertanya karena penasaran.

"Ah Aku tinggal di sebelah sana" sahut Raidil sambil menunjuk ke arah rumah yang berada di ujung jalan perumahan Jessi.

"Kebetulan lagi jalan-jalan sore"sahutnya.

"sendiri?" tanya ku mbuat Raidil tersenyum tipis ke arah ku.

"ahh iya kan emang sendiri" sahut ku saat aku menyadari pertanyaan ku yang pasti bisa ku jawab sendiri.

"kamu mau kemana Rii?" tanya Raidil sambil tersenyum manis.

" Itu mau ke depan, Ayah nunggu di sana" sahut ku dengan tangan menunjuk ke arah depan.

Ah jantung ku serasa ingin lepas, Aku bahkan khawatir suara debaran jantung ku akan terdengar oleh Raidil.

"Plis berhenti..." ucap ku memohon di dalam hati.

"Oh.. jadi tugas kalian udah selesai dong" sambung nya bertanya.

"He.em baru aja tadi, kelompok kalian udah?" balik ku bertanya.

"Udah kamaren sabtu, pulang sekolah si Caca ngajakin langsung, jadi kami kumpul di Aula buat ngerjain, maka nya sabtu kamaren agak siang Aku pulang" jawabnya menjelaskan seolah-olah dia tau aku melihat nya pulang siang waktu itu.

''ohh gitu.. cepat selesaikan lebih baik" sahut ku.

"mampus.. ketahuan kan rii" ucap ku dalam hati sekalogus merasakan kan sedikit malu.

Raidil menoleh ke arah ku, dan membuat jantung ku makin tidak karuan

"Kenapa?" tanya ku heran dengan tatapan nya yang membuat ku tersipu malu.

"Em gak kok" jawab Raidil sambil tersenyum tipis.

"perasaan apa ini" tanya ku dalam hati dengan sesekali menghembuskan nafas kasar

" Aa itu Ayah.." ucap ku saat melihat Ayah duduk di sebuah Kedai sambil berbincang dengan seseorang.

" Aku duluan ya " ucap ku pada Raidil dengan tangan yanh tanpa sengaja ku lambaikan.

"Oh oke, hati-hati ya Rii" sahutnya singkat dan tak lupa dengan senyum yang mematikan bagi ku.

Aku berlari kecil menuju ke arah Ayah di Kedai, dan kami pergi meninggalkan daerah komplek.

Aku yang di bonceng Ayah melirik ke arah depan komplek Jessi dan kembali terkejut melihat Raidil masih berdiri di sana sambil menatap ku, Aku sedikit bingun dan bertanya, kenapa Raidil masih di sana dan tidak langsung pergi?

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!