Siapa yang tidak mengenal Rakhes Morrigan, CEO Cybers Tech yang sukses dan juga pemimpin mafia Black Costra yang berkuasa di Italia. Dia adalah sosok yang sangat berkuasa dan dihormati didunia kejahatan, dengan kemampuannya untuk mengendalikan dan memanipulasi orang-orang disekitarnya.
Dengan wajah tampan dan penampilan yang atletis, Rakhes memiliki tinggi badan sekitar 190 cm, dengan rambut hitam yang selalu tersisir rapi. Matanya yang unik, dengan bola mata kiri berwarna hitam pekat dan bola mata kanan berwarna biru cerah, memberinya kesan penampilan yang misterius dan menarik. Namun, bekas luka goresan disekitar mata kanannya menambahkan kesan yang lebih kasar dan berani pada penampilannya.
Dia dijuluki sebagai "Iblis Berdarah Dingin", karena kemampuannya dan keteguhan hatinya dalam menjalankan keinginannya tanpa pernah terpengaruh oleh emosi atau pun rasa belas kasihan. Aura yang melekat dalam diri Rakhes sangatlah mendominasi hingga membuatnya disegani sekaligus ditakuti oleh orang-orang disekitarnya.
Tapi, dibalik kesuksesan dan kekuasaannya, Rakhes memiliki obsesi yang kuat pada seseorang. Seorang wanita muslimah yang amat sangat berparas cantik, ia berprofesi sebagai dokter. Kehadiran wanita itu telah berhasil mencuri perhatian Rakhes serta berhasil menobrak hati yang sudah lama ia tutup rapat-rapat.
Sialnya, Rakhes kini tak tau dimana wanita itu berada. Dia seperti hilang bak ditelan bumi, meninggalkan Rakhes dengan rasa frustasi dan penasaran yang semakin bertambah. Sudah 7 tahun lamanya Rakhes mencari wanita itu, tapi tidak ada tanda-tanda keberadaannya. Semua sumber dan tenaga yang ia miliki, serta semua jaringan yang dia bangun tak ada yang bisa memberikannya informasi tentang keberadaan wanita itu.
Saat ini Rakhes tengah berdiri didepan jendela besar yang ada diruang kerjanya, mata nya yang tajam memandang ke arah luar pusat kota Italia yang dipenuhi hiruk pikuk aktivitas para manusia. Sinar matahari siang itu menerangi kota, membuat gedung-gedung tinggi dan jalanan nampak terlihat jelas.
"Jelita.. " bibir nya menggumam kan nama wanita yang telah menghilang selama 7 tahun ini.
Tiba-tiba, terdengar suara pintu ruang kerja nya diketuk dari luar.
Tok..
Tok..
Tok..
"Masuk!" teriaknya mempersilahkan orang yang mengetuk pintu itu untuk masuk.
Ceklek..
"Tuan". Han - Asisten sekaligus tangan kanannya itu masuk kedalam ruang kerja nya dan menyapa nya.
"Tuan, saya telah mengatur jadwal meeting dengan CEO dari perusahaan Landscape untuk lusa di Turki. Apa anda yang akan menghadiri nya langsung tuan ? ", ujar Han bertanya dengan suara yang rendah.
"Hm.. Aku serahkan padamu Han, kau atur saja semuanya ". Titah Rakhes tanpa membalikkan badannya. Ia seolah tak tertarik dengan informasi yang baru saja Han sampaikan.
Han mengangguk, "Baik tuan".
Kemudian, Rakhes berbalik badan berjalan kembali ke meja kerja nya. Ia duduk lalu menyandarkan punggung lebarnya disandaran kursi kebesaran miliknya.
"Han, bagaimana perkembangan pencarian tentang Jelita?"ujar nya bertanya dengan suara yang terdengar tegas.
Han memandang Rakhes dengan serius,"Belum ada perkembangan yang signifikan tuan, seluruh jaringan yang kita miliki juga tidak menunjukkan tanda-tanda keberadaan nona Jelita". Jawab Han
Rakhes menghela nafas panjang dan mengangguk.
"Terus cari keberadaan wanita itu sampai dapat". Perintah Rakhes dengan penuh ketegasan dan tak terbantahkan
Han mengangguk. "Baik tuan, kami akan terus mencarinya". Setelah itu, Han pamit undur diri dan melangkahkan kakinya keluar dari ruang kerja Rakhes.
.
Sepeninggalan Han, Rakhes segera berdiri dari duduknya lalu menyambar jas yang ia tanggalkan disandaran kursi kebesarannya. Kemudian, ia melangkahkan kakinya dengan tegap keluar dari ruang kerja nya.
"Tuan.." sapa para karyawan yang berpapasan dengan Rakhes sambil menundukkan kepalanya sekilas.
"Hmmm". Sahut Rakhes berdehem tanpa mengalihkan pandangannya menatap lurus kedepan.
"Han.. " Rakhes berseru memanggil Han yang sedang berbicara dengan manager perusahaan.
Han menoleh menatap Rakhes, begitu juga dengan manager tersebut. Ia langsung menundukkan kepalanya dan pamit undur diri, setelah itu Han bergegas melangkahkan kakinya menghampiri Rakhes.
"Ya tuan?"
"Kau sementara handle pekerjaan, aku ingin pulang ke mansion sebentar". Perintah nya
"Anda sedang tidak enak badan tuan ?", ujar Han bertanya
"Tidak". Jawab Rakhes cepat
"Baik tuan, saya akan handle semua pekerjaan". Sahut Han tanpa banyak bertanya ataupun membantah.
"Apa anda ingin saya antarkan pulang dahulu?" sambung nya menawarkan diri
"Tidak perlu, aku bisa pulang sendiri. Berikan saja kunci mobilnya". Ujar Rakhes
Han mengangguk, ia langsung merogoh saku celana mengambil kunci mobil lalu menyerahkannya pada Rakhes. Setelah itu, Rakhes bergegas melangkahkan kakinya keluar dari gedung perusahaan.
.
.
Mobil sport keluaran terbaru berwarna hitam mengkilap itu melaju kencang membelah jalanan kota Italia disiang itu. Rakhes menghentikan mobilnya saat lampu lalu lintas berubah menjadi berwarna merah. Sembari menunggu lampu berubah hijau, Rakhes menatap keluar melihat sekeliling. Saat itu, matanya tak sengaja melihat ada orang-orang yang berkerumun, ia tak terlalu memperdulikannya. Rakhes pikir mungkin itu hanyalah insiden kecelakaan, hingga sebuah mobil ambulans berhenti tepat ditempat kecelakaan itu terjadi.
Dua orang dokter langsung turun dari dalam mobil ambulans dengan di bantu oleh beberapa perawat yang juga turut menurunkan brankar untuk mengangkat pasien. Mata Rakhes sontak memicing dengan tajam menatap salah satu dokter yang mencuri perhatiannya. Tak ingin mengira semua hanyalah halusinasi, Rakhes bergegas turun dari mobil dan hendak melangkahkan kakinya menghampiri dokter itu demi memastikan jika ia tidak salah lihat.
Tapi, sial nya lampu lalu lintas berubah hijau. Para pengguna jalan langsung menyembunyikan klakson mobil mereka karena mobil Rakhes menghalangi jalan, bertepatan dengan itu mobil ambulans yang membawa korban kecelakaan juga melaju pergi dengan cepat menuju rumah sakit.
Tin!
Tin!
"Aarghhh.. Sial!" umpat Rakhes, ia segera kembali masuk dalam mobilnya dan bergegas menjalankan mobilnya.
"Aku tidak mungkin salah melihat nya. Aku masih mengingat betul bagaimana postur tubuhnya.. Aaarrghhh", Rakhes menggeram frustasi seraya memukuli kuat stir kemudi nya.
Setelah itu, Rakhes segera melajukan mobilnya pulang ke mansion. Ia akan menyelidikinya sendiri, wanita yang selama hampir 7 tahun ini ia cari keberadaannya. Seorang wanita muslimah berparas cantik yang berprofesi sebagai dokter. Seorang wanita yang berhasil mengobrak-abrik kehidupannya.
7 tahun ini Rakhes tak pernah berhenti mencari keberadaannya, bahkan dokter Harvey yang merupakan paman dari wanita yang ia cari itu juga mengundurkan diri sebagai dokter pribadinya. Jangan ditanya bagaimana frustasinya Rakhes saat mencari keberadaan wanita itu, karena semua akses tentang nya ditutup total. Seperti ada yang melindungi dia.
Setiba nya dimansion, Rakhes bergegas turun dari mobil lalu berjalan dengan tegap masuk kedalam mansionnya. Begitu ia membuka pintu nya, ia dikejutkan dengan kedatangan kelima ponakannya.
"Uncle Akesss... " teriak Jesselyn, putri bungsu Rayner itu langsung melompat dari kursi sofa dan langsung berlari mendekati Rakhes.
Mendengar suara teriakan Jesselyn, keempat suadara kembar nya Jacob, Jordan dan Jayden sontak langsung mengalihkan atensi mereka dari layar monitor gaming lalu menatap kedatangan sang paman.
Hap!
Rakhes dengan sigap langsung menangkap Jesselyn saat keponakannya yang cantik itu merentangkan tangannya meminta digendong. Arsen - kakak sulung dari keempat saudara kembar itu yang baru saja keluar dari kamar mandi seketika langsung menatap tajam kearah Jesselyn.
"Jessy jaga sikap mu!".
.
.
.
( Haii, Klan keluarga Morrigan series 2 udah rilis nih.. Jangan lupa kasih dukungan yaa like, vote dan komen. Terus jangan lupa subscribe biar gak ketinggalan updateannya 🤗)
"Jessy jaga sikap mu!" Seru Arsen memperingati adik bungsu nya.
Mendengar itu, Jessy mengerucutkan bibirnya dan segera turun dari gendongan Rakhes. Tapi, sebelum dirinya benar-benar turun, Jessy mencuri kecupan sekilas dipipi kiri sang paman.
Sontak saja, Arsen yang melihat tingkah adiknya itu melotot dan menatap Jessy dengan tajam.
"Jessy!" desis nya merasa kesal
Rakhes terkekeh gemas melihat sikap Arsen yang sangat over protektif dengan Jessy. Jangankan Arsen, dia dan Daddy nya saja juga sangat protektif jika menyangkut soal Jessy.
Jessy selain menggemaskan, dia juga banyak tingkah, yang mana tingkah nya itu kadang membuat kepala Arsen dan sang Daddy terasa ingin pecah saat memikirkan nya.
Arsen - bocah tampan yang baru saja menginjak 9 tahun, memiliki sifat yang dingin seperti Daddy dan uncle nya. Tapi, dibalik sifatnya yang dingin sebenarnya Arsen adalah orang yang penyayang.
Rakhes berjalan mendekati keponakannya itu lalu berlutut men-sejajarkan tingginya dengan tinggi badan Arsen.
"Boy, kapan kalian datang? Kenapa tidak memberitahu uncle hmm.. Uncle bisa jemput kalian". Tanya Rakhes seraya menatap wajah tampan Arsen yang mirip dengan Daddy nya.
"Dia datang bersama ku".
Terdengar suara Rayner menyahuti ucapan sang adik. Suami dari Agatha itu datang dari arah dapur sambil membawa secangkir kopi panas. Mendengar suara berat Rayner, sontak saja Rakhes dan Arsen mengalihkan pandangannya menatap pria itu.
"Arsen, kau tidak ingin bermain game bersama adik-adik mu?", Rayner bertanya sambil melirik ketiga putranya yang masih asyik memainkan game disamping ruang tamu.
"No dad, Arsen tidak tertarik". Jawab Arsen datar
"Mau belajar saja boy ? Uncle ada buku baru diruang baca". Tawar Rakhes
Arsen menoleh menatap Rakhes dengan mata yang berbinar, "Sungguh ?".
Rakhes berdehem seraya menganggukkan kepalanya, "hm.. Pergilah keruang baca dan minta Sero carikan buku nya".
Tanpa pikir panjang, Arsen bergegas melangkahkan kakinya berlari menaiki anak tangga menuju ruang baca. Putra sulung Rayner dan Agatha itu lebih suka menghabiskan waktu untuk belajar hal-hal baru daripada harus membuang-buang waktu hanya untuk sekedar bermain game atau hal yang menurut nya tidak bermanffat.
Sedari kecil, bukan hanya didikan mandiri dari Agatha, tapi Rayner dan Rakhes juga mendidiknya untuk menjadi lelaki yang tangguh dan tidak takut pada apapun. Berharap didikannya itu bisa menjadikan Arsen menjadi sosok pemimpin yang disegani sama seperti daddy dan Uncle nya.
Sepeninggalan Arsen pergi, Rakhes bergegas melangkahkan kakinya menuju ruang kerja nya. Meninggalkan Rayner yang kini duduk dikursi sofa ruang tamu sambil menikmati secangkir kopi panas nya.
"Mau kemana kau ?", ujar Rayner bertanya
"Ruang kerja". Jawab Rakhes tanpa menoleh menatap sang kakak.
"Kemarilah, ada yang ingin aku bicarakan dengan mu". Kata Rayner
Mendengar itu, Rakhes memutar bola mata nya jengah sambil mendesahkan nafas nya kasar.
"Katakan saja? Aku tidak akan mendengarkan sesuatu yang sia-sia atau konyol. Itu hanya membuang-buang waktu ku saja". Sahut Rakhes dengan ketus seraya memutar badannya menghadap Rayner.
"CK!" Rayner berdecak sebal mendengarnya. Ia lalu menaruh cangkir kopi panas itu diatas meja.
"Soal wanita itu", imbuh Rayner
"Dia punya nama!" sentak Rakhes tak terima jika ada yang menyebut wanita yang ia puja itu dengan tidak sopan.
Rayner menghela nafas panjang, "Oke. Nama nya Jelita, aku menemukan informasi tentang nya".
Rakhes menaikkan sebelah alisnya mendengar ucapan sang kakak.
"Aku sedang tidak ingin bermain-main". Tukas Rakhes seraya melipat kedua tangannya didepan dada dan menatap Rayner dengan tajam.
"Apa wajah ku terlihat seperti penipu? Aku sedang tidak bermain-main Rakhes. Aku mengatakan yang sejujur nya". Seru Rayner tak berbohong
Rakhes menghela nafas panjang, kemudian melangkahkan kakinya menghampiri Rayner lalu duduk dibersebrangan dengan lelaki itu.
"Katakan", ucap Rakhes dengan nada suara tegas nya.
Rayner tak segera menjawabnya, ia kembali meraih gelas kopi itu lalu menyeruputnya pelan. Seulas senyum tipis menyeringai tersungging diwajahnya yang tampan. "Apa yang akan aku dapatkan jika memberitahu mu informasi tentang dia".
"CK!" Rakhes berdecak kesal seraya menyandarkan punggung lebarnya disandaran sofa.
"Kau ini perhitungan sekali dengan adik sendiri". Ketusnya
"Tidak ada yang gratis didunia ini Rakhes". Sahut Rayner datar sambil menaruh cangkir kopi itu diatas meja.
"CK! Cepat katakan apa yang kau incar dariku?" ujar Rakhes bertanya
"20% saham Cyber Tech". Rayner menjawabnya tanpa basa-basi
"Apa bisnis keluarga kita kurang sampai kau meminta 20% saham perusahaan ku? Aku membangun perusahaan itu dengan hasil jerih payahku. Bukan seperti mu yang hanya tinggal meneruskan bisnis keluarga", geram Rakhes. Ia merasa jengkel sekali dengan kakaknya ini.
Mereka berdua sama-sama kaya raya, bahkan kekayaan mereka juga tidak akan habis tujuh turunan sekali pun.
Rayner yang mendengar itu tidak merasa tersinggung sama sekali. Sebenarnya, ia hanya menguji Rakhes, seberapa besar rasa cinta nya pada Jelita. Jika Rakhes, merelakan 20% saham itu untuknya berarti memang dia sangat mencintai wanita itu.
"Untuk investasi anak-anak ku tidak masalah bukan? Hanya 20% saja, bukan sepenuh nya". Rayner mengatakan itu dengan begitu santai nya.
"CK!" Rakhes kembali berdecak kesal.
"Oke, aku akan memberikan 30% saham Cyber Tech, tapi katakan informasi itu sekarang!" Desak Rakhes
"Baiklah. Jelita, wanita yang kau cari selama 7 tahun lama nya itu kini kembali lagi. Dia bekerja di Rumah Sakit Matter Hospital. Orang-orang disana bukan mengenalnya sebagai Dokter Jelita, dia memakai nama tengah nya Sephira". Ungkap Rayner memberitahu
"Sephira ?" cicit Rakhes lirih hampir tak terdengar
"Jadi benar wanita yang ku lihat tadi adalah dia?" imbuhnya bermonolog sendiri.
"Dimana kau melihatnya?" ujar Rayner bertanya
"Jalan FL". Rakhes menyahutnya dengan cepat.
"Lebih ba-"
Belum sempat Rayner menyelesaikan ucapannya, sudah terdengar suara Jessy berteriak memanggil nya.
"Daddy..." Teriak Jessy berlari kearahnya sambil menangis sesegukan.
"Ada apa princess?" tanya Rayner sembari mengangkat tubuh kecil Jessy keatas pangkuannya.
"Ada apa hm??" tanya nya lagi dengan lembut
"Jayden daddy.. Jessy mau pinjam remote game miliknya tapi tidak boleh huaaaa... " adu Jessy pada sang daddy sambil menangis meraung-raung
"No dad, Jessy berbohong. Jayden sudah meminjamkannya tapi Jessy malah menarik remote nya sampai kabel nya terputus", sangkal Jayden
Mendengar itu, Rayner langsung mengalihkan pandangannya menoleh menatap putra kedua nya.
"Jacob, katakan pada daddy apa yang sebenarnya terjadi?", tanya Rayner dengan tegas pada Jacob.
Jacob yang berdiri disamping Jayden, seketika langsung menepuk pelan bahu saudara kembar nya itu. "Yang dikatakan oleh Jay benar dad. Jessy memang meminjam remote game milik Jay. Tapi, Jay bilang nanti dulu setelah dia menyelesaikan permainan game nya. Jessy tidak sabar dad, dia langsung merebut remote game itu sampai kabel nya terputus", ungkap Jacob mengatakan yang sejujurnya.
"Tidak dad.. " elak Jessy masih mencoba membela diri dan terus menangis meraung-raung dipelukan sang daddy.
Rayner mendesahkan nafas nya kasar, putri kecilnya itu memang pintar sekali berbohong bahkan sampai membuat dia pusing tujuh keliling karena ulahnya.
"Jessy... Dengarkan daddy". Ucap Rayner sambil mengurai pelukan itu lalu menghapus air mata yang membasahi pipi chubby Jesselyn.
"Lain kali, jika Jessy ingin meminjam sesuatu entah itu milik saudara mu sendiri ataupun orang lain. Tunggu.. Tunggu dulu sampai orang itu selesai dan baru meminjamkan nya dengan mu. Jangan merebut, itu tidak baik. Mommy juga selalu bilang seperti itu bukan dengan Jessy dan yang lain ?", Rayner menasehati putri nya dengan penuh kelembutan.
Jessy menganggukkan-anggukkan kepalanya sambil mengerucutkan bibirnya. Terlihat sangat lucu dan menggemaskan.
"Good girl.. Sekarang boleh daddy minta tolong panggilkan kak Arsen diruang baca? Setelah itu kita akan pulang". Pinta Rayner dan langsung diangguki oleh putri kecilnya.
.
.
.
Bersambung...
Sepeninggalan Rayner dan anak-anak nya pulang, Rakhes bergegas menuju ruang kerjanya. Ia lalu duduk dikursi kebesarannya, jari-jemari panjangnya dengan lihai langsung menyalakan laptop yang ada diatas meja dan mulai berselancar mengotak-atik laptop tersebut seolah tengah mencari sesuatu didalam nya.
Sudah lama Rakhes mencari tahu tentang Jelita. Wanita cantik yang berprofesi sebagai dokter itu ternyata bukan berasal dari keluarga yang sembarangan. Bisa dibilang, Jelita adalah anak dari keturunan konglomerat yang kekayaan nya hampir setara dengan keluarga Morrigan. Ayahnya keturunan eropa dan ibunya orang Asia. Yang lebih membuat tercengang lagi adalah ternyata kakek Jelita dulu nya adalah ketua organisasi mafia.
Beliau bernama Hercu Grayson, pendiri klan mafia Blood Stone. Klan mafia yang paling ditakuti pada masanya, kekuataan dan kekuasaannya setara dengan Golden Eagle ( klan mafia yang didirikan oleh Anthony Morrigan, yaitu kakek kandung Rayner dan Rakhes).
Kakek Hercu dan Anthony dulu adalah dua orang sahabat, tapi terjadi kesalahpahaman membuat kedua nya menjadi musuh bebuyutan. Belum ada yang tau apa penyebab kesalahpahaman diantara kedua nya.
.
Rakhes tersenyum tipis menyeringai saat berhasil meretas cctv rumah sakit tempat Jelita bekerja. Ternyata benar, wanita yang ia lihat di jalan tadi saat ada kecelakaan adalah dia.
"Jelita", kata Rakhes lirih dengan nada datar,
"Akhirnya aku menemukanmu...!" Rakhes tertawa terkekeh pelan saat mengingat betapa susah nya dia mencari keberadaan wanita itu, butuh waktu 7 tahun lamanya sampai akhir nya Rakhes bisa menemukan dia. Selama 7 tahun ini, wanita itu seperti hilang bak ditelan bumi. Tak ada jejak yang bisa Rakhes telusuri untuk mencari keberadaannya, semua nya lenyap seolah-olah ada dalang dibalik menghilang nya Jelita.
Tanpa pikir panjang, Rakhes merogoh saku celana formal nya untuk mengambil ponsel pintar miliknya. Jari-jemari nya dengan lincah menggulir benda pipih itu mencari nomor telepon Han, setelah mendapatkan nomor itu Rakhes segera mendial nya.
Tak butuh waktu lama, pangggilan telepon itu pun tersambung. Rakhes langsung menempelkan benda pipih tersebut ditelinga kirinya.
"Han, aku ada tugas untuk mu.. " Titah nya dengan suara yang terdengar tegas dan berwibawa.
Rakhes langsung memberikan intruksi perintah untuk Han kerjakan. Setelah, Han memahami intruksi perintah nya, Rakhes langsung mengakhiri sambungan telepon itu, dan ia juga bergegas beranjak dari duduknya lalu berjalan cepat keluar dari ruang kerja nya.
"Zeroo", teriak Rakhes memanggil anak buah nya seraya berlari pelan menuruni satu persatu anak tangga.
Mendengar nama nya dipanggil, Zero yang saat itu sedang berada diteras samping seketika langsung berlari menghampiri tuannya.
"Ya tuan ?", sahut Zero sambil menundukkan kepalanya sekilas
"Siapkan mobil, kita ke markas sekarang ". Titah Rakhes dengan tegas
Zero mengangguk, "baik tuan". Kemudian, ia bergegas melangkahkan kakinya menuju garasi.
Setelah Zero pergi, Rakhes berbalik badan dan segera berjalan cepat menuju kamarnya untuk berganti pakaian. Tak butuh waktu lama, Rakhes sudah keluar dari kamar nya dengan mengenakan setelan kemeja berwarna hitam dan dipadu-padankan dengan jas serta celana formalnya yang juga berwarna hitam. Tak lupa, Rakhes juga selalu mengenakan mantel panjang dan tebal untuk menutupi seluruh tubuhnya, lebih tepatnya untuk menyimpan senjata dan benda-benda tajam kecil dibalik saku mantel nya tersebut.
Dengan langkah kaki yang tegap, Rakhes berjalan keluar dari mansion. Disana Zero sudah menunggu nya sambil menghisap rok*k. Melihat kedatangan Rakhes, Zero segera membuang rok*k itu dan menginjak ujung puntungnya yang masih menyala dengan sepatu nya.
"Tuan", sapa Zero
"Kita ke markas sekarang, hubungi Han dan minta dia untuk segera ke markas". Perintah Rakhes dengan tegas
Zero mengangguk,"Baik tuan". Sahutnya sambil membukakan pintu mobil untuk tuannya.
Rakhes segera masuk dan duduk dikursi penumpang. Setelah memastikan Rakhes dudukdengan nyaman, barulah Zero menutup pintunya, ia bergegas berlari mengitari setengah badan mobil lalu masuk dan duduk dibalik kursi kemudi.
Zero segera menyalakan mesin mobil nya lalu menginjak pedal serta rem nya. Dan, perlahan mobil yang Zero kemudikan melaju pelan meninggalkan pelataran mansion milik Rakhes yang megah nan mewah itu bak istana kerajaan.
.
Butuh waktu 1 jam 45 menit untuk sampai dimarkas Black Costra, karena markas itu berdiri dipinggiran pantai. Tapi, jangan lupakan jika pantai itu privat dan sudah dibeli oleh Rakhes untuk kepentingan organisasi mafia nya. Jelas saja agar bisnis gelap nya terus berjalan dengan lancar tanpa ada hambatan. Rakhes membangun markas itu layaknya seperti rumah tempat tinggal pada umum nya, hanya saja tak semegah mansion miliknya.
Tak jauh dari tempat markas, disana juga ada dermaga. Tempat kapal untuk mengangkut barang-barang ilegal miliknya beroperasi.
Ya, bisa dibilang jika sumber kekayaan serta kekuasaan Rakhes itu 70% adalah hasil dari bisnis gelap nya. Yaitu pengedaran ******, penyelundupan senjata serta bisnis casino yang sudah ia dirikan di beberapa negara.
.
Setelah mobil yang dikemudikan oleh Zero berhenti tepat didepan pintu masuk markas, Rakhes bergegas turun. Ia merapikan kembali jas serta mantelnya, kemudian ia segera melangkahkan kaki jenjangnya masuk kedalam markas tersebut.
Dengan langkah lebar Rakhes berjalan masuk ke dalam markas, membuat semua mata memandanginya dengan hormat. Ia adalah ketua mafia yang paling berkuasa di negara Italia, dan kehadirannya selalu membuat orang lain merasa takut untuk sekedar menyapa ataupun bertatap muka dengan nya. Aura nya yang dingin dan berwibawa sangat begitu mendominasi sekitar.
Rakhes berjalan dengan cepat, dan tidak mempedulikan orang-orang yang berusaha untuk menyapanya. Ia memiliki tujuan yang jelas, dan tidak ada yang bisa menghentikannya.
Ia berhenti di depan ruangan yang terletak di ujung koridor, dan Rakhes segera membuka pintu ruangan tersebut tanpa mengetuknya terlebih dahulu.
"Selamat datang, tuan" sapa orang yang berada di dalam ruangan, dengan suara yang hormat.
Rakhes membalasnya dengan deheman, ia lalu berjalan masuk kedalam ruangan tersebut.
Kemudian, Rakhes mendudukkan dirinya dikursi sofa yang ada didalam ruangan tersebut, dengan mata yang tajam ia memandang kearah depan.
"Kumpulkan semua informasi yang kamu bisa dapatkan tentang Klan Mafia Blood Stone," perintah Rakhes dengan tegas kepada para anak buah nya.
Mereka semua yang mendengar itu mengangguk dan bergegas melaksanakan perintah tuannya.
Setelah memberikan perintah itu, Rakhes hanya berdiam diri sembari matanya yang tajam menatap dan memperhatikan para anak buahnya yang sibuk bekerja melaksanakan tugas nya. Rakhes akui mungkin memang tak mudah untuk mencari tahu tentang Klan Mafia Blood Stone, karena klan mafia itu sudah lama tak pernah terdengar lagi kabarnya. Dan, klan-klan mafia yang lain juga menyatakan jika klan mafia Blood Stone sudah lama mengundurkan diri dari keanggotaan mafia seluruh dunia. Tapi, bukan Rakhes nama nya jika ia tidak bisa mendapatkan apa yang dia inginkan meskipun menghalalkan segala cara apapun.
Tak butuh waktu lama orang-orang yang duduk didepan komputer itu berbalik badan dan menatap Rakhes dengan wajah yang serius.
"Tuan, kami telah menemukan beberapa informasi tentang Klan Mafia Blood Stone," kata salah satu dari mereka.
Rakhes mengangkat alisnya, dan memandang mereka dengan mata yang tajam. "Apa yang kamu temukan?"
.
.
.
Bersambung...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!