NovelToon NovelToon

TEMANKU ADALAH SUAMIKU

Awal

Gadis itu sedang duduk merenung di teras rumahnya. Kepalanya menengadah menatap hamparan bintang yang kelap kelip di langit malam itu. Setiap melihat bintang, gadis itu tersenyum, membayangkan kedua orang tuanya yang terlihat sangat indah diatas sana. Sambil berharap, gadis itu juga berdoa untuk kedua orang tuanya yang lebih dulu pergi sejak ia kecil. Kini, gadis kecil itu sudah tumbuh dewasa dan mandiri. Di usianya yang genap dua puluh tahun, gadis itu menjalani hidup dengan baik didampingi paman serta bibi dari keluarga mendiang sang ayah.

Airin Isabelle namanya, gadis berparas cantik yang kini sedang menghapus bulir air mata dikedua sudut matanya. Ia tidak kuasa jika sudah membayangkan kedua orang yang sangat ia rindu dan ia cintai. Airin terus mengingat kenangan masa kecil bersama mereka. Dan Airin sangat berharap kelak kedua orang tuanya akan bangga dan bahagia telah memiliki seorang puteri sepertinya, meski hanya melihatnya dari atas sana. 

Airin menghela nafas panjang, ia segera bangun dan beranjak kedalam kamarnya. Ia harus segera tidur karena besok harus melanjutkan rutinitas seperti biasanya. 

•••

Hari sudah berganti dan beberapa jam telah berlalu, setelah menyelesaikan mata kuliahnya, bersama sahabatnya Vina, Airin berjalan menuju kantin untuk menikmati makanan ringan dan minuman dingin kesukaannya. Keduanya asik berbincang, membahas segala hal yang menimbulkan gelak tawa hingga membuat Airin tersedak minumannya.

Vina menyikut Airin, kedua matanya fokus menatap kearah laki-laki yang berjalan seorang diri memasuki kantin.

Airin mengikuti arah tatapan Vina. Dan Airin tahu siapa yang Vina maksud. Ya, sosok laki-laki bertubuh tinggi, berparas tampan dan penampilan yang menarik. Airin mengenal laki-laki itu.

Airin mulai menjawab pertanyaan Vina. Laki-laki bernama Adrian, yang merupakan temannya saat SMA. Aura berkharisma yang Vina lihat dari sosok Adrian, menggambarkan bahwa Adrian pernah memimpin organisasi terbesar di sekolah mereka, yaitu OSIS.

Vina dibuat kagum dengan Adrian. Sosok tampan, pintar, tegas yang menarik perhatiannya sejak awal masuk kuliah. Vina pun berbalik cerita pada Airin. Vina berterus terang bahwa ia sudah cukup lama menyukai Adrian. Namun gadis itu tidak memiliki keberanian untuk sekedar menyapa apalagi mengajak Adrian berkenalan.

Mendengar Airin mengenal sosok Adrian, tentu membuat Vina bersemangat. Ia meminta Airin untuk membantunya pendekatan dengan Adrian. Airin pun setuju, sepertinya tidak ada masalah jika mereka menambahkan seseorang untuk menjadi teman.

Mengingat saat SMA, Airin sendiri tidak begitu mengenal Adrian dengan baik. Selain mereka berada di kelas yang berbeda, Airin juga tidak dekat Adrian, karena laki-laki itu sudah sibuk dengan kegiatannya sendiri. Memimpin OSIS dengan berbagai rapat dan acara penting yang menjadi tanggung jawabnya. Adrian menghabiskan waktunya untuk itu semua.

Untuk mengabulkan permintaan Vina, Airin memberanikan diri menghampiri Adrian yang masih berdiri di salah satu penjual makanan di kantin mereka.

Adrian menyambut Airin dengan senyum lebar seakan sudah mengenal Airin dengan baik. Padahal Airin berpikir, Adrian tidak akan mengenalnya. Ya, sepertinya wajar, tidak mungkin seseorang mampu mengingat seluruh teman-temannya di sekolah. Apalagi Adrian dengan segala kesibukannya, ternyata Adrian mengenal Airin dengan baik.

Langsung saja ke tujuan awal, Airin menjelaskan pada Adrian bahwa ada seseorang yang ingin berkenalan dengannya. Sahabat dekatnya yang ia perkenalkan dengan Adrian, namun sosoknya tidak lagi terlihat disana.

Adrian dibuat bingung, sebab ia tidak menemukan sosok yang dimaksud Airin. Vina sudah menghilang entah kemana, Vina pergi tanpa memberitahunya.

Suasana mendadak canggung, entah apa yang harus Airin lakukan, yang jelas Vina telah membuatnya malu. Adrian pun tertawa, ia memaklumi situasi saat itu, ia paham Vina merasa ragu dan malu-malu mengajaknya berkenalan.

Namun Adrian tidak ambil pusing, ia menepuk bahu Airin seakan tidak masalah dengan apa yang terjadi. Akhirnya, ia pun memulai pertemanannya dengan Airin saat itu juga. Mereka memulai pertemanan yang akan membuat hubungan mereka menjadi dekat dan akrab. Perihal Vina, sepertinya ia akan menyusul.

...••••••...

Haaayyy guys...

selamat datang di novel pertamaku di akun baru hehehe

udah berapa tahun ya aku nggak nulis lagi? Maklum, lagi sibuk sama keluarga

Jujur udah kangen banget nulis cerita cerita lagi, tapi sayang akun yang dulu udah gak bisa dipake, terpaksa bikin akun baru deh

Next aku upload chapter selanjutnya ya,

Jangan lupa klik love, dan tinggalkan jejak lainnya

Terimakasih banyak ♥️♥️♥️♥️

Hutang Apa?

"Ayah..."

"Ibu..."

"Gimana kabar kalian?..."

Airin menarik nafas panjang, kedua kakinya pun turut bersila diatas tempat tidurnya. Jemarinya mengusap lembut foto yang menggambarkan sepasang suami istri disana.

Ya, itu adalah foto mendiang orang tuanya yang telah lama pergi meninggalkan Airin sejak ia balita. Bulir air mata mulai menetes, Airin menceritakan semua keluh kesahnya.

Ada banyak sekali hal yang Airin lewatkan selama perjalanan hidupnya. Tentu, itu semua tidak lah mudah. Tumbuh bersama Paman dan Bibi dengan kehidupan yang serba kekurangan, membuat Airin harus belajar sambil bekerja dalam beberapa waktu terakhir.

Tidak sampai disitu, masalah hidupnya terus bertambah. Airin selalu dihantui dengan sosok pria dewasa, seorang duda kaya raya yang terus mengejar-ngejar dan memaksakan diri untuk menikahinya, sebut saja namanya Benny.

Benny tidak berusaha seorang diri, ia dibantu oleh Pandu dan Susan yang tidak lain adalah paman dan bibinya sendiri. Setiap hari, setiap waktu, setiap saat, keduanya selalu meminta Airin untuk menerima lamaran dari duda itu. Meski Airin selalu menolak, mereka berdua pun tidak pernah menyerah untuk memaksa.

Airin sudah sangat lelah. Ia pikir, ia bisa beristirahat setelah pulang bekerja. Tetapi ia salah, ia malah mendapat omelan dengan suara yang lantang dari Susan. Bibinya terus mengoceh karena Airin berani mengabaikan ucapannya.

Apa yang membuat Susan sampai marah seperti itu? Dengan berani, Airin membohonginya. Sebelum pergi bekerja, Airin sudah berjanji akan menghampiri Benny dirumahnya. Tetapi apa yang terjadi, nyatanya Airin justru langsung pulang kerumah. Gadis itu memberi alasan bahwa ia sudah sangat lelah, namun Susan tidak menerima alasannya itu.

Alhasil, sepanjang malam Susan memarahinya. Membuat Airin hampir gila karena merasa di teror setiap saat.

•••

Keesokan harinya, restoran tempat Airin bekerja masih ramai oleh pengunjung. Adanya beberapa menu baru menjadi daya tarik dari restoran yang perlahan-lahan terkenal di kalangan dari berbagai generasi saat ini. Airin mengencangkan tali apron dipinggangnya sebelum mengantarkan menu selanjutnya.

"Silahkan" Ucap Airin sambil tersenyum setelah menyajikan makanan diatas meja.

Namun senyumnya semakin lebar setelah seorang wanita paruh baya memasukkan beberapa lembar uang kedalam saku apronnya.

"Untuk kamu, Semangat kerjanya ya, Nak."

"Wah, terimakasih banyak, Oma."

Sambil memeluk nampan ditangannya, tidak henti-hentinya Airin tersenyum sambil terus bersyukur. Memang rezeki tidak akan kemana dan tidak akan tertukar, Airin selalu menerima berapa pun "tips" dari pengunjung restoran yang membuatnya semakin semangat untuk bekerja.

Beberapa jam telah berlalu, Airin sedang bersiap untuk pulang kerumah. Teman yang akan melanjutkan pekerjaannya pun sudah datang dan bersiap. Lega rasanya setelah melewati jam kerja yang terasa panjang dan melelahkan. Tidak sabar rasanya bagi Airin untuk segera membaringkan tubuhnya diatas tempat tidur.

"Akhirnya pulang juga. Gak sabar nyampe rumah. Capek banget."

TIN TIN TIN TIN 

Suara ribut klakson mobil menghentikan langkah Airin yang hendak mencari angkutan umum disisi jalan. Airin berbalik ke sumber suara, menatap sosok dibalik kemudi mobil mewah berwarna hitam yang perlahan berjalan kearahnya.

"Itu kan?..."

"Pak Benny?..."

Airin terkesiap, ia panik seketika "Duh, aku harus kemana nih."

Airin bergegas pergi, berlari sekencang mungkin menghindari mobil Benny yang terus membuntutinya.

Namun sayang, usahanya gagal karena mobil itu berhasil menghadang, membuat si pemilik turun dan menghampirinya tanpa jarak.

"Hey, Airin? Mau kabur kemana lagi kamu?."

Airin melangkah mundur, ia ketakutan berhadapan dengan Benny, "Pak? Saya-"

"Diam! Kamu jangan banyak bicara" Ucap Benny dengan lantang,

"Bisa-bisanya semalam kamu nggak datang kerumah saya!."

"Kamu dengar, ya. Om kamu itu, si Pandu, dia sudah memberikan kamu ke saya!."

"Karena apa? Karena dia tidak bisa membayar hutang-hutangnya pada saya."

"Hutang? Hutang apa?."

"Bapak ngomong apa? Maksudnya-"

"Kamu bisa tanya ke Pandu nanti. Sekarang kamu ikut saya."

"ENGGAK!" Airin berteriak sambil menghempas tangan Benny yang hendak menyentuhnya,

"Jangan melawan saya, Airin!."

"Saya nggak mau ikut Bapak!."

"Kalo Bapak berani macam-macam saya teriak sekarang juga! Biar Bapak dipukulin orang-orang!."

"Argh! Awas kamu, ya!."

Akhirnya Benny pun pergi. Airin merasa lega bisa terbebas pria itu. Kini, ia harus meminta penjelasan dari sang Paman tentang hutang yang Benny maksud.

...•••...

bersambung lagi yaa

Gimana gimana?????

Siapa yang makin penasaran sama ceritanya? jangan lupa tinggalin jejak ya biar aku Makin semangat up chapter baru...

Terimakasih Banyak guyysss ♥️

Tommy?

Airin tiba dirumah. Dengan cepat kakinya melangkah menghampiri sang Paman dan Bibi yang sedang asik menyeruput teh hangat di meja makan. Raut wajah Airin yang terlihat emosi, menimbulkan tanda tanya dari Susan, sang Bibi.

Sedangkan Paman nya, Pandu. Ia tampak panik, matanya melirik Susan dengan cemas, sepertinya yang ia takutkan akan terjadi, keponakan perempuannya itu sudah mengetahui alasan dibalik perjodohan Airin dengan pria Benny itu.

"Kamu kenapa?" Susan bertanya dengan tenang, ia sempatkan untuk menyeruput teh nya sekali lagi,

"Udah ketemu Pak Benny?."

"Udah cukup, Tante. Airin tau kenapa Om sama Tante ngotot minta Airin nikah sama Pak Benny."

"Karena kalian punya hutang kan? Iya, kan?."

Pertanyaan Airin membuat Paman dan Bibinya saling bertatapan. Mereka tidak bisa membantah, mereka pun menjelaskan semuanya pada Airin. Pandu menuntun Airin untuk duduk bersama mereka. Ia usap bahu Airin untuk membuatnya tenang,

Pandu membuka suara, ia menceritakan awal mula mereka berhutang pada Benny. Alasan kesulitan ekonomi, membuat mereka terpaksa melakukan itu. Sudah lama sekali, ya, mereka berurusan dengan Benny sejak lama, saat Airin masih kecil.

Mereka berdua melakukan itu, karena harta warisan peninggalan kedua orang tua Airin sudah habis tak tersisa. Hanya satu-satunya rumah yang mereka meliki. Demi menyambung hidup, demi menyekolahkan Airin, mereka membuat perjanjian tertulis dengan Benny.

Perjanjian apa itu? Tentu saja, Benny meminta Airin sebagai jaminannya. Jika mereka tidak bisa melunasi hutang dalam waktu yang sudah di tentukan, mereka harus menikahkan Airin dengan Benny. Perjanjian itu membuat Susan dan Pandu senang, mereka tidak perlu membayar hutang dan mereka akan mendapatkan keuntungan jika Airin menikahi duda kaya raya itu.

Urusan mereka adalah, mereka harus membuat Airin bersedia menikah dengan Benny. Tetapi, sepertinya niat mereka gagal, tidak disangka Airin sudah mengetahuinya.

Mendengar penjelasan sang Paman, rasanya tidak masuk akal untuk Airin. Mengapa mereka harus berhutang cukup banyak hanya untuk bertahan hidup? Sedangkan Airin tahu, sang Paman bekerja dan ia pun bekerja setelah menyelesaikan tugasnya sebagai pelajar.

Alasan yang tidak masuk akal, terlebih perjanjian yang sangat-sangat merugikan dirinya. Airin semakin marah, ia tidak terima dengan keputusan seenak jidat yang dilakukan Paman dan Bibinya.

Detik itu juga, Airin menolak keras hal sekonyol itu. Pandu menghela nafas panjang, dugaan pun benar. Berbeda dengan reaksi Pandu, sepertinya Susan tidak kalah marah dengan Airin. Ia melempar gelasnya sebelum berteriak memarahi Airin sekuat tenaga. Suara Susan begitu menggelegar, Pandu tampak bingung untuk menghentikan istrinya itu.

"Dasar anak tidak tahu terima kasih! Sudah bagus kami mau merawat kamu dari kecil sampai sekarang..."

"Minimal kamu tau arti balas budi."

•••

Pertengkaran Airin dengan Paman dan Bibinya semalam, membuat Airin sangat tidak bersemangat pergi kuliah. Ia merasa tertekan, seperti ada beban yang sangat berat di pundaknya.

Airin melirik Vina yang sedang duduk di sebelahnya, sepertinya, ia akan merasa lega jika menceritakan seluruh masalahnya pada Vina. Ya, tidak ada salahnya, sebelumnya ia pernah menceritakan awal mula Benny terus mendekatinya, kali ini Airin akan bercerita keseluruhannya.

"Apa, Rin? Jadi karena alasan itu?" Pertanyaan Vina dibalas anggukan Airin, ia menghela nafas berat, punggungnya terkulai lemas di sandaran kursi. Entah lah, Airin sudah bingung harus berbuat apa.

Airin mendengarkan ocehan Vina, tentu sahabatnya itu tidak terima. Bahkan, Vina mengatakan ia berani menemui Benny untuk menentang perjodohan konyol yang dihadapi Airin. Namun Airin melarang, ia tidak mau memperburuk suasana jika Vina ikut campur.

Keheningan tercipta diantara mereka, Vina mendadak sibuk dengan pikirannya, ia berusaha memikirkan jalan keluar agar sahabatnya itu terbebas dari masalahnya. Namun berbeda dengan Airin, ia terkesiap, matanya menatap seorang laki-laki yang baru turun dari mobilnya. Laki-laki itu adalah Tommy, mantan kekasihnya.

Melihat reaksi Airin, Vina menyikut lengannya, ia mengejek tatapan Airin saat melihat Tommy. Bahkan ia menyarankan Airin untuk kembali pada Tommy. Airin berdecih, meski ia masih menyayangi Tommy, ia tidak akan pernah mau kembali bersamanya.

Airin langsung alihkan pandangannya pada ponselnya. Cukup lama, sampai mereka tidak menyadari sosok Tommy sudah duduk pada kursi dihadapan mereka. Lebih tepatnya, di depan Airin yang seketika terkejut dengan kedatangan laki-laki itu.

"Tommy? Kamu ngapain?" Airin bertanya sambil bangun dari duduknya.

Sungguh, ia sudah malas berurusan lagi dengan laki-laki itu. Entah apa yang membuatnya tiba-tiba datang menghampiri mereka,

"Rin? Duduk dulu" Vina menahan tangannya, namun Airin tetap melenggang meninggalkan kantin.

Tommy berlari, ia terus mengikuti Airin karena panggilannya tidak diindahkan oleh gadis itu. Tiba di keramaian, langkah Airin mulai mengendur, kesempatan untuk Tommy karena ia berhasil menarik Airin ke belakang gedung. Disana, ia meminta Airin untuk menahan emosinya, sebab niatnya bertemu bukan untuk membuat Airin marah.

Dengan hati-hati, Tommy jelaskan maksudnya untuk bertemu Airin, Tommy memberi tahu bahwa ia akan segera menikah dengan Bella. Bella? Siapa dia? Bella adalah perempuan yang baru saja melahirkan anak Tommy.

Hal menyakitkan untuk Airin, Tommy kembali membuatnya sakit hati. Sudah ketahuan selingkuh sampai Bella mengandung anaknya, kini Tommy berani mengundangnya ke acara pernikahannya itu. Ini adalah sebuah penghinaan untuk Airin.

Gadis itu berdecak, tidak habis fikir dengan apa yang dikatakan Tommy. Airin pun menolak hadir tanpa pikir panjang. Dan tanpa sepatah kata lagi, ia pergi meninggalkan Tommy. Ia kesal, sangat kesal.

Airin berlari kecil saat Tommy memanggilnya, ia hsrus menghindar, jangan sampai Tommy mengejarnya lagi.

BRUK

"Adrian?!" Airin panik seketika. Karena emosi yang meledak, ia berjalan tanpa memperdulikan sekitar. Ia tidak sengaja menabrak Adrian di tikungan koridor, membuat dahi laki-laki itu memar karena terbentur tembok.

"Ya Tuhan, ini gimana?" Airin bergumam, ia semakin panik, "Adrian? Maaf ya. Aku nggak sengaja..."

"Sakit, ya?."

"Nggak apa-apa. It's ok."

"It's ok? Ini merah, lho?."

"Maafin aku, ya" Ucap Airin penuh penyesalan. Karena dirinya lah Adrian terluka

Airin reflek berjinjit untuk meniup-niup luka di dahi Adrian. Hanya beberapa detik, karena posisi wajah mereka yang sangat dekat, membuat Airin terkesiap dan tertunduk malu,

"Maafin, aku nggak sengaja."

"Jangan minta maaf terus, cuma luka kecil..."

"Lo mau kemana buru-buru gitu?."

"Nggak kemana-mana, tapi- ke toilet, aku mau ke toilet, hehe" Ucap Airin sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

Alasan yang keluar dari mulutnya secara tiba-tiba, membuat Adrian menautkan kedua alisnya,

"Aku pergi dulu ya, Adrian."

"Sekali lagi aku minta maaf" Airin melesat pergi, ia menghilang dari pandangan Adrian,

"Entah siapa yang ketabrak lagi kalo lari-larian begitu" Adrian bergumam sambil menggeleng-gelengkan kepalanya

...••••••...

Yuk yuk, seperti biasa jangan lupa tinggalkan jejak

Terimakasih dukungannya♥️

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!