NovelToon NovelToon

Setelah Di Khianati Sahabat Dan Kekasih

Mereka Kembali Membawa Luka

"Mas, apa benar kamu akan pulang?"

"Mas, kenapa sejak seminggu ini tidak menghubungi ku lagi. Tidak memberi kabar, apa kamu tahu, aku sangat merindukan mu. Dan aku sangat mengkhawatirkan mu.''

Seorang wanita cantik duduk di teras rumah dengan tatapan lekat menatap layar ponsel. Pesan itu sudah dari 20 menit yang lalu ia kirim kan kepada sang pujaan hati, namun pesan darinya tak kunjung di balas. Jangankan di balas, di buka saja tidak.

Pesan itu terkirim dan centang dua, tapi sang pemilik hp tak kunjung membuka dan membaca.

Hal itu membuat seorang Jemima menjadi resah gelisah, apa yang terjadi, kenapa sang kekasih tak kunjung memberi kabar.

"Apa dia sibuk?"

"Apa dia tidak merindukan aku?"

"Apa dia sedang merencanakan sesuatu untuk memberikan aku kejutan?"

"Atau apa dia sakit?"

Pikir Jemima.

Jemima berusaha menghalau jauh jauh pikiran yang tidak-tidak terhadap sang kekasih, dia berusaha untuk terus percaya dan berpikir positif, dia sangat yakin semua akan baik-baik saja.

Jemima Kidung Wulan namanya, gadis desa dengan paras bisa dibilang sempurna. Putih bersih kulit nya, rambutnya lurus dan panjang sepinggang, tinggi tubuh nya begitu ideal dengan berat badan, hidungnya mancung, bibirnya bewarna merah muda dan menggoda, pokoknya dia bisa dibilang sempurna dan mendapatkan gelar kembang desa dari warga desanya.

Selain itu, perilaku nya begitu santun, selaras dengan kecantikan parasnya.

Jemima memiliki kekasih bernama Rakha, mereka sudah menjalin hubungan selama lima tahun lamanya, tepat nya saat keduanya masih duduk dibangku sekolah, dan sekarang Rakha berada di Ibukota, dia baru saja mendapat gelar sarjana muda setelah menuntut ilmu di suatu fakultas Jakarta dan langsung diterima bekerja di perusahaan ternama dengan gaji tidak main-main dan tentu jabatan nya pun tidak main-main, Rakha pantas mendapatkan itu karena selama ini dia begitu disiplin, cerdas, dan begitu bersungguh-sungguh mengejar impian nya.

***

"Jadi beneran Nak Rakha akan pulang, Nduk?'' tanya Abah Hasan pagi hari, Abah Hasan adalah Ayah Jemima.

Jemima diam mendapati pertanyaan itu, wajahnya datar dan terlihat bingung.

"Nduk, ada apa?" kali ini sang ibu yang bertanya.

"Tidak apa-apa Abah, Ibu. Iya, Mas Rakha akan pulang." Jemima mengangguk kecil sembari mengulas senyum.

Jemima terpaksa berbohong, ia tidak ingin membuat kedua orang tuanya banyak bertanya lagi.

Kabar akan kembalinya Rakha dari Ibukota sudah senter terdengar dari mulut warga termasuk mulut keluarga Rakha sendiri. Bagaimana tidak, di desa Bujung Sakti itu, keluarga Rakha merupakan keluarga terpandang dan Ayah nya adalah kepala desa di sana.

Para warga sibuk bergosip ria menanti kepulangan anak sang kepala desa yang tampan lagi berjaya itu, sementara Jemima, sangat-sangat kebingungan, dia sungguh tak mengerti dibuatnya. Jikalau ada warga yang bertanya padanya, dia hanya bisa mengangguk kecil sembari mengulas senyum tipis.

Kalau tadi malam nomer sang kekasih masih aktif dan masih bisa dihubungi, tapi pagi hari, setelah Jemima mencoba menghubungi dan mengirim pesan, nomer itu sudah tidak aktif lagi. Dan pesan nya pun tak terkirim lagi.

***

"Jemima, jadi bener Rakha dan Rarasita akan pulang?" saat sedang berbelanja di warung, Jemima sedikit kaget mendapati pertanyaan tersebut.

"Em Rarasita?" ulang Jemima dengan mimik sedikit bingung.

"Iya, tadi kata Ibu nya Rara, Rara akan pulang bareng bareng sama Rakha. Kamu kan sahabat nya Rara, masak tidak tahu," jelas Ibu pemilik warung.

***

Setelah kembali dari warung, Jemima langsung masuk kamar, dia meraih benda pipih yang tergeletak di kasur lalu langsung menghubungi sang sahabat.

Setelah mencoba menghubungi, ternyata nomer yang dihubungi tak aktif.

"Rarasita dan Rakha pada kemana sih? kenapa mereka sulit sekali dihubungi?" gumam Jemima dengan kepala sedikit pusing.

Mereka Kembali Membawa Luka 2

"Aku takut, Rakha."

"Jangan takut. Yakinlah aku akan melindungi mu, aku akan selalu ada di sisi mu."

"Tapi ... Kita sudah melakukan kesalahan besar. Bagaimana dengan Jemima? Dia pasti akan sangat terluka dan kecewa kalau tahu yang sebenernya terjadi diantara kita."

"Ya ... Mau bagaimana lagi. Aku khilaf dan kamu juga. Aku sebenarnya juga tidak sampai hati membuat Jemima kecewa, tapi kamu pun tak mau kan kalau aku meninggalkan mu begitu saja setelah kejadian itu."

Rarasita menggeleng cepat. Lalu air matanya terjatuh membasahi pipi.

Rakha memeluk Rara dengan segera, "sudahlah, jangan menangis lagi. Maafkan aku."

"Aku takut ha-hamil, aku takut membuat orang tua kita murka," suara Rara sedikit tercekat, lalu isakan nya semakin menjadi.

"Tenanglah, aku akan bertanggungjawab. Setelah kembali ke Desa, aku akan melamar mu, lalu menikahi mu dengan segera.''

"Apa kau masih mencintainya? Lima tahun kalian berpacaran, aku yakin kau pasti sangat mencintai nya."

"Jujur, saat masa sekolah aku memang sangat takut kehilangan nya, karena dia merupakan wanita tercantik dan paling pintar di sekolah kita. Namun, setelah kuliah dan sekarang mendapatkan pekerjaan yang menjanjikan di Ibukota, aku berpikir wanita seperti dia tidak lah pantas menjadi pendamping ku. Selama ini dia hanya menetap di desa, kalau di bawa ke Ibukota dia pasti akan bertingkah norak. Dia dan aku tidaklah sepadan. Yang dibilang orangtuaku selama ini memang benar adanya. Kamu lah yang pantas mendampingi ku Rara. lagipula selama menjalani hubungan jarak jauh, aku merasa bosan padanya."

Setelah mendengar penjelasan Rakha, Rara mengeratkan pelukan nya pada tubuh tegap itu. Tubuh yang pernah memberikan kehangatan di malam yang dingin.

Satu bulan yang lalu.

"Selamat ya Rakha, akhirnya kamu di terima bekerja di perusahaan cakrawala group. Aku ikut bahagia, karena pada akhirnya kekasih sahabat ku dapat mengwujudkan impian nya selama ini. Jemima pasti sangat senang mendengar kabar baik ini."

Malam hari Rara datang menemui Rakha di kost-an, setelah mendengar kabar baik itu lewat sosial media, akhir nya Rara memutuskan menemui Rakha, dia ingin mengucapkan selamat secara langsung pada Rakha.

"Terimakasih banyak Ra, selamat juga untukmu yang sudah diterima bekerja sebagai sekretaris di perusahaan Karya Gemilang. Aku salut pada mu, tidak sia-sia kita menuntut ilmu ke jakarta, akhirnya sekarang kita memetik hasilnya,"

Rara tertawa kecil mendengar perkataan Rakha, mereka mengobrol cukup lama, ada saja bahan obrolan mereka, hingga tidak terasa malam sudah semakin larut.

Selama di Jakarta, Rara dan Rakha memang sering menghabiskan waktu bersama saat akhir pekan, apalagi jarak kost-an mereka yang tidak terlalu jauh, selain itu mereka juga berkuliah di kampus yang sama, hanya jurusan saja yang berbeda.

Saat Rara sudah berdiri ingin pulang, tiba-tiba hujan turun begitu deras, hujan tidak diiringi dengan petir jadi mereka tidak tau hujan akan datang.

"Duh ... Gimana nih?" ucap Rara gelisah menatap tetesan hujan yang turun begitu cepat.

"Kamu nginep di sini saja malam ini. Em ... Kamu tidur di kamar aku, aku biar tidur di sofa saja," tawar Rakha.

Rara yang tadinya berdiri, lalu duduk di sofa yang sama dengan Rakha. Mereka duduk cukup dekat, hingga bahu mereka saling bersentuhan.

"Jadi gak apa-apa nih kalo aku nginep di sini?"

"Ya gak apa-apa Ra. Dari pada kamu sakit. Lagian jarum jam sudah menunjukkan pukul 11 malam, takut juga terjadi hal yang tidak diinginkan padamu saat di perjalanan,''

"Kamu bener juga,"

Rara akhirnya setuju untuk menginap di kost-an Rakha.

Rakha lalu mengantar Rara ke kamar, "Nah, ini kamarku, kamu tidur di sini ya."

Mereka berdua duduk bersampingan di atas kasur.

Tadinya hujan tanpa petir, tiba-tiba saja petir menyambar dengan suara menggelegar. Reflek Rara memeluk tubuh Raka.

"Sorry Rakha, aku takut banget sama petir, kamu tau itukan," ucap Rara seraya perlahan melepaskan pelukan nya. Pipi nya bersemu merah.

Rakha menatap Rara lekat, netra keduanya beradu pandang.

Lalu ...

Cup!

Rakha mendaratkan bibirnya pada bibir Rara. Tanpa penolakan, Rara pun mengikuti hawa nafsu nya.

Mereka bercumbu cukup lama, saling bertukar saliva dengan nafas menggebu-gebu.

Pagi harinya, mereka kaget atas apa yang telah mereka lakukan. Pakaian keduanya sudah terlepas, dan mereka memilih untuk merahasiakan kejadian yang terjadi begitu cepat.

Setelah kejadian itu, Rakha tak lagi mengabari Jemima, begitu juga dengan Rara, dia juga menghindari Jemima.

Di Desa, Rarasita juga merupakan keluarga terpandang, orang tuanya memiliki perkebunan kelapa sawit yang luas. Dan dia merupakan anak tunggal.

***

"Alif, ba, ta ... Jim,"

"Kak Jemima, bukannya setelah ta itu tsa," ucap anak kecil yang berusia lima tahun.

"Eh iya, maaf ya Alifa, Kakak gak fokus soalnya, ayo ulangi lagi. Alif, ba, ta, tsa ..."

Karena terus kepikiran sahabat dan kekasih nya, membuat Jemima jadi tidak fokus mengajar mengaji.

Iya, di desa, orang tua Jemima yang sudah renta menerima anak anak yang ingin belajar mengaji. Ayah Jemima merupakan guru ngaji di bantu oleh Jemima.

"Kata ibunya Rarasita tadi, besok Rara akan pulang bareng Rakha. Ah ... Aku jadi tidak sabar menunggu kepulangan mereka. Mereka pasti sengaja tidak memberikan aku kabar karena mereka ingin memberikan kejutan yang membahagiakan pada ku," ucap Jemima di dalam hati sambil tersenyum-senyum.

Bersambung.

Mereka Kembali Membawa Luka 3

Malam hari.

"Aku harus tidur lebih awal, supaya besok aku bisa bangun lebih awal. Aku harus mempersiapkan diriku dengan baik untuk menyambut kepulangan Rarasita dan Rakha. Iya. Ah ... Jadi tak sabar pengen ketemu dan peluk mereka untuk melepas rindu."

Jemima bergumam dengan senyum tipis. Dia sudah membayangkan besok bagaimana bahagia nya dia bisa melihat Rakha dan Rara lagi setelah mereka tidak berjumpa dalam waktu cukup lama.

Saat terlelap, Jemima bermimpi bertemu sahabat dan kekasihnya, tapi di dalam mimpi nya dia malah mengalami kejadian yang tidak diinginkan.

( Kita putus! Aku sudah tidak mencintai mu lagi. Sekarang aku lebih memilih bersama Rarasita. Aku dan Rara akan segera menikah. )

( Iya. Lebih baik kamu ikhlas kan saja Rakha bersama ku Jemima. Karena aku dan Rakha saling mencintai. )

( Tidak. Kalian cuma mengerjai ku, kan? Katakan kalau kalian sedang berbohong. )

( Sudahlah, ayo Rara, kita pergi saja. ) Rakha menggenggam tangan Rara lalu mereka berdua meninggalkan Jemima begitu saja.

Jemima berteriak sekuatnya memanggil Rara dan Rakha, meminta mereka kembali tapi mereka sama sekali tidak menyahut dan menoleh, mereka tetap berjalan semakin menjauh meninggalkan Jemima.

Tangis Jemima pecah.

"Jangan tinggalin aku. Hu hu hu."

"Jemima, kamu kenapa, Nak?"

Jemima merasakan tepukan pada pipi nya, lalu dia terbangun dengan nafas terengah-engah.

Sang ibu khawatir melihat Jemima.

"Bu, aku mimpi buruk." Jemima berucap sembari mengatur tarikan nafasnya.

"Ya ampun, kenapa air mataku beneran keluar," ucap Jemima saat dia menyentuh ujung matanya dia merasakan basah.

"Memangnya kamu mimpi apa, Nak? Makanya sebelum tidur baca doa dulu,"

"Aku mimpi .... Ah tidak, Bu. Tidak."

"Ya sudah, kalau kamu tidak mau cerita. Sekarang buruan bangun, adzan subuh sudah berkumandang, kita sholat bareng-bareng,"

"Iya, Bu." Jemima mengangguk.

Sang Ibu keluar dari kamar.

"Ah tidak. Itu hanya mimpi. Mereka tidak mungkin mengkhianati aku. Mungkin karena terus memikirkan mereka membuat mereka masuk ke alam mimpi ku. Mimpi hanyalah bunga tidur, tidak mungkin menjadi kenyataan." Jemima meyakinkan diri sendiri bahwa semuanya akan baik baik saja.

***

Pukul tujuh pagi.

Jemima sudah rapi dengan pakaian terbaiknya. Dia memakai dress berwarna putih dengan panjang di bawah lutut, dress berlengan panjang. Rambut indahnya dibiarkan tergerai, dia memoles wajahnya dengan make-up tipis. Penampilan sederhana namun terlihat sangat cantik.

Sang Ibu tersenyum melihat putri semata wayangnya itu.

"Kamu pasti sudah tidak sabar pengen bertemu Rakha. Ibu harap setelah pulang Rakha dapat memberi kepastian tentang hubungan kalian. Kalian sudah cukup umur, sudah dewasa, dan sudah sepantasnya menjalin hubungan yang lebih serius. Kalian sudah berpacaran cukup lama, Ibu harap Rakha segera melamar mu. Usia Ibu dan Abah sudah tidak muda lagi, di sisa sisa usia kami, kami berharap bisa melihat mu menikah, syukur syukur bisa melihat mu melahirkan juga," tutur sang ibu dengan pandangan penuh harap.

"Ah Ibu jangan berkata seperti itu. Ibu dan Abah harus tetap hidup menemani ku. Aku tidak bisa membayangkan bagaimana hidup ku tanpa kalian. Ibu doakan saja ya, semoga Rakha segera melamar ku."

"Amin. Ibu dan Abah selalu mendoakan yang terbaik untuk mu. Semoga kamu dijauhkan dari orang yang tidak baik, dan semoga kamu di dekatkan dengan yang baik-baik. Itulah doa yang selalu kami panjatkan setelah selesai sholat."

Jemima memeluk sang ibu, dia sangat terharu mendengar perkataan sang ibu.

***

Jemima mengendarai motor matic nya menuju sebuah rumah, di perjalanan tubuh nya merasa panas dingin saking gugupnya.

Dia mendengar kabar katanya Rakha akan tiba pukul delapan pagi, jadi dia memutuskan untuk pergi langsung ke rumah Rakha.

Meskipun Rakha tidak memberi nya kabar, tapi sebagai seorang kekasih, tentu Jemima harus berinisiatif sendiri agar dia bisa bertemu orang yang di rindu selama ini. Agar rasa rindu nya dapat terobati.

Meskipun Jemima tau, selama ini orang tua Rakha kurang menyukainya, tapi Jemima tetap berusaha agar mereka bisa menerima Jemima.

Terkadang hinaan sering kali di terima nya dari mulut orang tua Rakha, tapi Jemima masih tetap setia pada Rakha, karena selama ini Rakha terus meyakinkan nya bahwa semuanya akan baik baik saja. Selama Rakha masih memperjuangkan hubungan mereka, maka semuanya akan baik baik saja. Begitu pikir Jemima.

Setelah melewati perjalanan yang tidak terlalu jauh, akhirnya Jemima sampai di tempat tujuan. Motornya berhenti tepat di depan gerbang tinggi yang tertutup rapat.

bertepatan dengan itu, klakson mobil berbunyi dari arah belakang, Jemima menoleh kebelakang dan tersenyum melihat mobil yang membawa Rakha sudah datang.

"Minggir kamu!" teriak Ibunya Rakha yang berada di dalam mobil.

Jemima menepikan motornya, pintu gerbang dibuka dari dalam dan mobil melaju memasuki gerbang.

Saat Jemima akan ikutan masuk, pintu gerbang malah di tutup oleh penjaga.

"Pak, izinkan aku masuk. Aku ingin bertemu Mas Rakha," ucap Jemima memohon.

"Maaf, kamu tidak di izinkan masuk, ini perintah Nyonya Ibu. Lebih baik kamu pergi."

"Tapi Pak ..." ucap Jemima menggantung karena pintu gerbang sudah terlanjur di tutup oleh penjaga.

Jemima tertegun mendapati perlakuan yang tidak mengenakkan itu, tadi sekilas dia sempat melihat Rakha duduk di dalam mobil, duduk berdampingan dengan seorang wanita yang di duga Jemima orang itu adalah Rarasita, karena wanita itu mirip dengan Rara.

Tapi yang membuat Jemima bertanya-tanya dan keheranan, kenapa Rara dan Rakha tidak membela nya, tidak memperbolehkan nya masuk. Padahal selama ini dua orang itu selalu menjadi garda terdepan melindungi dan membela nya dari orang orang yang ingin menyakiti nya.

"Ada apa ini? kenapa mereka seperti tidak menganggap aku ada. Kenapa mereka bersikap abai padaku?" gumam Jemima sedih, lalu setetes air mata jauh membasahi pipinya.

Akhirnya Jemima memilih pulang dengan perasaan kecewa.

Impian nya ingin bertemu Rakha tak kesampaian, tapi dia masih berharap Rakha datang ke rumahnya.

"Dia pasti datang menemui ku." Pikir Jemima yakin.

Bersambung.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!