NovelToon NovelToon

Damn I Love You

Episode 1 PROLOG

Menikah itu adalah ibadah yang terlama bagi dua insan yang sudah terikat dengan janji suci yang sah. Jadi Pernikahan itu harus berdasarkan cinta.

Tanpa itu, suatu pernikahan yang seharusnya menjadi anugerah bisa berubah menjadi musibah.

Begitulah prinsip hidup yang selalu di pegang teguh oleh seorang Satria semenjak awal dia mengenal apa artinya cinta. Hingga dia bertekad akan menikah hanya dengan wanita yang dia cinta dan wanita itu mencintai dirinya.

Namun suatu keadaan memaksanya untuk mengingkari prinsip tersebut. Dan membuatnya dihadapkan pada pilihan yang tersulit dalam hidupnya.

Hingga mimpi pernikahannya bersama seorang wanita yang begitu dia cinta terpaksa harus dia kubur dalam-dalam demi melaksanakan baktinya pada seseorang yang telah sangat berjasa dalam kehidupannya.

“Jadi papa sama mama minta Abang untuk nikahin Sha?” Danisha terperanjat menatap Satria dengan perasaan tak percaya.

Satria mengangguk lemah seraya menatap wajah Danisha yang menampilkan guratan penyesalan. Lalu menghela nafasnya yang terasa begitu berat.

Gadis itu benar benar merasa tak enak hati mendengar semua penuturan Satria tentang permintaan papa dan mama nya pada kakak angkatnya itu.

“Terus? Abang nurut gitu sama permintaan papa?” tanya Danisha lagi dengan suara lirih.

Kembali Satria mengangguk lemah. Kali ini tertunduk seraya iseng memutar-mutar ponselnya yang dia genggam sejak tadi.

“Harusnya Abang tolak aja. Sha gak mau jadi beban abang. Biar Sha yang tanggung sendiri. Sha gak mau orang lain ikut sengsara karena dosa yang udah Sha perbuat. Kalo papa mama malu, Sha bisa aja kok pergi dari kota ini, mungkin tinggal di luar negeri sampe bayi Sha lahir,” sesal Danisha lagi.

Bola matanya mulai menghangat dan berkaca-kaca. Dia mengatup kelopak matanya rapat-rapat, menahan air matanya agar tidak merebak tumpah.

“Sha, jangan bilang begitu. Kasian papa sama mama. Kita sebagai anak gak boleh egois. Aku udah memutuskan untuk menikahi kamu, jadi kamu jangan punya pikiran macam-macam lagi.”

“Tapi ini bener-bener gak adil untuk Abang,“ sergah Danisha dengan nada suara meninggi.

“Anggap aja ini caraku untuk berbakti sama Papa Andri dan Mama Freya."

****

Hay, jumpa lagi dengan karya Mak Othoy yang kedua di NT / MT ini.

Mak Othoy seneng banget, yank, punya kesempatan muncul lagi disini. Karena Novel ini Mak Othoy ikut sertakan di kompetisi You are the Next writer di NT/MT season 4.

Gak berharap muluk-muluk sih, cuma pengen berkontribusi aja, cuma pengen tau kemampuan menulis Mak Othoy sendiri sejauh mana.

Apalah artinya karya Mak othoy ini yang cuma recehan atawa remahan rengginang di dalam kaleng biskuit Khong Guan.

Tapi seenggaknya Mak Othoy pengen belajar juga dari para Author yang sudah senior dan femes di sini.

Terutama bisa belajar juga dari Reader yang caem ble'em ble'em yang selalu kasih masukan, kritik dan saran. Apalagi yang ngasih vote dan like nya, wuiihhhh.... itu bikin Mak othoy makin cemungud jadinya.

Dan yang pasti Mak othoy nulis karena Happy dan berharap para reader yang baca novel ini juga Happy....

Kalo ada episode yang bikin kesel silahkan gigit daster. Kalo ada yang bikin ngakak silahkan bagi bagi sama tetangga. Jangan ketawa sendirian, ntar di sangka orang..... 'Ah gak enak bilangnya. Oke, yank....?

Nyok kita lanjoottt...!

Berikut ini Mak Othoy tampilkan pemeran/ visual cast utama untuk novel Damn I Love You.

Ada pun visual yang Mak Othoy tampilkan adalah hasil pencarian yang sesuai dengan selera Mak Othoy sendiri.

Untuk para reader jika kurang suka dengan visual cast dari Mak, silahkan berimajinasi dengan visual yang ada di bayangan reader masing-masing ya. Terima kasih.

Satria, pemeran utama pria, berusia tiga puluh tahun, cowok di usia ini lagi hot-hot nya gaeess, good looking, enak di liat gitu deh kira-kira. Tinggi tegap dengan kulit putih kecoklatan umumnya kulit laki-laki yang bersih.

Sejak lulus kuliah dia membangun bisnis property nya dari skala kecil hingga kini menjadi salah satu pengembang yang cukup besar dan terpercaya.

Satria Memiliki karakter yang sangat humble, baik hati, anak yang sangat penurut pada Ibunya dan sangat mengutamakan kepentingan keluarga, namun disisi lain juga setia pada kekasihnya.

Taaahhh eta taaahh, kasep teu?

Danisha, sering di panggil Sha. Gadis usia dua puluh dua tahun, cantik dan berkulit putih bersih.

Seorang mahasiswi jurusan ekonomi manajemen tingkat akhir. Anak seorang pengusaha retail ternama dan ibunya seorang perancang busana terkenal.

Sejak kecil hidupnya tak kekurangan satu apapun soal materi, hanya perhatian dan waktu yang kurang dia terima dari kedua orang tuanya.

Sifat Sha yang centil, yang gemar bergaul dengan siapa saja membuatnya selalu menjalani hidup dengan ceria dan always positif thinking.

Ieu teh.... geulis pisan, teu?

Anna, seorang wanita cantik berumur 27 tahun, seorang foto model, kekasih Satria yang sudah berhubungan dengannya selama dua tahun.

Sifatnya yang mandiri dan ramah namun sangat posesif pada Satria karena dia sangat mencintai pria itu. Ngebet gitu deeh....

Freddy, usia dua puluh enam tahun seorang asisten manajer di sebuah hotel berbintang lima. Setahun menjalin hubungan dengan Danisha, Tampan, muda dan energik.

Cakep juga kan?

Untuk pengenalan awal disini, sementara Mak Othoy pasang visual cast untuk para pemeran utama pria dan wanita dulu yah, yank.

Sambil berjalannya cerita nanti Mak othoy sisipkan juga beberapa peran pendukung lainnya yang gak kalah ciamiknya dari empat pemeran utama diatas.

Mohon kalo ada yang kurang berkenan dalam penyajian di novel ini silahkan kasih komen yang santun dan kritik yang membangun yah yank. Mak suka kok kripik, ehhh, kritik.

Dan juga mohon maaf bahasa Mak othoy di novel ini memang pake bahasa keseharian aja ya, jadi bukannya Mak othoy gak sopan nih.

Kadang otak Mak Othoy pegel juga mikirin penggunaan bahasa baku, jadi janggal aja gitu penghayatannya. Mesti buka kamus atau nanya ke mbah gugel. Jadi kayak bikin skripsi. Pusiiiinggg....

Oke deh yah, yayank mbeb yang ca'em ble'em ble'em.

Mak othoy jadi ngoceh molo deh nih....

Nyok kite Lanjoottt....

Thank You and Happy Reading.

Episode 2 Positif

POV DANISHA

Aku pandangi lebih lama benda berbentuk lempengan putih di tanganku. Menunggunya dengan cermat bersama rasa hati yang tak menentu.

Tak sampai hitungan tiga menit, tertorehlah dua garis merah di bagian oval yang berada di bagian tengah benda pipih putih itu. Bola mataku terbelalak demi memperjelas penglihatanku.

Yap, benar. Tak salah lagi. Indikator di testpack itu menghasilkan dua garis merah yang sangat jelas.

Positif.

Seketika, tubuhku serasa tak bertulang. Lemah, lunglai dan lemas, sepertinya sendi-sendi ini tak sanggup lagi menopang ragaku. Dan tanpa terasa tubuh ini merosot bagai sehelai kain sutera, jatuh terduduk tersandar pada sisi bathtub kamar mandi.

Pikiranku berkecamuk, mulai dari rasa tak percaya, gelisah, gusar, takut, kecewa, marah dan sesal, lengkap semua teraduk menjadi satu. Tangisku pun pecah. Bahuku terguncang hebat menahan isak. Semua rasa itu tertumpahkan sudah mengalir melalui air mata.

Membayangkan masa depanku akan seperti apa nantinya. Masa mudaku yang tak akan lagi sama. Mimpi yang tak lagi seindah mimpi yang dipunyai teman-teman sebaya, dan cita-cita yang terpaksa ditinggal di bagian terbelakang asa.

Aku. Danisha Freyandri. Gadis usia 22 tahun yang sudah tak gadis lagi. Di usiaku yang masih belia ini kini harus menghadapi kenyataan terpahit dalam hidupku. Hamil. Akibat hubungan terlarangku dengan laki-laki yang sudah menjalin hubungan asmara denganku selama satu tahun.

Aku anak tunggal dari seorang pengusaha ritail hypermarket ternama yang mempunyai ratusan cabang yang tersebar di seluruh negeri ini.

Andri Putra Bintang nama papaku. Seorang laki-laki berusia lima puluh lima tahun yang baik hati dan sangat memanjakan aku. Dan Freya Hasan nama Mamaku, seorang wanita blasteran Jerman dan Jawa.

Mama seorang wanita yang sangat cantik di usianya yang ke empat puluh tujuh tahun namun banyak orang bilang wajah mamaku tampak jauh lebih muda dari usianya.

Tak heran, karena mamaku adalah wanita yang sangat menjaga penampilannya demi karirnya sebagai seorang perancang busana yang cukup terkenal di negeri ini.

Hampir semua rancangan mamaku di pakai oleh kalangan sosialita level atas, mulai dari artis, pejabat, bahkan istri-istri para pemangku kuasa di negeri ini sangat mengidolakan produk rancangan mamaku.

Jika memandang siapa papaku dan siapa mamaku, jelas aku anak yang serba berkecukupan. Terutama soal materi, papa dan mamaku selalu mengabulkan apapun yang aku minta, berapapun harganya.

Namun ada satu permintaanku yang tak bisa di kabukan oleh kedua orang tuaku. Perhatian. Mama dan papaku terlalu terlena dengan kesibukan mereka masing-masing atau mungkin terlalu asyik menyibukkan diri dengan profesi mereka.

Entah kekayaan duniawi apa lagi yang mereka cari. Hingga aku anak tunggalnya merasa sangat terabaikan. Waktu yang mereka sediakan untukku pun nyaris tak pernah tersedia.

Aku beruntung mempunyai dua orang sahabat yang cantik dan ceria. Rara dan Viona. Mereka selalu setia menemaniku. Selalu punya waktu mendengar segala keluh kesahku dan selalu hadir di saat-saat kesepian menyergapku.

Namun ternyata itu saja belum cukup untuk mengisi kekosongan hatiku. Aku juga membutuhkan cinta.

Hingga suatu hari, di pesta ulang tahun kakaknya yang diadakan di sebuah club malam elite, Viona memperkenalkan aku pada Freddy, pria tampan yang usianya empat tahun lebih tua dariku.

Seorang pria yang bekerja sebagai Asisten Manager di sebuah hotel bintang lima ternama di ibukota. Pria yang mempunyai senyum terindah di pandanganku. Dengan tutur kata yang sangat menenangkan dan tatapan mata yang menyejukan.

Aku suka. Dan akhirnya menemukan cintaku pada dirinya. Begitu pun dia yang tampak sekali terpesona dan tergila-gila padaku.

Tiga bulan masa perkenalanku dengannya, kami memutuskan untuk menjalin hubungan yang lebih serius dari sekedar pertemanan. Kami berpacaran.

Sejak saat itu hari-hariku tak sepi lagi, hatiku tak sunyi lagi. Ada Freddy. Perlakuannya selalu menyenangkan aku. Dengan kedewasaannya dia selalu memanjakan aku. Dan kapanpun aku butuh waktu dia berusaha sebisa mungkin hadir untuk aku.

Aku terbuai oleh cintanya. Aku terlena oleh perhatiannya. Dan aku terpesona dengan semua yang ada di dirinya.

Hingga malam itu, malam dimana aku dan dia menghabiskan waktu hanya berdua. Candle light dinner di apartementnya dan berkencan merayakan satu tahun kebersamaanku dan dia yang tepat jatuh di hari Valentine. Aku rela menyerahkan satu-satunya mahkota daraku yang selama dua puluh dua tahun aku jaga baik-baik. Bagiku itu sebagai bukti besarnya cintaku pada dirinya. Terdengar naif dan bodoh, bukan.

Tapi begitulah cinta yang aku rasakan. Begitu dalam padanya hingga aku membiarkan diriku tenggelam dalam pergumulan ‘cinta yang begitu hangat’ bersamanya.

“Sayang, maafkan aku ya, aku benar-benar gak tau kalo kamu ternyata masih....” ucap Freddy memotong kalimatnya setelah mengecup keningku yang berpeluh. Bola mata teduhnya menatap wajahku dengan sayu dan penuh kilauan kasih sayang.

Aku hanya mengangguk pelan dengan menahan rasa perih seperti luka tersayat yang terasa di bagian intimacy-ku. Aku menggigit bibirku sejenak, lalu tersenyum padanya.

“Terima kasih ya, ini hadiah terindah untukku,” ucapnya lagi masih dengan nada suara lembutnya.

Kembali aku mengangguk. “Aku cinta sama kamu, Fred,” desisku seraya membalas tatapan teduh matanya. Freddy tersenyum. Sangat manis menyunggingkan kedua sudut bibirnya padaku. Lalu mengecup keningku lagi. Kali ini lebih lama. Aku suka.

Aku mendongakkan wajahku untuk menjangkau bibirnya yang sangat kenyal kurasa. Freddy paham maksudku. Dia kecup bibirku beberapa kali, lalu mengulumnya lembut. Ciuman yang tidak rakus namun demikian memabukkan.

Aku terbuai kembali ketika jemarinya mulai merambah menyusuri setiap lekukan di tubuh polosku yang terkungkung di bawah selimut bersama tubuhnya yang juga tanpa sehelai benang pun.

Demikian juga dengan ciumannya yang perlahan turun ke cerukan leher dan dadaku di sertai gigitan-gigitan kecil di bahu dan gundukan besar di dadaku. Aku merasakan sensasi gelenyar di seluruh kulit tubuhku. Namun aku suka.

Gairahku kembali bangkit. Hasratku pun meronta kembali menagih. Tak aku indahkan lagi rasa sakit yang masih tersisa di bagian intiku akibat permainan yang pertama kali tadi.

Freddy sangat paham dengan bahasa dan arti getaran di tubuhku. Perlahan dan dengan begitu lembutnya dia membuatku melayang kembali. Merasakan nikmatnya penyatuan hasrat dan gairah bercinta untuk kedua kali. Hingga cairan hangat milik Freddy pun kembali mengalir deras di dalam liang intiku.

Mata kami saling menatap disertai hembusan nafas yang saling menerpa wajah kami. Wajah yang menyiratkan kepuasan. Freddy mengecup pipiku seraya membisikkan kata 'I love you, Sha.' Dan ingin selalu bersama denganku.

Aku hanya tersenyum di sela deru nafasku yang mulai aku atur perlahan dan berkata dalam hati bahwa aku juga ingin selalu bersama dia.

Dan kini, hasil pergumulan cintaku bersama Fredy sebulan yang lalu menghasilkan dua garis berwarna merah di alat uji kehamilan ketika pagi ini aku celupkan ke cairan urineku.

Aku memberanikan diri membeli alat itu di sebuah apotik karena aku menyadari setelah dua minggu aku tak lagi kedatangan tamu bulananku.

Aku panik. Aku bingung. Aku takut dan gemetar. Takut jika papa dan mama tahu. Pasti mereka sangat kecewa dan murka. Putri semata wayang mereka tidak bisa menjaga kehormatan dan nama besar keluarga yang dibangun susah payah oleh papa dan mama selama ini.

Ya Tuhan, apa yang harus aku lakukan sekarang?

“Freddy....” sebutku. Ya, pastinya dialah orang pertama yang harus tahu soal ini.

Perlahan aku beranjak dari dudukku di lantai kamar mandi yang kering dan dingin. Lututku masih terasa lemas namun aku paksakan berdiri dan melangkah menuju walk in closet. Aku ganti pakaian tidurku dengan celana jeans dan t-shirt warna merah.

Dengan tubuhku yang masih gemetaran, aku langkahkan kaki perlahan menapaki anak tangga satu per satu menuju lantai satu.

Tampak Papa dan Mama di sana duduk berdampingan di meja makan. Walaupun posisi duduk mereka memunggungi aku namun tetap saja membuatku tersentak dan nyaliku menciut seketika. Karena yang aku harapkan untuk saat ini aku tidak ingin kedua orang tuaku melihat  keadaanku yang pucat dan lemah seperti ini.

Apa aku harus urungkan saja niatku untuk keluar rumah dan kembali ke kamarku?

Ya, nanti saja aku keluar ketika mama dan papa sudah berangkat ke tempat aktifitas mereka masing-masing.

Pelan tanpa suara aku membalikkan badan untuk kembali menapaki anak tangga menuju kamarku.

“Morning, Sha....”

Ups, terlambat untuk menghindar. Mama beranjak dari duduknya dan menoleh ke arahku. Terpaksa aku memutar lagi tubuhku dan berjalan menghampiri tempat mereka.

“Morning, Ma.” Aku kecup pipi mulus mama sekilas.

“Morning, Pa.” Tak aku lewatkan juga mengecup pipi papa. Pria kesayanganku yang masih terlihat tampan di usianya yang sudah lewat setengah abad.

“Kamu mau sarapan apa, Sha? Mau sandwich atau nasi goreng?” tanya Mama disertai dengan senyum manisnya.

Aku henyakkan diriku persis di seberang mereka. Dan aku hanya menggeleng malas. Aku pandangi satu per satu hidangan makan pagi yang terhampar di hadapanku.

Entahlah, tak terbit sedikitpun seleraku ketika mengamati semua hidangan itu. Aku bergedik sejenak.

“Lagi malas makan. Susu aja, Ma,” jawabku singkat.

Mama menyodorkan segelas susu putih hangat yang memang sudah di persiapkan untukku. Kebiasaanku sejak kecil ketika sarapan dan hendak tidur malam, susu putih hangat selalu menjadi minuman favoriteku.

“Anak cantik papa lagi diet?“ tegur Papa setelah menuntaskan suapan nasi goreng terakhir dari piringnya.

“Gak, Pa. Lagi malas aja.”

“Papa gak suka kamu ikut-ikutan diet kayak mama kamu ini. Kamu lagi masa pertumbuhan jadi jangan ditahan-tahan. Makan yang banyak. Biar gembul kayak dulu kamu kecil,“ ujar papa lagi seraya tersenyum padaku.

“Ehhh, Pa. Mama diet juga karena kebutuhan. Kalo mama gendut apa kata orang? Masa perancang busana ternama bodynya gendut, malu dong.“ Mama protes namun tetap dengan suara lembut nya. Jemari lentik dan putihnya mendaratkan cubitan gemas ke bahu papa.

“Kalo mama jadi gendut ya bikin rancangan busana untuk kalangan Big size. Dan mama jadi model pertamanya. Gampang, kan. Gitu aja kok repot,” celetuk Papa ringan tanpa mempedulikan manik mama yang mendelik sebal pada papa.

Aku yang menyaksikan obrolan absurb kedua orang tuaku ini hanya tersenyum kecil.

Ya begitulah papa dan mama. Walaupun keduanya jarang bertemu karena kesibukan, namun moment-moment kecil kebersamaan mereka selalu diwarnai dengan canda mesra.

Teringat lagi tujuan awalku, ke apartement Freddy, menemui kekasihku untuk memberitahukan perihal penting yang terjadi pada diriku.

Aku beranjak dari dudukku setelah aku tenggak habis segelas susu putih di tanganku.

“Aku berangkat, Ma, Pa,” ucapku seraya menghampiri tempat papa dan mama. Aku raih punggung tangan mereka dan kukecup dengan takzim.

“Ya, hati-hati. Uang bensin masih ada gak?” tanya Papa menghentikan langkahku yang beberapa meter sudah berlalu.

“Masih, Pa. Tenang....” jawabku ringan sambil mengedipkan sebelah kelopak mataku dan mengacungkan jempol ke arah Papa.

“Hati-hati, Sha. Jangan ngebut!” Terdengar seruan Mama. Aku hanya mengangkat telapak tangan tanpa menoleh lagi pada mereka.

Lalu bergegas aku hampiri mobil sedan warna merah maroon buatan eropa keluaran terbaru yang dua minggu lalu dibelikan oleh papa ketika aku merengek karena bumper belakang mobil lamaku ringsek menabrak batang kayu dipelataran parkir kampusku.

Aku pacukan sedan mewahku membelah jalan raya yang sudah tampak begitu padat dan tersendat karena volume kendaraan pagi ini yang tumpah ruah menuju ke tempat aktifitas masing-masing.

Sesekali aku berdecak kesal dan melirik jam digital pada dashboard di depanku, lima belas menit menuju pukul delapan pagi. Aku takut terlambat menuju apartement kekasihku karena aku tahu rutinitasnya. Dia berangkat ke kantornya setiap jam delapan lewat tiga puluh menit.

Baru mulai yah gaesss.... nanti lanjut lagi.

Silahkan yang suka untuk like, vote, komen, rate nya bintang lima yah gaess, kalo bintang tujuh namanya puyer.

Happy Reading...

Episode 3 Panik

POV DANISHA

Kini aku berdiri tepat di muka pintu apartement Freddy. Sejenak ku tatap lama pintu besar berwarna silver itu. Tanpa ragu ku pencet kenop bell yang berada di sampingnya. Namun sepertinya tak ada tanda-tanda pergerakan dari pintu itu.

Ku lirik jam tangan sporty di pergelangan tanganku. Masih jam delapan lewat lima belas menit. Pikirku, Freddy belum berangkat ke tempat kerjanya.

Ku pencet bell itu lagi lebih lama. Dan kali ini terdengar suara kunci dibuka. Yes, dia masih ada. Daun pintu terkuak, Dan....Sesosok wanita dewasa yang sangat cantik berbalut dress biru sebatas lutut dengan rambut terurai indah di kedua bahunya tampil di balik pintu yang hanya terkuak setengahnya.

Aku terkejut dan terkesima menatapnya. Tanda tanya beserta prasangka buruk seketika melingkupi benakku. Seorang wanita cantik berada di dalam apartement Freddy?

“Cari siapa ya?” sapa wanita itu dengan ramah.

“Eh, Tante ini siapa?” Aku balik bertanya dengan Tatapan ku yang penuh curiga padanya.

“Saya pemilik apartement ini,” jawab nya.

Aku memicingkan mata ku menatapnya dengan segudang rasa tak percaya.

“Loh, Ini apartement Freddy, kan?“ bantahku lekas.

Wanita cantik itu malah tersenyum padaku, dan membulatkan bibir merahnya seraya mengangguk samar.

“Sayaaang, sini sebentar....” panggil nya kemudian pada seseorang di dalam unitnya.

Sayang? Dia memanggil sebutan mesra itu pada seseorang di dalam sana. Apa ini? Apa jangan-jangan Freddy yang dia panggil itu. Dada ku rasa bergemuruh karena curiga ku mulai merasuki benakku.

Tiba-tiba pintu dihadapan ku terkuak lebih lebar. Dan tampak seorang laki-laki yang cukup berusia dewasa berdiri tepat di samping wanita cantik itu. Ah, Lega...Ternyata bukan Freddy.

“Ada apa?” tanyanya pada wanita itu.

“Ini loh, adek ini nanyain Freddy.”

Pria dewasa itu menoleh padaku dan menatapku dari ujung kaki sampai ujung kepala ku.

“Freddy?“ tanya nya pada ku.

Aku mengangguk cepat. Tak sabar menunggu jawaban dari dua orang dewasa ini.

“Freddy sudah gak tinggal disini lagi, Dek. Dia sudah pindah. Apartemen ini punya saya. Selama ini dia menyewa,“ beritahu pria itu kemudian dengan nada suara nya yang ramah dan santun.

Aku terperangah mendengarnya.

“Pindah? Dari kapan, Om?” tanyaku di sela kebingunganku.

“Tiga hari yang lalu. Dia gak lanjutkan sewa nya lagi.”

Tiga hari lalu?

Tiga hari lalu aku bertemu Fredy di coffe shop dekat kampus ku. Seperti biasa sikapnya hangat dan mesra padaku. Bahkan Freddy ingin mengajakku ke apartement ini untuk bercinta lagi, namun aku menolak karena tiba-tiba Papa meneleponku dan memintaku untuk datang ke kantornya saat itu juga untuk makan siang bersama.

Tapi selama bersamanya saat itu, sedikitpun Freddy tak pernah menyinggung mengenai kepindahannya dari apartement ini. Tapi sekarang, dia pergi tanpa pesan. Ada apa ini?

"Maaf, Om. Apa Freddy bilang pindah kemana?" tanyaku penasaran.

"Tidak bilang apa-apa, Dek. Dia cuma titip key card nya pada reseptionis di lobby dan kirim pesan WA ke saya bahwa dia tak lanjutkan sewa, begitu aja dan tak ada pesan lainnya," jawab pria itu lagi dengan lugas.

Aku terdiam seketika, darah ku mengalir deras menuju ke batang otak ku. Emosi ku menanjak cepat hingga ke ubun -ubun kepalaku.

“Baik, permisi.“ Hanya itu yang bisa aku ucapkan pada kedua orang di hadapanku. Lalu ku balikkan badan ku cepat dan setengah berlari menyusuri lorong apartement itu menuju jajaran kamar lift.

Aku bersandar pada dinding dan membiarkan tubuhku merosot terduduk dengan lutut terlipat di depan dada.

“Freddy.... Kamu sengaja menghindar dari aku? Sialan!” Amarah ku bergejolak. Kalau saja bukan di tempat umum pasti sudah ku tendang tempat sampah di seberang ku untuk meluapkan kekesalanku ini.

Ku rogoh Iphone ku dari saku belakang celana jeans ku. Ku cari nama ‘my Love’ di daftar kontak ku dan ku geser logo dialling.

“Nomor yang anda tuju sedang tidak aktif, cobalah beberapa saat lagi.” Hanya suara mesin operator dari provider yang ku dengar. Dua-tiga kali ku ulangi lagi, masih suara itu yang menjawab.

Ku putuskan untuk menghubungi Viona. Nama sahabat ku itu yang kucari di layar Iphone ku.

“Halo, Sha....” suara cempreng Viona dari ujung sambungan telepon menyambutku riang seperti biasanya.

Tiba-tiba air mata ku tak terbendung lagi. Tangis ku pun pecah dengan raungan yang tertahan.

“Sha? Wooyy, lo kenapa cekikikan? Kesambet?" Viona benar-benar tak tahu waktu untuk mencandai aku. Cewek ber otak setengah ons itu masa tak bisa membedakan antara suara isak dengan suara tawa ku. Kebangetan.

“Vi, gue lagi nangis Vi, bukan cekikikan. Lo jangan gila, dong. Please,” ucapku ditengah isak tangis ku yang masih tertahan agar tak menggema di sekitar ruangan yang sepi ini.

“Hah? Kenapa lo nangis? Tumben. Ternyata bisa nangis juga lo. Itu yang keluar air mata apa duit gobanan, Sha?” Masih tanpa perasaaan cewek gila itu mencandaiku.

“Vi, serius Vi. Gue lagi di apartement Freddy sekarang. Cowok kampret itu udah pindah, Vi. Hikkksss....Hiikkss....”

Tak terdengar suara cempreng Viona, hanya hembusan nafasnya yang terdengar jelas di telingaku.

“Ya udah deh, gue ke sana nyusul lo. Tunggu di lobby ya, Sha."

Seketika Viona mematikan sambungan teleponnya. Aku hanya mengangguk seraya mengusap kasar pipi ku yang sudah basah oleh air mata.

Aku bangkit dari duduk ku lalu melangkah memasuki kamar lift yang kebetulan terbuka persis di hadapan ku.

Aku menuruti permintaan Viona untuk menunggunya di Lobby apartement ini. Masih dengan suasana hati yang berkecamuk hebat, aku henyakkan diriku yang serasa tak bertulang lagi di sofa bulat yang tersedia di bagian samping Lobby yang cukup luas ini.

Menunggu tak lebih dari dua puluh menit, tampak Viona setengah berlari menghampiri tempat ku.

“Sha? Ada apa, Sha?” tatapan Viona serius meneliti wajah ku yang sembab. Tampak sekali sahabatku ini begitu panik melihat keadaan ku. Lalu menempatkan dirinya persis di sebelah ku.

“Freddy, Vi. Si kampret itu pindah gak bilang-bilang sama gue.“

Viona menghela nafasnya namun yang terdengar helaan nafas lega seraya mengerucutkan bibir tipisnya.

“Gue kirain ada apa. Freddy pindah apartement aja lo sampe nangis gini. Ya udah sih, kita tanyain Mas Vicky aja. Dia kan temen kerjanya Freddy, pasti dia tau kemana si kampret itu pindah.“

Iiih, dasar cewek gila. Begitu tenangnya dia bicara. Kalau tak ada sesuatu yang serius untuk apa aku menangis begini.

‘Lo belom tau aja, Vi. Kenapa gue nangis bombay begini.’ ucapku dalam hati.

“Sebentar gue telpon kakak gue, ya,“ ucap Viona lagi seraya menepuk-nepuk bahu ku berusaha memberi ketenangan padaku.

Aku perhatikan Viona mengeluarkan Iphone nya dari dalam tas tangannya lalu mencari nomor kontak Mas Vicky untuk menghubunginya.

Mas Vicky adalah kakak satu-satunya Viona yang bekerja di hotel yang sama dengan Freddy, walaupun berbeda divisi. Perkenalan ku dengan Freddy juga ada andil besar dari Mas Vicky ketika aku diundang ke acara pesta ulang tahunnya.

“Halo Mas Vicky? Ma___“

Tak sabar, aku langsung menyambar batangan Iphone dari tangan Viona.

“Halo Mas Vicky, ini Sha. Mas, aku sekarang lagi di apartement Fredy ternyata dia udah pindah. Apa Mas Vicky tau dia pindah kemana?"

“Sha, maaf aku gak tau Freddy pindah kemana. Hari ini pun aku baru denger kabar dari direktur ku kalo Freddy sudah resign tiga hari lalu. Dan gak ada yang tau Freddy pindah kerja kemana.”

“HAH? Resign?“ Seketika tubuhku serasa Bagai tersambar petir berkekuatan ratusan juta volt. Saraf otak ku serasa mati, aliran darahku serasa terhenti, dan jantungku serasa tak berfungsi lagi.

Tanpa sadar Iphone milik Viona yang ku genggam terjatuh ke lantai.

“Wooooy Sha. Kalo pecah gantiin sama tipe terbaru Loh ya!" teriakan Viona hanya sayup-sayup yang mampu ku dengar. Walaupun suara cemprengnya berbunyi tepat di samping telingaku. Yang ku tampak dari ekor mataku Viona menunduk memungut Iphone nya yang terlentang di lantai.

Seketika tangisku pun kembali pecah. Air mata ku merebak kembali, kali ini lebih deras dan raunganku tak tertahankan lagi. Aku tutup wajah ku dengan kedua telapak tangan ku.

“Sha? Sha? Kok heboh banget sih nangisnya. Ya ampun, Sha. Ada apa sih?” Viona mengguncang-guncangkan bahuku pelan. Kali ini suaranya terdengar lebih serius dan perhatian.

Viona membawa tubuh ku ke dalam pelukannya. Dan mengusap-usap punggungku dengan lembut.

“Ada apa, Sha? Cerita sama gue, dong. Gue bingung nih. Lo gak pernah pernah kayak gini.“

Masih didalam pelukan Viona, aku menarik tangan Viona dan menempelkan telapak tangannya pada perutku. Viona mendorong bahu ku perlahan meminta jarak untuk menatap wajah ku.

“Sha? Kenapa? Lo laper?” tanya nya dengan raut wajah khawatir menoleh ke arah tangannya yang ku tempel di perutku.

“Ck....Vi\, gue___positif.”

Viona makin membelalakan kelopak matanya lebih lebar menatapku tajam seolah tak percaya dengan ucapanku.

“Lo hamdun, Sha?” tanyanya meminta kepastian ku.

Aku hanya mengangguk sambil menatap nya dengan bola mata ku yang sudah banjir air mata.

“Astaghfirullah....Serius, Sha?“

Kembali aku mengangguk lemah.

“Gara-gara si kampret Freddy?”

Aku mengangguk lagi.

“Lo yakin hamdun? Udah cek ke dokter belum?”

“Kayaknya sih iya, Vi. Mens gue udah telat dua minggu. Dan tadi pagi gue testpack hasilnya garis dua,” jawab ku lirih di sela tangisku yang mulai mereda. Viona meraih jemari tanganku dan mengelus nya lembut.

“Lo bawa test pack nya, kan? Ayo kita ke dokter sekarang, gue anter.”

Testpack ku? Ya Tuhan....

Ingatan ku kembali pada Testpack yang tergeletak di lantai kamar mandi di dalam kamar ku. Dan aku yakin benda itu masih di sana saat ini.

“Mati gue, Vi. Ketinggalan di kamar mandi.”

“Ah, b3go banget sih Lo, Sha. Ntar kalo ada yang nemuin gimana?”

Seketika wajahku memucat, tanganku gemetar, aku ketakutan. Membayangkan Bu Asih asisten rumah tanggaku yang rutin membereskan kamarku dan menemukan itu

lalu mengadu pada Mama dan Papa.

“Ohhh My God...!!!!!” Tanpa sadar aku berteriak, hingga menggema ke seantero Lobby apartement ini. Beberapa pasang mata yang melintas di sekitar kami menoleh pada ku kaget dan bingung.

Viona lekas mendekap ku kembali ke dalam pelukannya. Aku menangis sejadi-jadinya di bahunya.

Apa yang harus aku lakukan sekarang?

Happy Reading Gaesss....

jangan lupa like, favorit, vote, komen nya yah

lanjutttt....

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!