Suasana di dalam ruang karyawan itu sedikit mencekik. Berbeda sekali dengan suasana beberapa detik yang lalu saat jarum jam sudah mendarat di angka yang mengharuskan Mereka untuk pulang ke rumah. Atasan Mereka, yang biasa duduk di ruangan paling atas di gedung ini dengan tulisan CEO di meja kerja nya tengah melontarkan kata-kata kasar pada salah satu karyawan.
“Rhea De Santiago, kenapa kinerja Mu semakin terjun bebas ? Kemana desain unik nan indah yang Kau tunjukkan saat Ku rekrut diri Mu dua tahun yang lalu ? Kau pikir desain yang seperti ini dapat bersaing di dunia Fashion ?”
“Maaf atas kinerja saya-“
Srakkhhh.!!
Suara kertas yang menimpa tubuh dan berhamburan di udara menghentikan perkataan Rhea. Mata nya terbelalak, namun sedetik kemudian Dia langsung menunduk. Menunjukkan kesopanan di depan atasan tertinggi nya.
“Berikan Desain yang lain. Jika kali ini sama mengecewakan nya dengan kertas-kertas yang berserakan di lantai, siap-siap untuk angkat kaki dari Style Spiral Group ini!” Kelakar sang CEO dan beranjak pergi dari ruangan.
Dua detik setelah sosok yang berkuasa itu menghilang, karyawan yang lain langsung berlari berhamburan ke arah Rhea De Santiago dan membantu memungut kertas-kertas yang tertoreh desainnya di lantai.
Dengan wajah yang sangat mengkhawatirkan kondisi Rhea, Mereka pun mulai berkomentar.
“Astaga, Dia selalu saja melampiaskan amarahnya pada Kak Rhea. Apa tidak ada karyawan lain ?” Tutur Argo membuka sesi misuh-misuh.
“Aku setuju. Lihatlah desain milik Kak Rhea ini. Apa lagi yang Dia inginkan dari Desain yang sudah sangat indah ini ? Jika membandingkan desain ini dengan desain milik anak perempuannya, sangat beda jauh. Bagai langit dan bumi.” Sambung Gres dengan amarah di bola matanya.
Karyawan lain yang membantu ikut mengangguk, setuju pada perkataan Argo maupun Gres. Mereka sangat tidak terima dengan perlakuan yang Rhea De Santiago dapatkan setelah menciptakan desain yang sangat indah ini.
“Kak Rhea, apa Kau tidak ada niatan untuk pindah ke kantor lain ? Masih ada kantor yang lebih baik dan pastinya akan sangat membanggakan desain yang Kak Rhea buat.” Usul Mesya tanpa ragu.
“Aku setuju dengannya. Umm, Kenapa Kau tidak mencoba pada R Fashion Group saja ?” Sambung Rissha di susul dengan netra Rhea yang langsung terbelalak. “Bukankah R Fashion Group sangat terkenal dan bahkan-“
“Sudahlah, Rissha.” Potong Rhea. “...Mungkin benar perkataan Bu Mhery. Bergegaslah pulang, bukankah Kalian sudah sangat menantikan jam pulang kerja ?” Sambungnya sambil menerima kertas-kertas yang sudah dipungut, dan membubarkan perkumpulan misuh-misuh.
Karyawan yang di bubarkan semakin merasa kesal. Inilah karakter Rhea yang membuat Mereka merasa perlu menyuarakan pendapat Mereka. Dia selalu seperti itu. Tidak menunjukkan apa yang Dia rasakan. Selalu berusaha tersenyum dan bersikap sangat profesional seperti apapun Dia di perlakukan.
“Baiklah. Kami pergi dulu.”
“Jika ingin bergabung dengan Kami, datanglah ke Bar yang ada di tengah kota. Kami akan bersenang-senang malam ini.”
“Umm.. Akan Ku pertimbangkan.” Jawab Rhea tersenyum kecil.
Setelah Mereka pergi, Rhea pun menghembuskan nafas panjang dan membanting kertas yang telah di pungut ke atas meja.
“F*ck!” Umpat nya penuh kekesalan.
“Kenapa menahan umpatan itu di depan anak-anak yang lain ?” Respon Rissha sambil memakai tas di pundak.
“Aku tidak ingin mengotori pendengaran anak-anak.” Jawab Rhea dan terduduk frustasi.
“It’s okay, Rhea.” Ujar Rissha dan mengelus pundaknya dengan lembut. “...Berkemas dan pulanglah. Tubuh Mu butuh istirahat. Jangan terlalu di paksakan. Mau Ku antar pulang ?”
“Oh, tidak perlu Riss. Thank you sudah menawarkan.”
“Baiklah. Kerja bagus hari ini, see you next morning Rhea.” Tutur Rissha dan menuju ke arah pintu.
Usai melambaikan tangan pada Rissha, Rhea pun mengusap wajah nya dengan kasar.
“Haah, Aku sangat lelah.” Monolognya kemudian mengirim pesan pada Sang Kekasih, Rafael Riagen.
...'Sayang, bisakah Kau menjemput Ku malam ini ? Aku sangat lelah. Aku tak yakin dapat berkonsentrasi dalam mengemudi.'...
Sedetik kemudian pesan pun terkirim.
Rhea pun meletakkan handphone dan merapikan meja kerja nya, tak lupa dengan kertas-kertas yang berisikan desain yang di tolak Ibu Merhy Holgersson hari ini.
...***...
Sepuluh menit sudah berlalu semenjak pesan terkirim pada Rafael, namun tak kunjung di balas.
Drrtt...
Deringan pertama terdengar dan Rhea pun langsung menjawab telpon yang masuk.
“Kau sudah di bawah sayang ?” Ucap Rhea bersemangat.
“It’s me, Bi*tch. What did you espect ? Ohh, Aku tahu. Kau pikir ini telfon dari Kekasih Mu itu kan ?” Ledek sahabat Rhea dari seberang sana.
“Haaah, begitulah. Seleste, jemput Aku malam ini ya ?” Tutur Rhea yang langsung pindah ke topik lain. Dia tau bahwa Seleste punya alergi yang serius jika sudah membahas tentang Rafael. “Aku sangat lelah malam ini-“
“Aku sudah di bawah.” Potong Seleste sambil memutar bola mata nya malas. “Silahkan turun dan pengawal Mu ini akan mengantar Mu Tuan Putri.”
“...”
Tidak ada balasan. Seleste sedikit mengangkat satu alis, tumben sekali sahabatnya itu tidak menyambar candaan yang Dia lontarkan. “Apa jaringan handphone nya bermasalah-“
TUKH.
“What?!” Celetuk Seleste saat jemari Rhea sudah nampak di kaca mobil.
“Kau terbang dari lantai kerja Mu ya ?” Omel Seleste sambil mengusap da*da. Dia masih merasakan guncangan tadi berhasil menggetarkan jantungnya.
“Hehehe, tentu saja berlari. Apa Aku mengagetkan Mu ? Maaf.” Ucap Rhea yang sudah masuk dan memasang sabuk pengaman.
Seleste pun melajukan mobil dan menuju ke Apartemen Rhea. Di perjalanan, tentu saja Seleste kembali mengulik tentang Rafael. Rhea hanya bisa pasrah karna memang sejak awal di pertemukan, Seleste tidak punya kesan yang baik terhadap Rafael. Apalagi perubahan sikap Rafael sebulan belakangan ini semakin menjadi, membuat lidah Seleste menjadi otomatis mengeluarkan umpatan jika sudah mendengar nama nya.
...***...
Seminggu kemudian di jam sehabis makan siang, Rhea tengah kembali ke kantornya dengan iris mata yang hanya fokus pada layar handphone. Mood nya semakin tidak baik, karena pesan yang Dia kirim seminggu yang lalu belum juga di baca oleh Rafael. Ini adalah rekor terlama Rafael tidak membalas chat yang Dia kirimkan.
“Rafael Riagen, what’s wrong with you ?” Batin Rhea De Santiago dengan nada frustasi.
Langkah kaki nya membawa Rhea kembali ke ruang kerja. Namun suasana yang tercipta tidak seperti biasanya. Suasana mendadak canggung setelah langkah Rhea melewati pintu otomatis yang terbuka.
“Hmm ? Apa Ibu Merhy sempat datang ke sini sebelum kedatangan Ku?”
“...” Hening.
Tidak ada yang menanggapi, bahkan Rissha yang biasanya akan selalu bersuara pun kali ini dalam mode hening. Rhea sedikit memiringkan kepalanya, cukup merasa heran tapi Dia tidak punya kuasa jika tidak ada yang ingin memberitahu nya saat ini.
Rhea pun langsung pergi ke tempat duduk dan mendaratkan bo*kong nya di sana. Kembali melanjutkan riset dan juga mencari inspirasi untuk menciptakan desain yang baru.
Lima menit berlalu dalam suasana yang sedikit mencekam. Rhea yang awal nya tidak peduli pun merasa terganggu dengan atmosfer yang tercipta.
Sedetik kemudian, masuklah chat dari Rissha.
Rhea pun langsung masuk dalam room chat dan membaca pesan yang Rissha kirimkan.
...'Desain Ailen Holgersson sudah di setujui. Proses produksi Desainnya akan segera dilakukan, bahkan desainnya membuat banyak mata investor melirik sehingga mendapatkan kemudahan dalam produksi. Rhea, Kau harus melihat beritanya.'...
Usai membaca pesan itu, Rhea belum mendapatkan potongan Puzzle dengan lengkap. Jika memang seperti itu, bukankah ini kabar baik ? Kenapa suasana di dalam ruang kerja nya malah mencekam ?
Isi pesan itu pun dibarengi dengan sebuah link berita. Sambil masuk kedalam web melalui link yang di berikan, Rhea pun berucap dalam batinnya.
“Toh Ailen Holgersson anak dari Ibu Merhy yang merupakan CEO dari Style spiral Group, tidak ada yang aneh dengan fakta Desainnya terpilih dan akan di produksi. Memang nya apa yang salah-“ Perkataan nya terhenti. Iris mata nya membola saat melihat beberapa Desain yang di unggah untuk memenuhi keingintahuan orang-orang yang haus akan dunia fashion.
Seketika otaknya langsung paham. Inilah mengapa suasana di dalam ruang kerja nya sangat mencekam. Rekan-rekan kerja nya tidak ada yang bersuka cita atas keberhasilan Ailen, anak dari Ibu CEO. Mereka semua memihak pada Rhea De Santiago. Lantaran Desain-desain yang di unggah di web berita itu merupakan hasil ciptaan dari jemari Rhea.
Mereka semua langsung tau bahwa itu Desain milik Rhea, lantaran setiap selesai membuat Desain apapun, Rhea selalu meminta pendapat Mereka sebelum menyerahkannya kepada Ibu Merhy. Mereka tidak memilki niatan untuk melupakan desain indah yang Rhea ciptakan.
“BANG*SAT!!” Umpatnya dengan suara lantang dan langsung merangsek lebar dengan kecepatan tinggi keruangan CEO berada.
...***...
...Hai Guys👋, untuk kedepannya bisa panggil Aku dengan sebutan 'Neo' ataupun 'Kak Neo'. Sekedar informasi, hari ini Aku up 4 Novel di aplikasi Noveltoon, masing-masing 5 Chapter. Silahkan dibaca kalau tertarik ya♥️ Judul novel nya itu Neo list di bawah ya👇...
...1. Sang Putri Asli: sandiwara Calista...
...2. Chased by Love: My Hot Ex's Uncle...
...3. Balas dendam Celestia. Cahaya di KegelapaN...
...4. Agen Black VS Pelaku Bullying di tubuh anak SMA...
...Semuanya hasil haluan Neo, jadi jangan coba-coba menuduh yang tidak-tidak ya~ Okay, kalau suka silahkan lanjut ke chapter selanjutnya Guys♥️. Jangan lupa like dan komen juga ya♥️ Thank You♥️...
^^^Awal update: Selasa, 01 Juli 2025^^^
^^^End : ??^^^
Pintu otomatis pun terbuka saat suara hentakan heels milik Rhea De Santiago mendekat.
“Bu Merhy, apa Kau sungguh melakukan tindakan tercela itu dengan sangat bangga ?” Lontar nya yang kian mendekat ke meja CEO.
“Oh~ Rhea toh. Ku kira siapa orang tidak sopan yang memasuki ruangan Ku.” Respon Merhy yang perlahan berdiri dan melempar fokus iris mata nya pada Rhea. “... Tetapi, tiba-tiba percakapan apa ini? Aku tidak paham sama sekali.” Sambungnya dengan ego yang masih menjulang tinggi.
Mendengar jawaban yang penuh akan tingkat percaya diri itu, memantik tawa dari mulut Rhea. Dia pun berucap.
“Hah! Kau mengambil desain Ku yang Kau panggil sampah, lantas menyuruh anak Mu Ailen untuk mengakui Desain itu sebagai maha karya milikinya. Apa Anda masih tidak paham dengan arah percakapan ini, Ibu Merhy ?”
“Tcih! Ku pikir ada masalah serius, ternyata tidak. Lagi pula ini hanya beberapa Desain saja. Kau pandai menciptakan Desain baru kan ? Kau tinggal menciptakan Desain baru lagi, Aku berjanji Desain berikutnya akan Ku cantumkan Nama Mu. Bagaimana ? Kalau begini masalahnya bereskan-“
“Ha! Haha ! Hahaha1! Anda ini lucu. Lucu sekali.” Potong Rhea dengan tawa terbahak-bahak. Setelah puas, Dia pun lanjut bersuara. “...Haah, apa Anda duduk di posisi saat ini dengan mencuri desain orang lain juga ?”
“Jangan keterlaluan, Rhea De Santiago. Jangan membuat Ku mengambil keputusan untuk-“
“Astaga Ibu Merhy, jangan membuat Ku merinding dengan ungkapan kata yang masih terlintas di benak Mu itu!” Sela Rhea menghentikan perkataan sang CEO. Dia pun maju selangkah sampai kedua paha nya mengenai meja. Dengan dua tangan yang bertumbuh di atas meja, Rhea pun menunduk dan menatap sepasang iris mata Merhy Holgersson dan hanya menyisakan jarak satu jengkal saja antara kedua pasang iris mata yang berbeda warna itu. Kemudian, Dia pun kembali berucap.
“Kau barusan ingin mengucapkan kata-kata ini kan ? ‘Jangan keterlaluan, Rhea De Santiago. Jangan membuat Ku mengambil keputusan untuk memecat Mu.’ Iya kan, Bu Merhy Holgersson ?”
Suara Rhea sangat datar, terdengar begitu tegas dan penuh tekanan. Perpaduan itu berhasil mengalun bebas di pendengaran Merhy Holgersson, dan membuat detak jantung nya berpacu lebih cepat.
Rhea De Santiago yang tidak pernah membantah dan berhasil mendapat label sebagai karyawan dengan sikap paling profesional selama ini telah raib. Telah menghilang entah kemana.
Situasi ini berhasil merobohkan Ego dan kesombongan Merhy yang menjulang tinggi ke angkasa itu.
“Ibu Merhy Holgersson, dengarkan baik-baik. Aku bukan di pecat, Aku mengundurkan diri dengan gagah berani. Aku pun tidak menitihkan air mata karena merasa Diri kalah. Kau dan anak Mu sangat membutuhkan Desain itu kan ? Maka ambillah. Anggap saja Aku bersedekah pada pengemis yang memakai barang-barang bermerek dari ujung kepala sampai ujung kaki.”
Tubuh Merhy bergetar. Dia merasa takut sekaligus marah. Tidak pernah Dia berada di posisi seperti saat ini. Seperti mangsa yang berhasil di buat cacat dan di pojokkan. Alhasil perkataan yang tidak pernah berbobot pun kembali di keluarkan oleh Nya.
“Kau... Dasar Kurang ajar!” Lontarnya dengan mata yang memerah, nampak seperti akan menangis.
“Hahaha.” Lagi, Rhea menciptakan senyum miring di wajah. Kemudian Dia lanjut berucap. “... Aku belum melakukan hal yang kurang ajar, Ibu Merhy Holgersson. Kau seharusnya bersyukur karena di tahap ini kewarasan Ku belum hilang. Jika tidak, sudah Ku ludahi wajah tua Mu itu. Selamat tingal pencuri- Ah! Maksud Ku pengemis.”
Usai mengucapkan kata-kata halus yang berhasil menikam dan menghancurkan harga diri Merhy Holgersson, Rhea pun meninggalkan ruangan dengan langkah yang pasti.
Suara yang timbul dari hentakan heels milik Rhea seakan menjadi minyak tanah pada kobaran api yang timbul di dalam raga Merhy Holgersson. Sedetik kemudian, Merhy pun melepaskan kekesalannya dengan melemparkan barang-barang yang ada di atas meja kerja milik nya. Semua nya di banting tanpa terkecuali. Nafas Merhy tidak terkendali, da*da nya terasa sesak untuk sesuatu yang tidak bisa Dia hakimi. Mata yang memerah sejak tadi langsung menerjun bebaskan Liquid bening. Dia pun berteriak seperti orang gila lantaran berharap keputusan nya untuk bertindak seperti ini dapat berujung pada rasa lega.
...***...
Sepuluh menit kemudian, Rhea sudah berhasil keluar dari gedung kantor yang menjadi tempat kerja nya selama ini. Dia merasa sulit menarik nafas jika masih berada di gedung itu.
Sedangkan para rekan-rekan kerja nya tidak ada yang keberatan dengan kepergian Rhea De Santiago. Keputusan ini sudah Mereka usulkan sejak dulu, sehingga walaupun terwujud usai tragedi yang menjengkelkan, setidaknya Rhea dapat menemui tempat kerja yang bisa menjadi fondasi bagi bakat nya yang luar biasa itu. Mereka bahkan tidak ada yang menahan Rhea untuk sekedar mengucapkan kata perpisahan.
Mereka tau bahwa ini bukanlah akhir melainkan awal dari kebahagian Rhea. Mereka masih mengetahui alamat Apartemen Rhea, sehingga Mereka masih dapat mengunjungi nya dengan membawa alkohol maupun snack, melakukan karaoke seperti sebelum-sebelumnya. Tak ada gunanya mengantongi pendengaran Rhea degan kata-kata perpisahan yang dramatis. Karena saat ini yang di butuhkan oleh Rhea adalah ketenangan.
...***...
Laju mobil milik Rhea membela jalanan perkotaan yang selalu saja ramai. Kepala nya di kuasai oleh Emosi, tapi sebisa mungkin Dia mempertahankan fokusnya dalam berkendara. Dia tidak ingin mencelakai pengendara lain.
Di sela mata nya yang mencoba untuk tetap fokus, bunyi deringan ponsel dan nama yang menelfon membuat Rhea langsung menepi dan menginjak pedal Rem secara dadakan. Kening nya sampai menghantam setir mobil karena kecepatan mobil yang tiba-tiba di hentikan dengan menginjak pedal rem secara penuh.
Namun rasa sakit yang berputar di keningnya itu diabaikan oleh Rhea. Dia pun langsung menjawab panggilan yang masuk.
“Sayang!” Ucapnya dengan girang.
“Rhea.. Oh, Cinta Ku. Maaf karena tidak ada saat Kau membutuhkan Ku seminggu yang lalu. Ayah sedang memberiku pekerjaan yang rumit, Aku bahkan kesulitan untuk bahkan sekedar makan atau tidur. Maaf kan Aku Rhea.” Jelas Rafael dari seberang sana dengan penuh penyesalan.
“It’s okay, Rafael. Aku baik-baik saja.” Jawab Rhea dengan suara yang tidak stabil.
“Rhea, are you okay ? Sesuatu pasti terjadi di kantor kan ? Katakan pada Ku.” Bujuk Rafael dengan nada khawatir.
“Umm... Kau benar. Di kantor-“
“Maaf karena menyela perkataan Mu, Rhea. Tetapi Rekan Bisnis Ku sudah datang. Aku tidak bisa melanjutkan telepon ini. Ku tutup ya, maafkan Aku, sungguh. Malam ini Aku akan pergi ke Apartemen Mu. Kita bicara kan ini nanti malam. Maafkan Aku.”
Tuut..
Telepon berakhir, meninggalkan Rhea yang membatu. “Hah ?!” Ungkap Nya merasa konyol karena seperti dipermainkan oleh takdir. “Apa saat ini Aku sudah cukup konyol untuk di tertawakan ?” Sindir Rhea pada diri nya sendiri.
Bendungan air yang tadi sempat menghiasi bola mata nya kehilangan selera untuk keluar. Netra nya masih menatap layar handphone yang memberikan keterangan bahwa sambungan telefon belum terputus.
“Apa Dia salah tekan ?” Batin Rhea sambil mengacak kan rambut dengan kasar. Ibu jari tangannya pun mengudara untuk menekan lingkaran berwarna merah. Dengan maksud ingin mengakhiri telepon, namun...
“Honey, I miss you so bad~”
Terdengar suara centil seorang perempuan dari seberang sana.
Tubuh Rhea langsung membeku. Jemari yang tadi hampir mengakhiri sambungan telefon membeku di udara. Tak kuasa mempercayai fakta dadakan yang datang usai Desainnya di curi.
“I Miss you to, Honey. Sampai-sampai membuat diri Ku tak bisa tidur dengan nyenyak.” Balas Rafael.
“Kau pasti kesulitan tidur dengan kepunyaan Mu yang langsung menegang saat ku sentuh ini.” Goda nya.
“Ugghh, Kau baru datang. Jangan memprovokasi Ku, Honey. Apa Kau mau Aku langsung memasukkan nya dengan kasar ?”
“Kau berbicara seolah tak suka jika bermain dengan kasar. Kau tau kan ? Kita berdua sama-sama menikmati permainan yang kasar~”
“Hmpt... Ummm.. Haahh.. Ummn.. Wait.. Nafas... Hmmm.. Ughh, Kau meremasnya... Terlalu kuat... Ughh.”
“Kau juga menyukainya kan ? See ? Kau sudah basah di bawah sini.”
“Umm.. Hmppt..”
Suara decapan dari dua lidah yang sedang bertarung di seberang sana mengalun dengan kasarnya di pendengaran Rhea De Santiago. Secapek apapun Dia dengan berbagai hal yang terjadi belakangan ini, pendengaran Nya tidak terganggu sama sekali. Telinga nya tidak mungkin salah dengar. Fakta yang tersampaikan juga bukan rekayasa belaka. Sesuatu di lubuk hati terdalam nya terdengar hancur. Seseorang seperti tengah memukul kepala nya dengan benda tumpul. Kondisi Rhea sangat kacau baik fisik maupun psikis saat ini.
"What the fu*ck did I just hear?" Monolognya dengan nada rendah.
...***...
...Hai Guys👋, Sekedar informasi, hari ini Aku up 4 Novel di aplikasi Noveltoon, masing-masing 5 Chapter. Silahkan dibaca kalau tertarik ya♥️ Judul novel nya itu Neo list di bawah👇...
...1. Sang Putri Asli: sandiwara Calista...
...2. Chased by Love: My Hot Ex's Uncle...
...3. Balas dendam Celestia. Cahaya di Kegelapan...
...4. Agen Black VS Pelaku Bullying di tubuh anak SMA...
...Semuanya hasil haluan Neo, jadi jangan coba-coba menuduh yang tidak-tidak ya~ Okay, kalau suka silahkan lanjut ke chapter selanjutnya Guys♥️. Jangan lupa like dan komen juga ya♥️ Thank You♥️...
..."Ih Kak Neo semangat nulisnya😌"...
..."Ceritanya bagus. Suka banget. Thank you Kak Neo udah ciptain Novel bagus😚🫶"...
...Aku maunya Kalian komentar kaya gini Guys. Biar hubungan kita akrab gituloh😚 Biar Aku juga nambah semangat atuhh, jadi jangan lupa like dan komen yaa. Go to Nex chapter gih 😗 Love you Guys ♥️...
Dua insan di seberang sana terus melakukan adegan panas dengan sangat bersemangat. Walau tubuh Rhea lemas dan pikiran nya semakin kalut, Dia sudah menyalakan perekam suara dari handphone yang lain. Membiarkan semua desa*han kenikmatan dan juga kata-kata ero*tis yang berhamburan di udara itu tersimpan dengan baik di handphone satu nya.
Masih ingat dengan bendungan air mata yang tadi sempat kehilangan selera untuk keluar ? Kini sudah terjun bebas dengan deras dan membasahi permukaan wajah.
Wanita yang sangat pandai mengontrol karakter itu, yang selalu menempatkan logika di segala aktivitas itu kini tengah hancur. Tengah di hajar oleh dua kejadian yang menjadi semangatnya untuk bertahan selama ini. Tengah membiarkan logika nya redup, dan menangis tanpa suara. Pekerjaan dan asmara, dua fondasi kehidupannya yang hancur hari ini membuyarkan pikiran Rhea De Santiago.
Dia memang nanti akan pulih, tetapi Dia harus menelan fakta pahit, fakta bahwa Dia akan mendengarkan alunan waktu. Karena semakin terluka hati nya, semakin lama waktu akan berlalu. Waktu akan berjalan sangat lambat, saat bagian yang terluka adalah hati.
...***...
Tiga puluh menit kemudian, tangis Rhea sudah berhenti sejak sepuluh menit yang lalu, wajah nya terasa lengket oleh air mata yang mulai mengering. Namun dua insan di seberang sana ternyata masih aktif. Masih bersemangat menggoyangkan pinggul juga membuka bagian yang berair untuk di masuki.
“Ughh.. Haahh.. Aku.. Aku akan keluar..”
“Ayo bersama-sama.”
“Aghh.. Ah. Ugh.. Hahh.. Arrghhhh!!”
“Haahh.. Haah.. Sore ini Kau sangat bersemangat, Rafael. Apa Kau sebegitu menyukai tubuh ini ?”
“Hahhh.. Hahhh... Tentu. Tubuh Mu sangat nikmat, Honey.”
“Astaga, kau mau lagi ? Tapi ini sudah ronde ke tiga. Istirahat dulu, ya ? Kita lanjutkan lagi setelah istirahat sedikit saja. Kumohon~” Bujuk nya dengan manja.
“Baiklah. Kau pulang jam berapa malam ini ? Aku akan memasang alaram agar tidak kebablasan.”
“Jam delapan malam, Rafael. Ada pertemuan dengan beberapa rekan bisnis Ibu. Kau keberatan ?”
“Tentu saja.”
“Jangan cemberut, sayang. Usai makan malam, Aku akan datang lagi. Akan Ku biarkan diri Mu yang membuka gaun baru Ku ? Bagaimana ?”
“Sepakat. Sebaiknya Kau bersiap-siap, karena malam ini Aku akan membaut Mu tak bisa berjalan dengan benar keesokan hari nya.”
“Ayo kita lanjutan. Aku yang di atas kali ini, Rafael.”
“Okay. Tapi terlebih dahulu, Aku akan memasang alaram.” Ucap Rafael namun wanita itu sudah duduk di atas perut berotot Nya, membiarkan jemarinya berpetualang di da*da Rafael yang bidang.
“Ughh, Wait.. Aku harus memasang alaram- Hah ?!”
“What ? Kenapa Rafael ?”
Rafael tidak menjawab. Iris mata nya membola. Dia tidak percaya bahwa sambungan telepon itu masih tersambung. Dalam sekejap Dia pun langsung bersuara.
“Rhea, Kau masih di sana ? Kau mendengar semuanya ?”
Wanita yang duduk di atas perut nya langsung memutar bola mata usai nama Rhea tersebutkan.
“Menurut Mu ?”
Jawaban dari Rhea membuat detak jantung Rafael langsung berpacu dengan kecepatan tinggi. Ada rasa takut kehilangan Rhea di lubuk hati nya.
“Ughh. Rhea, maafkan Aku. Maaf... Aku sungguh minta maaf. Ya ? Kau di mana sekarang ? Aku akan menemui Mu dan menjelaskan segala nya.”
“Menjelaskan ?” Rhea menukik alis mata saking merasa heran dengan perkataan Rafael ini. “...Kau pikir Aku sebodoh itu sehingga tidak memahami apa yang baru saja terjadi ?”
“Rhea.. Please.. Honey, aku minta maaf. Aku—“
“Rafael Riagen, jangan memanggilku seperti itu. Aku merasa jijik karena Kau memanggil semua wanita yang tiduri dengan sebutan yang sama. Ewwwww, Aku tidak berada di level yang sama dengan Mereka.” Potong Rhea dengan wajah yang berkerut.
“Rhea Aku- Agh.. Wait, kenapa Kau bergerak ?” Tutur Rafael bukan pada Rhea, tetapi pada wanita yang sudah memasukan kepunyaan Rafael ke dalam diri nya. Rafael pun mende*sah kenikmatan.
“Kau bertanya kenapa Aku gerakan ? Haah.. Hahhh.. Haahh... Kau berkata seolah tak suka, padahal punya Mu sudah berdiri dengan kokoh seperti ini.. Hahh.. Ugghh... Hahhh..”
“Wait, Rhea masih mendengarkan...Ughh..”
“Benarkah ? Aku juga ingin mendengar suara nya. Berikan handphone Mu.”
“Tidak.. Wait...”
Terjadi perebutan Handphone di seberang sana, dan handphone pun jatuh ke tangan si wanita. Dia langsung mengaktifkan Mode speaker dan lanjut menggerakkan pinggulnya di atas Rafael.
“See ? Kau mende*sah kenikmatan dengan posisi saat ini. Kau tidak bisa membantah di hadapan diri Ku yang mengetahui titik-titik kenikma*tan Mu, Rafael.. Haahh.. Hahhh..”
“Wait.. Aku... Aggghhhh....!!”
Kedua insan itu pun menemui kli*maks nya dengan suara ero*tis.
“Kau sudah dengar itu ? Rafael lebih menyukai diri Ku, dari pada diri Mu Rhea De Santiago.” Ucap si wanita itu yang kini berbaring di atas da*da bidang Rafael.
“Aku tau.. Aku mengerti akan hal itu setelah mendengar kalian berdua sejak tadi, Ailen Holgerson.”
“Oh~ Kau mengenali Ku ?”
“Tentu saja. Mana mungkin Aku tidak mengetahui anak CEO dari perusahaan Ku. Apalagi setelah Kau dan Ibu Mu mencuri Desain itu. Tidak mungkin sekali jika Aku tidak mengenal Mu.”
“Kau masih berlagak sombong usai di pecat, hmm ?”
“Dipecat ? Astaga, Kau mendapatkan informasi yang salah. Aku tidak di pecat. Ibu Mu pasti mengatakan hal itu untuk menyelamatkan harga diri nya yang tidak seberapa itu. Aku mengundurkan diri, dasar wanita murahan!”
“Sialan! Berani Kau panggil Aku wanita murahan-“
“Ah maaf. Aku kurang menyebut titel yang lain. Maafkan Aku wanita pencuri. Aku tidak bisa menyalahkan Mu dengan sikap yang suka mengambil milik orang lain itu. Karena mungkin itu bakat bawaan yang di turunkan oleh Ibu Mu . Jangan berkecil hari, Ailen. Bakat bawaan memang tidak bisa di salahkan. Bagaimana ? Apa Kau merasa puas karena titel Mu sudah Ku sebutkan degan benar ?”
“Rhea!!” Teriak Ailen dengan nada tinggi.
“Ibu dan Anak ini apa tidak bisa mengontrol emosi mereka dengan baik? Tch tch tch. Bahkan untuk sikap yang menyebalkan ini sangat mirip.” Monolog Rhea merasa muak.
“Rafael Riagen, Kau mendengar suara Ku kan ? Let’s Break up. You son of a Bit*ch! Dan ah, untuk Mu Ailen. Di masa mendatang Aku sangat ingin melihat goyangan Mu itu yang sangat memabukkan Rafael. Aku sangat penasaran, siapa tau ilmu dan keahlian Mu bisa di pelajari dan di praktekkan dengan Suami SAH Ku di masa mendatang. Dan yang terakhir, selamat karena sudah menjadi Pencuri yang sukses. Baik tentang Desain ataupun kekasih orang lain. Selamat malam.”
Tuutt...
Sambungan telepon terputus. Rhea langsung melempar handphone ke samping dan merasa jijik dengan handphone nya.
“Ugh, Aku akan membakar handphone itu.” Monolog Rhea penuh kekesalan dan menghentikan perekam suara yang masih aktif.
Rhea pun turun dari mobil. Selama tiga puluh menit sebelumnya, Dia lanjut menyetir mobil ke apartemen. Dia tidak mungkin berdiam diri saja dan mendengarkan desa*han-desa*han dari Rafael maupun Ailen.
Segera Dia mengambil handphone dan menghubungi Seleste Le Mendez, sahabat nya, untuk datang ke Apartemen. Langkah kaki Rhea dirangsek lebar-lebar. Dia benar-benar ingin sampai di apartemen nya se-segera mungkin.
Lima menit berjalan kaki dan menaiki lift, Rhea pun kini berada di depan pintu apartemen. Saat memasukan kata sandi, jemari nya terhenti.
“Tcih! Aku harus mengganti kata sandi. Apa-apaan dengan tanggal lahir si Bedebah itu ?” Cetus Rhea dan langsung masuk usai mengganti kata sandi.
Setelah pintu tertutup, tubuh Rhea langsung ambruk di lantai. Tungkai kaki nya sudah tidak kuat lagi menahan beban tubuh.
“Hahh.. Hahh..” Nafasnya mulai tidak stabil. “Ibu—“ Mata Rhea langsung terbelalak. Tak menyangka lidahnya mengijinkan kata-kata itu keluar secara otomatis. “..Ughh.. Seleste.. Seleste.. Aku mohon cepatlah sampai..” Pinta nya dengan suara yang terdengar lemah.
...***...
...Hai Guys👋, Sekedar informasi, hari ini Aku up 4 Novel di aplikasi Noveltoon, masing-masing 5 Chapter. Silahkan dibaca kalau tertarik ya♥️ Judul novel nya itu Neo list di bawah👇...
...1. Sang Putri Asli: sandiwara Calista...
...2. Chased by Love: My Hot Ex's Uncle...
...3. Balas dendam Celestia. Cahaya di Kegelapan...
...4. Agen Black VS Pelaku Bullying di tubuh anak SMA...
...Semuanya hasil haluan Neo, jadi jangan coba-coba menuduh yang tidak-tidak ya~ Okay, kalau suka silahkan lanjut ke chapter selanjutnya Guys♥️. Jangan lupa like dan komen juga ya♥️ Thank You♥️...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!