Bayangan Dalam Dinasti
perkenalan
Gaharu riven ravindra
Sifat:: cuek, misterius dan keras kepala, emosional, baik, pintar dalam hal virtual (komputer) dia sedikit terlihat seperti mempunyai tekanan dari berbagai situasi.
hobi:: baca buku,foto grafi analog dan merakit senjata api
asal usul nya misteri, dan bisa di bilang ga ada yang tau dia siapa,dia asal nya dari mana, dan siapa keluarganya, di seperti anak sebatangkara yang mempunyai uang berlimpah untuk menggantikan kesunyian nya.
Dario marco alessandro
alesandro adalah marga.
sifat :angkuh, keras kepala, ada sisi jahat di balik dirinya yang suka meledek seperti tengil, suka becanda, dan keliatan seperti punya banyak tekanan dari keluarga nya. tapi dia tidak pernah nurut apa kata keluarga nya, dan sedikit sombong dan semena mena, dia suka pada viola tapi dia selalu di tolak, karna dia kasar dan suka merendahkan orng lain, tapi dia juga pintar, cerdik, licik
Hobi: club, menelusuri dan menpelajari berbagai macam jenis alkohol
Viola olive bamanthara
Sifat: lemah lembut, cerdas , pintar , sangat ramah, punya prinsip, ceroboh
hobi:: biolla,ballet,piano dan melukis
kenapa hobi viola banyak? karna dari kecil viola di tuntut keluarga nya untuk tidak membuang buang waktu, maka dari itu viola banyak mengikuti kegiatan kegiatan non akademik, dan viola menemui banyak hal yang sangat ia sukai, ya itu hobinya
bukan itu aja, viola punya gangguan mental GAD.
bhamantara itu adalah marga keluarga viola
Falala kitty emillia
sahabat viola, dia periang, dia polos, dan dia juga agak pemberani, pintar, cantik, dia sangat mudah untuk di bohongi,
hobinya:: membaca novel anime, dia juga pintar dalam bahasa asing, suka tenis
dia baik dan sangat care pada viola
Narala mentari, dia sedikit ambis dalam hal akademik karna tuntutan keluarga nya, dia pacar nya zey, narala terkadang sedikit egois dan sedikit tegas, dia juga sahabt viola, dia sangat suka bercocok tanam, apalagi soal aktivitas penghijauan dan pemeliharaan lingkungan
Zey adrian, sahabat riven/gaharu
dia laki laki ceria,positif vibes dan rajin belajar, dia adalah ketua BEM yang sangat disiplin dan juga jujur, dia punya pasangan bernama narala
Bram ashton bamanthara
dia sangat sayang kepada viola, karna viola anak perempuan satu satunya,ia juga sangat protektif pada viola, bukan karna dia anak perempuan tapi dia juga sangat pintar dan sering memenangkan banyak mendali atau penghargaan dari pentas pentas hobinya, tapi dengan begitu bram bukan berarti tidak sayang pada kaka kaka viola, bram tegas pada kaka laki laki viola, tapi tegas nya itu tanda sayang dan mendidik seorang anak laki laki
Namira vansha bamanthara
sikap dan tutur katanya lemah lembut, penyabar,cantik,anggun,dan sensitif jika soal anak, makanya viola sangat baik dan penyayang, karna ibunya pun memiliki sifat itu. dia sangat memanjakan viola karna viola lah yang dia tunggu tunggu kelahiran nya, dan dia juga sangat sayang pada kaka kaka nya viola, mereka tidak pilih kasih soal anak
Abidar ali bamantahar
dia anak ke 1, dia baik,ramah periang,dan sangat usil pada adik nya viola,dia suka motor,makanya dia punya bengkel sendiri setelah lulus kuliah teknik otomotif, dia sangat rajin dan pandai
Abnar miler bamanthara kaka ke2 viola kembaran abidar, dia sangat lembut,dia sangat sayang dan memanjakan viola, karna dia psikolog, dia baik dan ramah pada siapapun sifat ibu nya turun pada abnar dan viola.
Sebenernya blm selesai tapi ya kita lanjut kecerita nya aja ya biar nanti pelan pelan pemain nya keluar semua
siapa kamu?
Hujan mengguyur kota malam itu, menciptakan irama yang sendu di atas trotoar, langit gelap cahaya lampu jalan menyala pucat. suasana sepi hanya suara langkah kaki yang tergesa gesa.
Viola baru saja selesai latihan ballet, viola berjalan cepat sambil memeluk tas nya yang berisi baju balet,laptop dan buku kuliah nya, dia memaksakan menaik bus karna mobil jemputan nya tak kunjung tiba. dengan payung dan jaket yang tipis, rambut segengah basah. wajahnya lelah, tapi matanya masih menatap hidup, dia menerobos hujan.
Dia berhenti di halte kecil. Dia menatap sekeliling nya begitu sunyi sepi dan dingin, tapi dia melihat seseorang yang duduk di bawah tiang lampu dengan basah kuyup.
wajah nya tertunduk. tangan kirinya menggenggam 2 jam tangan yang rusak. tangan kiri nya sedikit berdarah.
viola olive bamanthara
"hei...kamu gapapa?" viola (lirih)
Dia menoleh pelan. matanya tajam gelap, tapi kosong ada luka ringan di pelipisnya. Ia tak menjawab.
viola membuka tasnya mengambil sebotol air dan tisu. ia jongkok di depan nya ragu.
viola olive bamanthara
"aku ga bakal ganggu. cuma....kamu kelihatan kesakitan." (ucap viola)
....
"bukan urusan kamu" (ucapnya ketus)
Viola hanya senyum lembut, viola tetep memberikan air minum nya lalu berdiri,membuka jaket nya dan menaru nya di dekat botol minum dan tisu, barang barang nya ia tutupi menggunakan payung yang ia pakai.
viola olive bamanthara
" kalu butuh bantuan, halte ini dekat dengan pos satpam kampus. Aku bisa—”
Dia memotong omongan viola
....
"kenapa kamu peduli?" (lirih nya)
Viola terdiam. Hujan makin deras. Dia menggenggam tas nya erat.
viola olive bamanthara
"aku juga gatau"
Lalu viola pergi ke halte untuk meneduh, dan tidak berbalik ke belakang.
dia menagap punggung viola yang berjalan menjauh. matanya tak berkedip hujan membasahi wajah nya, tapi dia tidak bergerak.
....
"siapa dia?" (ucap nya yang sangat penasaran)
Bus kota pun tiba, lampu depan nya menyilaukan hujan. viola naik, duduk di dekat jendela, menempelkan dahinya yang basah pada kaca.
Air di kaca jendela menetes perlahan. Refleksi wajah Viola muncul samar. Di luar, kota tetap hidup, tapi bagi Viola, malam ini terasa berbeda.
viola olive bamanthara
“Kenapa dia bisa semisterius itu? Luka, mata, dan... sepi. Rasanya seperti karakter di salah satu tulisan. Tapi ini nyata.”
(ucap viola untuk dirinya hampir tidak terdengar siapapun)
Mobil mewah terparkir di halaman. Rumah bergaya modern klasik, berdiri anggun di tengah kota. Viola turun dari bus dan berjalan masuk pelan, pasrah dan badan yang basah.
Begitu membuka pagar, seseorang langsung mendekat—Abnar bamantahra, kakaknya. Di belakangnya, abidar bamanthara kakak tertua, juga muncul dari teras.
Abnar miler bamanthara
Vi? Ya Tuhan, kamu kenapa baru pulang? Kamu kehujanan?!” (ucap abnar)
viola olive bamanthara
"Lupa bawa payung... tadi hujan mendadak" ( ucap viola lelah)
abidar ali bamantahar
“Jam segini kamu masih di luar sendiri? Kamu tuh sadar gak kamu bukan cewek biasa? lagian kan setiap hari km anter jemput kenapa pak abdi ga jemput kmu?" (oceh abidar)
viola olive bamanthara
"aduhhh...gatau ka, kalo pak abdi jemput aku juga ga bakal pulang sendiri, mungkin pak abdi chat aku tapi hp aku mati, udah ah aku cape" "(ucap viola sambil mendorong kecil kedua kakanya)
Viola masuk ke dalam rumah di ikut kedua kakanya dari belakang,kakanya menutup pintu. lalau viola bebicara sambil masuk.
viola olive bamanthara
"“ terus—aku lihat orang... kayaknya butuh bantuan. aku samperin sambil nunggu bus, makanya aku basah karna jaket nya aku kasih ke dia” (ucap viola)
abidar ali bamantahar
“Vi, kamu terlalu baik. Kamu gak tahu orang kayak apa yang kamu temui di luar sana.” (abidar berusaha menahan emosi)
Abnar meraih handuk dari dalam dan menutupi kepala Viola, lalu memberi tatapan panjang ke abidar—tatapan yang penuh kekhawatiran yang tak terucap.
viola olive bamanthara
"makasih" (ucap viola sambil tersenyum)
Abnar miler bamanthara
"iya sama sama, sana masuk kamar mandi istirahat, biar kaka yang ambilin makan" (balas abnar)
Viola berjalan ke arah kamar nya, membuka pintu kamar lalu mencium bau jasmine dari pengharum kamar nya.
setelah selesai mandi viola berbaring di ranjang milik nya untuk istirahat, lalu ia teringat sesuatu.
viola olive bamanthara
"astaga hp aku" (ucap nya sambil kaget, dan bangun dari kasur)
Ponsel nya mati, ia bangun dan mengambil ponsel nya di tas yang di taruh di meja, lalu ia mengisi batrai hp nya, tiba tiba ada suara ketukan pintu.
viola olive bamanthara
"iya. masuk ka" (ucap viola)
Abnar pun datang, dengan membawa nampan yang berisi air hangat dan sup ayam kesukaan viola.
viola olive bamanthara
"makasih ka, kaka tu yang paling ngerti aku deh, ketimbang si laki laki tatoan yang bisanga cuma mainin oli" (ucap nya sambil nana mangejek)
Abnar miler bamanthara
"kamu tu ya...ada aja kata katanya, kalo dia denger apa kamu ga takut di tempelin aki di badan kamu biar bisa jalan ngebut waktu jalan" (ucap nya tertawa, sambil menaruh makanan di meja kamar viola)
viola olive bamanthara
"ihhh takut bangett, di kira aku motor mogok apa" (ucap nya kesal)
Abnar miler bamanthara
hahaha,Ya udah kaka lanjut kerjaan kaka ya, ada pasien yang blm kaka tanganin, kebetulan online" (ucap kaka sambil pergi)
Viola hanya mengangguk, sambil melihat punggung kakanya pergi keluar kamar, viola memakan habis makanan nya, setelah selesai viola berbaring di kasur nya.
Jendela terbuka sedikit, sisa hujan terdengar sayup.
Di meja, laptop-nya menyala. viola bangun Ia membuka dokumen baru dan mulai mengerjakan tugas dengan jari nya.
Tiba tiba viola teringat akan sosok pria tersebut.
Viola menatap layar laptop beberapa detik, tapi pikirannya sudah tak fokus pada tugas. Dia memejamkan mata, mengingat kembali mata pria itu—mata yang entah kenapa membuat dadanya sesak.
Perlahan, Viola menutup laptop-nya. Ia duduk memeluk lutut, menyandarkan dagu ke atas lututnya.
viola olive bamanthara
“Apa dia baik-baik saja? Kenapa aku peduli…” (pikir nya)
Siluet langit malam terlihat di balik kaca. Hujan mulai turun lagi, rintik kecil tapi konstan.
Viola melangkah ke jendela dan menutupnya pelan.
Di luar, gelap. Tapi ia merasa... dia sedang dilihat.
viola olive bamanthara
"siapa kamu sebenarnya?" (pertanyaan pertanyaan yang menghantui pikiran nya)
Viola berjalan ke kasur untuk tidur dan istirahat.Viola menarik selimutnya hingga ke dada, memejamkan mata, mencoba memaksa dirinya tertidur. Tapi suara hujan yang menetes di luar jendela justru membuat pikirannya makin liar. Wajah pria asing itu kembali muncul di bayangannya, samar, tapi kuat. Matanya… sorotnya… seperti menyimpan sesuatu.
viola olive bamanthara
"Aku bahkan belum tahu namanya…”
(gumam viola)
Waktu berlalu. Jam digital di samping ranjang menunjuk pukul 02.47. Viola masih belum terlelap.
Jam digital di samping tempat tidur berganti angka pelan-pelan. 03.18… 03.42…
Viola akhirnya tertidur menjelang subuh, dengan wajah masih menyimpan resah.
menantang
ESEOKAN PAGI – RUMAH VIOLA
Sinar matahari pagi menembus tirai tipis jendela kamarnya. Suara burung di luar bercampur dengan aroma roti panggang yang samar-samar menyusup ke dalam kamar.
abidar ali bamantahar
"Violaaa… ayo bangun, kamu kuliah pagi, kan?" (suara kakaknya terdengar dari luar kamar.)
Viola menggeliat pelan, masih setengah sadar. Mata yang terasa berat perlahan terbuka. Ia duduk di atas kasur sambil menghela napas panjang. Tubuhnya lelah, tapi pikirannya tetap dipenuhi bayangan mata pria asing itu.
viola olive bamanthara
“Mimpi semalam… bukan cuma mimpi biasa. Tapi kenapa aku merasa seperti itu nyata?” (dalam hari viola)
Ia turun dari tempat tidur dan berjalan ke kamar mandi, mencoba mengusir sisa-sisa kantuk. Setelah bersiap, ia turun ke ruang makan, di mana salah satu kakaknya—Dokter—sudah duduk sambil membaca berkas pasien di laptop.
Abnar miler bamanthara
"Kamu nggak tidur nyenyak, ya?" (tanya sang kakak tanpa menoleh, suaranya tenang tapi perhatian)
viola olive bamanthara
(Viola hanya mengangguk kecil.) "Sedikit pusing… kayak kebanyakan mikir. Tapi kayanya ya lebih ga nyenyak tidur itu kamu deh ka. jam segini udah liat laptop buat nyatet berkas berkas pasien, emmm aku juga mau dong jadi pasien cowo ganteng. (tertawa kecil sambil mengejek)
tiba tiba dia di kejukan oleh suara yang meledek nya balik, tapi itu bukan ka abnar melainkan ka abidar
abidar ali bamantahar
"Jangan diforsir. Kamu ada kelas bareng Dario lagi hari ini, kan? Jangan sampe kamu pingsan di depan dia," (goda kakak lainnya sambil nyengir.)
Viola melempar pandangan malas, tapi tidak menyangkal.
viola olive bamanthara
"apa sih!....ikut campur aja deh" (ucap nya kesal sambil memanyun kan bibir nya sedikit)
Abnar miler bamanthara
"udah udah, kalian tu ya ribut mulu, tapi nanti kalo salah satunya ilang pasti bakal kangen aneh." ( hanya bisa berceramah sampai mereka diam)
mereka tertawa bersama dan memakan sarapan nya bersama dengan tenang syahdu
abidar ali bamantahar
"kaka yang anter ya de, ke kampus nya" (ucap nya sambil minum kopi yang ia punya)
viola olive bamanthara
"iya ka....ya udah ayo berangkat aku takut telat" (ucap nya sambil berdiri dan mengambil tas nya)
abidar ali bamantahar
"oke cantik" (saut nya ceria)
Abnar hanya tersenyum melihat ke harmonisan kaka dan adik nya itu, abidar dan viola pun pergi ke kampus menggunakan mobil milik kaka nya.
Suasana kampus mulai ramai. Mahasiswa lalu-lalang, beberapa membawa map besar, lainnya dengan kopi di tangan.
Viola berjalan menuju gedung seni, ransel di punggung. Ia tampak tenang dari luar, meski pikirannya masih terikat pada perasaan aneh semalam.
Di sisi lain, di pelataran gedung BEM, Zey—temannya yang ceria dan aktif—tengah sibuk mempersiapkan acara orientasi jurusan. Sambil tersenyum, ia melambai ke arah Viola dari kejauhan.
zey adrian
Violaaa! Good morning, sleepyhead!" (ucap nya ceria)
Viola hanya tersenyum kecil dan mengangguk
Namun tak jauh dari situ, di sudut kampus dekat taman kecil—seorang mahasiswa tinggi dengan hoodie hitam berdiri. Ia tampak mengamati suasana sekitar, tapi matanya berhenti cukup lama pada satu sosok.
Sosok Viola yang tidak menyadari bahwa sejak ia melangkah ke gerbang pagi itu... seseorang mulai memperhatikannya.
Suasana kelas cukup ramai. Beberapa mahasiswa duduk santai sambil menunggu dosen datang. Viola duduk di bangku dekat jendela, membuka catatannya, bersiap untuk mata kuliah komunikasi visual.
Dario duduk di dua baris depan, sempat menoleh ke arah Viola.
dario marco alessandro
"Viola! Duduk sini bareng aku, banyak tempat kosong." (ucapnya sambil menepuk bangku di sebelahnya)
Viola hanya tersenyum tipis, tapi menggeleng.
viola olive bamanthara
"Aku di sini aja, Dar. Udah nyaman."
Dario tertawa pelan, lalu kembali menghadap ke depan. Di saat itu, pintu kelas terbuka. Seorang dosen wanita paruh baya masuk, diikuti oleh seorang pria muda yang belum pernah mereka lihat sebelumnya.
dosen
"Selamat pagi semuanya. Sebelum kita mulai kuliah hari ini, saya ingin memperkenalkan mahasiswa baru yang akan bergabung di kelas ini mulai sekarang. Silakan perkenalkan diri."
Pria itu melangkah ke depan. Postur tubuhnya tegap, wajahnya datar namun matanya tajam. Suara hujan yang semalam menggema di kepala Viola entah kenapa seolah kembali terdengar. Ia mendongak, matanya langsung terkunci pada pria itu.
Gaharu riven ravindra
"Nama saya Gaharu... Saya baru saja kembali dari studi luar negeri. Semoga bisa beradaptasi dan belajar bersama kalian di sini." (ucap nya cuek)
Beberapa mahasiswa langsung berbisik pelan, sebagian terkesima karena penampilannya yang tenang dan aura dinginnya yang kuat. Tapi Viola hanya menatapnya dalam diam.
Febri
"Ganteng benget ya?" (berbisik pada teman sebelahnya)
Stefanny
"aaaa sumpah bisa ga ya dia jadi milik gue?" (nadanya centil)
viola olive bamanthara
“Itu... dia. Yang semalam...” (dalam hati viola)
Tapi ia cepat-cepat mengalihkan pandangannya ke catatan, seolah tak terjadi apa-apa.
Gaharu berjalan melewati deretan kursi dan tanpa ragu duduk di bangku tepat satu baris di belakang Viola. Entah kebetulan atau tidak.
dosen
"Baik, kita mulai. Hari ini kita akan membahas konsep dasar semiotika visual..."
Viola mencoba fokus. Tapi ia bisa merasakan tatapan dari belakangnya. Tegas, tidak mengganggu, tapi seolah… menyelami.
Ia menulis catatan, tapi jari-jarinya sedikit gemetar.
viola olive bamanthara
"...kenapa kamu ada di sini..." (gumam nya pelan)
SELESAI KELAS – KAMPUS, SIANG MENJELANG SORE
Suasana kampus mulai lengang, beberapa mahasiswa berjalan keluar dari kelas masing-masing. Viola keluar ruangan sambil membawa tas dan case biolanya. Tak jauh dari gedung fakultas, di taman kecil tempat biasa mereka duduk-duduk, terlihat Zey, Narala, dan Falala sedang duduk santai di bangku.
zey adrian
"Viola! Sini dulu! Jangan langsung latihan, istirahat dulu bentar!" (zey melambai)
Viola tersenyum kecil dan mendekat. Ia duduk di samping Falala, lalu meletakkan case biola di samping kakinya.
falala kitty emillia
"Kamu masih rutin banget ya latihan. Gila sih… segigih itu." (Falala menatap case-nya)
narala mentari
"Eh tapi serius Vi, kamu tuh beda. Main biolanya tuh kayak… ada perasaan. Nggak cuma teknis." (Narala mengunyah biskuit)
zey adrian
"Aku jadi curiga, jangan-jangan kamu tuh punya masa lalu misterius kayak di film gitu." (mengangkat halis nya sedikit)
viola olive bamanthara
"Kalau kubilang iya, kalian pasti ngakak." (ucap nya usil)
falala kitty emillia
"Nggak bakal! Aku justru makin penasaran." (ucap falala dengan santai)
Tiba-tiba, dari arah lorong belakang gedung seni, seorang mahasiswi tingkat akhir lewat. Gayanya elegan, dengan rambut panjang dikuncir rapi dan mengenakan blazer kampus. Ia menatap ke arah Viola sebentar, lalu menoleh ke teman di sampingnya dan berbisik. Tidak terlalu keras, tapi cukup untuk terdengar.
zelen putri baskoro
"Anak baru jago main biola dikit, langsung kayak diva." (ucap nya sinis sambil jalan bersama geng nya)
Viola menoleh sekilas, tapi memilih diam. Zey dan Narala saling pandang, lalu Zey bangkit.
zey adrian
Zey (berbisik ke Viola):
"Biarkan aja, Vi. Dia emang gitu dari dulu. Gengsi tinggi, skill pas-pasan."
Viola hanya tersenyum. Ia mengangkat case biolanya.
viola olive bamanthara
"Yuk, aku ke studio dulu. Mumpung masih sepi." ( ucap nya lembut)
zey adrian
"oke. Sukses latihan nya ya" (sambil senyum ke viola)
narala mentari
"Jangan bikin orang makin sirik aja, Vi!" (teriak nya sambil mengunyah biskuit)
Viola hanya melambaikan tangan, lalu berjalan ke arah gedung seni, langkahnya tenang tapi mantap.
SISI LAIN – RUANG KERJA KELUARGA VIOLA SORE HARI
Di sebuah ruangan luas bernuansa hangat dengan interior kayu klasik, terdengar suara lembut percakapan. Ayah dan ibu Viola sedang duduk berhadapan, di antara mereka terdapat dokumen-dokumen dan layar laptop yang menampilkan grafik bisnis.
bram ashton bamanthara
Aku sudah kirim proposal merger ke pihak Jepang. Mereka minta kita ekspansi lebih cepat dari yang direncanakan.(ucapnya tenang tetapi tegas)
namira vansha bamanthara
(mengangguk pelan):
"Kalau itu disetujui, artinya Viola juga harus lebih siap. Cepat atau lambat dia akan tetap terlibat."
bram ashton bamanthara
"Dia terlalu fokus dengan hobi-nya. Kita harus perlahan bimbing dia. Jangan langsung dorong ke dunia yang—kita sendiri tahu—keras."
namira vansha bamanthara
(sambil menyesap teh):
"Biarkan dia berkembang dengan cara dan waktunya. Tapi tetap… aku ingin dia tahu siapa dirinya sebenarnya."
Mereka saling bertukar pandang dengan diam penuh makna, seolah menyimpan rahasia besar yang belum saatnya diungkapkan pada Viola.
GEDUNG SENI – RUANG LATIHAN MUSIK, SISI VIOLA
Ruang latihan biola kosong dan kedap suara. Dinding-dindingnya dilapisi peredam, dan lampu putih hangat menyinari lantai kayu yang bersih. Viola berdiri di tengah ruangan, matanya terpejam, jemarinya menari di senar biola. Melodi klasik mengalun, lembut tapi penuh emosi.
Tangannya bergerak luwes, tubuhnya menyatu dengan nada. Ia tidak sadar bahwa dari celah kecil pintu yang tak sepenuhnya tertutup, sepasang mata memperhatikannya.
SILUET PRIA DI BALIK CELAH PINTU
Bayangan itu berdiri diam. Nafasnya tenang, tapi sorot matanya tajam—penasaran. Ia mengenakan hoodie hitam, wajahnya tidak terlihat jelas. Namun, ekspresinya menunjukkan intensitas aneh… seolah sedang mencoba memahami sesuatu tentang Viola.
Tangannya menekan ponsel di sakunya, tapi tidak merekam. Ia hanya menatap. Diam. Terlalu lama untuk sekadar lewat.
Viola tiba-tiba berhenti memainkan biolanya. Ia merasa ada sesuatu. Matanya terbuka, ia menoleh ke arah pintu. Tapi saat ia melangkah ke sana dan membukanya…
Viola berdiri diam, napasnya tertahan sesaat.
viola olive bamanthara
(berbisik)
"Perasaan tadi… seperti ada yang mengamati."
Ia menoleh ke dalam ruangan, lalu kembali ke posisi semula. Perlahan, ia menurunkan biola dan memutuskan untuk menyudahi latihan hari itu.
Ia menarik napas dalam, lalu memutuskan untuk pulang. Ia membereskan barang-barangnya dan berjalan keluar dengan langkah pelan.
Di lorong panjang gedung seni itu, tidak ada siapapun. Tapi kamera CCTV di pojok langit-langit sempat menangkap siluet seseorang keluar melalui tangga darurat hanya beberapa detik sebelum Viola membuka pintu.
SISI LAIN – RUANG PRIVAT DI BAR, MALAM HARI
Lampu temaram. Suara musik jazzy samar mengisi ruangan kecil eksklusif. Duduk di sofa merah marun, seorang pria bersetelan mewah dengan postur santai tapi mata menyala—Dario Marco Alessandro.
Ia memainkan korek api, menyalakan cerutu tapi tidak dihisap. Di hadapannya ada dua pria berpakaian formal, berbicara dengan nada hati-hati.
Erick
"Target masih belum menyadari. Tapi ada pihak ketiga yang mulai mendekat. Anak baru. Kami belum tahu siapa dia."
dario marco alessandro
(tersenyum miring)
"Anak baru? Yang mukanya kayak patung itu?"
Ferry
"Iya. Gaharu Riven Ravindra."
Dario tertawa pendek. Ia menyender santai lalu memutar cerutunya.
dario marco alessandro
"Lucu. Baru muncul sebentar udah ngincar cewek gue. Tapi gapapa..."
Ia mencondongkan badan ke depan, senyum miringnya menghilang, terganti tatapan gelap.
dario marco alessandro
"Aku suka permainan yang susah. Apalagi kalau taruhannya... Viola."
~ selesai~
gimana ya kelanjutan nya? oh iya gimana ke adaan viola kan dia masih ada di kampus baru selesai latihan biola
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!