NovelToon NovelToon

Pengantin Dadakan Tuan Ceo

Bab 1. Salah Masuk

"drrtttt.... drtttt.... drtttt" dering telepon di pagi hari membuaat Aruna yang masih betah bergulung didalam selimut tebal miliknya terpaksa harus beranjak dan segera mencari dimana ponselnya berada.

"Emmm.. apa sih.. Masih pagi juga gangguin aja lo". Ucap Aruna dengan posisi setengah tidur mata tertutup dan sembari menguap lebar

"Woi... Bangun.. Lo nggak inget si Yogi hari ini nikah sama si cewek uler itu". Teriak Nawa di telpon membuat Aruna dengan sekejap bangun membuka mata lebar lebar lalu terduduk di atas kasurnya.

"Hah iya Wa.. gue lupa lagi, kenapa juga baru bangunin gue si.. Ini jam berapa, mana gue masih iler lagi". Ucap Aruna sambil menggaruk2 rambutnya yang tiba tiba saja gatal karena panik

"Heh.." desah Nawa di sebrang telepon "Udah jam 8 ini.. Mending cepet lo siap siap cepet. Waktu lo tinggal 1 jam lagi sebelum ijab kabul di mulai, tapi sorry Run gue nggak bisa ikut soalnya toko lagi rame kalo gue juga ikut libur bisa bisa habis kita kena omel lagi sama Mbak Amel". Lanjut Nawa

"Oke.. Kirim alamat gedung pernikahan si Yogi aja Wa, gue lupa kemarin yang lo bilang". Kata Aruna sambil berlari ke kamar mandi untuk bersih bersih dengan waktu yang singkat.

* *

Di tempat lain sebuah acara pernikahan akan segera berlangsung dengan meriah. Gedung megah itu disulap menjadi tempat impian—dihiasi dengan tirai putih menjuntai dari langit-langit tinggi, kilauan lampu gantung kristal, serta taburan bunga segar yang memenuhi setiap sudut ruangan. Lantunan musik lembut dari string quartet mengalun syahdu, menciptakan suasana romantis yang menenangkan hati para tamu.

Tamu-tamu undangan berdatangan dengan balutan busana formal yang elegan. Mereka dipersilakan oleh para usher yang ramah, kemudian diarahkan menuju tempat duduk masing-masing yang sudah tertata rapi. Meja-meja bundar dihias dengan center piece berupa vas kristal tinggi berisi mawar putih, anggrek, dan eucalyptus, lengkap dengan lilin-lilin kecil yang menyala redup menciptakan kehangatan.

"Ayo angkat Sya... Pliss.. Jangan giin aku". Ucap Raka lirih yang sedang menggenggam telepon dengan gelisah saat telepon yang dituju berkali kali tak adaa pertanda tersambung kepemilik yang dituju

Raka mondar mandir tak jelas, saat para tamu undangan sudah berdatangan hampir memenuhi seluruh gedung tetapi pengantin wanita yang menjadi pemeran utama di acara malah belum kelihatan batang hidungnya.

"Gimana.. Apa Mesya tidak siap menikah denganmu. Dan dia kabur disaat semua sudah siap seperti ini". Suara barinton dibelakang Raka membuatnya terkesiap menoleh kebelakang

"Dia pasti datang Pa.. Aku yakin itu". Ucap Raka kepada sang Ayah dengan pandangan menatap gelisah mencari keberadaan sang kekasih yang gak kunjung datang

"heeehh.. Kuharap pilihanmu tak mengecewakan dan membuat malu keluarga kita Raka". Ucap Pak Agung sambil menepuk pundak putranya lalu beranjak pergi untuk menyapa tamu lainnya

Dihampirinya sang asisten yang juga sama sibuknya mencari keberadaan pengantin wanita.

"Gimana? Apa ada kabar mengenai Mesya?". Taanya Raka

"Sepertinya Nona Mesya pergi Tuan, rumahnya kosong kemungkinan Nona Mesya pergi dari rumah sejak semalam. Orang suruhan saya sedang terus mencari, semoga saja Nona Mesya belum jauh". Ucapan Reno sang asisten membuat Raka memijit pelipisnya. Mendadak pusing lalu ia duduk sambil berfikir apa yang akan ia lakukan selajutnya.

* *

Aruna berlari berlari keluar kamar mengambil tas selempangnya mengambil kuncir rambut untuk mengikat rambut panjangnya gaya kucir kuda.

Aruna menghampiri ibunya yang sedang menata lauk sayur untuk mereka sekeluarga sarapan.

"Bu.. Aruna pamit dulu ya". Ucap Aruna menyalami tangan Ibu Murni

"Lohh.. Buru buru banget Run, mau kemana? Nggak sarapan dulu ?". Tanya Bu Murni

"Nggak bu.. Udah nggak keburu ini. Ya udah Runa pergi yaa bu." Ucap Aruna berlari setelah mengambil sepotong tahu dari piring di atas meja yang baru saja di goreng Bu Murni.

"Eh.. Hati-hatu itu tahunya manis panas nduk... Mbok ya jangan lari-lari to kalo makan". Teriak Bu Murni saat Aruna tetap saja berlari pergi dan tak terlihat diujung pintu.

"heeehh.." Bu Murni menghela nafas "Heran.. Punya anak perempuan tapi nggak ada anggun-anggunnya sama sekali". Ucap Bu Murni sambil geleng-geleng kepala

"Kenapa Bu ?" Tanya Pak Rahmat sesaat baru masuk kerumah dari pintu belakang.

"Itu lo Pak anakmu, pergi buru-buru banget makan aja sambil lari gitu". Ucap Bu Murni

"Loh Aruna sudah pergi? Nggak sarapan dulu memangnya ?" Tanya Pak Rahmat lagi

"Nggak, keluar kamar langsung pamit katanya udah nggak sempat sarapan". Kata Bu Murni sambil menuangkan nasi untuk suaminya. Pak Rahmat sudah tak heran dengan kelakuan Aruna, anak gadis itu memang suka semaunya sendiri, padahal sudah sering dikasih wejangan sama ibu dan bapaknya.

* *

Butuh waktu 30 menit menuju gedung dimana katanya Yogi yang baru saja kemarin memutuskan hubungannya dengan Aruna tiba-tiba menikah di hari ini dengan pacar barunya. Karena tak terima dia bahagia di atas penderitaannya dan sakit hatinya Aruna berencana menggagalkan pernikahan mantan kekasihnya itu. Tetapi karena Aruna mengeluarkan kemampuannya mengendarai motor hanya menempuh waktu 10 menit sudah sampai di tempat acara.

Aruna memarkirkan motor dan membuka helm yang dipakainya, lalu ia mengeluarkan ponsel dari dalam tas dan membuka pesan Nawa yang mengirimkan alamat gedung pernikahan Yogi.

"Udah bener sih ini gedungnya... gila meriah banget pasti pestanya, gedungnya aja besar banget.. Dekornya juga bagus. Heh.. emang bener-bener ya si Yogi, lihat aja apa yang akan gue lakukan". Ucap Aruna saat melihat gedung pernikahan yang besar megah dengan dekorasu ya sangat mewah. Ia beranjak turun dari motor dan masuk kedalam gedung.

* *

"Maaf pak ini jamnya sudah terlewat lama.. Apakah mempelai wanita belum juga bisa dihubungi sudah sampai mana? Soalnya saya juga ada jadwal menikahkan dilain tempat". Pak penghulu bertanya kepada Pak Agung selaku orang tua mempelai pria.

"Tunggu sebentar lagi ya Pak.. Mungkin sebentar lagi pengantin wanitanya sampai". Ucap Pak Agung sambil tersenyum getir di hadapan Pak Penghulu

Diliriknya Raka yang duduk termangu karena sudah berusaha mencari keberadaan Mesya lewat orang-orang suruhannya, tetapi tak ada satupun yang bisa menemukan keberadaan Mesya.

"Mana wanita itu Raka, Papa sudah kehilangan muka di hadapan para tamu karena pengantin wanita tak kunjung datang". Bisik Pak Agung pada Raka

"Raka juga bingung pa, tapi Raka yakin Mesya akan datang". Ucap Raka

Ditengah-tengah para semua tamu sudah mulai berbisik tentang pengantin wanita yang tak kunjung datang, tiba-tiba ruangan gedung dihebohkan dengan suara teriakan wanita menuju kedalam gedung.

"Hentikan pernikahan ini.... Dia itu pacar gue, nggak seharusnya sekarang ini mereka menikah. Gue gar rela pernikahan ini nggak sah... ". Suara lantang gadis cantik di ujung pintu masuk gedung membuat semua orang yang ada didalam gedung menoleh ke arah pintu masuk. Pak Agung yang kaget dengan teriakan tersebut segera beranjak dan menghampiri Aruna.

Dilihatnya Aruna di amati dari atas sampai kebawah "Jadi kamu pacar anakku ?" Tanya Pak Agung "Baiklah.. Mari masuk kita mulai langsung ijab kabulnya". Lanjut Pak Agung dengan tersenyum

Bersambung **

Bab 2. Mendadak Menikah

Aruna terdiam seketika, pandangannya mengedar keseluruh ruangan gedung. Banyak sekali pasang mata yang melihat ke arahnya. Kemudian pandangannya berhenti di satu titik dimana seorang lelaki tampan memakai jas berwarna putih dengan satu bunga mawar putih bertengger di sangu kiri jasnya sedang berjalan menuju ke arahnya.

"Apa-apaan kamu ini, kamu siapa ?". Kata Raka sesaat setelah langkahnya sampai di hadapan Aruna bertanya dengan tatapan dingin dan mengintimidasi

Aruna hanya mengerjap-ngerjapkan matanya, dengan perasaan gugup menelisik kearaah Raka. "Sejak kapan Yogi berubah jadi setampan ini.. Omg.. Matanya, hidungnya, berasa ketemu pangeran berkuda dari negeri dongeng deh". Guman Aruna di dalam hati saat sejenak memandang Raka dari dekat

"Hellow..." Ucap Raka melambaikan tangan ke muka Aruna

"Yogi... Em maaf bukannya ini gedung pernikahan Yogi dan Dewi yah. Eh.. Kayanya saya salah tempat deh". Ucap Aruna kikuk sambil mengusap tengkuknya yang tidak gatal "Maaf sekali lagi, kalau begitu saya permisi saja dari sini, silahkan dilanjutkan lagi acaranya". Lanjut Aruna sembari menangkupkan kedua tangannya sebagai tanda minta maaf kemudian membalikkan badan ingin beranjak pergi dari tempat itu

"Tunggu...". Suara cukup keras Pak Agung dibelakangnya membuat Aruna berhenti untuk beranjak keluar gedung dan berbalik menoleh ke arah Pak Agung "Kamu tidak bisa pergi dari sini, kamu harus menikah dengan putraku". Lanjut Pak Agung setelahnya

"Apa...".. Kaget Aruna mendengar perkataan Pak Agung "Maksud Bapak ini apa? saya kesini cuma mau melabrak mantan pacar saya aja Pak. Bukan mau menikahi putra Bapak, maaf saya permisi". Lanjut Aruna yang masih bingung

Raka hanya memijat atas hidungnya mendengar perkataan Ayahnya yang sangat tidak masuk akal, bagaimana bisa anaknya disuruh menikah dengan gadis yang tidak pernah di kenal dan entah dari mana asalnya.

Pak Agung yang sudah tidak sabar segera membawa Aruna masuk keruangan dibelakang gedung acara.

"Tunggu Pak.. Maksudnya apa ini kenapa saya dibawa kesini". Ucap Aruna yang sedikit takut karena terjebak dengan keadaan yang rumit ini

"Maaf nak.. Putra saya akan menikah hari ini tetapi calon pengantin wanita tidak hadir, saya tidak bisa membiarkan para tamu berpikir yang tidak-tidak pada keluarga saya dan membuat gosip yang membuat keluarga saya jadi di permalukan. Jadi saya minta kamu menjadi calon pengantin wanita untuk putra saya". Pak Agung berkata untuk meyakinkan Aruna

"Nggak bisa Pa.. mana mungkin Raka menikahi gadis yang nggak pernah Raka kenal Pa". Ucap Raka untuk menyanggah pemikiran Ayahnya

"Diam kamu.. Papa lihat gadis ini jauh lebih baik dari pada wanita pilihanmu itu yang sudah mempermalukan kita di hari yang sudah dirinya sendiri atur untuk menikahi mu. Papa sudah nggak mau lagi menambah malu nama baik keluarga kita. Jadi lebih baik kamu ikuti kata-kata Papa". Kata Pak Agung sedikit geram karena keputusannya sudah bulat

"Jadi nama kamu siapa?" Ucap Pak Agung menatap Aruna

"A..aruna". Jawab Aruna terbata karena pikirannya yang masih sedikit ngeblank, dia masih syok tak menyangka dirinya yanh tiba-tiba saja menjadi seorang calon pengantin di hari ini

Pak Agung tersenyum lega lalu memerintahkan wardobe untuk menganti baju dan merias Aruna "Bawa dia masuk ganti pakaian dan rias Aruna". Ucap Pak Agung

"Tunggu.. Saya tetap nggak bisa pak, bagaimana orang tua saya.. Saya nggak bisa pak tanpa restu mereka". Sanggah Aruna berharap pernikahan ini tidak akan terjadi

Tiba-tiba datang Pak Rahmat dan Bu Murni dari pintu belakang gedung mereka dikawal oleh dua orang berbaju hitam. Aruna membelalakan matanya tak percaya saat orang tuanya tiba-tiba saja berada di gedung ini.

"Ini mereka orang tua Nona gadis ini Tuan". Ucap salah satu orang berbaju hitam kepada Pak Agung

Pak Agung tersenyum dan mengangguk mengerti, lalu menyuruh mereka berdua pergi meninggalkan ruang itu.

Bu Murni kaget melihat anak gadisnya berdiri bersama para orang-orang yang sepertinya bukan orang biasa. Bu Murni beranjak menghampiri putrinya.

"Owalah nduk.. Kamu ini kenapa, kok bisa-bisa sampai disini. Ada apa ?" Ucap Bu Murni sambil merangkul pundak putrinya lalu melirik ke arah Pak Agung dan Raka

"Begini Pak.. Perkenalkan saya Agung Mahendra, dan ini anak saya Raka Mahendra. Saya disini bermaksud melamar putri bapak dan ibu untuk menjadi istri putra saya dan akan dinikahkan sekarang juga". Ucap Pak Agung lugas kepada Pak Rahmat

Pak Rahmat mendadak bingung mendengar perkataan Pak Agung, karena terlalu mendadak dan tiba-tiba banget ada yang melamar putri semata wayangnya itu.

"Maaf pak, tapi ini terlalu tiba-tiba. mereka ini belum saling kenal. Apa bisa mereka ini menikah". Ucap Pak Rahmat ragu-ragu

Pak Agung tersenyum "Oh masalah perasaan pasti akan tumbuh seiring berjalannya waktu Pak". Kata Pak Agung meyakinkan

Bu Murni yang sejaak tadi berdiri di sampir Aruna, beranjak mendekat ke arah suaminya. "Sepertinya Pak Agung ini kaya nggak asing yo Pak, kaya familiar gitu tapi dimana ya". Ucap Bu Murni berbisik. Pak Rahmat juga mulai berfikir mengingat ucap sang istri "Oh iya.. Beliau ini pemilik pabrik yang dekat rumah kita itu Bu". Kata Pak Rahmat lirih

Pak Agung hanya tersenyum melihat kearah calon besannya. Aruna menatap kedua orang tua yang sedang berbisik-bisik dengan jengah memutar bola matanya malas.

"Udah lah Bu, Pak, kita pergi aja dari sini. Runa nggak mau nikah sama orang yang nggak Runa kenal". Ucap Aruna sesaat menghampiri orang tuanya

Raka yang sejak tadi hanyak diam melihat kearah mereka berempat yang masih sibuk berdiskusi, sedangkan dirinya yang sudah tak ada semangat hanya terdiam saja berkata pun tak akan bisa merubah keputusan sang ayah, karenaa keputusan Pak Agung itu sudah keeputusan akhir yang tidak akan pernah bisa di ganggu gugat.

"Baik Pak.. Saya menerima keputusan menikahkan Aruna dan nak Raka, lagian diumur segini memang sudah saatnya berumah tangga". Tutur Pak Rahmat dan Bu Murni yang menganggu setuju lalu tersenyum dengan putusan sang suami. Sedangkan Aruna melolot tak percaya dengan keputusan orang tuanya.

"Baik Pak.. Mari ikut kami keluar, biarkan Aruna disini di handle wardobe". Ucap Pak Agung ramah kepada besannya

Disisi lain Raka yang berada diluar sembari menunggu Aruna yang sedang diruang wardobe masih memainkan teleponnya berharap segera ada kabar dari sang kekasih. Dilihatnya Reno yang berjalan menghampirinya.

"Sepertinya Nona Mesya pergi keluar negeri Tuan, ada laporan dari salah satu orang kita yang dikerahkan untuk mencari dibandara". Reno berkata pada Raka setelah mendengar kabar dari salah satu orang suruhannya. Raka hanya meremas sisi tangannya karena geram dengan keadaannya sekarang.

"Lalu bagaimana sekarang, apa Tuan tetap akan menikahan gadis itu sekarang?". Lanjut Reno bertanya

"hmmm.. Bagaimana pun keputusan Papa itu sudah final, saya akan mengikuti alurnya saja". Jawab Raka lemas lalu beranjak pergi menuju tempat akad yang akan segeraa berlangsung.

"Saya terima nikah dan kawinnya Aruna Felisya dengan mas kawin tersebut dibayar tunai". Ucap Ijab kabul Raka lantang

"Bagaimana saksi ? Sah ?"..

"SAH.. SAH..."..

Bersambung **

Bab 3 Tinggal Bersama

Satu kata "SAH" dari para tamu undangan yang hadir menggema di seluruh ruangan gedung menjadi pertanda Aruna telah sah menjadi istri seorang Raka Mahendra. Penghulu meminta Aruna untuk menyalami suaminya sebagai bentuk bakti kepada lelaki yang sudah menjadi suaminya saat itu.

Aruna tetap geming karena masih belum juga percaya bahwa sekarang ia sudah menjadi seorang istri seorang lelaki yang tak pernah dikenal, bahkan baru saja ia temui beberapa saat lalu.

"Nduk.. Apa yang kamu tunggu, cepat salim sama suamimu". Ucap Bu Murni menyenggol Aruna yang masih saja melamun padahal Raka sudah menjulurkan tangannya walaupun dengan malas.

"Eh.. Iya Bu". Aruna menggapai tangan Raka menunduk untuk mencium punggung tangannya.

"Alhamdulillah, sekarang kalian sudah sah menjadi suami istri. Papa lega dan senang sekali akhirnya kamu menikah. Semoga kalian bisa saling mencintai dan melengkapi satu sama lain langgeng sampai akhir hayat yang memisahkan, doa Papa selalu menyertai kalian berdua nak". Kata Pak Agung kepada Raka dan Aruna "Papa minta kamu jaga Aruna, Papa tahu kalian belum saling mengenal.. Tapi Papa yakin Aruna wanita yang tepat untuk menjadi istrimu". Lanjut Pak Agung dan hanya diangguki oleh Raka

"Omg... gue beneran udah menikah, dan sama dia ?". Gumam Aruna dalam hati dan di tatapnya Raka yang masih sibuk menyalami para tamu undangan berpamitan meninggalkan tempat

"Huh... Ini semua gara-gara Nawa, bisa-bisanya dia ngasih tempatnya salah kaya begini, bukannya kasih pelajaran sama si Yogi dan cewek uler eh malah gue yang apes". Bicara Aruna lihir sesaat meratapi nasib yang di jalaninya.

* *

Di toko kue dimana Nawa sedang menata kue di dalam etalase, ia tiba-tiba teringat dengan sang sahabat yang katanya mau melabrak sang mantan kekasih. Diambilnya telepon di saku celananya.

"Nomor yang anda tuju sedang tidak bisa di hubungi karena sibuk". Bukannya suara Aruna yang terdengar tetapi suara mbak-mbak operator telepon yang menyahuti.

"Kenapa ini bocah, kok nggak bisa dihubungi sih.. Apa acara labrak melabraknya belum selesai". Gumam Nawa saat telepon Aruna tak kunjung tersambung setelah beberapa kali di hubungi

"emmm.. Gue chat aja deh". Nawa membuka ruang chat Aruna, seketika matanya membelalak membaca chat terakhir Nawa yang mengirimkan alamat tempat Yogi melangsungkan pernikahan

"Omg.. Gue salah lagi ngirim alamatnya, duhhh ini tadi alamat yang mau gue kasih ke mang supir untuk nganterin kue pesanan eh malah kekirim ke Aruna. Parah jangan sampai deh Aruna kena masalah". Cepat-cepat Nawa mengirim pesan yang mengatakan kalau Aruna salah tempat dan ia pun meminta maaf sesaat setelah nya ia mencoba menghubungi sahabatnya lagi, tetapi hasilnya nihil.

"Nawa.. Tolong packing pesanan kue untuk dikirim ke alamat ini segera". Suara Mbak Amel membuat Nawa yang sedang menelpon Aruna menutup ponselnya segera

"Siap Mbak".Sahut Nawa "Huh.. Semoga saja Aruna tidak mendapatkan masalah karena ini". Gumam Nawa setelah itu mengerjakan perkerjaannya lagi.

* *

"Nduk.. Kamu baik-baik ya sama Nak Raka, Ibu masih nggak nyangka kamu sudah menjadi seorang istri sekarang. Ingat baik-baik pesan Ibu.. Kamu harus patuh sama suamimu hormati dia, jangan pernah membantahnya ya nduk. Ibu sama Bapak pamit pulang dulu ya". Bu Murni memeluk Aruna sesaat sebelum beranjak pulang.

"Nak Raka, Bapak nitip Aruna ke kamu.. sekarang tugas Bapak beralih ke kamu, kalau kamu merasa sudah tak sanggup membimbing Aruna jangan sakiti dia, datanglah ke tempatku bicara baik-baik dan saya akan menjemputnya pulang". Pak Rahmat menasehati Raka "Insyaallah Pak".Jawab Raka yang di balas senyuman Pak Rahmat

Walaupun mereka belum saling mengenal satu sama lain tetapi Pak Rahmat merasa bahwa Raka seorang lelaki yang bertanggung jawab dan ia yakin Aruna akan hidup bahagia bersamanya.

"Pak Rahmat dan Bu Murni tenang saja, saya akan selalu ada untuk mereka. Kalau Raka sampai macam-macam sama Aruna, saya tidak segan-segan untuk mengasih pelajaran sama putra ku ini". Pak Agung bicara meyakinkan kedua besaannya, sebelum pergi meninggalkan gedung bersama supir yang diutus Pak Agung untuk mengantar mereka.

"Mari kita pulang, supir sudah menunggu". Ajak Pak Agung sebelum Raka menyela

"Tunggu.. Raka dan Aruna pulang ke rumah, Papa bisa pulang sendiri dengan Mang Asep"

"Maksutnya rumah? Kita cuma tinggal berdua gitu? Terus Pak Agung ?" Aruna bertanya menatap Raka dan Pak Agung bergantian masih belum bisa mencerna perkataan Raka

Pak Agung tersenyum ke arah mereka berdua "Baik, kalau itu mau kamu.. Tapi ingat mulailah belajar mencintai istrimu, jangan pernah sakiti dia". Pak Agung menepuk pundak Raka lalu beralih menatap Aruna "Aruna, kamu tinggal bersama Raka di rumahnya. Tenang, kalau Raka macam-macam sama kamu jangan ragu untuk bilang ke Papa. Biar Papa yang menegurnya".

Raka hanya memutar bola matanya malas dengan perkataan ayahnya yang di ucapkan pada menantu dadakannya itu.

"Nggak Pak.. Kita tinggal bersama yah, saya nggak mau kalau cuma tinggal berdua sama.." Ucap Aruna menggantung sesaat menatap Raka yang masih menatapnya dengan tatapan tajam nan dingin "Tuh kan Pak.. Belum apa-apa juga dia udah ngasih tatapan membunuh gitu ke saya, lihat tuh Pak". Lanjut Aruna yang merapatkan badannya ke arah Pak Agung.

Diliriknya wajah Raka, lalu beralih ke Aruna "Raka memang begitu, dan ini tugas kamu untuk membuat tatapan singanya menjadi tatapan kucing yang menggemaskan". Pak Agung mencoba menangkan Aruna menepuk pundaknya lalu beranjak pergi masuk ke mobil pulang ke kediamannya.

Aruna hanya menghela nafasnya panjang, saat melihat mobil yang di tumpangi Pak Agung melesat pergi.

"Mari Tuan, Nona.. Mobil sudah siap". Reno mempersilahkan keduanya untuk memasuki mobil, Raka beranjak masuk mobil tanpa menunggu Aruna. Sedangkan Aruna dengan langkah yang terasa berat harua ia paksa memasuki mobil yang super mewah itu.

* *

Setelah Aruna turun dari mobil, di pandangnya rumah besar megah bertingkat khas rumah seorang milyader yang biasanya hanya ia lihat di sinetron dan drama korea, sekarang ia bisa merasakannya sendiri. Aruna berasa seperti mimpi saat pintu rumah dibuka, ia melangkahkan kakinya masuk ditatapnya berbagai interior rumah yang sangat mewah dan pasti sangat mahal harganya.

"Selamat Malam Tuan, Nyonya". Sambut Bi Surti

"Bawa semua barang ke atas, terus antar dia ke kamar".

"Baik Tuan". Bi Surti mengangguk lalu mengajak Aruna menuju kamar di lantai atas

"Wah.. ternyata Nyonya Aruna juga tak kalah cantik sama Nona Mesya, lebih cantik malah. Tuan Muda beruntung banget sih". Kata Bi Surti sesaat setelah sampai di depan kamar

"Jangan panggil saya Nyonya Bi, panggil Aruna saja.. Perasaan belum tua-tua banget masa harus dipanggil Nyonya".

"Eh.. Nggak bisa Nyonya, itu namanya nggak sopan Bibi nggak bisa".

"Huh... ya sudah terserah Bibi mau panggil apa, tapi tetap jangan panggil saya Nyonya".

"Baik Nona". Jawab Surti lalu membukakan pintu dan mempersilahkan masuk.

"Makasih ya Bi, saya masuk dulu. Capek banget mau tidur". Bi Surti hanya mengangguk dengan tersenyum penuh arti.

Aruna beranjak masuk ke dalam kamar lalu tercengang saat melihat kamar yang akan di tempatinya.

Bersambung * *

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!