NovelToon NovelToon

Cinta Beda Dimensi

Bab 1. Menjadi Yatim Piatu

Nissa terbangun saat sekelompok orang mendobrak pintu di kediaman orang tuanya,

nissa yang masih berusia lima tahun merasa kebingungan sebab sekelompok orang itu

membawa ibu serta ayahnya dengan penuh paksaan.

" ampun juragan jangan sakiti kami,kami akan

membayar hutang jika kami sudah mempunyai uang,tolong kasih kami kesempatan" tutur seorang laki-laki bertubuh tegap yang di perkirakan umur nya masih 25 tahun dan istrinya berumur 22 tahun.

terlihat sangat ketakutan di wajah keduanya,pria muda berkulit putih itu tidak peduli, dengan segala bentuk permohonan sepasang suami istri tersebut, dengan sebatang rokok di mulutnya yang belum sempat ia nyalakan, ia memerintahkan anak buahnya untuk menghabisi pasangan suami istri itu.

" habisi mereka,buang mayatnya di sungai" perintah sosok pria tampan itu yang usianya 20 tahun.

" saya mohon tuan...jangan bunuh anak dan menantu saya.. beri mereka kesempatan.."

dengan bertekuk lutut seorang ibu paruh baya memohon di kaki pemuda itu.

namun laki-laki itu bukannya iba malah menendang seorang wanita paruh baya itu

hingga tubuhnya terjelembab di tanah, nissa yang melihat itu memeluk neneknya hingga

tangispun pecah, dan kemudian berlari ke ayah ibunya memeluk mereka untuk terakhir kalinya.

" ibu mau di bawa kemana pakdeh..jangan bawa ibu dan ayah nissa.." tangisnya meledak.

namun komplotan itu tetap membawa orang tua nissa untuk di eksekusi di dalam hutan,

tangis mereka tak dapat di hindarkan lagi saat ibu dan ayahnya pergi dalam gelapnya malam yang mencekam di tengah hutan.

tubuh pasangan suami istri itu tergeletak tak bernyawa dengan luka di bagian leher yang sangat dalam,ternyata komplotan itu telah menggorok keduanya dan mayat mereka di lempar ke dasar jurang yang dalam,terlihat

pemuda itu tertawa puas, seakan-akan hutang-hutang pasangan tersebut sudah di

bayar lunas dengan nyawa mereka tentunya..

...****************...

peristiwa malam itu lambat laun menghilang di memori nissa saat ia tumbuh menjadi

gadis cantik jelita berusia 17 tahun.

sifatnya yang pendiam dan jarang berbaur dengan anak remaja seusia nya, membuat dirinya hanya mempunyai satu teman bermain yaitu mita dengan rambut lurus sebahu membuat dirinya tampak sangat manis walau kulitnya tak seputih kulit nissa.

namun sifatnya yang ceria dan terbuka

menjadi daya tariknya sendiri, saat itu mereka berdua tengah memetik daun singkong setelah mengambil umbi nya di kebun kecil milik neneknya nissa yaitu mbah lastri, hasilnya akan mereka jual dan jika sisa akan

mereka masak dan mereka makan bersama.

setelah mereka memetik dan merapikan daun-daun serta mengikatnya mereka

beranjak ke pasar pagi itu sekitar pukul enam pagi, jalanan menuju pasar naik turun di sisi

kiri dan kanan jalan terhampar luasnya sawah dan perkebunan teh milik juragan muda yang

bernama arya sanjaya pewaris tunggal dari sang ayah haris sanjaya yang sudah mulai menua dengan tongkat yang selalu ia bawa kemanapun ia beranjak pergi.

setelah sampai pasar mereka berdua menggelar tikar dan mulai menyusun dagangan mereka, nissa dan mita terlihat

menyeka keringat yang bercucuran itu dengan baju lusuh yang mereka kenakan,

dari pagi hingga matahari mulai naik tak satupun dagangan mereka laku terjual.

nissa tampak sendu wajahnya namun mita dengan segera menyemangati nissa kala itu.

" nis..rejeki udah ada yang ngatur jadi kamu jangan sedih yah ..pasti nanti ada yang beli,

kamu bersabar aja nis.." tutur mita tangannya menepuk pundak nissa.

" iya mit..makasih yah mit udah kasih semangat buat aku," matanya yang indah menatap mita dengan senyuman kecil di bibir sensualnya.

" sama-sama nissa..kita kan saudara harus saling menyemangati" semangat mita

berkobar-kobar.

ramai orang yang berbelanja kesana kemari namun tak jua ada yang mampir membeli dagangan mereka, terlihat mita beberapa kali

menelan salivanya saat seseorang meneguk air di botol mineral,dan nissa yang memperhatikan merasa iba pada mita, nissa juga merasakan haus di tenggorokanya.

matahari benar-benar terik hari ini, mereka tak memiliki uang untuk membeli sebotol air

mineral, bahkan dari subuh mereka juga belum makan, rasa haus dan lapar mereka tahan hingga kini, nissa mengambil beberapa ikat daun singkong dan membawanya pergi entah akan di apakan daun itu.

" nissa, kamu mau kemana sa?" tanya mita.

" aku mau ke depan sebentar ..kamu tunggu disini ya mit." jawabnya.

mita mengangguk dan nissa berjalan menuju sebuah warung makan.

" permisi bu.. maaf mengganggu.." terlihat nissa yang mulai takut, takut ibu itu menolak dagangannya.

" iya ada apa nduk?" tanya seorang ibu dengan sanggul di kepalanya,ibu itu tersenyum ke arah nissa.

" bu..bisa ndak kalau singkong dan daun ini saya tukar dengan sebotol air mineral?

dagangan saya dari pagi belum ada yang membeli bu..saya dan saudara saya kehausan sebab kami gak punya uang untuk

membelinya bu.." terang nissa dengan wajah menunduk.

ibu itu tersenyum dan bertanya pada nissa,

"kamu sudah makan belum nduk?" tanyanya.

nissa menggeleng, ibu itu membungkuskan dua bungkus nasi beserta lauk pauknya dan

dua botol air mineral kemudian memasukan nya kedalam kantong kresek hitam.

" ini nduk ambil...di maem yah nduk. .berdua sama koncomu (temanmu)" ibu itu

mengulurkan kantong kresek.

nissa menerimanya dengan sangat bahagia dan beberapa kali mengucapkan terimakasih

" terimakasih yah bu...terimakasih banyak bu.. ini bu daun dan singkongnya" nissa

mengulurkan tangannya dan memberi singkong dan daunnya ke ibu itu, ibu itu menerimanya.

"oh iya..nama kamu siapa nduk?" tanyanya.

" nissa bu.." jawab nissa tersenyum.

" nissa besok kamu kesini yah..ibu mau bicara sama kamu, kamu juga boleh ajak sedulurmu (saudaramu) kesini" ujar ibu itu yang kira-kira berumur 33 tahun.

" iya ibu. .besok nissa datang kesini bu..nissa pamit yah bu.." terlihat nissa mencium

punggung tangan ibu itu dan berlalu,nissa pun menemui saudara angkatnya.

" mita kita makan bareng-bareng yuk" ajak nissa.

mita membelalakan matanya dan bertanya pada nissa dari mana ia dapatkan makanan dan minuman itu, lalu nissa menceritakan pada mita tentang ibu pemilik warung makan itu dan mita setuju akan ikut dengan nissa ke warung makan itu esok pagi.

mita berhasil menjual sebagian daun singkong dan singkong yang tinggal lima

buah, uang hasil dagang akan mereka berikan pada nenek tengah hari mereka pulang dengan membawa bakul yang di gendong ke belakang tubuh mereka.

tangan mita membawa tikar serta bakul berisi lima buah singkong dan nissa dengan bakul berisi daun singkong.

terlihat wajah keduanya sangat kelelahan,mita yang senasib dengan nissa yang mana kedua orang tua mereka telah di habisi oleh juragan teh kejam dan juga sadis, membuat keduanya menjadi anak yatim piatu.

beruntungnya nissa masih mempunyai nenek yang selalu menemaninya, berbeda dengan

mita yang hidup sebatang kara hingga nenek nissa mengangkatnya sebagai cucunya.

setiap kejahatan yang juragan muda lakukan selalu ia bayar dengan uang agar kelakuan busuk nya tidak di ketahui oleh pihak berwajib

dengan menyewa beberapa pembunuh bayaran.

Bab 2. Cincin Merah Delima

nissa dan mita sepulang dari pasar mereka berdua lantas menemui nenek yang tengah

memasak air.

" mbah... mbah uti..ini aku sama nissa sudah menjual singkongnya mbah, ini mbah uangnya.." mita memberikan uang itu ke nenek angkatnya dan nenek menerimanya.

" makasih yah nduk... udah dagangin hasil kebun kita, yaudah nih untuk kalian berdua saja...buat jajan nduk" nek lastri memberi uang itu pada nissa, nissa menolaknya.

" udah buat mbah uti aja.. aku sama mita juga sudah makan tadi mbah, jual singkong ke ibu warung makan yang di tengah-tengah pasar itu loh mbah. .ibunya baik sekali sama nissa" terang nissa dan mita terlihat mengangguk.

" iya mbah juga tau nduk kalau bu alya orangnya baik... yang punya warung namanya bu alya, suaminya sudah lama meninggal karena sakit dan bu alya juga punya anak, anaknya seumuran kalian sudah menikah

dengan orang kota, anaknya juga tinggal sama suaminya di sana nduk" jelas nek lastri.

nissa mengangguk tangan nya memetik daun singkong yang nanti akan dia masak untuk

makan siang, nek lastri segera memasukan air yang tengah mendidih ke dalam termos air

panas, hingga dua termos itu penuh dan menaruhnya di meja makan.

mita mengupas dan memotong singkong yang akan mereka kukus sedangkan nissa sehabis mencuci daun singkong segera ia membuat bumbu dan memeras kelapa yang sudah neneknya parut saat kedua cucunya berada di pasar.

hampir satu jam mereka berkutat di dapur yang beralaskan tanah, dan berdinding dari anyaman bambu, asap mengepul ke atas ke luar melalui celah-celah genteng tanah liat.

ketika api nya telah padam..singkong kukus dan sayur daun singkong menjadi menu makan siang mereka, jarang mereka memakan nasi, karena keterbatasan ekonomi.

siang hari sekitar pukul satu, nissa membawa bakul serta kain jarik, dan mita membawa tali dan arit untuk mencari kayu bakar dan rebung

atau bambu muda, ke dalam hutan rebung itu akan mereka jual nantinya dan kayu bakar untuk persediaan bahan bakar memasak.

mereka pamit pada sang nenek yang tengah

memetik cabai yang ada di kebun mereka, nenek mengizinkan dan selalu memberi nasihat ketika mereka pergi.

" hati-hati yah nduk...jangan jauh-jauh nanti kalian tersesat, cari saja yang sekiranya ndak

terlalu jauh dari jalan.." sambil tangannya memetik dan menaruh cabai ke dalam wadah.

" inggih mbah" jawab mereka serempak.

mereka berlalu, berjalan menelusuri desanya yang indah dan asri.. sesekali mita melompat meraih buah rambutan yang pohonnya tidak

terlalu tinggi, dan memakan buah itu.

" ehhh mit..ndak boleh seperti itu..sama saja kamu mencuri..kalau kamu mau kita bisa memintanya nanti saat kita pulang dari hutan, ndak perlu nguntit seperti tadi,paham ndak?" tanya nissa yang menegur mita.

" hehehe iya iya deh,janji ndak gitu lagi" mita terlihat menyungutkan bibirnya.

sesampainya di hutan mita mulai memunguti

bambu dan dahan-dahan yang telah mengering, sedangkan nissa memilih rebung yang tumbuh di sisi induk bambunya, lalu dengan hati-hati menebas anak bambu itu menggunakan arit.

satu bakul penuh telah terisi dan mita dengan satu ikat kayu bakar di tangannya..saat mereka hendak beranjak pulang dan nissa tengah menyibakan kain jariknya untuk menggendong bakul berisi rebung.

tiba-tiba kakinya tergelincir oleh batu yang ia injak dan nissa terperosok jatuh ke tanah yang jalannya menurun kebawah sungai, tak terelakan lagi nissa masuk ke sungai yang lumayan dalam.

"nissa...." mita terlihat panik melihat saudara

angkatnya masuk ke dalam sungai, sebab nissa tidak bisa berenang.

lalu mita melempar kayu bakar ke tepi dan ikut turun menuju sungai, sesampainya di tepi sungai mita melihat nissa tenggelam, ingin hatinya ikut masuk ke sungai tapi apalah daya mita sama-sama tidak dapat berenang, ia mengikuti arus sungai yang membawa nissa entah kemana sambil menangis sesunggukan.

nissa merasa inilah akhir hidupnya, terlalu banyak ia menelan air sungai yang keruh

berwarna cokelat muda, ia berusaha menggapai batu namun tangannya tak sampai.

hingga tiba-tiba ada sosok pria tampan di hadapanya dadanya yang bidang garis wajahnya yang tegas,hidung mancung dan bibirnya yang tipis dambaan setiap wanita.

sosok itu membawa nissa ke tepi sungai, terlihat nissa tak sadarkan diri, pria itu menolongnya dengan memberi nafas buatan dari bibirnya menuju bibir nissa yang ranum dan sensual.

nissa terbangun dan mendapatkan pria itu tengah memangku kepalanya, ia pikir nissa

bermimpi bertemu dengan pangeran di ujung nyawanya ternyata tidak.

pria itu adalah kenyataannya bahwa ia masih di beri kehidupan, mata pria yang tajam bagaikan mata elang menusuk relung hati nissa hingga pipinya merona.

" maaf... terimakasih mas sudah menolong saya.." nissa tersenyum malu.

rambutnya yang hitam panjang sepinggang

ia gulung ke atas dan menyanggulnya.

" kamu ndak napa-napa toh de?" tanyanya.

" ndak apa-apa mas ...sekali lagi terimakasih nggih mas..." nissa berdiri dan hendak pergi.

tapi tiba-tiba pria tampan dan gagah itu mencegahnya.

" sebentar dulu de..ehmm aku ingin tanya siapa namamu de?" tanya nya.

" nissa mas.."

" kenalkan..aku raden bagas prastyo, panggil saja bagas, ini jika kamu butuh aku..kamu bisa memanggilku lewat cincin batu merah delima ini"

bagas mengulurkan sebuah cincin dengan di tengahnya dihiasi batu kecil merah delima.

" ndak usah mas..kamu bisa membantuku hari ini, bagiku sudah cukup mas" ujar nissa

menolak secara halus.

tetapi pria itu memaksa terus menerus

hingga nissa merasa sungkan jika menolaknya, dengan tersenyum pria itu

memperhatikan nissa yang pergi menjauh hingga sosok wanita cantik itu menghilang.

nissa menemui saudaranya mita, mereka bertemu di pohon besar, dengan wajah yang sangat panik mita menghujani seribu

pertanyaan pada nissa, nissa hanya berkata jika dia baik-baik saja dan wajahnya yang bahagia kala itu membuat mita keheranan.

" aneh koe nis kecemplung kok malah bahagia,senyum-senyum sendiri seperti orang gila..apa kepalamu terbentur? hingga kamu menjadi aneh seperti itu nis?" tanya nya lagi untuk kesekian kali.

" aku ndak papa..aku bahagia malah di selamatkan sama laki-laki yang tampannya kayak pangeran." ia tersenyum memainkan cincin yang melingkar di jarinya.

" dasar wong gendeng (dasar orang gila) mana ada laki-laki ganteng di dalam sungai"

serunya pada nissa.

mita mengangkat kayu bakar yang tadi ia tinggal dan nissa membawa bakul berisi rebung dan mereka kembali pulang.

batu merah delima itu sebenarnya hadiah dari ibu ratu yang mendiami hutan itu, ibu ratu memberikan bagas cincin untuk calon nya nanti.

sesampainya di rumah nissa menceritakan pada mita tentang kejadian itu, mita awalnya tidak percaya tetapi ketika nissa memberitahu cincin itu akhirnya mita percaya, cincin itu akan bersinar jika nissa dalam bahaya.

Bab 3. Bekerja Di Warung Makan

Pagi-pagi sekali nissa sudah merapikan bawaanya untuk berdagang di pasar, dan mita

yang masih berpakaian setelah mandi belum juga keluar rumah, sampai neneknya yang datang memanggilnya.

" mita, koe wes rampung belum nduk ?(mita kamu sudah selesai belum)'" tanya mbah uti.

" sebentar lagi mbah" jawab mita dari dalam kamar.

" yo wes cepetan yo ...itu nissa sudah menunggu dari tadi,"

mbah uti pun berlalu sepuluh menit kemudian nissa dan mita berangkat menuju pasar, dalam perjalanan mereka bertemu dengan rudy si juragan teh yang tengah menaiki mobil mewahnya menuju arah yang sama yaitu pasar.

pasar di desa itu berdampingan dengan jalan raya yang banyak angkutan umum lalu lalang menunggu penumpang, umur pria itu kini

menginjak 32 tahun dan hingga saat ini pria yang ketampanannya belum memudar, masih juga membujang, sedangkan ayahnya tengah sakit-sakitan ingin sekali menimang cucu dari anak semata wayangnya, ibunya telah

meninggal saat melahirkan rudy.

pria dengan postur tubuh yang tinggi itu keluar dari dalam mobil terlihat wajah nissa dan mita yang keheranan melihat juragan teh yang terkenal kekayaanya yang melimpah

turun dari mobilnya.

sebab neneknya tidak pernah cerita bahwa pria itu lah yang membunuh kedua orang tua

mereka, neneknya hanya bercerita kalau kedua orang tua nissa dan mita sama-sama di bunuh oleh sekelompok pria.

neneknya tidak menceritakan bahwa pria yang kini berada di hadapan merekalah yang

ternyata pembunuhnya.

" kalian mau kemana?" tanyanya pada kedua

gadis berumur 17 tahun itu.

mata arya menatap mita dari atas hingga bawah sampai mita merasa risih, nissa yang dari tadi terdiam hanya memalingkan wajahnya ke hamparan luas padi yang mulai

menguning.

" kami mau ke pasar mas..eh tuan, maksudnya juragan" mita terbata-bata pria itu tersenyum.

" panggil saja mas arya, ndak perlu pakai juragan atau tuan.. kalian mau saya antar kita arah yang sama?" tawarnya sembari menunggu.

" terimakasih ndak usah mas," tolak mita tersenyum ramah.

lelaki itu sedikit memaksa tetapi nissa memberi kode agar mereka jalan saja, lagi-lagi mita menolaknya dan akhirnya pria itu menyerah.

" lain kali saja yah mas.." senyum mita mengembang mita merasa jatuh cinta pada

kebaikan pria itu.

" iya ndak papa de, yasudah mas duluan yah de?" arya masuk kedalam mobilnya lagi setelah pamit pada mereka.

" iya mas...hati-hati," ujar mita pria itu tersenyum sekali lagi pada mita dan berlalu.

saat mobil itu tidak terlihat lagi, mita

meloncat kegirangan.

" ya ampuuun...ganteng sekali cowok itu nis...

manisnya...senyumnya.." puji mita.

" halaaaahhh...ganteng gundulmu yaudah yo jalan..." nissa bergegas berjalan meninggalkan mita yang terlalu lama berjalan.

wajah mita merah meron pipinya membayangkan wajah pembunuh orang tuanya itu.

sesampainya di pasar, seperti biasa nissa dan mita menggelar tikar dan menyusun

dagangannya, entah kenapa baru saja daganganya selesai dijejerkan, tiba-tiba orang-orang yang berbelanja mengerumuni

mereka dan membeli dagangan mereka hingga habis tak tersisa.

hanya sepuluh menit dagangan itu habis, mita keheranan terlebih nissa mulai kebingungan.

" heran aku nis..baru saja kita duduk tiba-tiba sudah banyak pembeli..padahal kita dagang apapun pasti lama terjualnya dan masih sisa

kadang malah gak laku sama sekali" tutur mita.

nissa membenarkan itu sembari mengangguk tanda setuju.

" iya loh mit aku juga heran"

" jangan-jangan gara-gara cincinmu itu nis" dalih mita.

" ndak tau mit, bisa jadi seperti itu,"ucap nissa netranya memandang cincin itu.

" yaudah yuk kita pulang" ajak mita.

" sembarangan! kita kan ada janji sama bu alya mit..gimana sih" protes nissa.

" oh iya ya..yaudah lambemu ojo manyun koyo ngono elek tau (mulutmu jangan cemberut

seperti itu jelek tau)," ucap mita cengengesan.

mereka membereskan bekas jualan mereka dan mereka pun ke warung bu alya yang tampak sepi pembeli.

" permisi bu.."sapa nissa membuyarkan lamunan bu alya.

" sini nduk masuk.." ibu alya mempersilahkan keduanya masuk ke warung makan milik bu alya.

" langsung saja yah nduk..maksud ibu memanggil kamu kesini ibu mau memperkerjakan kamu disini nduk, bareng

saudaramu juga, gajinya sebulan delapan ratus ribu apa kamu minat nduk?" tanyanya penuh harap.

bu alya kerepotan jika mengelola sendiri warung makan itu, nissa dan mita

mengangguk setuju, terasa lega di dada ibu alya.

" kami mau bu.." senyum mereka mengembang.

" yasudah besok pagi-pagi kamu sudah mulai bekerja yah nduk..siapa nama kalian nduk?" tanya bu alya lagi.

" saya mita bu.."

" dan saya nissa bu" ibu alya tersenyum sungguh gadis yang giat bekerja pikirnya.

" kami pamit ya bu.." pamit nissa dan mita.

" eh tunggu dulu nduk" bu alya bergegas membungkus dua bungkus nasi beserta air

mineralnya.

" ini buat kalian" bu alya menyerahkan bungkusan itu ke nissa mereka berdua menolak.

" ndak usah bu...jadi merepotkan ibu.." ujar nissa.

" ndak repot kok nduk cuma nasi sama air saja,ini ambil nduk" mereka terdiam bu alya

mengerti, lalu bu alya meletakan bungkusan itu ke dalam bakul milik nissa.

" ya ampun bu..saya jadi ndak enak bu.. makasih yah bu..." nissa dan mita pamit dan

keluar dari warung makan bu alya.

lalu mereka berdua menengok kanan dan kiri, di rasa aman mereka pun menyebrang jalan masuk kedalam desa kecil itu ,jalanan turun naik tak membuat mereka lelah karena sudah biasa mereka berjalan setiap harinya demi pundi-pundi rupiah.

mereka sampai rumah tepat jam 09.00 pagi

" kenapa pulang nduk?" tanya si mbah uti keheranan.

" sudah habis mbah uti.."ujar mita.

" lah cepat sekali nduk.. syukur kalau begitu nduk.." ucap mbah uti.

" ini mbah uang hasil jualan nya dan ini kami bawa nasi buat si mbah" nissa mengulurkan nasi dan uang hasil jualan.

" mbah uti sudah makan pakai tiwul nduk.. kalian saja yang makan" ucapnya.

(tiwul terbuat dari tepung gaplek yaitu

singkong yang di keringkan lalu di tumbuk)

" mbah jarang makan nasi loh mbah ini mumpung ada mbah" bujuk mita.

" tiwul juga sama seperti nasi nduk..jadi mbah ndak mau sudah kenyang.." jawabnya lagi.

nissa memberikan uang dagangan ke neneknya dan nenek menyimpannya ke ujung

kain jarik yang di ikatnya.

" mbah uti..besok kami berdua sudah mulai bekerja di warung makan bu alya..apa boleh kami bekerja di sana mbah?" tanya nissa pada neneknya.

" boleh nduk..selagi pekerjaan itu halal mbah akan izinkan." tutur mbah sembari

menumbuk kinang.

" makasih yah mbah sudah izinkan kami" ucap nissa.

terlihat mita yang tengah memikirkan sesuatu

" mit..ndak elok pagi-pagi ngelamun" nissa menepuk kedua pundak mita.

seketika membuyarkan lamunan mita,

mereka duduk di dipan bambu teras rumah.

" ih...ngagetin aja kamu nis.." mita terlihat sewot sedangkan nissa tertawa mengejek.

" lagi ngelamunin juragan teh yah mit..." ledek nissa.

" ih apaan sih niss.. yah ndak lah, jangan ngeledek..risih tau" ucapnya dusta.

" alaaaahhhh ...jawab jujur aja sih mit..hehehe iya kaaaan..."ledeknya lagi.

" ihhhh nissaaa...nyebelin banget sihh." mita mengejar nissa yang tengah lari mengelilingi halaman rumah mereka.

neneknya yang tengah menginang mendengar ucapan mereka, wajah nya terlihat pucat mana kala mengingat kejadian dua belas tahun silam, rasa gemuruh di dada seakan bergejolak menahan amarah saat tahu cucu angkatnya nya kini mencintai seorang pembunuh.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!