NovelToon NovelToon

Andara Istri Kedua

meningal kan kampung halaman

Di sebuah terminal bis, di kota Yogyakarta, ibu Lisna melepas dengan sedih putri nya Andara, karna kecantikan nya di anggap sebagai ancaman,

Istri kepala desa yang tak terima suami nya hendak menikahi Andara wanita itu menghasut seluruh warga desa untuk mengusir Andara dari desa nya,

Andara boleh kembali sat sudah punya suami atau susah menemukan jodoh nya,

''Ibu jangan sedih ya, doa kan Dara sukses disana kita pindah saja dari desa itu,'' tutur Dara lembut menenangkan kan hati ibu nya

''kamu hati hati di sana, nurut sama buk Imah, nanti buk Imah yang akan mencarikan pekerjaan untuk mu, jangan pikir kan ibu dan ayah dan juga adik mu,'' tutur Bu Lisna lembut membelai dengan sayang rambut putri nya,

''iya Bu, Dara pamit dulu,''

''ayah Dara pamit dulu,'' pak Juki memeluk putri nya erat seakan enggan untuk melepas putri nya

Pak Juki yang banyak diam itu, tidak tega melihat putri yang di besar kan dengan kasih sayang harus pergi meningal kan desa nya, yang memang bukan kesalahan nya, warga desa meminta dara untuk meninggal kan desa tempat nya di besar kan itu,

''hati hati di sana, selalu kabari ibu dan ayah kalau ada apa apa,'' ucap pak Juki menahan haru

Andara mengangguk juga dengan mata berkaca kaca bibir bergetar menahan tangis lantaran juga tak tega meningal kan kedua orang tua nya,

''adam sekolah yang rajin, tunggu mbak punya uang banyak kita pindah saja dari desa itu,'' pesan Dara pada adik semata wayang nya Adam yang masih duduk di kelas dua SMP

Adam juga punya paras yang rupawan tak jauh beda dengan sang kakak

''mbak Dara hati hati di sana, jangan lupa kasi kabar ke kami,'' ucap Adam pesan yang tak jauh beda dengan kedua orang tua nya untuk Dara

Bis sudah melaju meninggal kan terminal kota Yogyakarta membawa dara menuju kota jakarta, yang orang bilang jantung nya kota Indonesia

menempuh perjalanan kurang lebih duabelas jam pagi ini Andara sudah sampai di kota jakarta Bu Imah sudah menunggu dara di terminal dengan anak nya Sandra

''Dara,'' panggil Bu Imah tak kala melihat Dara menuruni bis, ''wah kamu makin cantik pantas orang desa menanggapi kecantikan mu ini sebagai ancaman,'' tutur Bu Imah memegang lengan Dara terpesona dengan putri teman nya itu

''itu bagi mereka Bu, bagi Dara biasa saja,'' ucap Dara merendah

''kenali. Ini putri ibuk nama nya Sandra kalua. Bisa berteman nanti,'' ucap buk Imah memperkenal kan Dara dengan putri nya

Dara dan Sandra saling berjabat tangan usia Dara dan Sandra tak jauh beda, gadis yang tengah menempuh pendidikan kuliah semester akhir itu juga terpesona dengan kecantikan Dara, bibir mungil hidung mancung bulu mata lentik wajah tirus dengan kulit yang halus juga lembut,

Sedikit polesan, kecantikan Dara akan bertambah bersinar, hanya saja kurang perawatan rambut di kuncir asal baju juga terlihat lusuh, Dara juga mengenakan flatshoes yang sudah usang,

''Dara kamu bersama ku ibu biar naik sendiri,'' tutur Sandra sudah siap dengan motor matic nya, Dara tersenyum dan mengangguk segera naik ke atas motor dengan Sandra di depan nya

''nanti kalau aku ada waktu ku ajak jalan jalan keliling kota jakarta, kamu udah pernah kesini tidak,'' tanya sandra dalam perjalanan pulang

''belum pernah ini baru pertama kali,'' tutur Dara apa ada nya,

''oke kalau begitu kamu harus banyak menjelajah kota ini,'' tutur sandra lagi

tak sampai tiga puluh menit motor yang di kendarai sandra dan Bu Imah yang ada di belakang Sandra sudah sampai di sebuah rumah tidak besar namun cukup nyaman,

''Masuk lah Dara, maaf rumah ibuk kecil,'' tutur buk Imah yang memang hanya di tingali bertiga dengan adik nya Sandra sedang suami by Imah susah lama meningal

''Gak apa apa buk ini sudah lebih dari cukup,'' ucap Dara apa ada nya justru Dara yang tidak enak hati,

''kamu mandilah dulu setelah ini sarapan dan beristirahat lah, soal pekerjaan besok saja ibu akan menemui teman ibu lagi, kamu juga pasti capek kan habis menempuh perjalanan jauh,'' tutur Bu Imah

Dara menyegarkan kan badan nya yang terasa lengket dengan air bersih, setelah mandi Dara sarapan sesuai permintaan Bu Imah dengan di temani Sandra, sedang Bu Imah susah kembali ke warung nya tak jauh dari rumah nya,

''Dara kamu istirahat saja di kamar ku, habis ini aku tinggal tidak apa apa kan aku ada kuliah, nanti ada sella adik ku dia masih kelas enam SD,'' tutur Sandra menjelas kan, ''nanti ibu juga pulang kok gak usah kuatir sella juga sudah tau tentang kamu,'' tutur Sandra lagi yang sudah bersiap untuk pergi ke kampus

Dara hanya menggunakan dan tersenyum usai kepergian Sandra dara merebah kan diri di atas kasur tidak besar namun cukup untuk berdua, merentangkan otot otot nya yang kaku semalaman naik bis Dara tidak begitu bisa tidur,

Hati nya berat, sebenar nya meningal kan kampung halaman, kedua orang tua dan adik nya, juga pemuda yang bernama Rendi namun Dara tak begitu memikir kan hal itu, setahun menjalin kasih Rendi tak kunjung meminang nya, bahkan kehebohan di kampung Rendi juga diam saja,

Padahal Dara berharap Rendi segera menikahi nya agar Dara tak sampai pergi meningal kan kampung halaman nya, akan tetapi pemuda itu lebih memilih diam, dan menutup mata,

Dara menghela nafas nya kasar, menatap langit langit kamar Sandra, gadis yang hanya tamatan SMA itu akan bekerja apa disini, rumah tangga mungkin lebih cocok

Merasa badan nya lelah dan capek perlahan Dara terlelap Hinga siang menjelang, sayup sayup terdengar suara orang bercakap cakap di luar kamar, perlahan Dara mengerjap kan mata, sudah terlalu lama diri nya tidur,

''seperti suara Bu Imah,'' gumam Dara mencoba bangun Dara membetul kan rambut nya yang acak acakan menguncir nya asal,

''Eh Dara kamu sudah bangun, maaf ya sella pasti berisik menganggu tidur mu,'' tutur Bu Imah tidak enak hati tadi sudah meminta sella untuk tidak berisik

''todak apa apa Bu, jangan kuatir Dara susah lama juga tidur nya,''

''kamu lapar ya, ibu tidak masak tadi ini ibu belikan nasi Padang,'' ada tiga bungkus nasi Padang di atas meja makan

Dara tak segera memakan nasi itu Melain kan menatap sella yang tengah menatap nya heran

''ada apa,'' tanya Dara pelan

''kakak ini manusia ya,'' tanya nya polos

''sembarangan kamu kalau tanya ya manusia lah, kamu pikir kak Dara apa,'' ucap Bu Imah menghardik putri bungsu nya

''ya enggak Bu kok cantik sekali, persis itu lho artis cinta dilreba dimurat,'' ucap sella spontan menurut atensi nya

Terpesona sosok yang ada di depan nya sella sampai tak berkedip, cantik sekali,

kampungan

Seminggu sudah berlalu, Dara berada di kota Jakarta, jauh meningal kan kampung halaman,

Seminggu ini juga Bu Imah mencarikan pekerjaan yang pas untuk Andara, namun tak kunjung mendapat kan, sebagai penjaga counter sebuah toko ponsel, akan tetapi sudah terlambat dengan sangat menyesal Bu Imah menyampaikan hal itu kepada Dara

''kalau ada rumah tangga juga gak papa Bu,'' tutur Andara yang memang sudah pasrah,

Mungkin bekerja di rumah tangga lebih baik, selain dapat makan dan minum gratis Andara juga tidak perlu memikir kan tempat tingal, tidak mungkin juga diri nya akan menumpang di rumah Bu Imah

''apa kamu yakin Dara,'' tanya Bu Imah memastikan

''Dara yakin Bu, mau bagaimana lagi tidak mungkin Dara kesini hanya untuk menumpang hidup di rumah ibu,'' ucap nya lagi

''ya sudah kalau begitu besok ibu tanyakan lagi ya, kemarin ada Bu Rosmah mencari sosok pembantu untuk mengurus majikan nya yang lumpuh, tapi apa kamu kuat,'' tanya Bu Imah merasa kasian jika dara harus bekerja begitu keras nya, merawat orang yang lumpuh tak semudah itu mangkat beban sendirian

''iya Bu gak apa apa,'' Jawab Andara akhir nya tidak usah memikir kan betapa berat pekerjaan nya nanti yang penting dapat dulu,

''Asalamualaikum,''

''Waalaikumsalam,''

jawab Andara dan Bu Imah bersamaan tak kala ada seorang wanita paruh baya datang berkunjung ke rumah nya

''Eh Bu Rosmah kebetulan sekali kami baru saja membicarakan ibu,'' ucap Bu Imah tak enak namun juga senang dengan kedatangan wanita itu,

''oh ya, pantas telinga ku berdenging tadi,'' ucap Bu Rosmah dengan nada bercanda

''ini Bu Andara yang ku ceritakan kemarin,'' ucap Bu Imah memperkenal kan Andara

''wah masih muda cantik lagi,'' ucap Bu Rosmah menatap Andara dengan senyum.

''cocok sekali dari kampung masih muda dan juga cantik, sesuai dengan permintaan nyonya nasita,'' gumam Bu Rosmah dalam hati

sesuai dengan apa yang di minta nyonya besar nya mau nya yang masih muda cantik dan yang paling utama dari kampung karna lugu dan tidak mengerti apa apa, entah lah Bu Rosmah tidak mengerti sudah puluhan pengasuh dia berhentikan Tampa penjelasan, minimal hanya satu bulan mereka bekerja,

''kalau kamu mau Dara mengurus majikan ibu yang lumpuh, gaji nya lumayan asal kamu betah dan majikan cocok kamu pasti bisa bekerja lama,'' tutur Bu Rosmah menjelas kan pekerjaan apa yang akan Dara lakukan disana mengasuh orang lumpuh

''Dara mau Bu, Dara butuh pekerjaan soal nya, nanti Dara akan banyak belajar, semoga majikan ibu cocok dengan Dara,''

''kalau begitu apa sekarang saja ya, mumpung suami ibu ada dan bisa mengantar kita kesana,'' tutur Bu Rosmah mengajak Dara berangkat hari itu juga

Dara setuju dan segera bersiap tak banyak baju yang Dara bawa dari kampung, satu tas ransel yang nyaris tidak penuh isi nya,

Sore itu juga Dara menaiki mobil dengan Bu Rosmah yang di antar langsung oleh pak soni suami hu Rosmah yang berkerja sebagai supir di rumah majikan nya,

''Ibu gak nyangka lho Dara, Bu Imah punya keponakan secantik kamu, kecantikan mu ini sangat alami,'' tutur Bu Rosmah karna Bu Imah memperkenal kan Andara sebagai keponakan nya dari kampung

''Biasa aja buk gak usah berlebihan,'' tutur Andara pelan

Empat puluh menit kemudian mobil yang di kendarai pak soni sudah sampai rumah tujuan, rumah besar dengan bergaya klasik modern, tampak besar dan sangat mewah bagi seorang Dara yang memang dari kampung,

''Turun lah Dara kita sudah sampai,'' ucap Bu Rosmah turun lebih dulu selanjut nya di ikuti Dara mengekor di belakang Bu Rosmah memasuki rumah itu lewat pintu belakang

''bu Mega,'' sapa Bu Rosmah tak kala bertemu dengan bu Mega dengan rambut di sanggul rapi juga pakaian nya tak kalah rapi

''ini yang saya ceritakan kemarin keponakan teman saya, nama nya Dara

Mega menatap dara dari bawah sampai atas, cantik masih muda tampak sangat polos, kulit nya terlihat putih hanya saja sedikit dekil kampungan sekali

''kamu ikut aku,'' ucap nya tanpa menyapa, meminta dara mengikuti nya, Dara di buat tertegun dengan isi rumah mewah bak memasuki sebuah istana di negri dongeng

''rumah sebesar ini bisa buat lapangan bola kalau di kampung ya Dara,'' ucap Mega di sela manaiki tangga

''ah i iya,'' jawab Dara pelan, tiba tiba rasa gugup menghinggapi Dara tidak yakin bisa melangkah lebih jauh lagi, rasa nya ingin berbalik badan dan pergi kembali ke tempat Bu Imah, atau kalau bisa kembali ke kampung nya,

Mega mengetuk pintu berwarna coklat, setelah mendengar sahutan dari dalam perlahan Mega membuka pintu tersebut, aroma wangi semerbak menusuk hidung mancung Dara

''Nyonya,''

''Ada apa, sudah kubilang aku gak mau makan,'' ucap nya lirih namun terdengar tegas

''bukan itu maksud saya, ini ada Dara, yang kemarin sempat saya ceritakan,'' Nasita menoleh menatap sosok yang ada di samping Mega

Memindai nya dari atas Hinga bawah, sesuai kriteria nya, yang terpenting dia dari desa tidak berpendidikan juga gak apa apa, justru itu yang Nasita mau,

''Dara,'' panggil nya pelan

Dara mengerjap kan mata nya mencoba bertemu pandang dengan sosok di depan nya, terlihat sangat cantik tegas dan berwibawa, rambut nya yang pendek namun terlihat sangat elegan

''Berapa umur mu,''

''Dua puluh tahun nyonya,'' jawab Dara

''masih muda sekali, kamu pernah bekerja di mana sebelum nya,'' tanya Nasita lagi

''Belum pernah ini baru pertama kali,''jawan dara jujur ada nya

''Oh jadi baru datang dari kampung lalu kesini,''

Andara mengangguk pelan, ''iya nyonya,

''mego suruh dia keluar kamu tetap disini,'' titah Nasita

''baik nyonya,'' jawab Mega dengan patuh berbalik badan menatap Andara

''kamu keluar lah dulu,'' ucap nya pelan juga memberi isyarat dengan gerakan kepala

Andara patuh perlahan keluar dari kamar mewah itu,

''bersih kan dia, ganti semua baju nya, aku gak mau dia pakai baju dari kampung nya itu, mata ku sakit,'' ucap Nasita kemudian meminta Mega keluar dengan mengibas kan tangan, Dara masih terlihat kampungan sekali di mata Nasita tapi itu yang dia suka dan di cari nya

Andara yang keluar lebih dulu, saat hendak menuruni tangga tak sengaja berpapasan dengan sosok tinggi putih dan juga tampan, namun aura nya mencekam Andara buru buru menurun kan pandangan

''Mungkin saja dia anak majikan nya,'' tidak ambil pusing Dara segera turun kebawah pikirannya berkecamuk dia di terima kerja atau tidak sebenar nya,

Sedang Emran hanya melirik nya sekilas tanpa menyapa membawa wajah dingin nya memasuki sebuah kamar, tanpa mau tau dia siapa

penuh misteri

''Dara bagai mana, nyonya Nasita bilang apa,'' tanya Bu Rosmah begitu melihat Dara menghampiri nya, wanita itu sangat penasaran

''Tidak tau Bu, nyonya Nasita tidak bilang apa apa, rapi Bu Mega masih di sana,'' jawab Dara apa ada nya,

Dara sendiri tidak tau dia di terima kerja atau tidak, wanita cantik di atas tadi terlihat baik. baik saja tidak seperti yang di katakan bahwa dia lumpuh, ah memang wanita itu hanya duduk Dara tidak tau benar nya,

''bu Mega bagaimana,'' tanya Bu Rosmah sangat penasaran, wanita itu tidak sabar untuk tidak melempar tanya begitu Mega datang,

''nyonya meminta mu untuk mandi dan Menganti semua pakaian mu, jangan pakai baju yang kamu bawa dari kampung itu,'' ucap Mega menatap Dara Tampa menjawab rasa penasaran Bu Rosma, bagi Mega ucapan nya barusan sudah sama seperti jawaban

''itu arti nya Dara di terima kerja,'' tanya Bu Rosma sekali lagi memastikan

''iya,''

''Alhamdulillah Dara bibi mu pasti senang mendengar nya,'' tutur Bu Rosma senang dengan senyum di bibir nya

''Sekarang ikut aku, dan mandi bersih kan diri mu,''

''kalau saya tidak di perbolehkan kan memakai baju yang saya bawa dari kampung lalu saya mau pakai baju apa,'' tanya Dara bingung di suruh mengganti baju tapi bukan baju yang di bawa nya dari kampung,

''Kamu mandi saja, biar ku siap kan baju mu,'' Mega berlalu pergi dengan Dara mengekor di belakang nya memasuki sebuah kamar yang luas seluas ruang tamu Dara di kampung,

''ini sabun mandi sampo gosok gigi dan wangi-wangian ini semua milik mu,'' ucap Mega menunjuk kan semua keperluan untuk Dara

Dara hanya mengangguk patuh tanpa banyak tanya, meski di benak nya banyak sekali pertanyaan, memasuki kamar mandi Dara bingung hendak mulai dari mana, sabun nya saja terlihat berbeda Dara membuka tutup botol sabun dan mencium aroma nya, sangat wangi pasti mahal pikir nya,

Dara mulai mengguyur tubuh nya dengan air yang mengalir dari atas kepala nya, rasa nya hangat air saja terasa berbeda, yang kemudian mulai menuang sampo mengusap di seluruh rambut hitam nya, usai memakai sampo Dara kini menuang kan sabun dan menggosok seluruh tubuh nya, bau nya sangat wangi Dara menyukai nya,

Usai dengan ritual mandi nya, Dara melihat di depan cermin sudah memakai handuk tentu nya, di atas meja terdapat sikat gigi yang masih baru dan juga sabun untuk cuci muka dan perawatan kulit lain nya

dengan rasa penasaran Dara mencoba satu persatu perawatan kulit untuk wajah nya itu, seumur hidup baru kali ini Dara merasakan memakai yang nama nya skincare sebelum nya tidak pernah,

Usai dengan semua aktivitas nya dara keluar dari kamar mandi dengan wajah dan badan jauh lebih segar, dan wangi tentu saja

''Sudah,'' tanya Mega rupanya wanita itu masih berada di kamar menunggu sampai Dara selesai mandi membersih kan badan nya,

''Ini semua baju mu, dan keperluan mu,'' ucap Mega memberi tau membuka sebuah lemari dengan semua baju baru juga dalaman untuk Dara kenakan, tak banyak namun bagi Dara lebih dari cukup bah kan jika hanya tiga atau empat stel baju

''Ini semua untuk saya Bu,'' tanya Dara memastikan

''ya kamu bebas memakai nya,'' ucap Mega yang kemudian pergi meningal kan Dara sendiri di dalam kamar untuk memakai baju nya,

Usai bersiap Dara segera keluar dari kamar dan menuju mega yang tengah duduk di pantry sengaja menunggu Dara

wanita itu duduk dengan tegap menunjuk kan ketegasan nya,

''Sudah,'' mega melempar tanya tak kala melihat Dara berdiri tak jauh dari nya,

Penampilan Dara berubah delapan puluh derajat Persis anak majikan, siapa menyangka kalau Dara hanya seorang pembantu, dress panjang di bawah lutut lengan sampai siku rambut nya yang hitam di kuncir kuda berbeda sekali saat Dara datang tadi

''saya gak bisa mengikat rambut di sanggul seperti bu Mega, begini apa tidak masalah,'' cicit nya takut penampilan nya tidak sesuai melihat Mega memandang nya tak berkedip

''Tidak apa apa, asal rapi sudah cukup, sekarang kamu ikut aku kita temui nyonya Nasita,'' Dara patuh tak banyak tanya mengekor di belakang Mega yang kini sedang menaiki tangga

''Tuan,'' sapa Mega ramah dengan wajah menunduk dan sedikit membungkuk, sontak Dara yang ada di belakang Mega mengikuti gerakan tersebut

Emran yang tadi sama sekali tak tertarik dengan sosok Dara kini menatap nya lebih dari dua menit, namun bibir nya terlalu sombong untuk sekedar bertanya siapa dia, tanpa kata Emran berlalu dari hadapan Mega yang kemudian memasuki ruang kerja nya

''Bu Mega itu tadi siapa,'' tanya Dara ragu namun penasaran tanya itu terlontar begitu saja,

''Itu tuan Emran, suami nyonya Nasita,'' jelas Mega

''hah suami kupikir anak nya, wajah nya terlalu muda untuk ukuran suami nyonya Nasita, atau mungkin mereka beda usia,'' pikir Dara sedikit heran tapi itu kenyataan nya,

Mega mengetuk pintu, setelah mendapat sahutan dari dalam perlahan Mega membuka pintu, tampak Nasita sudah berpindah tempat dari duduk di sofa kini duduk di kursi roda, siapa yang memindah kan nya, tanya Dara dalam benak nya, ah mungkin saja suami nya,

Nasita memandang Dara yang sudah tampak berbeda tidak ada rupa kampungan dengan baju lusuh nya, bau nya juga wangi, Nasita menyungging kan senyum samar

''mendekat lah,'' ucap nya memanggil Dara

Patuh spontan Dara mendekat menghampiri kursi roda meski tidak tau apa yang akan di lakukan nya, hanya patuh pada perintah di minta nya untuk mendekat

''Aku mau mandi dorong kursi roda ku,'' titah nya pelan namun terdengar tegas,

Dara melakukan apa yang di pinta majikan nya, mendorong kursi roda Nasita menuju kamar mandi, hanya sampai kamar mandi,

''keluar lah aku bisa sendiri,'' ucap nya lagi, hanya itu Dara pikir dia di minta untuk membantu nya mandi paling tidak pindah dari kursi roda nya,

Dara keluar dari dalam kamar mandi dengan perasaan heran, hanya itu pikir nya siapa yang membantu nya untuk membuka baju dan celana nya,

''Bu Mega,''

''nyonya bisa sendiri, kamar mandi itu sudah di buat khusus untuk nya,'' jawab Mega mengerti dengan pikiran Dara, ''kamu tunggu saja di sini sampai nyonya selesai dan memanggil mu,'' tutur Mega menjelaskan

''siapa yang membantu nya pindah dari kursi roda,'' tanya Dara ingin tau

''Sudah ku bilang nyonya bisa sendiri,'' Dara diam mengatup kan bibir nya tak lagi melempar tanya,

tiga puluh menit kemudian terdengar suara dari kamar mandi, Mega memberi isyarat lewat gerakan kepala, Dara yang patuh segera membuka pintu tampak Nasita sudah kembali duduk di kursi roda nya dengan handuk melilit di tubuh nya,

Heran Dara hendak bertanya, sebenar nya Mega hanya bilang nyonya bisa sendiri, penuh misteri kata itu yang ada di benak Dara kini,

sedikit tau cerita tentang sosok Nasita, dari Bu Rosma, Nasita sebulan sekali Menganti perawat nya, semoga kali ini cocok dengan mu Dara,

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!