Xiana Jizzy Ghozaline, adalah staff lama di Veleura, hanya saja Xiana belum pernah bertemu dengan atasannya meskipun hanya satu kali.
Giorgino Dirgantara adalah CEO dari Veleura, dia tinggal di luar negri dan hanya bekerja dari jarak jauh. Tapi tahun ini CEO akan pulang, dan aktif di Veleura.
Semua staff terlihat panik menyambut kedatangan CEO, karena menurut berita dari mulut ke mulut antar staf Dirga adalah CEO yang dingin dan pemarah.
Xiana yang menjabat sebagai sekretaris selama 3,5 tahun merasa gugup akan berita kepulangan CEO nya.
“Xiana, kamu sudah siap menghadapi Pak Dirga?” Tanya Alexa
“Di siap-siapin. Karena sudah tanggung jawab sebagai sekretaris CEO kan?”
“Semoga CEO kita gak seperti gossip yang kita dengar”
Xiana merapikan mejanya, dia sudah mendapat informasi dari sopir pribadi CEO jika mobil sudah dekat dengan kantor. Xiana segera turun menyambut kedatangan CEO di Lobby bersama dengan rekan kerja lainnya.
“Selamat datang Pak Dirga”
“Selamat datang Pak”
“Pak Dirga, selamat datang”
Banyak sekali ucapan dari staff yang tidak di jawab oleh Dirga, dia hanya diam dan menuju ke arah lift. Xiana membantu menekan tombol naik dan pintu lift terbuka lebar.
“Xiana?”
“Ada yang bisa saya bantu Pak?”
“Ikut saya ke ruangan, dan jelaskan detail tentang kantor ini”
“Baik Pak”
Xiana merasa gugup berada dalam lift yang sama dengan Dirga, karena mereka hanya berdua. Dirga tidak suka berbagi lift dengan staff kecuali asisten ataupun sekretarisnya.
“Kamu sudah mengenal saya, hanya saja ini pertemuan kita yang pertama”
“Benar Pak, selamat datang di Veleura”
“Reportnya”
“Permisi, silahkan Pak”
CEO membaca setiap report, kemudian bertanya kepada Xiana tentang proyek yang akan di kerjakan bulan depan. Xiana menjelaskan secara detail tentang pertanyaan CEO agar tidak ada miss komunikasi kedepannya.
“Oke Xiana, silahkan Kembali bekerja”
“Baik Pak”
Xiana meninggalkan ruangan CEO kemudian menuju mejanya dan Kembali bekerja seperti biasanya. Membalas email, mencetak berkas yang harus di tanda tangani oleh Direksi. Setelah siap dengan berkasnya, Xiana membawa masuk ke dalama ruangan CEO untuk meminta tanda tangan, karena biasanya tanda tangan CEO hanya digital yang kemudian di wakilkan oleh Direksi.
“Pak Dirga, mungkin saya bisa bantu siapkan minuman. Minuman apa saja yang Bapak sukai?”
“Kopi hitam tanpa gula, kopi 3 sendok”
“Baik Pak”
Xiana keluar dengan berkas di tangannya lalu menuju pantry untuk membuat kopi seperti yang di minta oleh CEO.
“Xiana hai”
“Hai Tom”
“Buat CEO ya?”
“Iya”
“Mau dong”
“Buat sendiri ya, udah ditunggu soalnya”
Xiana meninggalkan Tommy, dan segera menuju ruangan CEO membawakan kopinya. Xiana masih berdiri di samping meja menunggu respon CEO mungkin akan meminta tambahan yang lain.
“Oke, takaran kopi dan air sudah pas”
“Baik Pak, saya permisi dulu”
Hari ini semua staff sangat berbeda dari biasanya, jika biasanya mereka bekerja santai, hari ini semua tegang karena pertama kali CEO datang ke kantor setelah 6 tahun kematian Presdir.
Siang ini sebelum jam istirahat Xiana menuju ruangan CEO untuk mengambil catatan tentang pribadinya, apa saja yang di sukai dan tidak. Setelah membaca dengan teliti, CEO memang tidak begitu suka di layani, dia lebih suka sendiri.
Setelah membaca tentang kepribadian CEO, Xiana pamit meninggalkan ruangan CEO untuk segera bergabung dengan rekan-rekannya yang lain untuk makan siang.
“Xiana sini” Panggil Petra
“Hai, join ya”
“Memang sengaja kursi ini buat Xiana”
“Bisa aja ngerayunya” Sela Tommy
“Udah-udah ayo makan”
“Gimana CEO?”
“Gak rewel kok, gak minta aneh-aneh juga. Cuma minta kopi hitam tanpa gula dengan takaran 3 sendok teh kopi”
“Hmm baguslah”
Xiana mengobrol bersama Tommy dan Petra yang selalu menjadi timnya, masih ada satu orang lagi yaitu Aleena, tapi hari ini Aleena sedang cuti jadi tidak bisa ikut menyambut kedatangan CEO.
Setelah istirahat makan siang, Xiana menuju pantry untuk membuatkan kopi CEO. Karena menurut yang Xiana baca setelah makan siang CEO biasanya minum kopi hitam tanpa gula. Xiana membawa kopi yang dia buat menuju ruangan CEO, lalu meletakkan kopi di meja sisi kanan CEO.
“Xiana, jarak rumah kamu ke kantor berapa lama? Saya butuh efisiensi waktu agar tidak terbuang sia-sia”
“30 menit Pak”
“Paling lama?”
“45 menit Pak”
“Terlalu lama, jangan buang-buang waktu, pindah ke tempat yang sudah saya siapkan. Jika saya butuh kamu, tidak perlu menunggu waktu lama”
“Baik Pak, saya akan izin orangtua”
“Surat pengantar dari kantor akan terbit hari ini bisa kamu bawa pulang untuk meyakinkan orangtua kamu”
“Baik Pak, terimakasih”
Xiana keluar dari ruangan CEO lalu menghembuskan nafas dengan kasar, Xiana seperti tidak bisa bernafas saat berada dalam ruangan CEO, tatapan intimidasi, dan semua permintaan yang harus Xiana setujui tanpa berpikir panjang jika masih ingin bekerja di Veleura.
“Tegang banget”
“Tom”
“Iya?”
“Nanti aja kita bahas, meja disini pun punya telinga dan mulut”
“Hahaha oke”
Sore hari saat jam pulang kerja Xiana masuk ke departemen personalia untuk mengambil surat dari CEO yang disebut surat pengantar untuk membantu Xiana mendapat izin dari orangtuanya.
“Xiana, ini suratnya”
“Baik Bu, terimakasih”
Xiana meninggalkan departemen personalia, menuju halte tempatnya menunggu bus yang akan mengantar kerumahnya. Dalam waktu yang sama Dirga melewati halte, kemudian melihat ke arah Xiana lalu dia menatap lurus kedepan dan melewatkan Xiana begitu saja.
“Izin Pak, Ibu minta saya membawa Bapak ke rumah”
“Hmm”
“Terimakasih Pak”
Bus yang di tunggu Xiana datang, banyak karyawan Veluera berebut untuk naik, Xiana hari ini tidak beruntung karena dia tidak bisa naik. Xiana memilih untuk menunggu bus berikutnya dari pada harus berdiri berdesak-desakan.
Tringggg!
“Halo Bu” – Xiana
“Xiana, kunci rumah di pot ya. Ibu sama Ayah ke luar kota” – Ibu Xiana
“Iya Bu” – Xiana
“Ibu sudah masak tinggal di panasi” – Ibu Xiana
“Makasih Bu” – Xiana
Xiana menghela nafasnya, belum selesai dengan pindah tempat tinggal, berebut bus, sekarang orangtua Xiana harus keluar kota yang berarti Xiana tidak bisa meminta izin langsung malam ini.
Dalam keadaan seperti ini CEO tidak akan bisa memaklumi Xiana, mau tidak mau Xiana harus melarikan diri dari rumah dan meminta izin setelah orangtuanya Kembali dari luar kota.
Bus yang Xiana tunggu sudah datang, dia segera naik dan duduk di belakang sopir bus. Dalam perjalanan Xiana hanya menatap kea rah jalan raya, memperhatikan banyak kendaraan memenuhi jalanan.
.
.
.
“Dirga, kenapa langsung kerja hari ini. Harusnya setelah sambutan langsung pulang”
“Banyak kerjaan Ma”
“Kamu ini sama aja seperti Papa”
“Aku gak akan tinggal disini Ma, aku tinggal di rumahku sendiri supaya lebih dekat tidak buang-buang waktu”
“Dirga, mama sudah ditinggal Papa, kamu juga mau ninggalin mama disini?”
“Mama bisa datang ke tempatku kapan pun Mama mau”
“Dirga, Mama kesepian selama kamu tinggal di luar negri, Mama Cuma mau kamu tinggal dirumah sama Mama”
“Maaf Ma, gak bisa”
Dirga menolak keinginan orangtuanya bukan karena sudah tidak menyayanginya lagi, melainkan Dirga sudah bosan dengan setiap tingkah laku orangtuanya yang tiba-tiba menjodohkannya dengan anak koleganya.
Setelah makan malam di rumah orangtuanya, Dirga Kembali ke rumahnya, menyusuri jalanan yang tidak pernah lengang sedikitpun. Baru hari pertama tiba di tanah air, Dirga sudah Lelah menghadapi jalanan yang selalu macet.
Sementara itu dirumah Xiana, dia sedang memanasi masakan yang di masak oleh Ibunya, lalu Xiana segera makan dan istirahat.
.
.
.
Pagi ini Xiana berangkat lebih awal karena harus menuju tempat yang sudah di katakan oleh CEOnya, sebagai tempat tinggalnya agar lebih efisien. Sampai di tempat yang di maksud oleh atasannya, Xiana segera mengambil kunci di satpam lalu meletakkan barang-barangnya dan segera menuju kantor.
“Pagi Xiana”
“Pagi Ibu. Kok pagi sekali Bu datangnya”
“Iya sekalian antar anak sekolah tadi karena sopirnya lagi gak masuk”
“Iya Bu”
Xiana menuju mejanya, melihat jam di tangannya masih menunjukkan pukul 7.45, Xiana menuju pantry membuat teh hangat untuk dirinya sendiri. Pekerjaannya sudah dia selesaikan sore hari sebelum pulang, jadi saat pagi Xiana tiba di kantor dia hanya membalas beberapa email yang masuk saja.
“Pagi Pak”
“Pagi”
Melihat CEOnya sudah datang, Xiana segera ke pantry membuatkan kopi lalu membawa ke ruangan atasannya.
“Permisi Pak, kopinya”
“Terimakasih dan duduk dulu”
“Baik Pak”
Xiana hanya memperhatikan tangan CEOnya yang sedang membuka berkas dari yang Xiana kerjakan, kemudian memberikan tanda tangannya lalu mengembalikan ke Xiana.
“Datang ke kantor jam berapa?”
“7.30 Pak”
“Report ini?”
“Saya kerjakan sore sebelum pulang, jadi pagi saya hanya membalas email masuk saja”
“Good. Saya suka cara kerja kamu. Pertahankan Xiana”
“Baik Pak terimakasih”
Xiana meninggalkan ruangan CEO menuju mejanya dan Kembali bekerja, dengan sesekali Xiana menatap ke dalam ruangan CEO yang sedang bekerja.
Giorgino Dirgantara memiliki tinggi 186cm, badan yang tegap dan dada yang bidang. Wajah yang tampan, hidung mancung dan mata yang sangat tajam. Dengan wajah dan postur tubuh yang dia miliki, banyak Wanita datang mendekatinya namun tidak ada satu pun yang berhasil.
Selama 35 tahun Dirga hanya menjalin hubungan dua kali, lalu dia tidak pernah menjalin hubungan dengan siapapun, karena Dirga lebih memilih focus dengan pekerjaannya.
“Xiana mau join dinner nanti malam? Sama Tommy dan Aleena juga”
“Okey”
“Xiana ikut saya visit”
“Baik Pak”
Xiana mengikuti Langkah CEOnya, dengan sedikit terburu-buru karena atasannya langkah kaki atasannya sangat lebar. Dirga mengunjungi beberapa departemen dan menemukan beberapa masalah disana.
“Xiana, siapkan ruang meeting dan minta semua HOD untuk menuju ruang meeting sekarang”
“Baik Pak”
Setelah meeting bersama dengan Dirga dan semua kepala divisi, Xiana menyiapkan makanan dan kopi hitam tanpa gula seperti yang diminta atasannya.
“Xiana, temani saya makan”
“Baik Pak”
Xiana hanya duduk menemani atasannya makan siang, Xiana memperhatikan wajah tampan tersebut dengan seksama, siapapun wanitanya pasti akan beruntung mendapatkan Dirga sebagai pasangannya.
“Saya sudah mencari tahu tentang kamu dan keluarga kamu”
“Maaf Pak, apa saya membuat kesalahan?”
“Tidak. Saya membutuhkan kamu untuk menolong saya”
“Apa saya bisa melakukan itu Pak?”
“Sangat bisa”
Degg!
Xiana merasakan jika nafasnya mulai berat, dia berfikir apa yang harus dia lakukan untuk membantu seorang CEO yang sudah pasti bisa melakukan apapun sendiri dengan kekuasaannya.
“Saya tahu kamu butuh biaya untuk kuliah adik kamu, dan biaya pengobatan ayah kamu”
“Iya Pak”
“Saya bisa memberi kamu 50juta sebulan, untuk membantu saya. Anggap saja ini gaji tambahan kamu”
“50 juta Pak?”
“Iya”
Xiana seperti mendapat tiupan angin surga Ketika dia mendengar kalimat 50 juta dari atasannya.
“Saya setuju Pak”
“Kamu yakin?” Tanya Dirga dengan menatap mata Xiana yang membuat Xiana menjadi gugup.
“Saya yakin, karena tidak mungkin Bapak meminta saya melakukan hal yang tidak wajar”
“Oke, surat perjanjian akan saya kirim ke email kamu, print dan tanda tangan di atas materai”
“Baik Pak”
Dirga menatap punggung Xiana Ketika meninggalkan ruangannya, rambut tebal terurai, kulit yang putih mulus, badan langsing, dan mata yang indah. Saat pertama melihat Xiana, Dirga sedikit tertarik dengan mata indah Xiana.
Ditambah lagi Xiana adalah gadis yang cerdas, bisa mengimbangi cara kerja dan pola piker Dirga, yang membuat Xiana mendapat poin lebih.
Sore ini Xiana menyelesaikan beberapa pekerjaannya, termasuk report dan surat perjanjian tersebut, Xiana membaca setiap poin dia hanya harus bertindak seperti yang diinginkan oleh Dirga, tanpa menjelaskan apa yang harus dia lakukan.
Xiana menandatangani surat tersebut lalu menyimpan dalam map, dan menumpuknya paling atas di meja Dirga, lalu Xiana meninggalkan kantor untuk makan malam bersama rekan-rekannya.
Malam ini Xiana tidak lagi menggunakan Bus, dia memesan taksi online dan menuju lokasi diman rekan-rekannya berada.
“Hai, sorry telat.”
“It’s okay Xiana, gimana?”
“Apa len?”
“CEO lah”
“Suhunya minus”
“HAHAHA” Tommy tergelak mendengar ucapan Xiana.
Aleena yang baru saja masuk sangat terpesona dengan ketampanan CEO, tapi Aleena menyadari jika CEO tersebut hanya bisa di kagumi dan tidak akan bisa di miliki.
“Kalau aku jadi Xiana, tiap malam mimpi ba-sah”
“Aleena! Jangan mulai” Sanggah Petra
“Normal Petra”
“Gak! Kamu kelainan”
“Hahahaha”
Xiana hanya mendengar celoteh dari rekan-rekannya. Dengan mengambil camilan untuk dia nikmati.
Malam ini Xiana pulang sedikit larut, diantar oleh Tommy menuju tempat tingggal yang di berikan oleh Dirga. Tommy tidak heran lagi karena memang CEO tersebut memiliki kebiasaan gila kerja yang tinggi.
“Mau aku antar sampai masuk?”
“Gak usah tom, sampai sini aja. Makasih Tom”
“Sama-sama Xiana”
Xiana turun dari mobil Tommy, menuju rumah yang dia tempati, kemudian Tommy meninggalkan Xiana karena dia sudah masuk ke dalam rumahnya.
.
.
.
Pagi ini Xiana datang tidak se pagi biasanya karena jarak rumah dengan kantornya sangat dekat. Dia hanya membutuhkan waktu lima menit saja untuk sampai.
Di kantor Xiana membalas beberapa email sambal menunggu kedatangan atasannya, melihat CEO datang, Xiana segera menyapa lalu menuju pantry untuk membuatkan kopi.
“Permisi Pak”
“Silahkan duduk”
“Baik Pak, terimakasih”
“Xiana, tugas kamu tidak berat. Hanya menemani saya kalua saya butuhkan, misalnya acara dengan kolega”
“Baik Pak”
“Tapi sebagai pasangan saya”
Deggg!
“Pak..”
“Kamu sudah tanda tangan disini”
“Tapi Pak, apa saya bisa. Dari status sosial saja kia berbeda Pak, saya hawatir hanya akan membuat Bapak malu”
“Saya sudah mencari tahu soal kamu, jadi tidak usah hawatir. Baju dan kelengkapannya akan saya support supaya kamu bisa mengimbangi saya”
“Baik Pak”
Xiana keluar dari ruangan Dirga dengan lesu, karena dia merasa bodoh untuk tidak bertanya tentang apa yang harus dia lakukan demi 50juta yang di sampaikan oleh CEOnya.
“Xiana kenapa itu?” Tanya Aleena kepada Tommy
“Mungkin di tegur”
“Xiana gak pernah buat salah selama kerja, tumben”
“Udah biarin, nanti kita bahas waktu break”
Xiana mendapat pesan dari atasannya jika malam ini Xiana harus ikut dengannya untuk membeli perlengkapan seperti tas, baju, sepatu dan perhiasan untuk menunjang tampilan Xiana.
Malam ini Xiana pergi bersama atasannya menuju pusat perbelanjaan. Rasa canggung terlihat jelas dari gerak gerik Xiana. Namun sangat berbeda jauh dengan Dirga yang terlihat tenang dan cool.
Tidak ada obrolan diantara mereka berdua, karena Xiana tidak memiliki topik pekerjaan untuk di bahas, sedangkan Dirga memang tidak begitu suka basa basi.
Sampai di lokasi, Xiana mengikuti Dirga di belakangnya, pertama Dirga masuk ke dalam toko sepatu dengan brand terkenal. Tidak hanya sepasang sepatu, tapi Dirga membelikan 10 pasang sepatu, untuk bekerja dan untuk bepergian.
Kedua, Dirga membawa Xiana menuju toko tas, dengan brand yang sama dan membeli 4 buah tas untuk Xiana dengan harga fantastis.
Ketiga, Xiana dibawa masuk ke dalam toko baju, untuk membeli baju formal dan santai, dan terakhir Dirga membawa Xiana ke tempat perhiasan untuk membeli perhiasan dan aksesoris demi menunjang penampilannya.
Setelah berbelanja, Dirga membawa Xiana menuju restaurant jepang untuk makan malam bersama.
“Materi pertama, ada di email kamu. Nama dan karakter yang harus kamu hadapi”
“Baik Pak, saya akan mempelajarinya”
Tidak ada obrolan lain selain bunyi sumpit yang menyentuh piring atau pun gelas yang di letakkan di atas meja.
“Pak Dirga, mala mini saya izin pulang ke rumah karena waktu itu orangtua saya di luar kota, dan saya belum izin untuk pindah tempat tinggal”
“Oke. Nanti diantar driver, setelah mengantar saya”
“Baik Pak Terimakasih”
Selesai dengan makan malamnya, Dirga dan Xiana segera pulang, setelah Dirga turun, sopir mengantar Xiana untuk Kembali ke rumahnya.
“Bu..”
“Kamu dari mana Xiana, ini jam berapa?”
“Ada meeting Bu, CEO baru balik dari luar negri. Jadi harus menyusun ulang semuanya”
“Ibu udah masak, kamu makan dulu terus istirahat”
“Bu, Ayah udah tidur ya?”
“Belum, masih telfon adikmu”
“Bu, akum au ngomong sama ayah dan Ibu. Bisa?”
“Bisa, duduk dulu Ibu panggil Ayah”
“Xiana, ada apa nak?”
“Ayah, Ibu. Xiana ada kerjaan tambahan yang cukup besar gajinya, tapi Xiana gak bisa jauh dari kantor. Ini surat dari kantor untuk izin ke Ayah dan Ibu”
Ayah Xiana membaca surat tersebut kemudian membaca dengan teliti, dan menganggukan kepalanya, menatap ke arah Ibu Xiana dan menatap dengan penuh keyakinan.
“Nak, saat ini kami sangat bergantung sama kamu. Kami tidak akan menghalangi pekerjaanmu, tapi jaga diri baik-baik. Ayah dan Ibu pasti akan datang jengukin kamu”
“Ayah.. terimakasih”
Xiana bernafas lega karena tidak perlu meyakinkan orangtuanya, Xiana masuk ke dalam kamar lalu beristirahat karena besok Xiana harus bangun lebih awal supaya tidak terlambat.
Pagi ini Xiana dijemput Kembali oleh sopir atasannya, Xiana harus mampir kerumah untuk mengganti pakaiannya.
Setelah siap, Xiana Kembali ke mobil atasannya dan menuju ke kantor.
“Xiana” Panggil Aleena
“Hai, tumben pagi banget”
“Aku ketinggalan laptop banyak kerjaan belum selesai. Hmm tas baru, sepatu dan baju, ada ap aini hah?”
“Ssstt nanti aku certain. Jangan disini”
“Oke”
Xiana bekerja di depan komputernya dan membalas beberapa email, kemudian menuju pantry untuk membuatkan kopi atasannya. Semalam Xiana bergadang untuk mempelajari nama dan karakter yang di tulis oleh atasannya tersebut.
“Xiana, ke ruangan saya”
“Baik Pak”
“Xiana, hari ini karakter pertama akan datang. Siapkan diri kamu”
“Baik Pak”
Setelah keluar dari ruangan atasannya, Xiana Kembali sibuk dengan pekerjaannya namun kali ini dia tidak bisa fokus karena harus menghadapi karakter pertama yang akan di temuinya hari ini.
“Pagi, saya Rini. Bisa ketemu sama Pak Dirga”
“Selamat Pagi Bu Rini, mari Ibu saya antar”
“Ini ruangan Pak Dirga, silahkan Ibu”
“Terimakasih”
Rini adalah orangtua dari Dirga, dan hari ini Dirga akan memperkenalkan Rini dengan Xiana yang menjadi teman dekat Dirga selama dua tahun belakangan ini. Dirga melakukan ini untuk menghindari perjodohan orangtuanya.
“Dirga? Jadi perempuan cantik yang antar mama barusan? Itu?”
“Iya Ma, aku dekat sama Xiana udah dua tahun, dia kerja disini sudah tiga tahun lebih. Anaknya pinter, dan gak gampang panik”
“Keluarganya?”
“Ayahnya pensiunan guru, dan Ibunya dulu perawat, adiknya masih kuliah semester 4 fakultas hukum”
“Keluarga yang sederhana, tapi itu bukan masalah. Kenalkan sama mama secara resmi, mama tunggu”
“Oke Ma”
Rini meninggalkan ruangan Dirga, kemudian berhenti di meja Xiana hanya untuk basa-basi, kemudian meninggalkan Xiana yang sedang bekerja dan kembali pulang.
“Harusnya yang ini gak sulit” Gumam Xiana.
Makan siang hari ini Xiana dan Aleena memilih ke café dekat kantor, untuk membahas perubahan Xiana hari ini. Dan setelah Xiana menceritakan, Aleena sangat terkejut namun Aleena berharap ini akan menjadi kenyataan.
“Biasanya dari pura-pura, jadi beneran”
“Apasih. Gak akan mungkin, kita beda status sosialnya”
“Status sosial itu gak penting Xi, yang penting dia memperjuangkan”
“Jangan halu deh, in ikan Cuma kerjaan tambahan aja”
“Hahaha aku berharap sih ini jadi kenyataan buat kamu Xi”
“Aleena, jaga rahasia ini ya”
“Janji. Cum akita berdua aja yang tau”
Tingg!
Ponsel Xiana berbunyi, dia membuka pesan dari Dirga yang mengatakan, besok akan membawa Xiana ke rumah orangtuanya, dan mala mini mereka harus pergi makan malam untuk meyakinkan orangtua Dirga, jika malam ini Xiana sudah resmi menjadi kekasihnya.
“Kenapa Xi?”
“Bapak bilang besok kerumahnya”
“Hahaha laju sekali”
“Diem deh”
Xiana dan Aleena kembali ke kantor lalu melanjutkan pekerjaan mereka masing-masing. Sampai waktu pulang, semua staff sudah berkurang, tapi Xiana masih sibuk dengan pekerjaannya. Menyiapkan file untuk besok pagi supaya tidak tergesa-gesa.
Dirga keluar dari ruangannya menatap kea rah Xiana yang sedang membersihkan berkas dan merapikan pekerjaannya. Lalu Xiana segera turun untuk pulang.
Sampai dirumah Xiana segera mandi dan bersiap untuk pergi dengan Dirga. Xiana sudah memakai dress yang diminta Dirga, dress hitam dengan belahan yang sampai ke paha membuat Xiana terlihat sangat seksi.
Dengan rambut curly terurai, menggunakan anting sedikit panjang, dan memilih sepatu heels dengan warna senada dengan dressnya.
Ting!
“Saya di depan” – Dirga
“Baik Pak, saya keluar” – Xiana
Xiana keluar rumah dan berjalan menuju mobil Dirga, dengan matanya yang tajam Dirga bisa melihat kecantikan Xiana meskipun dari jauh, aura mahal Xiana terpancar karena penampilannya saat ini.
“Permisi Pak”
“Silahkan”
Dengan perasaan tidak nyaman karena baju Xiana sedikit terbuka, dia harus menutupi dengan rambutnya untuk daerah dada. Dirga menyadari akan hal itu, tapi dia tidak bertindak apapun.
Sampai di lounge, Dirga dan Xiana menuju meja yang sudah di pesan, mereka menikmati makan malamnya.
“Kenapa jadi kayak kencan beneran sih, kan harusnya foto-foto, terus pulang” batin Xiana
“Kamu siap untuk ke rumah besok?”
“Siap Pak”
“Demi uang, dia rela ngapain aja” Batin Dirga.
Setelah makan, Dirga meminta staff lounge untuk mengambil foto mereka. Dan yang paling berkesan adalah, Dirga membawa cincin sungguhan dan memakaikannya di jari manis Xiana. Dengan ukuran yang sangat cocok di jari Xiana.
Cup!
Xiana terperanjat saat Dirga mencium dengan lembut tangan Xiana, dia benar-benar syok karena yang di lakukan Dirga di luar dugaannya.
“Pura-pura? Dimana pura-puranya kalua begini astaga” Batin Xiana dengan tangan sebelah kanannya meremas gaun.
“Kenapa Xiana?” Tanya Dirga dengan tetap menggenggam tangan Xiana.
“Gak apa-apa Pak, saya hanya terkejut”
“Saya suka cara kamu menghadapi kejutan ini, tidak berlebihan dan tetap tenang”
“Kalau kamu bisa menyikapi setiap kejutan dari saya, akan saya tambah uangnya. Karena menghadapi orangtua saya, tidak cukup dengan foto saja”
“Baik Pak”
“Masuk materi ke dua, kamu sudah baca?”
“Sudah Pak, di hadapan Ibu Rini saya harus panggil Bapak dengan sebutan sayang”
“Good girl” Ucap Dirga dengan mengusap jari lentik Xiana.
Dirga tidak mempedulikan Xiana yang sedang gugup, dia tetap memperlakukan Xiana seolah-olah dia adalah kekasihnya. Dirga melakukan ini bukan tanpa alasan, melainkan ada mata-mata yang dikirim oleh Ibunya, tapi Dirga tidak memberi tahu kepada Xiana jika ada yang memata-matai mereka.
Dengan tatapan intens dari Dirga, dan Xiana juga menatap lekat kearah Dirga dengan sejuta pertanyaannya. Tapi demi uang, Xiana akan melakukannya dengan baik, bersikap seperti layaknya pasangan.
Dirga berdiri lalu mengajak Xiana pulang, Dirga berjalan dengan menggandeng pinggang ramping Xiana, meskipun Xiana tidak nyaman dia tidak bisa bertindak banyak.
.
.
Xiana pagi ini sedikit terlambat karena tiba-tiba dia merasa sakit, dengan suhu badan yang agak tinggi, Xiana tetap memaksa untuk bekerja, ditambah lagi hari ini aka nada makan malam di rumah keluarga Dirga.
“Pagi Xiana” Uacp Tommy
“Hai Tom, eh ini hardisk kamu. Thanks ya”
“My Pleasure Xiana”
“Hahaha apasih”
Dirga melihat interaksi Xiana dengan Tommy, kemudian menuju lift khusus untuk sampai dengan cepat di ruangannya.
Xiana menuju pantry membuatkan kopi lalu memberikan kepada Dirga.
“Xiana”
“Iya Pak, ada yang bisa saya bantu”
“Jaga interaksi kamu dengan staff laki-laki”
“Baik Pak”
Tidak banyak perlawanan dari Xiana karena memang Xiana sudah menyetujui perjanjian yang di buat oleh Dirga.
“Xiana, ayo meeting”
“Iya Tan, duluan ya. Aku siapkan ini dulu”
“Okee”
Meeting kali ini sedikit berbeda karena tiba-tiba CEO ikut bergabung, padahal hanya meeting antar staff CEO untuk saling meringankan pekerjaan, dan menyelesaikan secepat mungkin agar kejadian seperti departemen lain tidak terjadi di departemennya.
Dirga memberi apresiasi untuk kekompakan staffnya, cara kerja seperti ini harus di bangun di setiap departemen untuk menghindari terjadinya miss komunikasi.
Xiana terlihat pucat, Dirga menatap tajam kearah Xiana yang di sadari oleh staffnya. Semua hanya diam dan tidak ada yang berani berkomentar.
“Xiana, ke ruangan saya”
“Baik Pak”
Dirga lebih dulu keluar dari ruang meeting, kemudian di susul oleh Xiana. Staff yang berada di ruang meeting seperti tidak bisa bernafas saat mereka harus meeting dengan CEO. Aura ruangan meeting menjadi mencekam saat CEO ikut serta.
“Ada yang bisa saya bantu Pak?”
Deggg!
Xiana membeku saat tangan Dirga menyentuh dahinya, dia hanya bisa menelan ludahnya karena dia yakin kali ini bukan pura-pura.
“Istirahat saja dirumah, jangan maksa kerja”
“Gak apa-apa Pak, saya baik-baik aja”
“Kamu mau menggagalkan rencana saya?”
“Baik pak, saya izin istirahat dirumah”
“Hmm”
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!