Nathan Edward pria berusia 29 tahun. Lahir dari keluarga sederhana ayahnya hanya seorang petani sedangkan ibunya bekerja sebagai tukang gosok keliling. Nathan sendiri ikut membantu orang tua nya bekerja serabutan. Karna sejak ia kecil ia hanya mampu bersekolah sampai lulus SD saja karena ekonomi keluarga nya yang terbatas.
Nathan sendiri sebenarnya ia adalah sosok yang pintar, ia juga tampan tubuhnya tinggi tegap hanya saja kulitnya sedikit gelap dan terlihat dekil. Banyak para wanita yang memuja ketampanan nya tapi saat tahu ia latar belakang keluarga nya mereka pun mundur. Tak ayal mereka juga menghina dan mencaci maki Nathan.
"Buk Nathan kepasar dulu ya" ucap Nathan kepada bapak dan ibunya
"Iya kamu hati-hati toh Nath" ucap ibu Rusmini
"Iya ibuk juga jangan capek-capek loh ya" ucap Nathan
"Iya kamu tenang saja" jawab Rusmini
"Yaudah Nathan pamit ya Assalamualaikum" pamit Nathan
"Waalaikumsalam" jawab Rusmini
Rusmini segera bersiap-siap karena ia mendapat panggilan untuk menyetrika baju. Penghasilan dari menyetrika tidaklah besar tapi cukuplah untuk membeli lauk selama 1 Minggu. Suaminya bekerja sebagai petani juga hanya mendapat upah harian sebesar 100 ribu.
Dengan mengendarai sepeda butut nya Nathan telah sampai di kios buah tempat ia bekerja. Memang tidak besar tapi untunglah yang punya kios mau menampung.
"Pagi pak lek" sapa Nathan
"Pagi Nath" sapa balik pria paruh baya yang bernama Edi
"Kamu hari ini antar buah pesanan ini ya ke kota" ucap pak Edi
"Iya pak lek jam berapa harus saya antarkan buahnya" tanya Nathan
"Nanti jam 10 kamu siapkan dulu buah yang mau dibawa masukkan kekardus" ucap Edi
"Siap pak lek" jawab Nathan
Begitulah keseharian Nathan bekerja dikios buah kadang mengantarkan pesanan pelanggan ke kota. Bekerja memang lelah tidak ada yang instan. Semua butuh proses entah itu sulit ataupun mudah jalani saja.
Tidak ada yang mudah memang untuk menjalankan kehidupan akan ada banyak batu yang menghalangin perjalanan. Jangan menyerah tetap semangat dan selalu berdoa serta usaha. Tidak ada usaha yang mengkhianati hasil.
Jam sudah menunjukkan pukul 10 Nathan sudah siap dengan mobil pick up nya. Entah darimana kemampuan Nathan ia bisa mengendarai mobil. Itulah yang membuat Edi mau menerima Nathan.
Nathan berangkat seorang diri menuju kota ia sudah terbiasa seperti ini kadang kalau kota macet ia akan sampai ke desa pukul 7 malam. Namun ia tak pernah mengeluh. Ia melakukan semuanya demi orang tuanya. Sampai ia tidak berpikir untuk menikah padahal usia nya sudah sangat matang.
Setelah berjam-jam mengendarai mobilnya, Nathan pun tiba dialamat orang yang memesan buah. Ia melihat lagi alamat yang tertulis di kertas apa benar ini alamat nya atau bukan.
TOK TOK TOK
"Permisi" ucap Nathan sopan
"Iya ada apa"? Ucap seorang pria muda
"Maaf mas saya mau mengantarkan buah-buahan ini" ucap Nathan
"Oh tunggu sebentar" ucap pria tersebut
"Pah didepan ada tukang buah" ucap pria tersebut memberi tahu pria paruh baya
"Ya" jawab pria paruh baya tersebut
Ia berjalan kedepan mendatangi Nathan.
"Bukannya saya suruh antarkan jam 12 kenapa ini malah datang jam 2" ucap pria paruh baya tersebut dengan nada kesal
"Maaf tuan tadi jalanan macet saya minta maaf" ucap Nathan sambil menundukkan kepalanya
"Saya tidak peduli cepat taro didalam gudang buah-buahan nya" ucap pria tersebut
"Baik tuan" ucap Nathan sopan
Setelah meletakkan semua buah-buahan tersebut Nathan kembali menghadap pria yang diketahui bernama Darma.
"Ini uangnya lain kali jangan sampai telat lagi kalau masih telat saya akan berhenti berlangganan dengan kios kamu" ucap darma tegas
"Iya tuan sekali lagi saya minta maaf" ucap Nathan sambil menundukkan kepalanya
Tak mendapatkan jawaban Nathan Segera pergi dari halaman rumah Darma. Saat akan keluar darma berpapasan dengan wanita cantik yang baru turun dari mobil mewahnya.
Nathan menunduk sopan kepada wanita tersebut sedangkan wanita itu hanya menatap datar pria itu.
"Tampan tapi dekil" ucap Sasha
Nathan meninggalkan pekarangan rumah Darma dan mulai melajukan mobilnya menuju desa. Sepanjang perjalanan Nathan hanya terdiam entah apa yang sedang ada dalam pikiran nya saat ini.
Disatu sisi ia sekali merubah nasib hidupnya. Ia ingin mempunyai pekerjaan yang layak agar bisa membahagiakan kedua orang tuanya. Tapi sayang ia tak mempunyai ijazah ia hanya tamatan SD.
"Aku harus mulai dari mana agar bisa merubah nasib kehidupan ini" tanya Nathan pada diri sendiri
"Aku merasa kasihan kepada bapak dan ibu yang diusia nya sekarang masih kerja" ucap Nathan
"Harusnya mereka istirahat dirumah menikmati masa tuanya" ucap Nathan sendu
"Apa aku merantau saja ke kota ya"? Tanya nya lagi pada diri sendiri
"Tapi apa yang harus aku lakukan jika aku ke kota? Aku tidak punya saudara dikota dan tidak juga punya ijazah" ucap nya lagi
Sungguh saat ini ia benar-benar bingung. Penghasilan nya bekerja dikios tidak akan cukup.
Roda kehidupan itu pasti akan berputar dengan seiring waktu. Kita hanya perlu berusaha dan berdoa. Allah tidak akan memberikan ujian diluar kemampuan hambanya. Sama seperti Nathan ia yang sejak kecil selalu hidup dalam kekurangan. Saat sekolah ia tidak pernah jajan karna orang tua nya tidak punya uang. Buku pelajaran saja ia hanya punya beberapa.
Dia ingin menyerah dengan kehidupan nya saat ini. Tapi ia masih memikirkan orang tua nya yang sudah bekerja keras hanya untuk dirinya.
Setelah beberapa jam menempuh perjalanan akhirnya ia sampai juga didesa. Ia langsung menuju kios nya untuk mengantarkan mobil dan menyerahkan uang hasil penjualan tadi.
"Malam pak lek" sapa Nathan
"Malam nak bagaimana?" Tanya Edi
"Alhamdulillah semua lancar pak lek" ucap Nathan tersenyum
"Oh iya ini uang nya tadi" ucap Nathan sambil memberi uang hasil penjualan nya tadi
"Iya terimakasih ya kamu boleh pulang istirahat lah" ucap Edi
"Terimakasih kalo begitu saya pulang dulu assalamualaikum" ucap Nathan
"Waalaikumsalam" jawab Edi
"Kamu memang anak yang pekerja keras lek" ucap Edi dalam hati
Edi sangat tahu bagaimana kehidupan Nathan. Bisa dikatakan saat berumur 15 tahun Nathan sudah sering membantu Edi berjualan di kios. Ia kadang rela hanya dibayar 30 ribu sehari asalkan bisa dapat uang untuk membeli makanan.
Hati mana yang tidak pilu melihat kehidupan seseorang seperti itu. Orang-orang bekerja keras demi bisa bertahan hidup sedangkan kita yang hidup nya bisa dikatakan enak saja kadang masih mengeluh.
"Assalamualaikum" ucap Nathan
"Waalaikumsalam" jawab Rusmini dan Hadi serempak
Rusmini dan Hadi adalah orang tua Nathan. Memang sedari kecil kehidupan Rusmini dan Hadi memang sederhana.
"Mandi dulu habis itu kita makan bersama " ucap Rusmini kepada Nathan
"Iya buk Nathan mandi dulu ya" ucap Nathan
Nathan pergi ke kamar nya terlebih dahulu lalu baru melangkah kedapur untuk mandi. 15 menit lamanya akhirnya Nathan selesai mandi dan ia mulai bergabung dengan orang tua nya.
"Ini makanlah malam ini lauk kita hanya goreng tempe dan tumis sawi" ucap Rusmini
"Tidak apa-apa buk syukuri semuanya ini sudah lebih dari cukup" ucap Nathan
Mereka mulai makan dengan lahap walaupun hanya dengan lauk seadanya tapi mereka sangat menikmati nya. Bersyukur adalah kuncinya. Apapun itu tetaplah bersyukur. Terkadang masih ada diluar sana orang yang hidupnya lebih susah daripada kita.
HAPPY READING! :)
Setelah sarapan mereka semua duduk lesehan diruang keluarga. Seperti itulah mereka ketika sudah selesai makan. Duduk dan bercerita tentang hari ini.
"Bagaimana kerjaan mu hari ini nak" tanya Hadi kepada Nathan
"Alhamdulillah lancar pak seperti biasa" jawab Nathan tersenyum
"Syukurlah kalo begitu nak" ucap Hadi
"Ibuk bagaimana hari ini"? Tanya Hadi kepada istrinya
"Ibuk juga seperti biasa pak besok ibuk juga dapat panggilan menggosok didesa sebelah" ucap Rusmini sambil tersenyum
Nathan yang melihat senyum tulus kedua orang tua nya pun merasa iba. Dia tau dibalik senyuman itu tersimpan rasa lelah namun ibuk nya ini pandai menutupinya.
"Kalo ibuk lelah mending ibuk istirahat saja dirumah jangan dipaksakan buk" ucap Nathan
"Tidak apa-apa nak jika ibuk dirumah ibuk tidak ada pekerjaan dan itu membuat ibuk bosan" ucap Rusmini lembut
Ia tahu bahwa anaknya saat ini tengah mengkhawatirkan dirinya. Ia memang lelah bekerja sebagai tukang gosok keliling ia harus mengayuh sepeda dengan jarak yang terkadang juga jauh.
Namun ia juga tidak mungkin mau mengeluh kepada suami dan anaknya. Rusmini juga tau bahwa anak dan suami nya juga lelah bekerja. Ia tidak mau menambah beban mereka lagi.
"Buk pak apa boleh jika Nathan merantau ke kota" tanya Nathan kepada orang tuanya
"Dengan siapa le kamu tidak mempunyai orang yang kamu kenal dikota" ucap Rusmini
"Benar apa kata ibukmu nak dikota juga tidak seenak yang kamu pikirkan,disana barang serba mahal mau makan pakai apa kamu nanti" ucap Hadi
"Apa kamu sudah tidak sanggup lagi nak hidup susah dengan ibuk dan bapak" ucap Rusmini dengan mata berkaca-kaca.
Nathan yang melihat orang tuanya sedih pun merasa tak enak hati. Bukan ini maksudnya ia bukan menyerah namun ia kejora ingin mencari pekerjaan yang layak.
"Bukan seperti itu maksud Nathan buk pak Nathan kekota ingin mencari pekerjaan yang lebih layak lagi agar kita bisa merubah nasib keluarga kecil kita" ucap Nathan
"Pekerjaan apa yang kamu cari nak kamu tidak mempunyai ijazah sedangkan dikota minimal harus mempunyai ijazah SMA" ucap Hadi
"Pekerjaan apa saja yang penting halal pak kalo kita hanya bekerja seperti ini saja kita tidak akan bisa merubah kehidupan kita, Nathan ingin membahagiakan bapak dan ibuk" ucap nathan sendu
"Dengan kamu selalu berada disamping bapak dan ibuk itu sudah cukup membuat kami bahagia nak" ucap buk Rusmini
"Izinkan Nathan merantau ya buk pak 1 tahun saja jika memang tidak juga bisa merubah kehidupan kita Nathan akan pulang dan dengan ikhlas menjalani kehidupan ini" ucap Nathan membujuk orang tua nya
"Akan bapak pikiran nak" ucap Hadi
Rusmini hanya bisa menunduk menahan tangisan nya bukan nya ia tidak mau kehidupan nya berubah namun entah kenapa saat Nathan ingin kekota seperti akan ada sesuatu yang terjadi yang akan membuat ia dan Nathan berjauhan.
Sama hal dengan Hadi ia juga merasakan sebuah kehilangan saat Nathan ingin merantau ke kota. Ia yang sedari dulu selalu menemani pertumbuhan Nathan merasa tidak rela jika Nathan pergi jauh darinya.
"Ibuk bapak istirahat lah besok akan kerja lagi kan" ucap Nathan
"Iya kamu juga istirahat le besok kamu juga akan kerja" ucap Rusmini lembut
"Iya buk Nathan ke kamar dulu ya" pamit Nathan pada orang tua nya
Rusmini dan Hadi hanya mengangguk sambil tersenyum. Mereka berdua masih duduk diruang keluarga itu entah apa yang mereka pikirkan.
"Bapak yakin mengizinkan Nathan ke kota"? Tanya Rusmini pada suaminya
"Jika memang itu kemauan nya buk biarkan saja semoga niat nya kesana membawa kebahagiaan untuknya siapa tau juga Nathan bisa menemukan jodohnya" ucap Hadi mencoba berpikir dewasa
"Tapi ibuk kok yo merasa kehilangan toh pak kalau Nathan merantau" ucap Rusmini sendu
"Kita hanya tidak terbiasa saja buk berjauhan dengan nathan percayalah dia akan kembali pada kita nantinya" ucap Hadi yang menenangkan istrinya.
Dikamar pun Nathan hanya terdiam sambil menatap langit-langit kamarnya. Ia masih memikirkan keputusan nya saat ini apakah sudah tepat dan benar jika ia harus merantau ke kota.
Ia juga memikirkan kedua orang tuanya. Tapi ia juga memikirkan kehidupan nya tidak mungkin bukan mau seperti ini terus menerus. Ia harus bangkit dan semangat demi keluarga kecilnya. Ia harus bisa membungkam mulut orang-orang yang sudah menghina dirinya dan keluarganya. Sudah cukup selama ini orang tuanya mendapatkan cacian dan hinaan dari tetangga nya.
"Aku harus yakin aku tidak boleh ragu" ucap Nathan
"Aku harap gaji ku nanti cukup untuk biaya hidupku dikota selagi aku akan mencari pekerjaan" ucap Nathan lagi
Lelah berperang dengan pikiran nya sendiri akhirnya Nathan pun terlelap dalam tidurnya.
KUKURUYUK
Suara ayam dan cicitan burung menggema menandakan hari sudah pagi. Nathan yang sudah terbiasa bangun pagi pun segera membuka matanya. Ia bangun dan membuka jendela nya udara pagi yang sejuk menerpa wajahnya.
"Selamat pagi dunia" ucap Nathan
TOK TOK TOK
"Le kamu sudah bangun belum"? Tanya Rusmini dibalik pintu
"Sudah buk Nathan mau mandi dulu ngge" ucap Nathan
"Iya ibuk dan bapak tunggu dimeja makan" ucap Rusmini
Nathan pun segera bersiap untuk mandi. Tidak butuh waktu lama Nathan sudah bersiap dengan baju kaos dan celana jeans nya. Rambut yang disisir dan diberi sedikit minyak kemiri menambah kesan tampan pada Nathan.
"Makanlah nak" ucap Rusmini sambil mengambilkan ubi rebus yang dikasih sedikit gula dan teh hangat
Walaupun sederhana tapi mereka tetap menikmati nya. Tidak ada keluhan sama sekali. Mereka sudah terbiasa makan seperti itu bahkan dulu mereka juga pernah makan hanya dengan nasi putih saja karena tidak mempunyai uang untuk membeli lauk.
Setelah beberapa menit sarapan dan sedikit mengobrol Nathan pun berpamitan kepada orang tuanya untuk berangkat kerja.
"Buk pak Nathan berangkat kerja dulu ya" ucap nathan sambil menyalim tangan orang tuanya.
"Hati hati nak" ucap Rusmini
Nathan pun melangkah kearah sepeda nya. Dia mengayuh sepeda dengan santai. Saat dipersimpangan jalan sepeda yang dinaikin Nathan dihadang oleh Dino dan teman-temannya.
"Wah lihat pemuda miskin dekil ini" ucap Dino
"Hahahaha apa masih jaman ya menggunakan sepeda butut seperti ini" ejek Dino dan disambut tawa oleh teman-temannya
"Minggir saya mau kerja dan biarkan saja sepeda butut ini yang penting saya bisa bekerja" ucap Nathan
"Cih bekerja katanya hahaha kerja terus kaya juga tidak" ucap Dino
Dino Mahendra adalah anak kepala desa rawa sari. Ia tidak bekerja kerjaan nya hanya bermain wanita berjudi dan juga minum-minuman keras.
Selain itu ia juga sering menghina orang-orang miskin. Sangat tidak mencerminkan sikap anak kepala desa yang seharusnya mengayomi masyarakat. Ia malah terang-terangan menggunakan jabatan ayahnya untuk menindas orang-orang.
"Lihat saja umurnya sudah tua tapi tidak ada yang mau dengan nya" ucap teman dino tertawa
"Bagaimana bisa wanita tertarik dengan nya sedangkan ia saja dekil dan bau seperti ini" ucap dino tertawa terbahak-bahak
Enggan meladeni Doni dan temannya Nathan mendorong sepedanya. Baru beberapa langkah sepeda nya didorong oleh Doni dan menyebabkan ia terjatuh.
Doni dan teman-temannya tertawa puas melihat wajah nathan. Nathan mengepalkan tangan nya.
"Tunggu saja akan aku balas semuanya akan aku ingat orang-orang yang sudah menghina dan merendahkan keluarga ku" ucap Nathan dalam hati
Karna tidak ingin berdebat dan berakhir ia terlambat masuk kerja Nathan langsung berdiri dan menegakkan sepedanya kemudian ia langsung melangkah meninggalkan Doni dan teman-temannya.
Kejadian seperti tadi sangat sering dialami oleh Nathan. Sejak ia berumur 12 tahun Nathan sudah sering di-bully oleh teman SD nya ataupun tetangganya. Caci dan makian menjadi makanan sehari-hari Nathan.
"Keputusan ku sudah bulat aku kan merantau ke kota aku tidak ingin lagi membuat bapak dan ibuk dihina karena aku" ucap Nathan sambil mengayuh sepeda nya
"Semoga saja nanti aku mendapatkan pekerjaan yang layak disana, agar aku bisa merubah kehidupan orang tua ku" ucap nya lagi
Jarak antara rumah dan kios buah Edi memakan waktu 45 menit. Jika menggunakan motor itu hanya memakan' waktu 30 menit saja. Hari ini Nathan hanya menjaga kios karena tidak ada yang memesan buah kepada kiosnya.
"Assalamualaikum pak lek" ucap Nathan
"Waalaikumsalam" jawab Edi
"Kamu langsung kerja aja ya Nathan paklek titip kios mau kerumah keluarga ada acara" ucap Edi
"Siap paklek" jawab Nathan
"Yaudah paklek pergi dulu ya, asalamualaikum" pamit Edi
"Waalaikumsalam hati-hati dijalan" ucap Nathan
Setelah Edi pergi Nathan mulai membersihkan kios tersebut mulai dari menyapu,mengepel dan memilah buah-buahan yang sekira nya tak layak dijual. Buah yang busuk itu biasanya akan dibawa pulang oleh Nathan. Dia berpikir sayang jika dibuang yang busuk nya masih bisa dibuang.
Nathan menjalani pekerjaan nya dengan ikhlas dan semangat. Walau terkadang ada saja orang yang menghina dirinya. Dan ada juga tetangga yang mengatakan jika kehadiran Nathan itu hanya pembawa sial bagi keluarga Hadi.
"Permisi mas" ucap seorang wanita paruh baya
"Eh iya buk mau beli buah apa" tanya Nathan sopan dan ramah
"Saya mau jeruk nya 1kg mangga nya 1kg dan buah naga nya 1kg" ucap ibu tersebut
Nathan segera mengambil buah yang diminta dengan cekatan dan langsung menghitung total harganya.
"Ini buk semuanya 65 ribu ya buk" ucap Nathan sambil memberi kantong berisi buah tadi
"Ini mas kembaliin nya ambil aja ya" ucap ibuk itu tersenyum
"Alhamdulillah terimakasih ya buk lancar terus rezeki nya jangan lupa datang lagi kesini" ucap nathan tersenyum
"Aamiin saya permisi ya" pamit ibuk itu lalu pergi meninggalkan kios
"Alhamdulillah ternyata masih banyak orang baik" ucap Nathan tersenyum
Jarang memang kita menemukan orang yang benar-benar tulus dalam kebaikan. Dijaman sekarang susah mencari seseorang yang mempunyai hati bersih. Ada namun terkadang orang itu akan bersikap baik jika ada maunya. Teruslah berbuatlah baik kepada sesama manusia. Jika tidak pernah menemukan orang baik maka jadilah salah satunya:)
Waktu berjalan begitu cepat kita jam sudah menunjukkan pukul 12 siang azan Zuhur pun sudah terdengar. Nathan menutup kios karna sudah azan. Kios Edi akan tutup jika sudah waktu nya azan. Nathan berlalu kebelakang mengambil wudhu dan melaksanakan shalat.
Setelah sholat Nathan pergi ke warung nasi yang tidak jauh dari kios nya. Ia hanya membeli nasi dengan lauk telur dadar dan tempe goreng. Ia tidak mempunyai uang untuk membeli lauk yang enak lauk seperti itu pun sudah sangat ia syukuri.
"Buk seperti biasa ya" ucap Nathan ketika sampai diwarung nasi tersebut
"Iya sebentar ya tan" ucap ibuk pemilik warung tersebut
"Kamu gak bosan opo tan makan telur dadar dan tempe goreng terus" tanya salah satu pria yang ada diwarung tersebut yang kebetulan juga karyawan bengkel disebelah kios tempat Nathan bekerja
"Ya gimana lagi bosan mungkin iya tapi aku juga gak punya uang buat beli lauk yang enak" jawab Nathan
"Kamu udah lama kerja dikios itu masak iya beli ayam sesekali aja gak mampu" ucap pria lainnya
"Nasi dengan lauk telur dan tempe itu pun sudah nikmat menurut aku, aku tidak memilih soal makan yang penting aku kenyang dan lagi pula mana mungkin aku makan ayam disini sedangkan orang tuaku dirumah hanya makan tumis sawi" ucap Nathan
Semua terdiam mendengar ucapan Nathan. Dia memang selalu memikirkan orang tua nya terlebih dahulu baru memikirkan dirinya sendiri. Ia tidak mungkin makan enak sedangkan orang tua nya hanya makan tumis sawi.
"Ini tan sudah tidak usah didengarkan omongan mereka" ucap ibuk pemilik warung tersebut
"Iya buk ini uang nya terimakasih" ucap Nathan memberikan uang 10 ribu
Nathan pergi meninggalkan warung menuju kios nya. Ia ingin makan dan segera membuka kios nya. Alhamdulillah hari ini cukup ramai pembelinya.
Setelah selesai sarapan dan membereskan makanan nya Nathan membuka kios nya. Tak lama dari itu terparkir mobil mewah didepan kiosnya.
"Permisi" ucap seorang wanita cantik
"Iya mbak mau cari buah apa" tanya Nathan sopan
Wanita tersebut terdiam beberapa saat ia seperti tidak asing dengan wajah pria dihadapannya saat ini.
"Hm maaf mbak mau beli buah apa" tanya Nathan lagi
"Ah iya maafkan saya, saya mau beli anggur 2kg dan semangka 3kg" ucap wanita tersebut
Nathan segera mengambil buah yang diminta selama Nathan bergerak kesana kemari wanita tersebut terus memperhatikan Nathan.
"Ah aku ingat dia yang pernah mengantarkan buah kerumah jadi dia bekerja dikios ini" ucap wanita yang tak lain adalah Sasha.
"Ini mbak totalnya 125 ribu" ucap Nathan
"Ini ambil aja kembalian nya" ucap wanita tersebut langsung pergi
"Terimakasih ya mbak" teriak Nathan
"Alhamdulillah semoga mbak tadi selalu berada dalam lindungan mu ya Rabb" ucap nathan
Jam sudah menunjukkan pukul 5 sore yang artinya toko akan tutup. Kios Edi tidak buka sampai malam hanya sampai jam 5 sore.
Nathan bersiap-siap menutup kios dan menghitung pendapatan hari ini yang lumayan banyak. Berapapun itu selalu Nathan syukuri.
Nathan sudah dalam perjalanan pulang dan nanti ia akan mampir sebentar ke rumah Edi untuk menyetorkan pendapatan hari ini.
TOK TOK TOK
"Sebentar" ucap orang didalam rumah tersebut
"Eh kamu ada apa nat" ucap wanita paruh baya
"Ini buklek saya mau stor pendapatan hari ini" ucap Nathan sambil menyerahkan uang dan laporan penjualan hari ini
"Oh iya terimakasih ini bagian kamu dari pelanggan" ucap sri sambil menyerahkan bagian kembalian yang diberikan pembeli kepada Nathan.
"Alhamdulillah terimakasih buklek saya pamit ya" ucap Nathan
"Iya hati-hati" ucap Sri
Nathan dengan wajah yang selalu tersenyum mengayuh sepedanya menuju rumahnya. Jarak rumah Sri dan rumah nya tidak terlalu jauh.
"Lihat ada bujang tua" ucap salah satu tetangga Nathan
"Iya sudah tua tapi tidak menikah" ucap ibuk yang lainnya
"Jangankan menikah pekerjaan saja tidak punya dan hanya tamatan SD lagi" ucap ibuk Wiwik Tetangga Nathan
"Aku sih amit-amit ya punya anak Kayak dia" ucap ibu lainnya
"Iya kasian ya pak Budi dan buk Rusmini karena kehadiran dia mereka jadi susah" ucap buk Wiwik
Nathan hanya diam saja tidak ingin menjawab hinaan dari mereka. Sudah sering Nathan mendapatkan hinaan tersebut.
Nathan melangkah masuk kerumahnya memasang senyum bahagia nya. Ia tidak ingin membuat orang tuanya bersedih.
"Assalamualaikum pak buk" ucap Nathan sambil tersenyum
"Waalaikumsalam nak" ucap mereka serempak
"Bagaimana pekerjaan mu hari ini" tanya Hadi
"Alhamdulillah semuanya berjalan' lancar pak" jawab Nathan tersenyum
"Syukurlah le"ucap buk Rusmini tersenyum
Ia tahu bahwa anaknya ini memasang wajah bahagia dihadapan nya saat ini hanya untuk membuat orang tua nya senang. Buk Rusmini dan pak Hadi mendengar hinaan yang dilontarkan tetangga nya pada anaknya itu. Hati ibu mana yang tidak sakit saat anak nya dihina seperti itu.
"Buk pak Nathan sudah membuat keputusan bahwa Nathan akan merantau" ucap Nathan tiba-tiba
DEG!
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!