Hay Guys ini karya Baru aku luncurkan, semoga Karya ini menghibur kalian saat membaca yah,
Jika banyak Typo bertebaran , silahkan koment pada Author dengan cara yang baik dan juga bijaksana, tulisan ini mengandung beberapa adegan kekerasan, jadi mohon untuk bijak dalam membaca sebelumnya,
Kami sangat menyukai Kritik dan saran yang membangun, Author tanpa penggemar setia tak akan berkembang begitu juga dengan kritik dan sarannya.
Jangan Lupa baca Novel yang lainnya juga yah, banyak plihan dan pastinya seru
Terima kasih 😁😁
Ummu Umar
Brak, Terdengar suara benturan cukup nyaring dijalan sepi.
Sepeda dan mobil bertabrakan, atau lebih tepatnya sang mobil lah yang menabrak karena sedang ngebut akibat terburu-buru
"Aduh". Rintihan kesakitan seorang gadis yang kini terluka akibat tabrakan itu.
" Kamu baik-baik saja?? ". Tanya seorang pemuda tampan yang baru saja keluar dari mobilnya dan menghampirinya dengan rasa khawatir.
"Kalau bawah mobil itu pelan-pelan!!, ini jalan umum, bukan sirkuit balap, kamu bisa membuat orang celaka". Kesalnya meringis kesakitan.
Dia sibuk mengurus luka dan sakit di tubuhnya tanpa melihat wajah orang yang menabraknya itu.
"Maafkan aku yah, aku memang salah tidak hati-hati dalam membawa mobilku, ayo kita kerumah sakit!!, takutnya nanti kamu kenapa-napa". Sang pemuda kini memelas saat melihat raut wajahnya tak enak dari gadis di hadapannya ini.
Helena mendongkakkan kepalanya menatap lelaki yang kini berada di depannya sedang berjongkok, wajahnya meringis kesakitan dan dia bisa melihat jika pemuda itu juga menatapnya dengan tatapan khawatir. Tapi dia tidak punya banyak waktu dia harus pergi sekarang. Dia tidak peduli dengan lukanya tapi dia khawatir ibu dan saudara tirinya menghancurkan pekerjaan untuk dibawah ke sekolah.
"Aku harus pergi, ibu tiri ku pasti akan membuatku dalam kesulitan jika terus menerus berada disini, aku pergi dulu". Gadis Bernama Helena itu meringis dan tertatih saat akan berjalan
"Ini kartu namaku jika kamu buru-buru, kamu hubungi aku jika kamu membutuhkan bantuan ganti rugi dan uangnya, aku akan transfer setelah kamu menghubungi ku". Sang pemuda itu menyodorkan kartu nama itu dan memberikan nya pada gadis itu.
Dia berusaha mengejar gadis itu tapi gadis itu tidak menoleh, itu sebabnya dia hanya memberikan kartu namanya. i
"Terima kasih nanti aku hubungi, jika aku ada waktu". Helena berjalan tertatih mencari taksi karena sepeda nya sudah hancur.
"Beritahu aku siapa nama kamu nona!!, jika kamu menelpon, aku bisa tahu kalau kau yang menghubungiku". Teriak Pemuda itu dengan kencang karena perempuan itu sudah berlalu dari hadapan nya.
" Namaku Helena Berlian Bramasta". Teriak perempuan itu membalas teriakan itu dengan sama besarnya sambil masuk kedalam taksi yang dia hentikan.
"Boleh juga, dia gadis yang lumayan menarik, dari keluarga Bramasta yah??". Ucapnya tersenyum dalam hati melihat kepergian gadis itu. Dia tersenyum tipis melihatnya.
Sedangkan Helena yang kini berada di rumahnya denga langka tergesa-gesa masuk kedalam rumah tapi langkahnya langsung dihadang oleh Ibu dan juga kakak Tirinya, mereka berdua langsung menyerangnya. Mereka memang sudah menunggu Helena sejak tadi.
"Dasar anak kurang ajar, darimana saja kau, ha?? ". Hardik Soraya mendorong anak tirinya itu dengan kasar.
"Ampun mah, aku hanya ingin membeli barang untuk keperluan sekolah karena itu akan ditampilkan nanti, jadi aku membuatnya dengan tangan sendiri". Helena menunduk karena tidak tahu harus berbuat apa.
"He, anak sialan, berani kau menjawab mama seperti itu, mau jadi gembel dijalan kau ha?? ". Kini sang kakak Tiri mendorong kepalanya dengan kasar.
" Maaf mah, ini adalah rumahku, aku anak kandung papa, jadi maaf aku tidak bisa menuruti semua perkataan Mama, ingat mah, mamanya hanya mama Sambungku, aku menghormati mama karena permintaan papa". Kini Helena mengangkat kepalanya menatap mereka dengan berani.
"Oh sudah berani kau rupanya dengan kami, ha!!, kamu tidak takut jika kami mengadukan perbuatanmu ini pada papamu?? ". Seringai licik Soraya menatap sang anak tiri itu.
Dia sangat tahu jika suaminya akan memihaknya dan memukul anaknya itu karena aduannya dan anaknya juga dan dia sangat yakin itu.
"Aku sudah biasa dan kebal mah, aku diam bukan karena takut, tapi aku menghormati permintaan papa, jadi silahkan saja". Helena masuk kedalam kamarnya dengan cepat.
Sedangkan Soraya dan Sintia menatap Kepergian Helena dengan penuh emosi, bagaimana bisa anak yang selalu tunduk dan patuh kini mengeluarkan suaranya, tidak bisa mereka biarkan setelah ini mereka akan memberi pelajaran pada Helena melalui ayahnya sendiri.
"Kita harus memberitahu tua bangka itu, biar dia memberi pelajaran anak tidak tahu diuntung itu". Sintia menatap mamanya dengan penuh maksud.
"Tentu sayang, dia harus menerima akibatnya karena berani melawan kita". Keduanya menyeringai karena tahu apa yang akan mereka lakukan setelah ini.
Mereka segera menghubungi Wahyu Bramasta, lelaki parubayah yang merupakan suaminya dan juga ayah dari Helena, dan mengadukan hal-hal yang tidak-tidak pada suaminya itu agar dia memperlakukan anaknya dengan kejam.
Sedangkan Helena yang berada didalam kamarnya kini merenung, air mata nya mengalir tanpa henti, dia teringat bagaimana kehidupan yang sempurna dirinya hilang sekejap mata setelah ibunya meninggal dan ayahnya menikah lagi dengan selingkuhan nya.
"Mama jangan tinggalin Helena, mama jangan tinggalin Helena". Jerit anak kecil memeluk jenazah sang ibu, disebelahnya ada lelaki parubayah yang hanya menatap datar jenazah yang terbujur kaku itu dan akan dimasukkan kedalam Liang lahat
"Sudahlah Helena, mama kamu sudah meninggal dan kita harus menerima kenyataan, kamu dengar itu". Suara dingin itu menatap kesal pada Helena yang terus menerus menangis.
Dia juga kehilangan istrinya, dia kesal karena istrinya tidak membiarkannya poligami padahal andai dia mengizinkan semua ini tidak akan terjadi.
" Ayo kita pulang!!, papa banyak kerjaan". Ucap Wahyu dengan dingin.
Lelaki parubayah itu hanya bisa menutupi kesedihannya dengan bersikap dingin, agar anaknya bisa kuat dan menerima segalanya, walau dia berselingkuh dia tetap menyayangi anak dan istrinya tapi istrinya tidak memberinya kesempatan berbagi karena dia ingin melaksanakan poligami.
Beberapa hari selanjutnya, Wahyu tidak pernah pulang kerumahnya, sudah seminggu sejak kematian Halimah sang Istri, Wahyu tidak pernah lagi pulang. Dia seakan melupakan jika di rumahnya dia memiliki seorang anak yang memerlukannya.
"Bi, apa papah tidak ada kabar sama sekali?? ". Tanya Helena kecil saat khawatir pada sang ayah yang sudah seminggu tidak pulang dan tidak ada kabar.
"Bibi tidak tahu nona muda, tuan tidak memberikan kabar apapun pada kami". Ucap sang pembantu menatap ubah DNA kasian pada nona muda mereka itu.
Setelah sudah hampir 2 minggu ayahnya akhirnya pulang, dia tidak seorang diri tapi melainkan membawa Istri seorang janda dan memiliki Anak satu orang.
"Loh ayah kok baru pulang, darimana saja?? ". Helena kini berlari memeluk kaki sang ayah.
Wanita kecil berusia 6 tahun ini mendongak kepalanya dan bertabrakan dengan pandangan Soraya dan juga Sintia yang kini menatapnya dengan seringai.
Dai mundur selangka melihat orang-orang yang tidak dikenalnya, mata itu seakan mengatakan padanya kau akan mati
"Dia ibu tiri dan kakakmu sekarang, namanya Tante Soraya dan juga kak Sintia". Wahyu memperkenalkan keduanya tanpa merasa bersalah sama sekali
"Degh".
Helena menatap ayahnya tidak percaya, bagaimana bisa ayahnya menikah lagi padahal ibunya baru meninggal 2 minggu lalu.
"Ayah, kenapa ayah lakukan ini??, ibu baru saja meninggal, bahkan tanah kuburannya belum kering, kenapa ayah lakukan ini?? ". Helena menggelengkan kepalanya menatap ayahnya dengan tidak percaya.
Tangisannya kini semakin deras tatkala ayahnya bahkan tidak peduli dengan apa yang dia katakan.
"Cukup Helena, diamlah!!, Ayah tidak butuh persetujuan mu, suka tidak suka, dia adalah ibumu sekarang, terima itu!! ". Suara wahyu menatap tajam sang anak.
Helena hanya bisa menunduk takut dan penuh rasa kecewa pada sang ayah, dia tahu dan yakin setelah ini kehidupannya pasti tidak akan sama.
Benar saja, baru beberapa hari mereka tinggal bersama Peringai Wahyu sangat berubah setelah itu, hampir setiap hari dia memukul anaknya karena laporan dan istri dan anaknya yang baru. Dia seakan lupa jika anak yang dia pukul dan siksa itu adalah adalah anak kandungnya sendiri.
Dugh. dugh.. Suara pukulan pintu kini terdengar semakin keras membuat Helena tersentak dari lamunannya.
Dia menatap datar arah pintu, dia tahu itu adalah ayahnya karena ayahnya berteriak seperti orang kesetanan.
"Mereka pasti sudah mengadu yang tidak-tidak lagi pada ayah". Gumamnya dengan kesal.
"Sedangkan diluar teriakan Wahyu semakin menjadi, sejak tadi dia berteriak memanggil anaknya tapi pintunya tidak dibuka.
"Helena keluar dari kamarmu, ayah mau bicara, buka pintunya" Teriaknya semakin menggedor pintu dengan penuh emosi
"Kurang ajar Helena mas, kamu dibiarkan teriak-teriak seperti ini, dia sengaja tidak membukakan pintu karena dia sudah berani padamu ". Ucap Soraya memanas-manasi suaminya agar semakin marah.
"Benar ayah, Helena harus diberi pelajaran karena berani melawan ayah".
Mereka berdua Menyeringai semakin memanas-manasi Wahyu supaya Helena bisa diusir dari sini dan mereka akan menguasai rumah mereka dan juga harta keluarga Bramasta.
"Akan ku dobrak pintunya".
Wahyu yang tengah diliputi amarah yang membara akhirnya akan mendobrak pintu itu tetapi saat dia baru ingin mendobrak pintunya terbuka menampilkan Helena dengan wajah berantakan dan mata sembab.
Wajah Wahyu yang tadinya penuh amarah berganti cemas tapi ego dan amarahnya mengalahkan segalanya, dia menepis rasa kasihan dan khawatir pada anaknya.
"Kau ini tuli Helena??, ayah menggedor pintumu sejak tadi, kamu sengaja kan?? ". Teriaknya mengcengkram tangan anaknya dengan kasar.
Helena meringis tapi kini menatap ayahnya dengan berani, dia sudah lelah diperlakukan seperti ini di rumahnya sendiri dia adalah anak kandung tapi ayahnya lebih menyayangi pernah lain dibandingkan dirinya bahkan tidak pernah memberinya kesempatan membela diri.
"Kenapa??, ayah mau memukul ku lagi?? ". Helena menatap ayahnya dengan kata berkaca-kaca dan juga terluka.
Wahyu terkesiap melihat tatapan anaknya itu, ada palu tak kasat mata yang memukulnya dengan keras dan itu sakit sekali
"He, jangan jangan kurang ajar pada ayahmu, kau ini sudah salah, jangan tidak tahu diri?? ". Kesal Soraya menunjuk kasar wajah Helena.
"Katakan ayah, ayah mau memukul ku lagi tanpa mau mendengar aku, Ayah hanya percaya dengan perkataan manusia yang baru ayah kenal, aku anak ayah, tapi ayah selalu membuatku tersisih dirumah ku sendiri, apa ayah juga mau membunuhku seperti ayah membunuh ibu?? ". Helena berjalan mendekati sang ayah dengan tatapan penuh kebencian, luka dan juga kecewa.
Wahyu mundur satu langkah ketika anaknya mendekati dirinya dengan tatapan tak biasa.
"Aku anak kandung ayah, setelah ayah mengenal perempuan perusak rumah tangga ibuku itu, ayah seperti orang lain, ayah memukul ibuku ketika dia membantah dan tidak menurut, hingga dia lelah dan akhirnya memilih bunuh diri karena tidak tahan perlakuan ayah, ayah juga mau membunuhku perlahan seperti nya?? ". Kilatan amarah dan kebencian itu menusuk sanubari Wahyu.
"Eh anak kurang ajar, jangan bicara sembarangan, aku bukan perusak ruang tangga orang, ayahmu sendiri yang menyukai dan memilihku". Teriak Soraya tidak terima dia ingin mendorong Helena dengan kasar tapi tangannya langsung ditepis oleh Helena.
"Terus apa yang namanya perempuan yang berselingkuh dengan suami orang??, apa namanya?? ". Helena menatap tajam Perempuan dihadapannya dengan penuh emosi.
" Diam kau sialan, berani aku menghina ibuku, mau mati ha!! ". Sintia ingin menyerang Helena tapi terhenti melihat tatapan murka itu.
Mereka berdua seakan lupa jika disamping mereka ada Wahyu, selama ini Wahyu tidak pernah tahu bagaimana perlakuan Istri dan anak tirinya, mereka sangat pandai bersandiwara.
"Memangnya kenapa??, bukankah kau dan ibumu selalu menghina ibuku??, ibuku gadis baik-baik yang dinikahi secara baik-baik oleh ayahku, tidak seperti ibumu yang berselingkuh dan menggoda suami orang". Teriak Helena dengan penuh kemurkaan
Plak.. Terdengar suara tamparan terdengar nyaring dirumah itu.
Wajah Helena tertoleh kesamping karena tamparan dari Wahyu, dia menatap nanar anaknya yang kini menatapnya dengan tatapan membuat tangannya gemetar.
Helena menganggukkan kepalanya menatap ayahnya dengan tatapan dingin, mata itu memancarkan luka dan kebencian mendalam padanya. tidak ada tatapan hangat seperti dulu saat anaknya ini menyambutnya saat pulang kerja.
"Terima kasih ayah, ayah membuatku yakin jika ayah tak layak menjadi ayahku, tak layak untuk menjadi suami ibuku??, aku sungguh-sungguh sangat membencimu tuan Wahyu Bramasta". Helena mendorong ayahnya sehingga terjatuh dan dia masuk kedalam kamarnya.
Tapi sebelum masuk kedalam kamar, dirinya menatap sang ayah dengan dingin dan penuh kesungguhan.
"Aku menyesal terlahir dari benih lelaki seperti mu, andai bisa aku memilih, aku tak mau menjadi anakmu tuan Wahyu Bramasta".
Blam. Helena menghempaskan pintu kamar itu dengan sangat keras sehingga berbunyi nyaring.
Sedangkan Wahyu kini terpaku melihat kepergian anaknya, dia memegang dadanya yang terasa sangat sesak, hatinya sungguh terluka mendengar perkataan anak kandungnya itu padanya.
"Papah tidak apa-apa?? ". Soraya bergerak cepat, dia tidak mau suaminya merasa kasihan kepada anaknya, bisa gawat posisinya nanti.
"Anak itu semakin kurang ajar setiap hari, bisa-bisanya dia berbuat kasar pada papah nya sendiri, apa dia mau jadi anak durhaka". Gerutu Soraya sambil membantu suaminya bangun untuk mencari simpati.
Wahyu tidak mengatakan apapun, tatapan anaknya menatapnya itu membuatnya terluka, dia tahu selama ini sikapnya sangat kasar dan keras kepada putrinya, bahkan dia tidak segan-segan memukulnya seperti memukul hewan dan mungkin ini adalah puncak rasa sakit hati yang tertanam, tapi dia adalah sorang ayah, dia hanya mendidik anaknya.
Dia berjalan meninggalkan Soraya dan juga Sintia menuju kamarnya, dia tidak menjawab apapun yang mereka katakan.
"Kita harus memberi pelajaran pada Helena ibu, dia sekarang bisa melawan kita, ini tidak bisa kita biarkan, dia harus tetap tunduk pada kita!! ". Sintia menatap ibunya dengan khawatir.
Apakah Wahyu akan menyesali perbuatannya pada anaknya sendiri atau dia tidak berubah dan tetap menerima hasutan dari istri dan anak tirinya itu?? .
Bagaimana ceritanya Guys, seru kah?? , Berikan komentar dan dukungan dengan cara yang baik yah☺
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!