NovelToon NovelToon

Piano April

PROLOG

"Datanglah kepadaku dalam mimpiku, kemudian siangnya aku pulih kembali. Karena malam akan lebih, daripada menggantikan kerinduan putus asa siang hari."

~~ Unknown ~~

🌷

🌷

🌷

🌷

🌷

🌷

Hai Capung.....

Apa kabar kau disana?

Disini monyet merindukanmu

Rindu akan tawamu

Rindu akan senyummu

Rindu akan suaramu

Hai Capung....

Apa kabar kau disana?

Tetaplah bersamaku

Jangan pernah tinggalkanku

Hai Capung....

Temani aku dalam gelapnya dunia ini

Temani aku dalam sunyinya semesta

Semesta yang menjadi saksi bisu pertemuan kita

Pertemuan yang menarik senyum dalam kelam

Hai Capung......

Apa kabar kau disana?

Disini monyet merindukanmu

Berdoa agar selalu bersamamu

Jangan pergi......

Jangan tinggalkanku sendiri

Ajari aku satu makna lagi

Jangan pergi......

Genggamlah tangan ini

Janganlah engkau lepas

Jangan pergi......

Tuntunlah aku dalam gelapnya semesta

Dekaplah aku dalam hangatnya pelukanmu

Menjagaku disaat-ku mulai lelah tuk hidup

Dalam kelamnya malam

Ku merindukanmu......

Entah bagaimana rindu ini hadir

Ketika malam lupa akan bulan dan bintang

Disaat malam rindu akan hangat

Sinar sang bulan.......

Disaat malam rindu akan senyum

Cinta sang bintang......

Dalam kelamnya malam......

Hanya satu ku-ingin

Hanya satu ku-pinta

Hanya satu ku-ucap

Jangan Pergi.....

Capung....

Janganlah berlalu

< By : Arian, 12 April 2030 >

🕊

::::::::::::::::::::::

🕊

Sore ini tak secerah biasanya dimana kapas senja telah berubah menjadi abu-abu, menurunkan rintiknya ditengah kalbu penuh halu.

Hingga aroma Patrikor ini mampu mengusir segala penat yang hinggap ditubuhku. Menghadirkan sensasi rileks yang telah lama ku rindukan.

Rindu yang mengingatkanku akan dirinya, lebih tepatnya tentang perkataan konyolnya tersebut.

Dia pernah mengatakan jika musim hujan adalah musim yang sangat pas timingnya untuk kita bermain musik, khusunya piano.

"why?"

Karena menurutnya setiap bulir hujan yang jatuh mewakili sebagian emosi yang kita simpan, emosi yang kita sendiri takut untuk meluapkannya pada publik, dan......

Kini aku pun merasakannya!

Emosi, mimpi, semuanya tergambar jelas dan sangat nyata. Ketika, alunan melodi Endless Love yang ku mainkan mulai menggema ke seluruh ruangan.

Setiap melodinya membawaku flashback akan kenangan dimana ketika aku tidak sengaja menabraknya dipersimpangan antara toilet cowo dan cewe.

Walaupun terkesan menyebalkan, tetapi aku selalu tertawa hingga senyum-senyum sendiri saat mengingat bagaimana betapa konyol reaksinya melihat kopinya tumpah dan mengenai pakaianku.

Mungkin akan adil rasanya jika aku juga menceritakan hal ini kepada kalian. Hal yang melibatkan kami akan kontrak yang berawal dari sebuah tantangan akan janji.

🎶

🎶

🎶

🎶

🎶

Se que no fui en tu vida el hombre mas perfecto

Con mil defectos pero el hombre de tus sueños

Nunca valore todo el amor que me entregabas

Toda la pasión que cuerpo a cuerpo me brindabas

Y te me vas, y te me vas

Como hoja que el viento se lleva sin mirar atrás

Y te vas y te me vas

Como gota de lluvia que al cielo no regresara

Y te me vas y te me vas

Como ave que emprende su viaje sin rumbo y no sabe

Y te vas y te me vas

Como barco que sale a buscarte nuevos mares

Y te me vas

Te juro que no tenia intención hacerte daño

Crei darte amor y no entendió tu corazón que fallo

Y hoy que no estas me hace falta tu compañía

La soledad se ha vuelto mi mejor amiga

Y te me vas, y te me vas

Como hoja que el viento se lleva sin mirar atrás

Y te vas y te me vas

Como gota de lluvia que al cielo no regresara

Y te me vas y te me vas

Como ave que emprende su viaje sin rumbo y no sabe

Y te vas y te me vas

Como barco que sale a buscar nuevos mares

Y te me vas

Y te me vas

Y te me vas

Y te me vas

Como hoja que el viento se lleva sin mirar atrás

Y te vas y te me vas

Como gota de lluvia que al cielo no regresara

Y te me vas y te me vas

Como ave que emprende su viaje sin rumbo y no sabe

Y te vas y te me vas

🎵 Te Me Vas - Prince Royce 🎵

PART 1

“Kesempatan memang tidak datang dua kali! Tetapi, harapan dari kesempatan itulah yang

takkan berhenti datang kembali.”

~~ K. Tulip 12 ~~

🌷

🌷

🌷

🌷

🌷

🌷

Saat itu pukul 19.00 malam dan jalanan masih ramai dengan perang klakson karena lampu merah tak kunjung hijau. Hal itu tak menggangu seorang remaja bertas kuning yang senyam-senyum seperti orang baru gajian.

Walaupun malam ini tak ada purnama, remang-remang lampu jalanan saja sudah cukup baginya untuk menerangi langkahnya tersebut.

“Alhamdulillah, makasih ya Allah,” batinya dalam hati.

Langkahnya begitu enerjik dan seirama dengan lagu yang ia dengar dari earphonenya.

April memiliki kebiasaan selalu memakai earphone setiap kali dia harus keluar rumah. Menurutnya, hal ini bisa mewakili emosi yang sengaja ia sembunyikan dari publik.

“Dikira tadi kak Ekko gak bakal inget sama janjinya tentang uang tambahan yang belum

dibayar ke aku waktu itu.”

Kebetulan saat itu dirinya ditawari part time menjadi volunter tiket disebuah acara mini konser yang bertempat digedung balai kesenian.

Ia dijanjikan oleh ketua acara tersebut akan dibayar sebesar 150 ribu per 2 jam, tetapi kenyataannya lebih dari jam yang telah disepakati. Acaranya terus berlangsung hingga pukul 20 : 00 lebih.

Untungnya hari ini Kak Ekko memanggilnya lagi dan berjanji untuk membayar utang gajinya yang belum sempat terbayarkan selama beberapa bulan lamanya itu.

April terus berjalan sambil sesekali menyenandungkan bait-bait lirik dari lagu yang ia dengar.

Ia pun menoleh ke kanan ke kiri begitu sudah didepan sebuah zebra cross. Lampu berubah menjadi merah dan ia pun menyebrang menuju jalan diujung sana.

"Kak, tisunya kak," ucap seorang anak kecil menawarkan beberapa tisu yang ia genggam.

"Dua lima ribu aja kak," sambung seorang gadis cilik yang ada disebelah anak tadi.

April menggelengkan kepalanya dan menolaknya dengan senyuman.

"Nggak de', makasih."

April pun kembali melanjutkan perjalanannya. Namun ia berhenti begitu baru beberapa melangkahkan kakinya. Pandangannya kembali melirik anak-anak penjual tisu tersebut yang masih berusaha menawarkan tisu mereka kepada orang-orang di sana.

"Hmm, apa aku kasih aja ya makanan ini ke mereka? Aku gak tau sih mereka udah makan atau belum kan," ucapnya dalam hati.

"Dek!" panggilnya begitu ia berbalik dan kembali ke tempat anak kecil penjual tisu tersebut.

"Kenapa kak? Kakak jadi beli tisunya?" tanya anak laki tersebut.

"Boleh deh, kakak mau beli semuanya kalau gitu," ucapnya memborong semua tisu hingga membuat mereka senang bukan main.

"Serius kak?" April mengangguk dan memberikan mereka uang lembaran 50 ribu.

"Yhaa, kakak gak punya uang receh? Kita gak punya kembaliannya kak," kata gadis cilik sambil memperlihatkan isi dompet yang sedari tadi ia pegang.

"Yaudah kalo gitu kembaliannya kalian ambil aja buat ditabung oke!"

Si gadis cilik itu pun melonjak kegirangan begitu mendengar ucapan April.

"Makasih ya kak!" ujar anak cowo tersebut yang merupakan kakak dari gadis cilik disebelahnya.

"Iya, Btw, kalian udah makan kah?"

Mereka menggeleng dan mengatakan tadi hanya minum es diwarung saja, mengingat uang yang mereka punya cukup terbatas.

"Kebetulan kalo begitu." Ia memberikan sebuah bungkusan yang berisi kotak box fried chicken, sebungku kebab dan aqua botol kepada mereka.

"Dimakan ya! Jangan berebut ok!"

Ia pun langsung pergi begitu telah memasukkan semua tisu tersebut kedalam tasnya.

"Kakak tas kuning, makasih," teriak mereka. April menoleh dan mengancungkan kedua jempolnya.

🕊

::::::::::::::::::::::

🕊

Sementara itu, tidak jauh dari tempat April tadi, terjadi keributan ditengah pertunjukan sebuah band yang membuat semua penonton di sana lambat laun berkurang meninggalkan termpat tersebut.

"Yadi, udah Stop!" bentak Heru sambil menahan kepalan tangan Yadi yang hampir meninju Abdu.

"Jangan menghalangiku, Ru. Aku sudah tidak sabar lagi ingin memberinya pelajaran agar tidak semena-mena lagi dengan tugasnya," ucap Yadi menggertakan giginya mencatap tajam pada Abdu.

"Maafin ajalah, Di. Aku yakin dia gak akan ngulangin lagi," ujar Raka.

"Tidak Rak! Aku tidak akan memaafkannya! Ini terakhir kalinya aku benar-benar membulatkan tekadku untuk meminta pak Romi memecatnya dari posisinya sebagai asisten manager Pak Romi."

"Kenapa kau membuatnya semakin rumit, Yad? Hanya karna aku menolak perintahmu untuk mencari pengganti yang lain, kau sampai-sampai ingin sekali melihatku dipecat," ketus Abdu tidak mau kalah dari Yadi.

"Bukan aku tapi kau, brengsek! Akibat dari sikapmu itu, aku selalu disalahkan oleh Pak Romi, aku selalu bersabar ketika beliau mengataiku sebagai ketua yang tidak bejus mengurus tim bandnya sendiri. Selalu ditekan untuk menjadi yang terbaik. Aku tidak tahu sindirian apa lagi yang akan dilontarkan Pak Romi kepadaku akibat tidak mampu mengatur pengganti Fatih sekarang."

Lantas Raka memberikan sebotol air mineral yang ditampis oleh Yadi hingga botol tersebut jatuh dan menggelinding ke tanah dan mengenai ujung sepatu April.

"Sesulit itukah hanya mencari seorang pengganti?" tanya Yadi menatap Abdu.

April yang sedari tadi fokus memperhatikan mereka akhirnya mencoba untuk bergabung. Ia sedkit membungkuk mengambil botol yang ada diujung sepatunya tersebut.

"Pengganti apa ya kak? Maaf aku tadi tidak sengaja mencuri dengar obrolan kalian, siapa tau aku bisa bantu." tanyanya sopan

"Aku tidak butuh bantuan dari orang asing. Lagipula ini bukan urusanmu mencampuri masalah orang lain!"

Bukan jawaban tapi malah pengusiran yang April dapat dari sang gitaris.

"Yadi! Gak usah kasar juga kali, niat dia cuma mau ngebantu kita doang kok! Kontrol emosimu! Kau tidak ada bedanya dengan Abdu jika begini," ucap sang Drumer membela April.

"Raka! Lebih baik kau saja yang menjelaskannya kepada gadis itu," perintah sang bass ke sang vokalis yang bernama Raka.

"Sebelumnya boleh ku tahu namamu?"

"April kak," jawabnya

"Ok! Jadi gini, Manager kami, Pak Romi meminta Yadi untuk segera mencari pengganti Fattih, karena ia sudah memutuskan untuk berhenti dari dunia permusikkan. Lalu Arian meminta tolong kepada Abdu, selaku sekbid dibidang kelengkapan anggota untuk mencari orang-orang yang sekiranya bisa dikontrak untuk masuk ke Band kami. Nah, pas udah dapet penggantinya, Yadi minta Abdu untuk mencari seorang lagi sebagai cadangan karena ia memiliki firasat buruk takut jika orang yang dipilihnya batal untuk bergabung," jelasnya.

"Wanti-wanti gitu lho! Karena, rata-rata teman Yadi yang menguasai keyboard sudah terikat kontrak dengan label perusahaan musik lain," sambung Heru.

"Ngerti kan yang kami jelasin?" tanya Raka saat melihat ekspresi April yang sedikit memiringkan kepalanya itu.

"Percuma kalian berdua ngomong panjang lebar sama anak ke..." ucapan Yadi terputus oleh seruan Raka yang melihat April main sikat saja didepan keyboard.

"Kamu mau ngapain disitu?" tanya Heru heran melihat April mengotak-ngatik keyboard dihadapannya.

"Duh gusti, semoga yang dilakukan anak itu tidak sampai membuat keyboard kesayangan Fattih rusak. Bisa tambah tekor aku menambah pemgeluaran untuk perbaikan keyboard itu," batin Heru dalam hati.

"Katanya butuh pengganti? Aku sudah siap nih," ujarnya.

"Terlalu sepi di sini, apa aku mainkan sebuah lagu ya untuk menarik perhatian penonton?"

Lalu ia kencangkan volume keyboardnya sesuai keinginannya.

Jreng!! "Perfect," batinnya.

Untuk sesaat hawa atmosfer disekitar mereka hening dan kini para anggota Butterfly Band menatap April dengan perasaan cemas serta ragu, apakah ia bisa melakukan ini semua?

Perlahan alunanan melodi intro cinta luar biasa pun terdengar dan kini semua pandangan tertuju ke mereka. Bagaikan terkena sihir, mereka yang menonton pun terpaku serta takjub dengan melodi yang April mainkan, tak terkecuali para anggota Butterfly Band.

Usahanya pun terbukti berhasil, sedikit demi sedikit penonton mulai berdatangan. April tersenyum lebar melihat para penontonnya. Ia pun menoleh ke arah Yadi Dkk untuk langsung bersiap ke tempat mereka.

Yadi selaku ketua band pun langsung mengambil gitarnya disamping April, disusul Heru yang sudah bersiap dengan drumnya dan Raka dengan microphone bergagangnya.

"Selamat malam semuanya!" sapa Raka jepada para penonton.

"Kami harap dimalam yang indah ini segala kepenatan dan kegalauan kalian terbayar oleh lagu yang akan kami bawakan ini."

"Romantic night, yaps honey," ucap salah satu wanita bule berambut keriwil coklat dikuncir kepada suaminya.

"Ini dia kami persembahkan Cinta Luar Biasa dari Andmesh Kamaleng untuk kalian."

"Yang tau lagunya boleh nyanyi ya," tambah April dan mulai masuk kedalam lagu.

🎶

🎶

🎶

🎶

🎶

Waktu pertama kali...

Kulihat dirimu hadir...

Rasa hati ini inginkan dirimu...

Hati tenang mendengar...

Suara indah menyapa...

Geloranya hati ini tak kusangka...

Rasa ini...

Tak tertahan...

Hati ini...

Selalu untukmu...

Terimalah lagu ini dari orang biasa...

Tapi cintaku padamu luar biasa...

Aku tak punya bunga...

Aku tak punya harta...

Yang ku punya hanyalah hati yang setia...

Tulus padamu....

Hari - hari berganti dan kini cinta pun hadir..

Melihatmu...

Memandangmu...

Bagai bidadari....

Lentik indah matamu...

Manis senyum bibirmu...

Hitam panjang rambutmu...

Anggun terikat..

Rasa ini...

Tak tertahan...

Hati ini...

Selalu untukmu...

Terimalah lagu ini dari orang biasa...

Tapi cintaku padamu luar biasa...

Aku tak punya bunga...

Aku tak punya harta...

Yang ku punya hanyalah hati yang setia...

Tulus padamu....

🎵 Cinta Luar Biasa - Andmesh Kamaleng 🎵

PART 2

“Entah baik atau buruk hasilnya nanti, pengalaman pertama adalah hal yang takkan

terlupa sampai mati.”

~~ K.Tulip12 ~~

🌷

🌷

🌷

🌷

🌷

🌷

“Neng! Bangun neng! Ini udah sampe di restorannya!” ucap abang ojolnya sambil menggoyang - goyangkan bahunya.

“Hoaamm!! Nih pak uangnya, makasih banyak ya," ucapku masih setengah sadar.

“Neng!" panggilnya.

"Iya pak? Kembalian ya? Ambil saja buat bapak."

Baru saja aku ingin berbalik, bapak ojol itu berteriak lagi.

"Itu helmnya jangan dibawa atuh!”

Hah? Helm? Aku melirik ke atas dan meraba kepalaku.

"Ya tuhan!" batinku menyadari jika ternyata daritadi helmnya belum terlepas dari kepalaku. Pantas saja rasanya sedikit berat.

"Maaf pak, hehehehe.”

Aku menyodorkan helmnya ke bapak ojolnya yang cuman geleng-geleng kepala melihat kelakuan konyolku.

"Lain kali minum kopi neng biar gak ngantuk, permisi."

"Aduh! Baru juga hari pertama udah ngelakuin hal konyol begini, mana banyak yang merhatiin lagi, kan jadi malu."

Ini sebabnya aku sering menolak memakai helm ketika sedang berkendara dengan motor. Alasannya karena aku selalu lupa untuk melepaskan helm yang telah bertengger dikepalaku.

Menyebalkan! Untung saja bapaknya pengertian dengan kondisiku saat ini.

Tapi tak apa! Justru aku harus semangat karena bagaimana pun juga hari ini adalah hari pertamaku part time direstoran klasik nan mewah ini.

"Aku harus buktikkan kepada Kak Yadi dan Bos James bahwa aku mampu."

Keep Spirit!

🕊

:::::::::::::::

🕊

Dominasi warna coklat susu dan gold menambah kesan menarik pada isi ruangan dari restoran tersebut. Tidak hanya itu, di sini juga banyak sekali terdapat balon berbentuk hati dengan segala warna, hidangan yang banyak dan lezat serta ada ruangan khusus untuk berfoto agar kenangan tersebut tersimpan tidak sia-sia.

"Yan, kau ingin aku ambilkan appatizer juga tidak?" tanya James pada Arian yang tidak menggubris tawarannya.

           

"Rian?" panggil Will sambil melambaikan tangannya didepan wajah sahabatnya itu.

"Biar aku saja!" Reno pun lalu menabok punggung adiknya yang akhirnya tersadar juga.

"Akhh!" erang Arian menggosok belakang punggungnya dibagian bekas tabokkan tangan kakaknya barusan.

"Kejam banget kau terhadap adikmu. Tangan macam kuli kau buat nabok punggung malaikat tampan sepertiku? Sungguh sadis caramu."

"Habisan kau diam saja sejak tadi. Memangnya ngelamunin apa lagi, ha?" tanya James yang tidak jadi ambil Appatizernya

"Apalagi Je kalo bukan tentang pacar matrenya itu," celetuk Reno.

"Kak!"

"Apa? Aku hanya mengatakan yang sebenarnya."

"Tapi gak begitu juga," bela Arian.

"Faktanya begitu lalu mau diapakan?!" William menarik ujung bibirnya kesamping.

"Bro! Jangan terlalu bucinlah jadi cowo. Disuruh ini mau, disuruh itu mau. Kau ini pacarnya bukan budak. Jadi sadar dikit dong," ujar James.

"Intinya jangan sampe kau merasakan hal sama dengan apa yang kurasakan. Rela melakukan hal apapun demi embel-embel orang yang tidak mencintai kita."

William bangkit dari duduknya, "Aku pergi dulu ingin menjemput calon istriku."

Mereka melakukan tos-an ala pria maco dan William pun bergegas menuju pintu keluar.

"Tujuanku kesini mau menghadiri acara lamaran Will, tapi mengapa jadi aku yang diceramahin tentang cinta," kata Arian mendengus sebal.

"Siapa yang lamaran siapa yang rempong," gerutunya yang kemudian dijitak oleh Reno.

"Kayaknya mulutmu perlu aku lakban ya, Yan?! Nyeloteh mulu daritadi," ucap Reno

"Yaudah sana cuci mukamu dulu biar fresh. Aku gak mau ya Will ngeliat ada beban diwajah kita dihari pertunangannya." James menepuk-nepuk pundaknya.

"Iya bawel."

🕊

::::::::::::

🕊

Back to April!

Saat ini dirinya tengah menatap pantulan dirinya dicermin sambil membenarkan kuncir rambutnya.

Ia tersenyum begitu dirasa penampilannya sudah rapi.

Tiba-tiba ia teringat untuk mengabari Yadi jika ia sudah sampai di sini. Lalu diambilah ponselnya dibalik saku celananya.

“kak Yadi...kak Yadi...kak...nah! ketemu!”

Baru saja ia ingin menelpon nomor tesebut, eh tapi nama Yadi sudah lebih dulu terpampang dilayar ponselnya.

"Panjang Umur!"

“Halo kak!” ucapku tanpa mengucapkan salam (soalnya dalam islam kalo kita lagi dikamar mandi dilarang mengucapkan salam)

"Kamu udah dimana? Masih dijalan?Acaranya sebentar lagi mau mulai, nih"

"Gak kak, aku udah didalem restoran dari tadi."

"Masa? Kamu dimananya? Kok aku gak ngeliat kamu ya?"

"Aku pergi ke toilet karna diluar rame banget kak."

"Ohh gitu!"

"Kakak emang dimana?"

"Aku lagi didepan ruang manager nih nungguin kamu dari tadi."

"Kalo dari toilet belok mana kak?"

"Kamu ambil kiri terus nanti pas udah ketemu ruangan khusus foto, kamu belok kanan. Ruangannya ada tulisan James Room."

"Oke kak, aku...."

Percakapannya terputus begitu ia ditabrak oleh Arian diperbatasan antara toilet wanita dengan pria ketika ia keluar dari sana.

Brukk! Praang teng..!!

Semua barang seperti hape, tisu, sabun cuci muka jatuh dari tas selempang yang ia bawa, ditambah botol kopinya retak karena terbentuk lantai kamar mandi.

"No! Harapan terakhir perutku sirna sudah."

“Holly shit!" ucap Arian membersihkan tumpahan kopi milik April yang mengenai kemejanya.

"Uh, untung hapenya gak apa-apa." April mengusap-usap hapenya ke bajunya hingga membekaskan sedikit noda di baju yang ia kenakan.

"Eh de'! Lain kali kalo berdiri jangan disitu, liat nih jadi kotorkan kemeja saya."

"Ha? Gak salah dia manggil aku Ade'? Dikata aku adiknya kali," batin April merasa aneh dengan ucapan Arian.

"Yee diem aja. Saya gak mau tahu ya, kamu harus ganti rugi kemeja saya. Mahal nih!"

"Sorry! Ganti rugi? Orang kamu duluan yang nabrak saya, kenapa jadi saya yang harus tanggung jawab."

"Wah, masih kecil udah songong aja."

April tak menggubrinya, "Tolong minggir pak! Saya ingin keluar!"

Duarrrr!!

"Pak? Orang seganteng diriku dipanggil bapak oleh cewe kecil tengik ini?! Tidak bisa dibiarkan!" batinya dalam hati.

Arian menutup pintu pembatas tersebut dan memojokkan April. April yang merasa terancam pun menyiapkan ancang-ancang sebagai pertahanan dirinya.

"Ma..u..a..pa kau mendekat?"

"Ku tegaskan padamu, aku bukan bapak-bapak! Umurku masih 23 tahun."

"Terus? Masalah gitu buat saya?" April menaikan sebelah alisnya. "Minggir!"

April mendorong tubuh Arian dan membuka kembali pintu pembatasnya.

"Saya akan ganti kemejanya tapi tidak sekarang karena saya sedang buru-buru. Permisi!"

Pintu tertutup dan meninggalkan Arian yang menatap kepergian April dengan rasa jengkel yang mendalam.

"Lain kali aku akan memberimu pelajaran jika kita ketemu lagi, cewe tengil."

🕊

::::::::::::::::

🕊

 "Gimana Di? Temanmu sudah dimana?" tanya Sarah.

"Lagi jalan kesini, Sar. Tadi dia ke toilet dulu."

"Nanti langsung disuruh ganti kostum yang udah disiapin didalem ya, Di. Aku mau ngecek bagian kue dulu."

"Ok, Sar!"

"Jangan lupa tanyain dia mau makan apa. Aku yakin dia pasti belum sarapan."

Yadi mengangguk dan bersamaan dengab itu, April mengambilnya dan melambai.

"Sorry kak telat, hehehehehe..."

Yadi memperhatikan penampilannya yang sedikit bisa dibilang jorok karena ada bekas noda besar dibajunya.

"Kok bajumu kotor? Habis ngapain hayo..." tanyanya sedikit meledek.

"Gak ngapa-ngapain kok kak. Tadi aku mengelap ponselku yang terkena cipratan kopiku yang tumpah gara-gara ditabrak cowo pedo di pembatas kamar mandi tadi."

"Tapi kamu gak apa-apa kan?"

April menggeleng dan Yadi memintanya untuk langsung ganti baju didalam sementara ia ingin memesankan makanan untuknya.

"Co! Tolong buatkan Matcha sama sandwichnya ya." ucapnya pada seorang pelayan bernama Coco.

Yadi mengambil ponselnya dan mengirim pesan kepada James.

"Yadi, nih pesenanmu." Coco memberikan nampan berisi sepiring sandwich dan segelas matcha dingin."

"Terima kasih."

Yadi kembali memasuki ruangan James dan mendapati April yang tampak berbeda dengan pakaian barunya itu.

“Woow! You look georgius, April!" Meletakan nampan dimeja.

"Thanks kak," ujarnya sambil tersenyum.

"Dimakan dulu tuh, Pril," kata Yadi yang duduk didepannya.

"Nanti aja deh kak," bantahnya. "Aku mau langsung ke panggungnya, gak enak juga sama temannya Kak James yang udah nunggu lama."

"Oke! Let's go!"

🌾🌾🌾

Mereka pun keluar dan berjalan ke arah belakang panggung yang gelap gulita karena lampunya sedang tidak berfungsi.

"Kak, April boleh pegang jaket kakak gak? Disini gelap banget," tanyanya pada Yadi.

"Hmm, baiklah," jawab Yadi.

"Sebentar kak." April menyalakan lampu ponselnya dan kembali menggenggam jaket Yadi.

"Dia takut gelapkah?" tanya Yadi dalam Hati.

"Ayo kak!" Mereka pun kembali berjalan dan akhirnya tiba juga disisi sayap kiri panggung.

"Aku hanya mengantarmu sampai sini, kau naiklah dan tunjukkan performa yang lebih keren dari kemarin malam."

April mengangguk kemudian menaiki anak tangga satu persatu. Lalu ketika dirasa sudah siap, dengan pedenya, ia mulai menarikan jarinya di atas tuts piano putih tersebut.

Seketika melodi yang ia mainkan menghipnotis banyak orang disini, sehingga membuat mereka turut larut dalam suasana romantis ini. 

William menggenggam tangan pasangannya dan berjongkok, lalu mengeluarkan kata-kata puitis. Puncaknya, sebuah kotak kecil berwarna biru berisi cincin yang indah ia persembahkan sambil berkata, “Will You Marry Me, Dama?” si cewe mengangguk setuju dan semua orang bersorak gembira dan bertepuk tangan.

 

 

🕊

::::::::::::::::::::

🕊

Sementara itu Arian telah kembali ke rumahnya. Ia tengah bersantai diruang tamu dengan memakan beberapa camilan yang ia beli ketika melewati minimarket selepas pulang dari sana.

"Akhhh, apansi iklannya banyak banget." Arian mematikan tvnya dan beralih pada ponselnya.

Ia membuka instagramnya dan melihat postingan-postingan dari teman-temannya. Isinya beragam, mulai dari tentang cinta, siraman kolbu hingga tiktok yang menurutnya alay.

"Eh, ada postingan baru dari Will."

Tring! Pesan chat wa dari Reno membatalkan niat Arian yang ingin melihat status yang diposting sahabatnya itu.

Ia pun segera membaca dan membalas pesan dari kakaknya tersebut, dan ini hasilnya.

Tring! Lagi - lagi pesan wa dari Reno yang mengirimkan sebuah video detik-detik Will meminang Dama.

Arian menontonnya dan terkejut begitu melihat siapa yang menjadi pianis tersebut. Ia lalu kembali ke beranda Instragramnya dan melihat postingan Will yang menampilkan sebuah foto dirinya dengan sang tunangan bersama Reno, James, Maya, Yadi dan....April, duduk dibelakang piano diatas panggung.

"Kenapa...harus gadis tengil ini?"

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!