NovelToon NovelToon

Suamiku Actor

1. bianca

happy reading semua.

"Kak, lo beneran nikah sama dia?! " Bianca menatap wanita di hadapannya itu sebal.

"Namanya alea, dia kakak ipar kamu mulai sekarang." Ucap Nando tegas menatap adiknya itu.

"Gak. Kakak ipar aku tetep kak Arin. " Bianca mempertegas ucapannya. "Aku udah bilang berapa kali, kakak gak perlu sok-sok an nerima perempuan satu ini buat jadi istri, lagian aku tau kalau kakak itu masih sayang sama kak Arin. " ucap Bianca.

Nando meraih tangan alea, mengajak wanitanya untuk naik ke lantai atas pergi kedalam kamar miliknya

"Perempuan tadi namanya Bianca, dia adik aku. Omongan yang keluar dari mulut dia tadi, jangan dimasukin ke dalam hati. " ucap Nando.

"Sekarang udah malam, kamu harus tidur. Aku harus pergi, ada kerjaan dadakan malam ini. " ucap Nando yang mendapat anggukan kepala dari Alea.

"Kalau butuh apa apa, telfon aku. "

"Iya. "

...°°°...

"Dari kemarin malam, Arin nggak mau makan,” Kinta memberikan nampan berisi makanan kepada Nando.

"Aku coba bujuk dulu, Tan.” Nando meraih nampan makanan dari tangan wanita paruh baya itu dan segera pergi ke lantai dua.

Nando mengetuk pintu kamar berkali-kali, tidak ada jawaban apa pun dari dalam sana.

"Mau buka pintu sendiri atau aku yang buka?” ucap Nando dengan suara yang masih terdengar tenang.

Tak menunggu waktu lama, pintu kamar itu terbuka. Arin berdiri di sana dengan penampilan yang masih acak-acakan dan mata yang sembap.

Nando melangkah masuk ke dalam. Ia menaruh nampan makanan di atas nakas, lalu menutup pintu kamar wanita itu dan menatap Arin dengan sedikit iba.

"Ngapain datang ke sini?!” ucap Arin ketus.

"Duduk.” Nando meraih pergelangan tangan wanita itu, mengajaknya duduk di tepian ranjang di sampingnya.

Nando menatap pergelangan tangan wanita itu cukup lama. “Aku harus bilang berapa kali, aku nggak suka kalau kamu ngelakuin hal ini,” ucap Nando.

"Gak ada urusannya sama kamu. Mau aku m*ti atau nggak, kamu nggak akan peduli lagi sama aku,” ucap Arin.

"Kenapa sih kamu lebih sayang sama Dean daripada sama aku?!” ucap Arin lagi.

"Aku beneran udah ada di posisi cewek bego sekarang. Aku harus naksir sama suami orang,” lanjutnya.

"Mau makan?” tanya Nando, mengalihkan pembicaraan.

"Gak nafsu makan, gak usah maksa.”

"Aku suapin,” ucap laki-laki itu.

Nando meraih makanan di atas nakas, menyendokkan makanan itu ke dalam sendok makan.

"Kalau kamu sakit, Tante Kinta yang repot,” ucap Nando.

"Aku rela pulang lebih awal sebelum acara pernikahan aku selesai. Aku khawatir sama kamu, jangan bikin aku semakin khawatir.”

"Kalau aku nggak sayang sama kamu, aku nggak akan mentingin pulang ke Jakarta cuma demi kamu.”

"Makan, sekali ini aja,” pinta Nando.

Arin menganggukkan kepalanya. Wanita itu perlahan membuka mulutnya dan mulai mengikuti ucapan Nando.

Setelah menyelesaikan makan, wanita itu menidurkan tubuhnya di ranjang, berharap agar Nando ikut tidur di sampingnya.

"Mau langsung pulang?” tanya Arin dengan raut wajah memelas.

"Aku nggak maksa kamu buat nginep di sini. Aku tahu Alea pasti nungguin kamu di rumah,” ucap Arin.

"Aku temenin kamu.” Nando menidurkan tubuhnya, merentangkan tangannya, dan Arin langsung masuk ke dalam dekapan laki-laki itu.

"How ur day?”

"Ada yang mau kamu ceritain nggak?”

"Kamu udah lama nggak cerita. Kangen banget aku,” ucap Nando sembari mengusap rambut wanita itu.

"Aku udah nyoba lukai tangan aku, tapi hasilnya sama aja.”

"Kenapa orang-orang gampang banget buat bund*1r? Padahal aku udah coba. Coba lihat tangan aku, lukanya udah besar, kan?”

"Jangan dipegang, udah aku obatin,” ucap Nando.

"Besok jangan ngelakuin hal ini lagi.”

"Kalau aku ngelakuin ini lagi?”

"Yang ngerasain sakitnya bukan aku, tapi kamu. Jadi, jangan macam-macam lagi,” ucap Nando memperingatkan

2. Dean

"Hari ini aku sedih banget, tahu, Sayang," ucap wanita itu lirih sambil mengusap nisan bertuliskan nama Reynandean Anggara. Di pagi buta seperti ini, entah kenapa ia merasa perlu datang ke makam suaminya.

"Kangen..." bisiknya pelan.

"Kalau kamu tahu aku sedih, pasti kamu langsung peluk aku, kan? Maaf ya, kalau aku sering nangis karena kangen sama kamu. Tapi ini salah kamu juga... kenapa pergi tanpa ngajak aku?"

Ia menghela napas, menatap nisan itu dengan mata berkaca-kaca.

"Kamu harus tahu, aku mulai kenal sama keluarga besar Kak Nando. Kak Nando punya adik perempuan, namanya Bianca. Tapi... Bianca masih butuh waktu buat nerima aku."

"Kira-kira Bianca bakal nerima aku gak, ya? Kayak Dea dulu nerima aku waktu kita nikah?"

°°°°

07.30

Nando menatap jam yang ada di dinding kamar. Jarum jam sudah menunjukkan pukul tujuh pagi.

"Sialan…” umpat Nando.

Nando mengatur napas panjang. Laki-laki itu mencoba mengalihkan kepala wanita yang kini tengah tidur di lengan tangannya, lalu segera beranjak pergi.

"Kamu mau pergi ke mana? Kamu udah bilang sama Arin belum?” tanya Kinta ketika melihat Nando menuruni tangga dengan terburu-buru.

"Tan, Arin masih tidur. Nanti kalau dia bangun, bilang kalau aku ada urusan mendadak,” ucap Nando.

Laki-laki itu menyetir mobilnya dengan kecepatan tinggi. Ia menghentikan mobilnya di halaman rumah miliknya dan segera masuk ke dalam.

"Istri kamu pergi, nggak tahu pergi ke mana,” ucap Bianca sembari melahap makanannya.

Nando menghentikan langkahnya, menatap adiknya tajam. “Pergi sama siapa?”

"Mana aku tahu. Emang dia nggak izin sama kamu?” ucap Bianca.

"Kan aku udah bilang, perempuan kayak dia itu nggak pantas kalau dijadiin istri.”

"Pergi aja nggak izin sama kamu.”

"Kamu itu nggak dianggap sama dia, Kak. Kalau dia nganggep kamu sebagai suami, harusnya dia izin dulu kan sama kamu?” ucap wanita itu lagi.

"Jaga omongan kamu.”

"Emang bener gitu kan kenyataannya.”

Nando mengeluarkan ponsel dari dalam saku, menatap pesan masuk yang ada di layar.

 'aku izin pergi ke makam sebentar. aku bisa pergi sama Mang Ujang kalau memang kerjaan kamu masih banyak.'

"Kakak pasti dari rumahnya Kak Arin, kan?” Bianca menaikkan alisnya, menggoda kakaknya itu.

"Jawab jujur aja, aku nggak akan marah. Justru aku seneng banget kalau kakak living together sama Kak Arin.”

"Kalian berdua tidur bareng kan, pasti?”

"Suka deh aku kalau gini.”

°°°°

"Langganan banget ya datang ke sini.” Suara laki-laki itu terdengar sangat nyaring di telinga Alea, membuat wanita itu refleks menolehkan kepalanya ke belakang.

"Ngapain di sini?” Alea mengusap air matanya. Wanita itu menghampiri Adit yang tengah berdiri di belakang sana.

"Duduk di ujung sana, mau kan?” tanya Adit, yang diangguki oleh Alea.

Adit meraih tangan Alea, mengajak wanita itu untuk duduk di kursi yang ada di bawah pohon sana.

"Jawab pertanyaan gue, Lo tau gue ada disini dari siapa?” tanya Alea lagi.

Adit mengeluarkan es krim yang baru saja ia beli sebelum datang ke sini. Laki-laki itu memberikan es krim varian cokelat kepada Alea.

"Es krim cokelat kesukaan lo,” ucap Adit, yang membuat Alea jelas kebingungan dengan tingkah laki-laki itu.

"Lea, kalau ada masalah apa pun itu, cerita ke gue, ya. Gue nggak keganggu sama sekali kalau memang lo butuh tempat buat cerita.”

"Gue bakal luangin seluruh waktu gue kalau memang sahabat gue ini butuh tempat buat cerita,” ucap Adit sembari mengusap ujung rambut Alea.

"Jawab dulu pertanyaan gue, Lo tau gue disini darimana?!”

"Setiap Senin pagi lo selalu datang ke sini,” jawab Adit.

"Gimana?” Adit tiba-tiba bertanya.

"Apa?” tanya Alea bingung.

"Gimana rasanya nikah sama si Nando-Nando itu?”

"Itu kan impian lo banget dari dulu.”

"Gue jadi inget, setiap hari lo selalu cerita kalau pengen jadi istrinya Nando. Jadi gimana rasanya nikah sama cowok yang namanya Nando-Nando itu?” Adit menggoda temannya itu.

"Dia baik nggak sama lo?”

"Kalau dia jahat, bilang sama gue. Biar gue hajar dia.”

"Oh iya, kenapa Nando nggak pernah nemenin lo? Kenapa selalu datang ke sini bareng sama supir?” tanya Adit.

"Banyak kerjaan. Takut ngerepotin Kak Nando.”

"Lea, gue tahu kalau ada sesuatu yang ngebuat lo cemas. Yakin nggak mau cerita apa pun ke gue?”

"Gue sedih karena kangen sama Kak Rey. Nggak lebih dari itu.”jawabnya singkat.

"Lupain pelan-pelan. Kirim doa yang banyak, biar kangennya bisa sedikit berkurang. Takut Kak Nando cemburu kalau lihat istrinya kangen sama Kak Rey terus,” ucap Adit meledek temannya itu.

"Udah setahun lebih. Alea harus bangkit, jangan sedih lagi. Kangen banget lihat Alea ceria, yang selalu cerita semua hal-hal random itu ke gue,” ucap Adit.

"Kurangi sedihnya, banyakin bahagianya, Al.”

"Kalau nggak mau cerita hari ini, nggak apa-apa. Gue nggak maksa. Tapi nanti kalau butuh teman cerita, bilang aja. Gue bisa luangin seluruh waktu gue buat lo.”

"Dit, makasih banyak udah baik sama gue.” Alea memeluk temannya itu erat-erat.

3. Arin

Alea melangkah pergi meninggalkan makam. Wanita itu hendak menghampiri Mang Ujang untuk mengajaknya pulang, namun langkahnya tiba-tiba terhenti ketika melihat Nando yang sudah berdiri di depan mobil dengan kedua tangan terlipat di dada.

"Kamu di sini?” Alea menatap suaminya gugup.

Nando meraih tangan istrinya, mengajaknya masuk ke dalam mobil miliknya.

Laki-laki itu menyetir dengan kecepatan lumayan tinggi menuju rumah miliknya.

Sesampainya di rumah, Nando menarik tangan Alea, membawanya masuk ke dalam kamar. Ia menghimpit tubuh Alea di balik dinding dengan kedua tangannya.

Alea meneguk salivanya, ketakutan. "K-Kak?” Alea menatap Nando dengan gugup.

"Ngapain tadi?!”

"Aku sama Adit tadi cuma…” Alea menggigit bibir bawahnya, panik.

Nando menaikkan satu alis, menunggu jawaban keluar dari mulut istrinya.

"Adit cuma nemenin aku.”

"Harus banget sampai pelukan?” Nando kembali menaikkan alisnya.

"Begitu lagi, aku hajar teman kamu.”

"Mulai sekarang, sampai seterusnya, gak boleh pergi tanpa seizin aku.”

"Jangan cuma karena teman kamu, kita jadi ribut setiap hari.”

"Suami kamu sekarang aku. Peraturan yang Dean kasih dulu, itu gak berlaku di rumah tangga kita yang sekarang.”

"You're mine, I'm yours.”

"Temenin aku tidur,” ucap Nando sembari melempar tubuhnya ke atas ranjang.

Alea mengangguk ragu. Wanita itu perlahan merebahkan tubuhnya di samping Nando.

Tangan laki-laki itu tiba-tiba melingkar di pinggang Alea, memeluk istrinya cukup erat. Alea yang tiba tiba mendapat perlakuan seperti itu sontak terkejut.

-

DRTT

Nando mengusap matanya, laki laki itu mencoba mengalihkan kepala istrinya yang tengah bersandar di dada miliknya.

Laki laki itu meraih ponsel miliknya diatas nakas dan menatap nama yang tertera disana.

'Nan, kamu bisa kerumah sakit cita buana sekarang. Tante mohon ya. ' pinta kinta melalui saluran telfon.

Nando pelan pelan turun dari ranjang dan segera masuk kedalam kamar mandi untuk bersiap siap.

setelah menyelesaikan semuanya, laki laki itu segera pergi ke rumah sakit cita buana untuk bertemu dengan Arin.

"Arin dimana? " Nando menatap kinta sedikit panik.

"Ada di dalam, dia gak mau minum obatnya. "

"Tante mohon kamu bujuk dia ya. " pinta wanita parubaya itu.

Nando mengusap rambutnya kasar, laki laki itu segera masuk kedalam kamar dan melihat Arin yang masih diperiksa oleh suster disana.

"Mas, ini pacarnya? " Tanya suster itu.

"mbak Arin tidak mau minum obat daritadi, mas bisa bantu saya untuk bujuk mbak Arin minum obat? "Tanya suster itu.

"Biar saya yang bujuk. " ucap Nando yang diangguki oleh suster itu.

Nando mengambil duduk disamping nakas, menatap wanita yang tengah tiduran di nakas itu lumayan lama.

"Mau sampai kapan kayak gini? " Tanya Nando.

"Kalau udah tahu punya penyakit lambung, jangan kayak gini. "

"Jangan manja, aku sekarang gak bisa kalau harus ngikutin kemauan kamu terus. " ucap Nando tegas.

"Aku sekarang udah ada alea. Kamu harus ngerti itu. "

"Kapan kamu cerai in alea? " Tanya Arin tanpa basa basi.

"Gak akan pernah. "

"Kalau kamu gak mau ceraiin alea, ngapain kamu peduli sama aku? "

"Biarin aja aku sakit sampai mati. "

"Jangan dramatis. "

"Kalau kamu sakit, Tante kinta yang repot. Kalau emang mau mati, jangan ngerepotin siapapun. " ucap Nando.

"Aku datang kesini karena gak tega lihat mama kamu mohon mohon di depan aku demi kamu. "

"Kamu tau sendiri kalau Tante kinta punya trauma ditinggal anaknya. Kakak kamu itu meninggal karena bunuh diri, trauma Tante kinta masih belum hilang, jangan nambah trauma dia lagi. "

"Ngertiin posisi mama kamu. "

"Ngertiin diri aku sendiri aja aku belum bisa, ngapain aku harus ngertiin mama. " ucap wanita itu.

"Kalau datang kesini cuma buat mental aku down, pergi aja nan. " ucap Arin lirih

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!