Prolog
Langit seakan runtuh, dunia berputar cepat. Membuat kaki lemas menyangga tubuh lemah tak berdaya.
Hari ini ulang tahunku. Seharusnya aku menerima hadiah berupa sesuatu, yang menggambarkan kasih sayang dari orang-orang terdekat.
Sungguh semua diluar dugaan. Hadiah yang datang. Sebuah kartu undangan pernikahan yang indah. Tertera nama sahabat, dan kekasihku di sana. Dua orang terkasih dalam kehidupan ini sepakat mengikat janji suci, menyingkirkanku tanpa belas kasih.
\* \*\*\*\* \*
What's in a name? That which we call a rose by any other name would smell as sweet,"
-William Shakespeare-
...******...
“Apalah arti sebuah nama? Andaikata kita memberikan nama lain untuk bunga mawar, ia tetap memiliki bau wangi.”
Nyatanya nama begitu berarti. Eksistensi kita di dunia ini di kenal dengan nama yang di sandang. Publik figur bahkan merubah nama mereka, agar lebih terdengar trendi atau bisa di terima masyarakat.
Seperti nama yang ku sandang, Anggrek Maharani. Nama yang cantik dan terdengar indah. Orang-orang meletakkan ekspektasi tinggi mengenai nama pemberian orangtuaku.
Imaginasi mereka bermain, gambaran akan standar kecantikan masyarakat terbentuk dalam pemikiran mereka.
Wajah ku biasa saja, tidak ada yang istimewa. Begitu pula apa yang ada di dalam tubuhku. Ketika gambaran mereka tentang diriku tidak sesuai ekspetasi, terkadang mulut pun tak bisa untuk mengendalikan kata-kata yang baik.
"Percayalah, terkadang orang kehilangan nurani ketika mereka menyerang penampilan orang lain. Aku bisa apa ketika mereka menertawakan ku, diam lebih baik," batin ku menjerit, tapi selanjutnya aku tak peduli. Mendiamkan ketika lelah.
Tentang hidung ku yang pesek, mata yang kata mereka seperti mata bengkak, badan seperti bantal guling.
Dulu sekali kata pedas tentang apa yang ku bawa dari lahir, pernah membuat begitu terpuruk apalagi di saat masa sekolah. Kala pencarian jati diri dan nilai ke-akuan masih kuat.
Mereka merepotkan diri meneliti apa yang ada di tubuhku, dan berlomba memberi julukan yang dianggap lucu. Seiring pertambahan usia aku mulai mengasah mental agar semakin kuat, dan mengabaikan semua kata-kata pedas atau julukan yang ku terima.
Mengendalikan pikiran dan hati untuk menganggap hal itu adalah omongan tanpa arti.
"Cantik atau tidak bukan segalanya, tapi jiwa yang kuat dan hati yang bahagia adalah kunci menjalani kehidupan."
Kata penyemangat dari keluarga terutama mama membesarkan jiwa yang pernah terpuruk.
Pembelaan sahabat ku Cahya Kumala membuat aku merasa di hargai, dan di masa sekolah ada pria bernama Doni yang selalu membantu kala ada yang menjahili.
Aku memusatkan diri pada cinta orang di sekelilingku. Semakin bertambah usia keinginan di hati ini hanya membahagiakan orang-orang yang mencintai diri ini.
Tak bisa ku pungkiri juga, masih ada mulut tanpa hati yang memuntahkan kata-kata tidak pantas seakan itu sah saja.
Terlebih ketika aku berjalan dengan kekasih ku, Adiwarna. Selalu ada tatapan mata mengandung rasa iri tertahan. Aku tahu mereka hanya melihat gadis biasa saja berjalan dengan seorang pria manis dengan tampilan high end. Aku bisa memaklumi untuk hal ini karena mereka tidak tahu siapa di belakang kesuksesan Adiwarna.
Adalah aku Anggrek Maharani yang selama ini menyokong dan mendukung perjuangan Adiwarna.
Lima tahun lalu aku masih mahasiswi saat mengenal Adiwarna. Perkenalan terjadi ketika memesan keripik pedas dari forum jual beli di Facebook. Saat itu yang mengantar adalah Adiwarna. Dia membantu Ibunya menjual keripik pedas serta beberapa jajanan tradisional lainnya.
Itulah permulaan sederhana yang mengawali hubunganku dan Adiwarna dimulai.
Jangan bayangkan Adiwarna semanis sekarang apalagi berpenampilan high end. Dia rada kumel tapi bagiku dia merupakan pria sempurna tanpa celah. Adi lah pria pertama yang menyatakan cintanya. Membawa kebahagiaan dan warna kehidupan pada diriku. Seakan rasa bahagia itu tidak akan pernah berakhir.
Aku menemani Adiwarna saat dia membuka lapak dagangan di bazar, pameran makanan di alun-alun kota. Ikut mengantar dan menawarkan dagangan dari satu toko ke toko lain. Adiwarna pekerja keras dia bisa membagi waktu antara kuliah dan merintis usaha yang dijalankannya.
Adiwarna membuka booth minuman coklat. Aku lah yang semangat memperkenalkan minuman coklat yang kami beri nama 'Angdiwarna'. Singkatan dari Anggrek dan Adiwarna. Aku juga meminta sahabat ku Cahya untuk jadi model minumannya, walaupun Cahya awalnya keberatan karena cuma dibayar selusin cup minuman coklat. Demi sahabatnya akhirnya Cahya setuju.
Cahya Kumala, dia cantik mempesona. Putih, ramping, tinggi, pipinya kemerahan selaras dengan bibir yang dimiliki Cahya. Rambut hitam panjang lurus alami, menambah pesonanya ditambah kemahiran makeup dan penampilan modis.
Dia selebgram kota kami, suatu keberuntungan menjadi sahabat Cahya. Kami berteman dari kelas satu SD, dan berlanjut sampai kejadian itu memutuskan persahabatan yang telah kami rajut dari masa kanak-kanak.
Aku sering menemani kemana pun dia pergi, Cahya seperti cahaya yang terang. Dimana pun dia berada seakan memaksa orang untuk melihat keberadaan Cahya. Keberadaannya selalu menjadi pusat perhatian semua orang. Wajahnya memiliki daya tarik yang memikat.
Semua pria yang sedang mendekati ku nyatanya hanya mendekati Cahya. Saat kami sedang duduk di bangku kuliah Cahya memiliki kekasih tampan bin rupawan. Namanya Kenzo, mereka adalah pasangan ideal.
Aku pernah satu kali mencoba double date dengan Cahya dan Kenzo. Alhasil yang terjadi pasangan goal dan butek ketemu dalam satu meja.
Cahya tidak pernah memperdulikan Adiwarna. Dia memiliki selera berkelas. Semua kekasihnya berasal dari keluarga mapan dan tampan.
Aku selalu mendukung setiap yang dilakukan Adiwarna. Dia seorang pekerja keras dari satu booth minuman menjadi beberapa booth lalu berkembang menjadi franchise. Minumannya pun sudah merambah beberapa kota.
Dia membuka beberapa cafe di daerah kami. Terakhir Adiwarna membuka usaha peternakan ayam.
Setelah menyelesaikan pendidikan Strata satu. Aku diterima bekerja di salah satu perusahaan telekomunikasi.
Hari ini adalah hari ulang tahun Ku yang ke-24, perayaan kecil dari rekan satu kantor memeriahkan hari ulang tahun ku. Hanya saja di hari ulang tahun ku kali ini tidak ada ucapan selamat dari Adiwarna.
Sampai jam pulang kantor tidak ada kabar dari Adiwarna. Apakah dia menyiapkan kejutan untuk Ku, sebuah makan malam romantis di cafenya atau justru melakukan lamaran. Memikirkan hal itu sudah membuat wajah Ku merona merah
Aku hendak menghubungi Adiwarna tapi segera pikiran itu ku singkirkan Seharusnya Adi berinisiatif menghubungi ku langsung tanpa harus ku minta. Ini tidak seperti biasanya aku merasa ada yang janggal. Jangan-jangan dia sakit atau ada kejadian lain, sedikit rasa cemas mengusik pikiran ku.
Tak terasa mobil Ku telah memasuki halaman rumah. Penataan teras rumah yang dihiasi beberapa tanaman gantung, pot bunga dengan berbagai rupa warna membuat rumah kami tampak asri. Mama memang sedang suka menanam tanaman hias.
Aku memasuki rumah dan berpapasan dengan Mama di dapur, dia menatap dengan pandangan yang tidak biasa seakan ada hal berat yang ingin disampaikan. Mama memegang undangan pernikahan biru muda bertinta perak.
"Undangan dari siapa, Ma?"
"Ini tadi ada kurir yang mengantar undangannya". Mama menyodorkan undangan ditangannya tanpa menjawab pertanyaan yang ku ajukan.
Aku membuka undangan ini untuk selanjutnya mata Ku terbelalak membaca nama yang tertera di undangan biru muda bertinta perak. Nama dua orang yang sangat ku kenal karena mengisi sebagian besar kehidupan Ku. Adiwarna Sucipto dan Cahya Kumala.
Aku terkulai lemas dan menangis sejadinya dalam pelukan Mama. Wanita cantik yang tidak menuruni kecantikan pada diriku.
"Sabar Anggrek. Dia bukan jodoh mu, Nak. Setidaknya ini terjadi ketika kalian belum menikah."
"Tapi mengapa, kenapa, kapan mereka menjalin hubungan?." Aku menjerit meraung menumpahkan sakit hati dengan tangisan seakan semua air mata yang tertumpah bisa menghapus rasa sakit di hati.
"Sudah Anggrek. Ikhlaskan saja ya, Nak." Mama menghapus air mata di pipi ku dengan penuh kasih.
Bagaimana Mama bisa mengatakan hal ini. Setelah apa yang dilakukan Adiwarna dan Cahya di belakang ku. Cahya mengetahui Adiwarna adalah cinta pertama ku hanya Adiwarna lelaki yang mau bersanding dengan Anggrek Maharani.
Begitu pula Adiwarna seharusnya dia tahu lingkaran pertemanan yang ku miliki. Cahya merupakan sahabat terdekat yang aku punya.
Tiba-tiba aku merasakan pandangan gelap. Tubuh ku melemas, sayup-sayup suara Mama terdengar memanggil nama ku.
Hadiah ulang tahun dari Adiwarna dan Cahya telah membuat dunia ku menjadi gelap dan hampa. Lagu 'sadis' menggema di relung hati.
*****
Haii.. Siapa yang pernah ditinggal nikah nih? dan dikhianati sahabat?.. ikutin cerita berikutnya dari kehidupan Anggrek
Aku membuka mata menatap sekeliling. Begini kah rasanya pingsan. Pertama kalinya dalam hidup aku merasakannya dan kembali dada ku terasa sakit, Mengingat kejadian ketika pulang kerja.
Selain rasa sakit di dada, Aku merasakan perut terasa lapar ketika melihat jam sudah menunjukkan pukul 12 malam, Baru tersadar selama ini kah aku pingsan.
Aku beranjak ke dapur dengan kepala pusing, Mata perih dan perut lapar. Hati masih terasa sakit tapi rasa lapar memaksa ke dapur. Dapur sudah rapi, Seperti biasa setelah makan malam Mama selalu membersihkannya.
Saat seperti ini mie instan adalah penyelamat hidup. Sambil menunggu air masak, Aku membuka sosial media sebuah pilihan yang salah karena wajah Adiwarna dan Cahya Kumala muncul pertama kali.
Aarrrhh aku kembali menangis betapa kejam mereka berdua. Dengan menguatkan hati, Aku membuka komentar berharap ada kalimat menghujat tapi yang ku baca justru kata-kata dukungan.
"Wah selamat ya Adi dan Cahya. Pasangan Ideal kirain ma satu nya"
"Satunya jagain jodoh orang,"
"Gak tau lah namanya jodoh. Congrats bro,"
Sesak di dada semakin bertambah hanya karena aku tidak cantik mereka merasa pantas memperlakukan seperti ini. Apakah Aku mesti operasi plastik? tapi memikirkan saldo di Bank yang suka numpang lewat membuat tangisan Ku semakin menjadi.
Dengan gemetar Aku membuka kontak di gawai mencari nama 'My Man' merubahnya menjadi 'mantan' terakhir diganti lagi menjadi 'se**n'.
Jika menurut suara hati ingin ku ketik preloved lalu memajangnya di story tapi hal itu tak ku lakukan khawatir terkena UU ITE.
Ada ribuan pertanyaan yang ingin ku sampaikan kepada mereka berdua. Tentang kapan mereka menjalin kasih. Sejak kapan saling jatuh cinta. Mengapa keluarga Cahya mau menerima pinangan Adiwarna, Sedangkan mereka mengetahui kalau Adiwarna adalah kekasih sahabat putri mereka.
Ingin ku tanyakan mengapa Ibu Adiwarna yang memiliki hubungan dekat dengan ku, Tidak merasa janggal melamar Cahya. Sedangkan selama ini aku lah yang sering di rumah. Membantu Ibu Adiwarna menyiapkan makanan yang akan dijual.
Aku ingin bertanya dan bertanya. Menumpaskan rasa penasaran yang berkecamuk di dalam hati, Apa kesalahan yang ku perbuat sehingga mereka tega melakukan ini.
Mengapa aku tidak tahu jalinan kasih yang terjalin diantara mereka. Jadi selama aku masih berhubungan dengan Adiwarna. Mereka telah menyiapkan keperluan pernikahan. Kapan lamaran dilangsungkan, kapan persiapan itu dilakukan.
Tidak adakah yang merasa perlu menyampaikan pengkhianatan ini kepada ku? Aku ingin bertanya kepada Adiwarna dan Cahya.
Berkali-kali Aku menekan nomor telpon Adiwarna dan Cahya. Berkali pula ku tekan tombol merah sebelum panggilan itu terjawab.
Apa gunanya Ku tanyakan, Jika jalinan kasih itu tinggal menunggu hari untuk sah di mata hukum dan agama. Seandainya aku tahu alasannya, Apakah akan menjadi berbeda. Rasa penasaran ini akankah terjawab atau hanya menambah sakit yang ku rasakan.
Setelah bergulat dan bertanya dengan diri sendiri. Akhirnya Ku putuskan mengirim pesan kepada Cahya dan Kumala.
"Selamat telah menemukan tulang rusukmu ya Adi. Kau memang telah memberi warna-warni indah, Dalam kehidupan Ku selama lima tahun terakhir ini walau hari ini warna yang kau hadirkan di hari ulang tahun Ku berwarna hitam".
"Selamat menikah Cahya akhirnya kau menemukan jodoh mu. Tak ku sangka calon suami mu begitu dekat dengan dirimu selama ini. Kita bersahabat dari masa kanak-kanak sampai usia dewasa. kau pun seperti cahaya dalam indahnya persahabatan walau dihari ulang tahun Ku, Kali ini Cahaya yang kau berikan sudah menghilang berganti gelap dan hitam."
Aku menekan tombol send untuk Adi dan Cahya. Ku rasa tidak perlu ada penjelasan apapun. Semua sudah jelas tertera dalam undangan. Mereka sepakat mengikat janji suci dalam ikatan pernikahan. Menyingkirkan seseorang tanpa perlu memikirkan apa yang dia rasakan.
Hatiku terlanjur sakit dan hancur sambil menangis aku meracik mie instan, Tangan ku pun tak henti-hentinya mengusap air mata yang enggan berhenti.
Tiba-tiba muncul ide gila. Sambil makan mie instan aku menangis di depan layar yang menampilkan aplikasi tiktok. Ku pasang pula filter biar membantu tampil menarik dan gak bikin eneg.
Didepan layar ku ceritakan persahabatan dan percintaan. Aku tidak menampilkan foto mereka berdua, Hatiku tidak kuat melihat pasangan tanpa akhlak ini. Ku pilih send dan set publish, Biarlah sudah hancur kenapa mesti disembunyikan.
Aku melahap es krim tiga biji, Coklat dua batang dan melahap cake ultah yang ternyata sudah disiapkan Mama. Sakit pengkhianatan ini membuat perut menjadi lapar.
Teringat pada tokoh utama di drama, Film, Sinetron ikan terbang yang selalu diperankan orang berwajah menawan. Alangkah beruntungnya mereka hanya karena terlahir menarik kehidupan menjadi lebih baik.
Bukankah kita tidak pernah bisa melihat wajah diri sendiri tanpa bantuan cermin? Orang lain lah yang bisa melihat wajah kita. Menilai untuk menentukan sikap mereka.
Cahya Kumala yang dulu selalu mengabaikan Adiwarna. Berbalik menyukai pria itu ketika dia telah mapan, Tanpa mempertimbangkan perasaan sahabatnya.
Begitu pula Adiwarna, Lupa kah dia berapa tahun lalu tidak ada yang sudi menjadi kekasih dirinya. Seorang pria dari keluarga sangat sederhana selalu membawa bungkusan jajanan tradisional untuk jualan berpenampilan kucel. Seorang Anggrek Maharani lah yang sudi mendampingi kemana pun dia pergi.
Aku teringat pada kalimat 'jika sudah sukses bukan kamu selera ku'. Siapa sangka kalimat itu menggambarkan dengan tepat hubungan aku dan Adiwarna.
Perut ku sudah kenyang walau jiwa masih lelah. Aku bersyukur besok tanggal merah sehingga ada waktu untuk istirahat menenangkan diri. Bukankah pagi selalu menawarkan hari baru untuk ditulis?.
*****
Aku terbangun ketika perut kembali minta di isi ulang. Alarm memang sengaja tak ku nyalakan, Hari ini aku berniat buat rebahan lalu makan sambil nonton film horor.
Sudah lah aku tidak perlu nonton drama romantis dimana pemeran utama selalu glowing dan good looking, Dicintai mati-matian sama prianya.
Ditambah lagi ada yang mencintai si wanita, Akhirnya mereka rebutan si cewek good looking. Oh, Itu sama saja menyiram luka dengan air garam. Pedih mengingat nasib sendiri.
Mama menatap ku prihatin. Aku belum mandi masih dengan piyama butut, Rambut acak-acakan, Penampilan kacau yang mencerminkan isi hati.
"Mama masak bebek panggang, Sambal geprek, Lalap, Kentang goreng, Ayam tepung, Rujak terus tadi sudah pesen brownies, garlic bread... "
"Ma.. Mama, Banyak banget. Sudah cukup Ma,"
"Biar Kamu kenyang dan banyak energi untuk menghadapi kenyataan. Mama khawatir kamu pingsan kemarin. Mana kamu berat jadi Mama sama Dewo yang gotong ke kamar. Putri Mama harus kuat, Tegar jangan lupa tegakkan kepala. Adiwarna tidak setampan Nicholas Saputra. Dia bukan limited edition. Sudah tendang saja dari kehidupan!"
Aku menatap Mama terpukau pada respon cepat tanggap mengatasi patah hati putrinya. Mama memang tipe blak-blakan walau aku tahu dibalik itu semua mama juga pasti sakit hati.
"Iya Ma, Terimakasih ya atas nasihat Mama. Anggrek akan berusaha melupakan ini tapi Papa sama Dewo mana?"
Aku tidak tahu apakah kata terucap ini dari hati atau hanya menenangkan Mama. Entahlah Aku bahkan tidak tahu perasaan apa yang Ku rasakan saat ini selain sakit di dada.
"Lagi sepedaan dan mau hunting foto Kemungkinan sore baru balik. Mama sudah bicara sama Papa dan Dewo mengenai hubungan kamu. Mama bilang Ikhlaskan saja akan ada takdir lebih baik untuk dijalani Anggrek. Oh ya Mama mau ganti media tanaman sama beresin taman belakang. Kamu makan aja semua yang mama siapin tapi mandi dan luluran dulu gih, Biar tidak kucel kayak kanebo kering,"
"Iya ma, Anggrek makan dulu ntar baru mandi terus rebahan ya Ma. Capek ma butuh istirahat"
"Iya atur saja mana yang buat kamu tenang"
Mama berlalu dari dapur menuju halaman belakang yang tidak terlalu besar. Mama meletakkan rak bertingkat untuk di isi pot tanaman hias, Sebagian halaman juga di isi pot tanaman buah.
Pemandangan yang menyegarkan dari ruangan makan sambil menikmati tanaman cantik milik Mama.
Aku melahap semua makan dengan nikmat. Ada banyak hal yang harus ku syukuri tapi ketika berada dalam kenyataan hidup, Terkadang rasa nikmat yang biasa di dapat menjadi terlupakan. Seperti perhatian Mama hari ini. Setiap hari selalu mendapatkannya dan baru terasa nikmatnya ketika sedang 'sakit' seperti saat ini.
Setelah kenyang aku menuju kamar mandi mencoba mengikuti petuah Mama mandi sambil luluran.Siapa tahu bisa seputih si IU selagi berkhayal tidak dilarang lakukan saja, Untuk menghibur hati yang sakit.
Bagaimana perasaan Adi dan Cahya saat ini. Apakah selama ini Cahya tahu isi chat ku yang penuh kata romantis untuk Adiwarna.
Apakah dia tertawa terbahak-bahak seperti menertawakan para pria yang mencoba mendekatinya. Aku tidak habis pikir kenapa dia seperti kekurangan pria sehingga mengambil milik sahabat sendiri.
Apakah Cahya tidak ingat ketika aku bermandikan minyak goreng karena membantu Adiwarna mengemas keripik pedasnya. Berkeringat ketika naik motor mengantar dari satu toko ke toko lainnya.
Berdiri berjam-jam di bazar atau food court ketika Adiwarna merintis usaha makanannya. Semua cuma dibayar I Love you, Ya ampun sakit hati ini entah kapan menghilang.
"Anggrek... Anggrek!". Gedoran kuat Mama membuyarkan bayangan Adiwarna dan Cahya.
" Iya Ma,"
"Kamu baik-baik saja didalam? ".
" Iya Ma.. Anggrek baik saja ini sudah mau selesai,"
"Ya baguslah Mama sudah kebelet. Cepetan keluar,"
Aku batal terharu setelah tadi berpikir Mama khawatir karena kelamaan dikamar mandi, Tahunya beliau kebelet.
Kelar mandi aku melakukan rencana tadi bermalasan sambil nonton film horor. Tidak terlalu menyeramkan dibandingkan kenyataan dua orang yang aku sayangi bersekutu dibelakang Ku.
Sekarang mereka akan berjanji sehidup semati. Pasangan serasi atau memang takdir mereka untuk bersama.
Dewo mengetuk pintu kamar sambil berteriak heboh. Tahu deh ABG satu ini tidak bisa lihat Kakaknya santai, Aku menyeret langkah dari ranjang ke pintu dengan berat.
"Kakak... Wow Kak, Wow".
"Ada apa sih Dewo. Waaaww woowww gak jelas juntrungannya,"
"Postingan Kakak di tiktok viral jadi FYP nih, Kak. Video Kakak nangis sambil makan mie instan banyak dibagikan di akun Instagram gosip, Humor bahkan sudah di share ribuan Kak. Hebat Kak, Hebat padahal aku sudah joget sana sini tetap saja gak viral,"
"Haaaaaaahh... Apaaa? kali kedua aku mematung mencoba tidak pingsan.
*****
Ada yang kalau galau posting di aplikasi sosial media? kalau ada sama dong dengan Anggrek 😄😄
Apakah di zaman modern ini keajaiban akan terjadi?
*******
Secepat kilat aku meraih gawai ternyata habis batere. Aku segera meraih charge mengembalikan energinya agar bisa melihat perkembangan video ku. Ya ampun ini diluar pemikiran, Video yang ku buat dalam keadaan kalut sekarang beredar luas.
"Coba sini pinjam aku mau lihat," aku meraih tak sabar gawai yang ada ditangan Dewo. Kepala ku berputar ketika melihat penampilan diriku sendiri, Sungguh memalukan.
"Kita buat content bareng ya, Kak " Dewo menatap Ku penuh harap.
"Aduh kacau,"
"Kacau kenapa, Kak?"
"Ya iyalah... Bagaimana Kakak masuk kantor besok. Aduh tampang ku jelek banget di video?" belum apa-apa kepala ku sudah pusing membayangkan reaksi teman di kantor.
"Emang pernah cantik?" Dewo berlari kencang menghindari lemparan sandal kelinci Ku.
Aku menghempas diri di kasur meraih gawai yang belum sepenuhnya terisi, Dengan tangan gemetar menekan tombol on. Ini sih mengalahkan takutnya pemeran film 'The Ring' saat mengangkat telpon.
Benar saja notifikasi sudah berjejer rapi dilayar pembuka. Luar biasa apalagi notifikasi untuk instagram yang memang ku private.
Banyak sekali permintaan pertemanan, Facebook pun tak luput dari permintaan pertemanan bahkan jumlah follower twitter ku bertambah.
Aku menekan aplikasi tiktok yang hanya berisi dua video. Satu video pemandangan pantai yang iseng ku ambil saat berjalan bersama Cahya, Satu lagi video viral itu. Benar saja sudah puluhan ribu dibagikan dan banyak komentar yang masuk. Aplikasi tiktok memang tak ku private karena hanya iseng saja saat dibuat.
Banyak pesan masuk dari teman-teman yang mengomentari isi video. Ku balas dengan emoji atau tawa legendaris bangsa ini 'wkwkwkkwkw'. Dua pesan dari dua orang ini yang menarik perhatian ku.
Maksud mu apa, Anggrek buat video itu. Menarik simpati atau apa? Kamu kan bisa tanya baik-baik pada kami. Si jantan yang kirim pesan.
Anggrek, jujur aku kecewa kalau memang Kamu marah jangan sampai dipublish. Kita sudah dewasa, Anggrek, Bukan anak kemaren sore. Pesan masuk dari si betina.
Ah, Aku sampai lupa nama mereka. Oh tidak hanya bercanda aku sakit hati bukan sakit jiwa apalagi sampai amnesia.
Aku malas membalasnya tidak ada yang perlu dibahas. Itu hanya video tentang perasaan ku pribadi bagaimana menjalin kasih dengan seorang pria tapi akhirnya kandas dicampakkan.
Video ini juga tidak menampilkan foto mereka berdua jadi kalau diluar lingkaran lingkungan pertemanan kami. Tidak ada yang tahu bentuk rupa mereka.
Beberapa akun terkenal di instagram memajang foto ku ada banyak kalimat simpati, Himbauan tidak ada body shamming, Ada pula nasehat segala macamnya. Mendadak aku terhibur ternyata masih banyak yang mendukung dan mendoakan ku
Aku tertawa sendiri. Mengapa begitu lucunya hidup ini dalam sekejap, Aku muncul dan dikenal banyak orang.
Pintu kamar terbuka wajah Papa, Mama, Dewo muncul di pintu.
"Anggrek, Kamu kenapa?" Mama bertanya khawatir
"Memangnya kenapa?" aku bertanya bengong melihat ketiganya muncul di pintu.
"Kami mendengar kamu tertawa!" Tampang Papa tampak sewot.
"Tahu deh, Pa mana buat video nangis ditinggal kawin gak pakai makeup pula. Coba panggil si Enung tetangga sebelah yang suka buat content makeup bisa cantikan dikit kali" mama menimpali.
"Sudah... Sudah gak usah mikir macem-macem. Dia tidak gila ditinggal kawin saja sudah bagus" papa mencoba tersenyum bijaksana. Dibelakang Dewo senyum cengar-cengir.
"Ah, Kalian membuat aku lapar saja jadi mau makan nih" aku bergegas ke dapur mengalihkan perhatian mereka, Aku tidak ingin ketiganya melihat penampilan ku yang kacau karena sakit hati yang kini ku rasakan. Papa, Mama, Dewo mengikuti langkah ku ke dapur.
"Kak, Terima endorse dong lumayan Kak,"
"Auh ah, Content gitu kan harus continue masa Aku harus nangis mulu" aku meraup ayam bakar dengan rakus, Enak banget.
"Kamu itu ya Anggrek makan pelan dikit kenapa,"
"Kan di rumah, Ma depan teman-teman gak gini lho," aku membela diri
"Ya sudah lah Ma, Dia gak gila masih mau makan aja bersyukur kita" papa menepuk pundak ku dengan sayang.
"Jangan buat video Kakak menangis lagi tapi mengenai cara bangkit dari patah hati. Keren deh Kak,"
"Aduh, Dewo. Aku gak kepikiran mau jadi selebgram" aku mendelik ke arah Dewo. Adikku yang ganteng dan satu-satunya ini memang mewarisi wajah rupawan Mama.
"Rejeki ini Kak. Nanti setelah makan aku mau lihat sosial media kakak. Pengikut di tiktok sudah puluhan ribu lho dalam sehari. Bayangin Kak dalam sehari sudah segitu."
Aku diam saja mencoba mencerna kata-kata Dewo. Viral, selebgram, endorse. Biasanya Aku lihat orang yang menerima kejadian seperti ini.
Setelah makan malam dan membantu mama membereskan dapur. Dewo mengikuti Ku ke kamar.
"Kak, Bagaimana ide ku kalau setuju nanti aku saja yang merekam video Kakak. Kolaborasi ma aku aja, Kak biar ketiban populer" hadooh nih bocah mikirnya dia atau aku sih sebenarnya.
"Ntar Kakak pikir dulu" aku mendorong Dewo keluar kamar. Kepala ku masih pusing setelah nangis kemarin sekarang ditambah video viral Ku pula.
Aku meraih gawai dan memeriksa sosial media. Teman SD, SMP, Kuliah, kerja, handai taulan yang biasanya tidak pernah komunikasi, Mendadak pada kirim pesan. Di notifikasi banyak yang tag diriku di story dan komentar mereka. Luar biasa dampak dari video satu menit tadi malam.
Tangan ku memeriksa instagram, Feed Ku penuh dengan foto bersama Cahya dan Adiwarna. Tentu saja kejadian baru berlalu dan belum sempat menghapus foto mereka di Instagram.
Iseng ku buka instagram Cahya dan aku kaget karena komentar dibatasi. Tumben selebgram level kota ini membatasi komentarnya biasanya tidak pernah dilakukan.
Foto kebersamaan aku dan Cahya juga sudah menghilang di feed instagram. Entah sejak kapan dia menghapusnya tanpa sengaja ketika pembaruan instagram aku melihat akun gosip yang menampilkan foto Cahya dengan caption 'Selebgram perebut kekasih gadis viral di tiktok'.
Wow... Dunia digital memang begitu cepatnya dan benar-benar diluar dugaan. Kami bukan selebritis tidak banyak dikenal tiba-tiba masuk akun gosip. Kali ini komentar untuk Cahya begitu pedas kayak seblak level 10.
Aku meraih bantal, meletakkan dipunggung. Jari-jari Ku kembali menyentuh layar dan memilih story instagram Cahya. Rasa penasaran Ku menggelitik untuk melihat story yang dia buat walau pasti nanti ketahuan Aku tidak perduli.
Ah bodoh.
Aku menghela napas rasa penasaran lebih menguasai saat ini. Video story Cahya diawali kata-kata bijak menyentuh hati tapi aku terbelalak ketika pada bagian Cahya dengan mata berkaca-kaca bercerita.
"Calon suami ku sudah tidak tahan lagi dengan perlakuan kekasih sebelumnya yang suka mengungkit jasa dia selama mereka menjalin kasih. Memang benar calon suami ku berasal dari keluarga sederhana karena kita tidak bisa memilih lahir dari orangtua dengan kehidupan yang seperti apa tapi ingat kita bisa memilih mau menjadi apa kita.
Calon suami ku seorang pekerja keras, giat bekerja selama ini dia memulai usaha dari nol. Saat memulai usaha itulah dia berkenalan dengan kekasih sebelumnya lalu mereka menjalin kasih. Itu adalah garis takdir ketika mereka bersama.
Seiring kesuksesan yang diraih calon suami ku. Kekasihnya merasa itu berkat dia mengesampingkan peran dan kerja keras Calon suami Ku.
Bahkan dia merasa harus ada bayaran untuk semua yang dilakukan. Tentu calon suami ku tidak keberatan tapi semakin dituruti, dia semakin besar kepala dan melunjak.
Dia selalu mengatakan bahwa tanpa dia maka seorang Adiwarna tetap seperti gembel. Adi yang merupakan calon suami Ku sering curhat. Aku jadi berempati dan sudah mencoba menyelesaikan masalah ini tapi wanita itu begitu keras kepala. Akhirnya calon suami Ku memutuskan hubungan dengan dia.
Setelah beberapa bulan Adiwarna meminta Ku menjadi istrinya. Aku tentu saja tidak mau tapi melihat perlakuan kekasih sebelumnya dan perjuangan Adiwarna akhirnya Aku luluh. Wanita itu seharusnya tahu bagaimana memperlakukan seorang kekasih dan calon suaminya
Darah Ku mendidih akan fitnah ini. Sejak kapan aku pernah mengungkit semua yang ku lakukan untuk Adiwarna apalagi sampai meminta bayaran.
Aku mendengus mendengar kata bayaran, Tiba-tiba saja teringat Adiwarna yang tidak pernah membayar apapun yang telah ku lakukan.
Jika usahanya sukses kami akan makan romantis di suatu tempat makan yang indah. Ingat ya indah bukan mahal karena indah tidak selalu mahal.
Hadiah yang biasa diberikan Adiwarna pun biasanya bernilai dibawah sejuta. Aku tidak pernah hitung-hitungan bahkan ketika mengetahui Adiwarna membeli rumah lumayan elit lalu sebuah mobil sport premium.
Dia juga membeli ruko tapi tiba-tiba aku ingat berapa bulan lalu, Cahya mempunyai Pajero sport yang katanya dibelikan oleh pengagum setianya dan mobilnya berwarna sama dengan Adiwarna. Putih, Jangan-jangan ..
Aaaahhh Aku teriak sekencang mungkin.
Sakit atas pengkhianatan terasa dalam kesendirian. Ketika mencoba tetap kuat di hadapan keluarga. Bersikap seakan hal yang terjadi tidak mempengaruhi apapun. Nyatanya pertahanan itu luluh lantak ketika kesendirian mendekap erat membangkitkan rasa sepi dan kesedihan yang dalam.
**
Buat reader, boleh like dan komen ya biar bisa berhalu neh 😜
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!