Bukan up ya guys 😌😌
Kalo kata temen gue, cerita kagak pake cast itu bisa menghambat zona halu. And then setelah uring uringan nanya sana sini akhirnya gw ketemu juga cast nya😭😭😭
1.Kenaslan Giovandra
Katakanlah bentukannya kalem subhanallah, namun nyatanya dia adalah makhluk paling ga jelas. Maniak kebersihan tapi terkhusus untuk dirumah saja. Hobi nya tak pasti, tapi yang jelas ia suka bahagia kalau liat Rigel sengsara.
2.Liora Alkesha
Pintar, baik hati, dan rajin menabung😇
Mimpi😢
Mottonya:hidup bahagia, mati masuk sorga. 😑
Tapi kata Viora Liora cocoknya jurusan neraka. 🙃
3.Altair
Walau Vela yang utama, tapi tetap makan adalah segalanya.
4.Rigel Arcturus
Kabarnya dia adalah makhluk paling bahagia se alam semesta tapi semenjak kepulangan sang mantan alias spica mendadak kepalanya di lengkapi awan hitam setiap kemana mana. _-
5.Vela Selenarsen.
Kesayangannya Altair:") tapi gak tau kenapa sering di cuekin. Pembawaannya kalem tapi kalau ketemu spica ambyar sudah.
6.Spica Andromeda
Anak seni super mager. Terkadang ada kalanya ia juga malas nafas. Baik dulu atau sekarang, saat pacaran ataupun udah jadi mantan, dia dan Rigel itu selalu jadi musuh bebuyutan.
7.Kainarel Givano
. Rada brengsek karena sayangnya sama Liora, tapi jadian nya sama Viora. _-
Tapi setiap orang pasti punya cerita masing masing.
8.Viora Elleza.
Sang kembaran yang sangat menderita lantaran wajahnya di jiplak oleh Liora. Seumur hidup gak rela punya wajah samaan sama Liora tapi apalah daya. Orngnya kalem tapi berbahaya.
Sekian dulu guys,, maaf kalau cast nya mengecewakan. Kalau ada saran silahkan ... Gw Terima dengan senang hati.
Untuk update itu sesuai pengumuman yg lalu, kalau update nya adlah tanggal 1 april nanti,. Gw masih ngumpulin draf biar update nya bisa konsisten kayak Altair yang konsisten mencairkan es krim sebelum memakannya 🤣🤣
Ok dah bye bye 😋
Mohon vote dan komennya serta di share ya guys 😌😇
"VIORA!!!"
"Yap! Gak usah teriak teriak, emang lu kira gua budeg?!!"
Hening tak ada jawaban. Kening Viora mengernyit, ia bangkit dari ranjang melangkah keluar kemudian melongokkan kepala di depan pintu melirik kiri dan kanan. Kosong. Tak ada orang.
"Li?"
Panggilnya pelan. Namun tak ada jawaban. Ia menelan ludah melihat lorong rumah yang gelap karena lampu-lampu sudah di matikan. Diberanikan-beranikan-nya untuk melangkah keluar dan mengetuk sebuah pintu yang berada tepat di depan pintu kamarnya.
Tiba-tiba entah angin lalu atau memang benaran ada yang lewat, Viora merasa sesuatu melesat cepat di belakangnya membuat ia terkejut dan berbalik spontan. Ia menoleh ke kiri dan kanan, hanya gelap yang ada, penerangan satu-satunya berasal dari lampu kamar Viora yang masih menyala. Ada yang aneh, padahal sekarang masih jam 7 lewat tapi kenapa semua lampu sudah dipadamkan?
"Li, lo dimana sih?"
Suara grasak grusuk menyahuti panggilan Viora, terdengar langkah kaki seperti diseret di atas lantai dan sura cakaran di dinding. Bulu kuduk Viora berdiri, pikirannya sudah menerawang kemana-mana.
"LLL-L-Lii???"
Nyali Viora sudah menciut, kakinya gemetaran. Ia paling anti dengan segala hal yang berbau horor, juga ia benci gelap karena ia sangat penakut, berbeda dengan kembarannya. Ia memejamkan mata dan semakin merapat ke dinding seraya merapalkan doa-doa dalam hati. Sementara itu sudut matanya sudah mulai berair bersamaan bibir yang memucat.
.
.
.
"V I O R A!!!!!"
"Aaaa..... Mamaaa!!!"
DUGH!
"Aduh!!!"
Jidat Viora sukses menghantam pintu kayu yang tertutup rapat hingga ia meringis kesakitan. Ia mengusap-usap jidatnya itu yang terasa agak sedikit benjol. Bersamaan dengan itu lampu-lampu kembali hidup satu persatu dan menampilkan sosok iblis jahanam yang tadi mengganggu Viora dan kini dengan tanpa dosanya ia malah tertawa di atas penderitaan Viora. Memang sudah jahanam level akut mah.
Karena kesal, Viora mengambil ancang-ancang melakukan serangan balik, tapi orang itu keburu kabur masuk ke kamar yang berada tepat di depan kamar Viora.
"Oi sini lo jangan kabur!!!"
Viora mencak-mencak dan menggedor gedor pintu kamar yang di sana tertempel kertas bertuliskan 'Liora's Room' dan dihiasi doodle warna-warni.
Bukannya minta maaf atau takut, Liroa malah tertawa keras di balik pintunya. Disaat seperti ini ia masih juga sempat-sempatnya mengatai Viora bego dan terus memanas-manasi.
"Lio! Buka gak! Awas ya, gue kaduin mama NTAR!!!"
"Bodo... " Balas Liora acuh kemudian terdengar ia justru berkarokean tidak jelas dari dalam sana.
Viora menggeram kesal dengan amarah yang sudah sampai ubun ubun, kepalanya panas sekaligus sakit akibat kejedot tadi.
"LIORA ALKESHA KELUAR LO!!!!"
Nah, meledak juga bomnya. Sekarang Viora dalam mode super duper kesal versi hulk macan rubah gila. Biasanya kalau sudah begini yang bisa mengademkan ya cuma....
"Ampun deh, kenapa lagi sih Vi? Kok teriak-teriak malam gini?"
Suara lembut dengan nada keibuan datang menyapa, menghentikan Viora yang sedang mencak-mencak kesal, juga membungkam Liora yang karokean gaje di dalam sana.
Viora menghentakkan kakinya kesal dan mengadu pada ibunya ulah Liora yang sungguh iblis jahanam tingkat dewa.
"Heran deh, kok bisa aku punya kembaran modelan begitu," sungutnya kesal.
"Udah mending kamu turun gih! Ada Narel nungguin di bawah."
Eh eh?
Tanpa ba-bi-bu dan peduli apa-apa lagi, Viora sudah melesat kabur menuju tangga dengan berlari kecil. Membuat Sang Ibu menggeleng-gelengkan kepalanya melihat tingkah anak gadisnya yang satu itu.
Nah sekarang, satu lagi....
Pintu dengan kertas bertuliskan Liora's Room itu terbuka, sebuah kepala menyembul disana. Liora nyengir kuda dengan watadosnya. Ia menggaruk-garuk tengkuk tak tau mau ngomong apa saat ibunya menatap minta penjelasan. Lebih tepatnya ia bingung mencari kata-kata yang bisa membuat ibunya kesal, kan oke tuh, bikin kesel mak sama anak, sepaket gitulah ceritanya. Eh, tapi kan dia juga anaknya? Ah, biarin.
"Lain kali jangan di ulang lagi," ucap ibunya kemudian berlalu setelah Liora mengangguk dan menyengir sok paham.
"Bye ma, love you...."
---
Awan+awan berkerumun menghalangi sinar mentari yang baru muncul dari ufuk timur, membuat hari ini tampak mendung. Langit gelap tampak siap menumpahkan curah air yang tak sanggup lagi di bendungnya.
Viora sudah siap dengan seragam sekolahnya. Rambut halusnya yang hitam pekat tergerai lurus sepunggung. Ia mengamati pantulan dirinya di cermin. Wajahnya dilapisi bedak tipis, terlihat natural seperti keinginannya. Senyum merekah di bibirnya bersamaan dengan ia membawa tubuhnya keluar dari kamar menuruni anak tangga satu persatu hingga pada akhirnya singgah di meja makan. Di sana sudah ada ayah dan ibunya menunggu untuk sarapan bersama.
"Pagi Pa, Ma," sapanya dengan senyum yang terus menghiasai wajah cantiknya. "Vio berangkat duluan ya, Narel udah jemput," tambahnya berpamitan sambil mengambil selembar roti yang sudah diolesi selai coklat kesukaannya.
Jordy dan Sanny tersenyum hangat melihat putri sulung mereka yang sudah tumbuh dewasa. Tinggal si bungsu yang belum keliatan.
Tepat setelah itu, Liora muncul dengan bersenandung kecil. Rambutnya yang dipotong sebahu di biarkan tergerai begitu saja. Terlihat sebuah tahi lalat di kening bagian kanannya serta cekungan di kedua pipinya yang muncul saat ia tersenyum. Membuat kesan cantiknya terlihat jelas. Cantik dan sederhana.
"Pagi mommy, dady...," sapa Liora dengan nada isengnya yang khas, kemudian ia duduk di salah satu kursi dan cengengesan mendapat pelototan tajam dari kedua orangtuanya. "Papa ganteng.... Hehe..., " godanya masih tak mau diam.
Jordy menghembuskan nafas pelan mencoba sabar dengan kelakuan anaknya yang satu ini.
"Semalem.... Hem...," ujar Liora sambil mengetuk-ngetukkan jari telunjuknya di atas meja, matanya mengerling jahil.
"LIORA!!!"
"Haha.... Kabuurrrr. Fighting ya mom and dad, moga sukses!"
---
Narel mengalihkan perhatian dari ponselnya saat aroma apel manis menguar di penciumannya memenuhi seisi mobil. Ia menatap gadis di sampingnya tak berkedip, lalu pandangannya jatuh pada sebuah kalung yang menggantung pas di leher gadis itu. "Kirain gak dipake kalungnya," komentarnya lalu tersenyum tipis.
"Sayang dong kalo gak dipake, lagian bagus kok. Thanks ya," sahut gadis itu yang tak lain adalah Viora. Ia tersenyum lebar memamerkan sederetan gigi rapihnya yang putih bersih. "Dah yuk berangkat!"
Narel menghidupkan mesin mobil kemudian melajukannya menembus udara pagi yang dingin dan lembab.
---
"Selamat pagi!"
"Pagi buuuu...."
"Keluarkan kertas kalian, pagi ini kita adakan kuis."
"HAh?!!!"
Seketika seisi kelas bergemuruh, beberapa murid menceletuk kesal. Kuis dadakan seperti ini yang bikin orang nyumpah nyumpah. Bahkan rasanya sarapan yang baru masuk barusan berontak minta keluar lagi sekarang. Ini yang bikin mood orang hancur, pagi-pagi sudah disuguhkan dengan soal-soal yang rumitnya minta ampun. Soalnya saja rumit apalagi isinya. That's right? Tapi menolak sekalipun tak ada gunanya, toh kuis ini akan tetap berjalan. Jadinya ya mau gak mau harus tetap mau.
Waktu yang disediakan untuk kuis adalah satu jam pelajaran dan Viora sudah selesai sejak 15 menit pertama. Ia mengumpulkan lembar jawabannya dan permisi untuk keluar.
Viora melenggang menuju kantin, ia membeli sebotol air mineral lalu duduk di salah satu kursi yang tersedia. Duduk disini cukup lama tak apa juga, pikirnya. Lagi pula ia sudah diberi izin untuk keluar sampai jam pelajaran pertama habis, tepat saat waktu kuis berakhir.
Hening dan sepi. Tak ada orang lain selain penjaga kantin dan Viora disini. Cukup bagus bagi Viora karena ia juga menyukai ketenangan. Namun tiba-tiba ketenangan itu harus musnah di gantikan suara bising dari beberapa anak laki laki yang baru memasuki kantin.
Itu Bimo dan teman-teman begundal nya. Sudah pasti mereka ada disini karena membolos. Guru guru tak akan merazia kantin ini kalau ingin mencari anak anak begundal setipe mereka ini. Yang biasanya jadi incaran untuk di razia itu kantin belakang, warung samping sekolah dan gudang di belakang sekolah. Mungkin sekarang razia itu sedang berlangsung makanya Bimo dan kawanannya pindah haluan ke sini.
Mata Viora memicing saat salah satu dari kelima lelaki itu mengambil langkah mendekat padanya. Tapi tunggu dulu.
Eh, berlima? Biasanya juga cuman berempat. Tambah anggota?
Tapi, rasanya Viora belum pernah melihat cowok berambut pirang yang saat ini sudah berdiri di hadapannya. Apa mungkin anak baru? Pikir Viora sambil mendongak menatap sosok yang menjulang di depannya itu.
Beberapa saat Viora keluar dari lamunannya dan memutuskan untuk segera bangkit dari duduknya. Dia harus secepatnya pergi dari tempat ini kalau tidak mau terlibat dengan para begundal disini.
Namun tanpa disangka cowok tadi mencekal tangannya membuat Viora kaget dan reflek melayangkan tangannya hingga terdengar bunyi tamparan yang keras di area kantin yang sunyi itu.
Cowok itu terdiam di tempatnya. Sementara Viora segera menarik tangannya.
“S-sory….” cicit Viora sedikit meringis melihat bekas kemerahan diatas kulit putih pucat cowok itu.
“Wuahahahaha….!”
Fokus Viora teralihkan pada Bimo dan kawanannya yang tampak tertawa begitu heboh atas penderitaan temannya. Viora dibuat makin panik oleh mereka , takut cowok itu makin marah. Tapi kemudian fokusnya lagi-lagi harus terbagi saat suara yang sangat ia kenal menyapa indranya. Viora reflek berbalik saat mendengar suara itu dan mendapati Narel yang berjalan mendekat. Begitu saja ia sudah merasa lega, setidaknya Narel bisa menyelamatkannya dari situasi ini.
"Oi! Sana ke ruang BK!"
Wah! Sugoi sekali. Hanya dengan perintah bernada kurang ajar itu saja sudah membuat keempat berandal cap kaki dua itu kalang kabut. Sayangnya mereka tak bisa menghindar karena selang beberapa detik saja sudah ada guru yang datang menyeret mereka paksa menuju nerakanya anak sekolahan, ruang BK.
Narel memang memiliki jabatan di OSIS dan salah satu pekerjaan rutinnya adalah memburu para siswa yang taat sekali untuk melanggar aturan. Viora merutuki lelaki itu dalam diam. Ia heran sendiri dengan hobi aneh Narel yang selalu menepuk-nepuk kepala Viora tiap kali ketemu. Viora jadi berasa seperti kucing yang bertemu majikan.
"Cemberut aja, senyum dong! Biar makin jelek hehe..."cetus Narel cengegesan dengan wajah innocent tanpa peduli dengan wajah Viora yang semakin kusut saja.
“Oh ya…” Viora teringat dengan cowok yang tak sengaja ia tampar tadi. Namun ketika menoleh pada kawanan Bimo yang sedang dirungkus oleh beberapa guru, cowok itu tidak ada bersama mereka. Ketika ia mengedarkan pandangnya, cowok itu juga tidak ada dimana-mana. Kemana dia menghilang dalam waktu sesingkat itu?
“Nyari apaan sih?” tegur Narel.
“Ah, enggak kok, gak ada,” balas Viora lalu menyuguhkan senyumnya.
Sementara itu dari arah pintu masuk kantin Liora tanpa sengaja melihat sekilas interaksi dua orang itu. Dalam beberapa detik matanya sempat bertemu pandang dengan Narel namun ia berpaling lebih dulu dan memilih pergi dari sana. Sambil merenggangkan badannya, Liora bergumam sendiri.
“Anak OSIS sibuk pacaran. Bolos ah….”
haiii
Lama gak ketemu yaa😁😁
Setelah dipikir lagi akhirnya author memutuskan untuk mempublish ulang lost harmony versi revisi. Soalnya yang versi lama itu berantakan banget. Mulai dari sini author usahakan untuk update secara teratur. rencananya mau update sekali dalam tiga hari, tapi kalau lagi mood mudah mudahan bisa tiap hari. namun kalau lagi gak ada inspirasi mungkin cuma bisa up sekali seminggu atau bisa jadi hiatus kayak sebelumnya.
Maksih buat yang udah mampir dan menyumbangkan suaranya, setiap dukungan kalian itu sangat berharga bagi author. maaf kalau banyak kekurangan dalam segi penulisan, penggambaran alur dsbgainya.
sekian yang dapat author sampaikan, sekali lagi Terima kasih banyak untuk readers sekalian.
*Regards
deelyure*
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!