Prologue :
Seorang Marshal (pemimpin prajurit elit istana) berlari sekuat tenaganya. Saat itu malam disertai hujan lebat, namun terjadi kejar-kejaran hebat. Seorang Marshal itu membawa kotak dengan bayi didalamnya.
Saat itu ia malah terpojok dan disana ia menghanyutkan bayinya ke sungai, berharap ada seorang penjaga panti asuhan yang membawanya. Seorang Marshal itu menangis karena kehilangan istri dan anaknya dalam satu malam.
"Tak kusangka, aku kehilanganmu. Aku masih tidak bisa menerimanya, sekarang aku akan kesepian tanpamu dan tanpa anak kita, semoga anak kita selamat ya di sungai yang ku hanyutkan ini."
Para pasukan yang mengejarnya itu adalah pasukan iblis yang berniat membunuh bayi tadi karena dianggap menjadi ancaman para iblis di masa depan nanti. Marshal itu mengangkat pedangnya dan disanalah dia bertarung sekuat tenaga mengalahkan pasukan iblis sendirian.
Pertarungan itu membuat seorang Marshal terluka hebat, namun seluruh pasukan iblis tadi berhasil dikalahkan nya. Pasukan iblis tadi bukanlah pasukan iblis lemah, jika yang bertarung tadi bukanlah seorang Marshal pasti akan mati dikeroyok iblis.
Saat seorang Marshal itu pulang ke kediamannya, dia mendapati istrinya yang sudah berlumuran darah dengan luka yang parah. Ranjang yang ditiduri wanita itu penuh dengan merah darah. Hati pria itu hancur dan dia kemudian menggenggam tangan istrinya yang sudah mati itu.
"Aku percaya padamu wahai istriku, kau bilang kelak di masa depan nanti dia akan menjadi penakluk para iblis. Kau bilang bahwa ramalan itu benar kan?"
"Ku yakin dia akan selamat, benar kan istriku?, dipikir-pikir oleh akal ku agak mustahil dia bisa masih bisa selamat."
"Aku percaya pada takdir. Aku percaya apa yang diramalkan oleh mu wahai istriku."
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
8 tahun kemudian.
Di sebuah istana, pria tadi mendapat perintah untuk mengadopsi anak yang dulu ia hanyutkan.
"Pietro, kau bilang kau telah menantikan saat dimana kau melihat anak mu lagi?"
Ucap King Louise of Tudor.
"Benar paduka, saat itu adalah saat kehancuranku, namun ternyata sekarang ini aku bisa menemuinya lagi, pasti dia sudah besar."
Jawab Pietro Marshal dengan wajah gembira
Saat keberangkatan, dia menjumpai anaknya dengan wajah yang sangat suram dan penuh kebingungan, sang Marshal heran kenapa dan apa yang terjadi dengan anaknya itu. Pietro pun bertanya kepada pengurus panti, namun mereka tidak mengetahuinya apa penyebabnya.
Di kereta kuda, Pietro pun mulai bertanya kepada anak itu.
"Ehh... Nak, siapa namamu?"
"A... Aku... Aku William paman, bukankah paman adalah seorang Marshal?"
Jawab William.
"Iya nak, nama paman Pietro, dan mulai sekarang hidup berbahagialah sebagai anak paman ya! Dan jangan panggil paman, panggil saja ayah."
Pietro mengatakannya dengan penuh senyuman
"Baik ayah, aku senang diadopsi seperti ini, tapi aku benci kepada orang tua ku yang telah membuang ku seperti ini"
Wajah William berubah menjadi marah.
Pietro langsung terdiam sejenak, dia kenak mental oleh perkataan anak kandungnya itu, biar bagaimanapun dia tidak bermaksud membuat William berada di panti asuhan.
Pietro menggunakan sihir kegelapannya dan membuat matanya menjadi merah, dan saat itu juga William kehilangan kesadarannya.
William merasa tidak bisa memalingkan wajahnya itu, tanpa William sadari matanya juga jadi merah menyala dan ia merasa kalau ia nyaman berada di dekat Pietro walau tak tahu alasannya kenapa.
Sihir dark Pietro pun dihentikan dan wajah Pietro berubah menjadi ramah kembali.
"Nak... Mungkin orangtua mu memiliki maksud lain, mungkin saja mereka tidak ingin membuang mu ke panti asuhan kan siapa tau mereka terpaksa melakukannya."
Ucap Pietro.
"Sudahlah ayah, ucapan mu tidak masuk akal, aku rasa mereka memang tidak menginginkan ku."
"Kurasa dengan diadopsinya aku, aku bisa melupakan kenangan buruk yang kudapat akibat di panti asuhan itu."
Ucap William.
"Apa yang kau maksud nak?."
Tanya Pietro dengan wajah yang mulai serius.
"aku terus-terusan mendapat perundungan dan aku tidak merasa bahagia sedikitpun disana. Aku selalu diusir jika tidur di kasur, dan selalu diambil jatah makanan ku oleh teman."
"Aku benci teman, kenapa istilah teman terasa sangat jahat untuk didengar? Aku lebih memilih untuk tidak menjadikan mereka teman daripada harus kena perundungan."
Ucap William.
"Hei tunggu dulu, jadi apa mereka awalnya mengajak kau berteman lalu saat kau menerimanya kau mulai menderita?"
Ucap Pietro.
"Iya yah, aku menyesal rasanya. Mulai saat ini juga aku tidak akan menerima teman siapapun lagi. Lebih baik aku hidup damai tanpa teman"
Jawab William.
Pietro mulai merasa bahwa yang terjadi pada putranya bukan hanya mendapat luka fisik saja, namun mentalnya jatuh, dan menganggap istilah teman itu sama dengan musuh.
Saat hendak menasehati putranya, Pietro mendapat sambutan dari rekannya yang lain. Tanpa ia sadari ternyata sudah sampai di istana. Pietro mendapat perintah untuk menghadap raja, dan saat itu juga Pietro pergi meninggalkan anaknya sendirian.
William awalnya senang. Wajahnya tampak bahagia ternyata banyak anak-anak seumuran dengannya, William berfikir bisa memulai semuanya dari awal dan berteman baik dengan anak-anak prajurit elit lainnya.
Wajah William berubah saat Dante, salah satu anak disana bilang
"Hai, berteman yuk."
Ucap Dante dengan wajah riang .
Namun saat mendengar hal itu seketika sikap dan wajah William berubah, ia malah teriak dan menjauh dari anak-anak disana.
"Aku merasa ada yang tidak beres, jadi Dante kau harus melihat waktu yang pas untuk mendekatinya!"
Ucap Mary sang putri kerajaan Tudor.
Mereka berempat pun kebingungan oleh sikap aneh William. Biar bagaimanapun dari mereka tidak ada yang berniat menyakiti atau bahkan melakukan bullying.
William pun duduk sendirian di kursi taman. Dia mulai memikirkan kehidupan sebelumnya dimana ia menderita. Setiap harinya selalu terjadi hal buruk padanya. Tiga sekawan di panti asuhan itu adalah 3 maut, dimana setiap harinya pasti selalu melakukan bullying pada anak lain yang mereka anggap lemah. Termasuk William.
Saat itu William masih tidak bisa menerima akan fakta bahwa ia bisa sampai di panti asuhan dengan aliran air sungai yang mengalir. William menganggap bahwa orangtuanya sangat tidak menginginkannya. Maka dari itu William selalu merenung.
Dilihat oleh 3 maut dan merekapun mulai mencoba untuk merundung William.
"Hai, kau kelihatan sendirian aja, kenapa?"
Tanya salah satu dari mereka.
"Aku merasa kesal pada orang tua ku."
Jawab William dengan wajah cemberutnya.
"Kalau begitu mari kita berteman, setelah kau mau menerima pertemanan kita kau akan bersama kami."
Ucap anak nakal itu dengan wajah jahatnya.
"Y... Ya."
Ucap William yang masih kebingungan dan tidak tahu apa itu arti dari kata teman.
Disanalah awal mula kehancuran William. Setiap harinya selalu saja kena perlakuan kasar dari 3 maut dan itu membuat hari-hari di panti menjadi suram.
Semenjak kejadian itu, William tidak pernah mau menerima teman, duduk di bangku taman sendirian dan menunggu ayahnya datang.
Dante merasa sangat kasihan pada William, ia pun menghampirinya.
"Tidakkah kau tahu aku telah muak? Pergi sana! Aku tak menginginkan keberadaan mu"
Teriak William kepada Dante, padahal belum sempat Dante mendekat.
Dante pada akhirnya benar benar pergi dan ia pun mengadukan ini semua kepada princess Mary, dan tiga teman lainnya.
Waktu menunjukkan pukul 4 sore, kini Pietro telah selesai rapat dan mulai mencari William. Betapa terkejutnya dia melihat anaknya itu hanya duduk duduk sendirian sementara anak yang lain sedang asyik bermain bersama.
"Kau kelihatan mengantuk, apa kau tadi hanya duduk-duduk saja tanpa melakukan apapun?"
Tanya Pietro.
"Iya yah, aku tidak mau berteman dengan mereka."
Jawab William dengan nada lemas.
"Kau hanya salah paham William."
Ucap Pietro.
"Salah paham apa yah?."
Tanya William.
"Sekarang kita pergi dulu ke rumah ayah ya, nanti ayah akan beritahu kamu beberapa hal."
Ajak Pietro.
"oke"
Setelah sampai di rumah Pietro, betapa terkejutnya William dengan mewahnya rumah itu. Dekorasi disana semuanya keliatan mahal. William pun merasa senang bisa tinggal disana.
"I... Ini rumah ayah?"
Tanya William.
"Iya, ini rumah pribadi milik ayah."
Penjelasan Pietro.
"Ini sangat besar yah, sepi lagi, aku suka rumah ini."
Ungkap William.
"Iya rumah ini memang bagus, tetapi ayah merasa sangat kesepian disini. Rasanya tidak menyenangkan jika rumah tempat tinggal kita besar tapi tak ada seorangpun yang memberikan cinta."
Ucap Pietro.
"Lah... jadi penyebab ayah mengadopsi ku adalah karena tidak punya istri?"
Tanya William.
"Hehehe, iya aku belum pernah menikah."
Ucap Pietro penuh kebohongan.
"Padahal emang aku tidak menikah lagi setelah kehilangan almarhumah istriku"
Ucap Pietro dalam hati
"Nah nak sekarang duduk dulu yah, pasti kamu lapar, ayah akan bikinin kmu makanan."
Ucap Pietro dengan wajah penuh senyuman.
"Wah beneran? baiklah yah."
Ucap William dengan wajah penuh senyuman.
William pun duduk di sofa yang empuk, dia merasa bahwa rumah itu terlalu besar untuk seorang diri, dia merasa bahwa ayahnya mempersiapkan ini semua untuk istrinya nanti.
Setelah menunggu, akhirnya Pietro selesai memasak dan ia pun memanggil William ke meja makan. Tampak wajah riang penuh kebahagiaan dari William saat melihat betapa banyaknya makanan yang ada di meja. Pietro pun ikut senang.
Pietro mulai menjelaskan tentang apa itu pasukan elit Zeyynmaloth.
"Nak, kau kan tahu kalau ayah itu seorang Marshal, atau bisa dibilang ketua, pemimpin dari prajurit elit di kerajaan kita yaitu kerajaan Tudor."
"Kalau kau tahu, raja Tudor pada masa itu King Hans IX of Tudor mendapati para prajurit yang kemampuannya lebih dari prajurit biasa."
"Disanalah mulai terbentuk prajurit elit dengan nama Zeyynmaloth. Setiap anak keturunan akan menjadi penerus untuk meregenerasi Zeyynmaloth yang baru."
Jelas Pietro.
"Tapi ayah bilang keturunan akan menjadi penerus, lalu apakah aku ini anak kandung ayah?."
Tanya William.
"Bukan, kau itu anak dari adik ayah. Namun karena istrinya meninggal dan dia gugur dalam perang, jadi aku lah yang mengadopsi mu agar kau tidak terus terusan disana."
Jawab pietro dengan bohong.
"Baguslah, aku emang tadi berharap kau bukan ayah kandung aku, kalau tadi bilang iya mungkin aku akan mencoba membenci ayah."
Ucap William setelah sesuap makanan masuk kedalam mulutnya.
"Kau tahu, disaat dimana kau lahir, tak ada seorangpun yang datang, itu karena ayahmu melarangnya. Semua dilarang datang, termasuk aku. keesokan harinya tahu tahu ayahmu sudah gugur dalam perang di tepi sungai, dan ibu mu di bunuh di kamarnya."
Jelas Pietro.
"Baiklah untuk sekarang, kau akan menjadi kuat seperti ayah mau tidak?"
Tanya Pietro.
"Mau yah, aku ingin agar bisa menjadi Marshal sama seperti ayah."
Jawab William.
Kenyataan tentang Zeyynmaloth adalah keponakan tidak bisa mewarisi atau tidak bisa jadi penerus Zeyynmaloth. Pietro berbohong atas semuanya. Selain berbohong, Pietro juga tak mahu menceritakan tentang ramalan dimana William di masa depan nanti akan menjadi seorang pahlawan.
Alasan kenapa Pietro tadi langsung dipanggil untuk menghadap raja dengan segera adalah karena besok akan ada kunjungan dari kerajaan Sundr. King Edward XIV of Sundr memiliki urusan penting dengan King Mizaliott dan pasukan Zeyynmaloth.
Esok hari pun tiba, pintu istana dibuka lebar, dan karpet merah digelar untuk menyambut bangsawan Sundr. King Mizaliott sudah siap berada di depan pintu dengan sang ratu, sementara anak anak dari pasukan Zeyynmaloth termasuk William hanya bisa melihat dari atas.
Akhirnya bangsawan Sundr lewat. Ada 1 raja, 2 anak kecil, dan 2 pengawal Sundr. Anak anak dari pasukan Zeyynmaloth tersanjung akan kedatangan mereka.
Setelah penyambutan, anak anggota Zeyynmaloth berada di luar dan sedang bermain, disini William mulai merasa bahwa perlakuan dirinya kemarin terlalu keras, terutama pada Dante.
William lagi lagi duduk sendirian tanpa teman dan hanya melihat anak lain bermain. Disana datanglah 2 orang anak bangsawan tadi, mereka memperkenalkan diri dan meminta ikut bermain.
"Hai semuanya, perkenalkan aku Prince Henry of Sundr, salam kenal semuanya."
Ucap Henry sang kakak dari Guinevere.
"Hai, aku Guinevere, Princess Guinevere of Sundr, kenapa yang disana itu sendirian aja?."
Ucap Guinevere yang langsung menanya setelah perkenalan.
"Ohh itu, dia adalah William, dia selalu mau sendiri dan tidak mau berteman."
Jawab princess Mary.
Princess Guinevere mencoba untuk mendekati William, dan ingin mencari tahu apa yang dialami William, dan kenapa dia begitu.
"Ha..."
Ucapan Guinevere langsung dipotong.
"Apa kau mau berteman dengan ku kan?, tidak. Aku sudah muak berteman."
Jawaban William yang langsung menyela.
"Lalu kenapa?."
Tanya Guinevere.
"Kau akan bersama ku untuk memanfaatkan ku kan?."
Sentak William.
"Kau ini bicara apa?."
Tanya Guinevere.
"Lalu apa mau mu hah?."
Ucap William dengan nada keras.
"Entah apa yang sedang kau bicarakan ini, aku tak berniat menyakitimu kau tahu?."
Ucap Guinevere.
"Apa benar?"
Ucap William dengan nada yang mulai pelan.
"Duh kau ini ya... kalau kamu tak mau aku jadi teman mu aku akan menjadi sahabat mu, gimana?"
Tanya Guinevere yang kemudian duduk disebelahnya William.
"Sahabat? Kau serius kah?"
Balik tanya William, kini ia tak bersikap kasar.
"iya aku serius, lagian melihatmu sih seperti melihat diriku saja."
"Aku tidak diajak main oleh anak seumuran ku karena aku anak bangsawan. Mereka takut aku sesuka hati memerintah, padahal aku gak mau bersikap sejahat itu."
Ucap Guinevere dengan nada yang penuh tawa.
William hanya terdiam mendengar cerita putri Guinevere.
"Kupikir kau hanya salah mengartikan apa itu teman, baiklah mulai sekarang cobalah untuk dekat dengan anak Zeyynmaloth yang lain!"
Suruh Guinevere.
"Aku malu lahh, aku rasa aku udah terlalu kasar pada mereka.
Jawab William.
"Yaudah deh, kalo gitu cobalah untuk meminta maaf pada mereka, kalau gak bisa sekarang ya nanti aja. Untuk sekarang mari bermain."
Ucap Guinevere dan kemudian mengajak William.
Pada akhirnya mereka berdua bersama bersama dan saat itu juga bagi keduanya merasakan pengalaman pertama mendapat sahabat, bagi Guinevere sendiri, dia jarang diajak main oleh kakaknya karena sibuk, dan tidak diajak main oleh penduduk di wilayah nya.
Mereka berdua menghabiskan banyak waktu untuk bermain, bahkan sampai lupa waktu. Mereka lupa ternyata hari sudah sore.
Hasil rapat tadi belum mendapat keputusan, jadi King Edward memutuskan untuk pulang besok sore.
Di malam harinya, William menceritakan hari baiknya kepada sang ayah bahwa ini merupakan hari dimana ia bisa berekspresi. Rasanya hari kebahagiaan sudah dimulai dan akan terus berlanjut nantinya. Itu semua berkat Guinevere.
keesokan harinya. William mengajak ayahnya dari rumah untuk segera bergegas ke istana. Disana dia ingin cepat cepat untuk bermain lagi. Dan benar saja di istana sudah ada Guinevere yang menunggu.
Anak Zeyynmaloth yang lain pun mulai heran akan perubahan sikap William. Sikap yang belum pernah mereka lihat sebelumnya. Guinevere bilang pada mereka saat sebelum bertemu lagi dengan William, bahwa William hanya salah mengartikan apa itu teman.
"Untuk sekarang biarkan aku saja dulu yang mencoba membuka hati William."
Pesan Guinevere pada anak anak Zeyynmaloth.
Berbeda dengan permainan di hari sebelumnya. Guinevere sekarang mengajak William untuk bermain di hutan belakang istana.
"Ayo nangkap kumbang, pasti di hutan sana ada banyak kumbang!"
Ajak Guinevere.
"Kau bercanda? Mana boleh kita main di sana, siapa tahu ada iblis yang menyeramkan."
Jawab William
"Lah kau ini penakut, ayo aku yakin tidak ada hal buruk yang akan terjadi."
Ucap Guinevere.
Saat mendekatinya hutan, William merasakan firasat buruk, dia merasa dia punya kekuatan sihir gelap yang bisa mendeteksi akan adanya keberadaan sihir gelap lain. William benar benar merasa ada sesosok iblis disana. Tapi William tidak bisa berbuat apa-apa.
William merasa jika ia menolak ajakan sahabatnya itu dia akan dijauhi. Maka dari itu William hanya nurut saja.
Setelah sampai di hutan, mereka mulai mencoba mencari kumbang.
"Baiklah, kau kesana, dan aku ke arah situ."
Ucap Guinevere dengan wajah riang, jari telunjuknya menunjukkan kearah yang berlawanan.
Mendengar hal itu William hanya mengangguk saja dan saat itu dia melihat sesosok kumbang. Namun bukannya bahagia William malah makin gelisah, dia merasa energi gelap itu semakin dekat.
"Arghh....."
"Tolonggg...."
Teriak Guinevere.
William yang mendengar hal itu langsung berlari kearah putri Guinevere yang sedang terpojok. Dengan sigap William berdiri di depan Guinevere.
"Kalau kau ingin menyakitinya, lewati aku dulu!"
Seru William, kini ia berlari dan berdiri tepat di depan putri Guinevere.
"Kau bercanda? Aku bisa membunuh kalian berdua hanya dengan 1 kali serang. Lihat ekorku yang beracun ini! Apa yang bisa kalian lakukan?"
Iblis itu berkata demikian, dia menunjukkan ekor nya yang panjang dan sangat fleksibel.
"Apapun yang terjadi aku tak ingin putri Guinevere terluka, kalau berani habisi aku dulu, baru dirinya!"
Teriak William.
"Masa bodoh dengan apa yang kau lakukan, dengan ini aku bisa membunuh putri raja, bahkan sekaligus calon anggota Zeyynmaloth."
Ucap iblis, matanya bersinar dengan warna ungu menyala.
Karena merasa terancam, William secara tak sadar membangkitkan kekuatan kegelapan dan membuat matanya memerah disertai sinar terang.
"Apa yang terjadi dengan anak itu?..."
Ucap iblis dalam hati.
Tanpa pikir panjang iblis itu langsung menggerakkan ekor beracun nya untuk menusuk jantung kedua anak itu sekaligus.
"Matilah!!!!"
Seru iblis.
Guinevere menurut mata nya, dia tak sanggup melihat apa yang terjadi, dia tak sanggup melihat sahabatnya dibunuh didepan nya, jadi dia menutup mata.
"A... apa yang telah terjadi?"
Ucap Guinevere yang keheranan.
Guinevere pun membalikkan tubuh William yang ambruk, dia melihat ada nanah dan racun yang ikut mengalir pada darah nya William. Tampak William terbaring tak sadarkan diri, mata kanannya terluka.
Guinevere mulai menangis, dia menyalakan dirinya sendiri, sedih, dan tak tahu harus apa. Biar bagaimanapun William tetap melindungi nya walau penyebab semua ini adalah salah nya. Dia merasa bahwa jika William mati, maka hidup dia tidak ada artinya walau bergelimang harta yang Guinevere dapat.
Terdengar suara langkah kaki yang menuju ke arah Guinevere, dan rupanya itu adalah prajurit Zeyynmaloth, anak anak prajurit, kakak, dan ayahnya putri Guinevere.
"Apa yang terjadi putri ku?"
Tanya King Edward XIV of Sundr.
Disana kerusuhan pun terjadi, Pietro melihat kearah iblis yang mematung dan perlahan mulai hilang, ia menjadi partikel partikel bercahaya merah dan perlahan keberadaan iblis itu menghilang.
Pietro jelas tahu apa yang terjadi. William dibawa ke ruang perawatan kerajaan, sementara Guinevere ditenangkan.
"Rupanya William menggunakan kekuatan Blood Demon nya ya"
Ucap Pietro dalam hati.
Hari mulai siang, di ruang makan terlihat Guinevere yang sedih dan tak mau makan.
"Ayah senang kau baik baik saja nak."
Ucap sang raja Sundr memulai percakapan.
"Aku hampir mati ayah..."
Jawab Guinevere dengan nada lemas dan kepala terus menunduk.
"Aku akan memarahi William itu karena telah mengajak kamu ke hutan"
Ucap sang raja.
"Apa yang ayah bicarakan? Aku yang mengajak nya, dia terus memberi tahu ku tapi aku tak mendengar."
Sentak Guinevere.
"Apa yang kau pikirkan nak? Kenapa kau main ke hutan?"
Tanya balik sang raja.
"Aku tahu aku salah... maaf yah, aku juga ingin meminta maaf pada William."
Ucap Guinevere.
"Kau tahu? Iblis yang kau hadapi tadi adalah ras iblis Shadow Tail, itu adalah iblis dengan bisa yang kuat. Kemungkinan hidup terkena racun itu hanya 30.08%.
Sela Prince Henry, sang kakak Guinevere.
"Apa???"
Guinevere terkejut.
"ya aku juga tidak tahu bagaimana jelasnya apa yang terjadi, yang jelas iblis tadi benar benar hilang eksistensi nya."
Ucap king Edward.
"Aku juga tak tahu yah, yang jelas apa sekarang kita akan kehilangan William?"
Tanya Guinevere.
Semua yang ada di ruangan itu hanya terdiam, dengan kata lain kemungkinan hidup William hampir mustahil.
Setelah makan Guinevere langsung bergegas menuju koridor kamar perawatan. Ia ingin segera tahu nasib William. Saat itu juga Guinevere melihat Pietro.
"Om... Bagaimana kondisi William om?"
Tanya Guinevere.
"Dia mungkin masih bisa hidup. Aku belum tahu berapa kemungkinan hidup setelah terkena bisa iblis tadi."
Jawab Pietro.
"huhuhuu... om kemungkinan hidup William hanya 30,08%."
Ucap Guinevere sembari nangis.
"Yang benar kamu?"
Tanya Pietro tidak percaya.
Guinevere hanya mengangguk.
"Padahal aku baru saja mengadopsi nya."
Ucap Pietro.
"Jadi William anak adopsi om?"
Tanya Guinevere.
"iya, "
Jawab singkat Pietro.
"Ternyata benar dugaan ku. kasihan William, kasihan om Pietro."
Ucap Guinevere dalam hati.
"Apa kau masih berharap pada kecil nya persentase hidup William nak?"
Tanya Pietro.
"Iya... Aku harap dia tetap hidup. Aku ingin meminta maaf padanya karena telah mengajak nya ke hutan."
Ucap Guinevere.
"Aku ta sangka kau begitu mengharapkannya hidup."
Ucap Pietro.
"Aku harap masih ada kesempatan untuk bisa bertemu dengan nya lagi."
Ucap Guinevere.
Melihat Guinevere, Pietro pergi untuk mengambil sesuatu di gudang rahasia.
"Guinevere, aku tak menyangka kau ada di sini."
Ucap Henry.
"iya... tolong William kumohon, tetaplah hidup!!"
Seru Guinevere dengan wajah sedihnya.
Henry memutuskan untuk menemani adiknya tersebut, dia merasa bahwa William penting bagi hidup adiknya itu. Sejenak Henry merasa gagal menjadi kakak favorit Guinevere. Dia terlalu sibuk untuk menjadi kuat dan menjadi Royal Matador.
Sang dokter keluar dari kamar perawatan, dia terlihat berkeringat saking seriusnya menyembuhkan William.
"Dok... Apa yang terjadi? Apa William bisa diselamatkan?"
Tanya Guinevere penasaran.
Sang dokter hanya menghela nafas panjang dan kemudian menggeleng kepala. Guinevere mulai menangis, dia tidak terima akan fakta bahwa sahabatnya tidak bisa diselamatkan. Henry berusaha menenangkan adiknya.
Tiba tiba Pietro Marshal datang membawa sesuatu yang dikantungi.
"Dokter... Boleh aku melihat kondisi anakku?"
Tanya Pietro.
"Boleh pak, namun untuk sekarang hanya boleh bapak saja yang masuk."
Jawab sang dokter.
Kemudian Pietro pun masuk dan mulai membaca sebuah mantra. Bagi yang bisa mendeteksi energi negatif pasti akan merasakan energi gelap dari arah ruangan perawatan.
Namun tak seorangpun yang menyadari hal itu. Pietro melakukan sesuatu hal yang magis, dan saat itu juga dia memasukan sedikit cairan berwarna merah yang tak lain tak bukan itu adalah darah segar.
"Aku rasa ini tidak akan baik untuk mu nak... tapi ini demi menyelamatkan mu."
Ucap Pietro yang bicara dengan dirinya sendiri.
Pietro akhirnya keluar dari ruangan itu dan disaat itu pula Guinevere langsung menanyakan keadaan nya.
"Bagiamana om? Apa William masih bisa hidup?"
Tanya Guinevere, mata Guinevere berkaca kaca penuh harapan.
"Dia masih bisa diselamatkan, jadi kau jangan khawatir. Nanti sore kau bisa melihat nya dan mengobrol dengan nya lagi."
Ucap Pietro dengan wajah berseri-seri.
Sontak Guinevere dan Henry pun terheran heran akan hal itu. Mereka merasa bahwa paman itu hanya bercanda. Tapi dari wajahnya terlihat jujur. Entah apa yang terjadi itulah yang mereka berdua pikirkan, yang jelas Guinevere mulai senang.
Sore pun tiba, ternyata benar apa yang diucap Pietro Marshal bahwa William tetap hidup, William berjalan kearah dapur karena lapar, mata kanan William diperban, melihat hal itu Guinevere langsung menghampirinya.
"William... kau sudah sehat ya?"
Tanya Guinevere dengan wajah yang berseri seri.
"Yap aku sudah sehat, namun sedikit lemas karena lapar, aku mau makan dulu."
Jawab William.
"baiklah, nanti abis makan temui aku ya"
Seru Guinevere.
"Ya... tenang saja."
Ucap William.
Setelah makan mereka pun bertemu, William memutuskan untuk bertemu Guinevere. Setelah melihat ke depan istana, ternyata Guinevere akan segera pulang.
"Walau hanya sebentar, pertemuan kita sangatlah menyenangkan."
Ucap William dalam hati, perlahan ia menghampiri Guinevere.
"William!"
Ucap Guinevere. Berlari kearah William.
"aku janji William akan membalas budi padamu. Aku minta maaf atas kecerobohan ku, kau hampir kehilangan nyawa."
Ucap Princess Guinevere, kedua tangannya memegang tangan William.
"Ya, tidak apa apa Guinevere."
ucap William.
"Kau harus berjanji untuk berteman baik dengan mereka"
Ucap Guinevere sambil menunjuk kearah anak-anak Zeyynmaloth.
"iya, jika aku bisa punya teman, itu pasti berkat kamu."
Jawab William.
"Ayo kita berjanji. Di masa depan kita harus menikah, aku janji hanya akan memilih mu William."
Ucap Guinevere dengan nada pelan.
"Aku janji akan menjaga mu, apalagi jika kau istri ku."
Canda William tapi serius.
"hahaha... kau ini lucu"
Tawa Guinevere.
"Baiklah sampai jumpa lagi Guinevere."
Ucap William.
Keduanya pun akhirnya berpisah, dan keduanya saling melambai satu sama lain.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!