Amanda Ostman
Arthur Smith
**
Amanda dan kedua saudara nya sedang duduk diruang tamu sambil menatap seorang kakek yang menatap mereka bertiga dengan intens
Kakek tersebut tersenyum dan menunjuk Sella
" Aku ingin dia" Sella kaget dengan itu dan menatap ayahnya dengan pandangan memohon
Poppy yang duduk disebelahnya mencoba menenangkan Sella dengan menyentuh tanganya
" Baiklah" Kata Kabolt menghiraukan pandangan Sella
" Antarkan dia ke hotel Baterflay malam ini jam tujuh" Pria tua itu bediri dari kursi dan memanggil asistennya
" Buddy kirimkan uang $ 500 juta pada pria itu" Tunjuk kakek tersebut pada Kabolt dengan tongkatnya, dia tidak perlu untuk bersikap sopan karena pria itu lebih biadab darinya, yaitu menjual putrinya
Kabolt menatap penuh dengan bersinar perkataan kakek tua itu
" Astaga 500 juta, itu bahkan lebih cukup untuk melunasi hutang ku" Kabolt berteriak senang dalam hati
Andreas menelpon seseorang kemudian menatap Tuanya
" Sudah Tuan " Kakek tersebut menatap Kabolt dengan tajam
" Kamu dengar "
" Iya Tuan Tony, Terima kasih " Kata Kabolt dengan senang, Tony menatap datar Kabolt dan pergi dari sana
Setelah kepergian Tony, Sella langsung berteriak kesal
" Aku tidak mau! Lebih baik aku mati dari pada menikah dengan kakek tua bangka seperti itu! " Amanda menatap Sella dengan khawatir dan menyentuh tanganya
" Kakak " Sella menepis tangan Amanda dan juga berkata kasar padanya
" Kamu senangkan! Dia memilihku bukan kamu! " Amanda terdiam mendengar itu
" Papa aku tidak mau! " Kabolt menghembuskan nafasnya kasar mendengar itu
" Dia sudah memilihmu"
Sella menatap kesal pada ayahnya dan membanting vas bunga yang ada diatas meja hingga pecah
" Aku tidak mau, jika Papa memaksaku, Papa akan menemukan mayat ku tergantung diatas balkon kamarku besok pagi " Kata Sella dengan menatap tajam ayahnya, Kabolt sedikit terkejut mendengar itu
" Dia sudah membayar maharnya, kamu harus mau"
" Tidak! aku tidak mau! Kasih saja Amanda pada kekek tua itu" Tunjuk Sella pada Amanda, Amanda terdiam melihat itu dan menatap ayahnya yang juga menatapnya
" Amanda tidak secantik kamu dan juga tidak mempunyai gelar sarjana " Amanda sudah terbiasa mendengar hal yang menyakitkan seperti itu jadi dia hanya diam saja
" Kalau begitu Kak Poppy saja, dia cantik dan juga berpendidikan " Poppy menatap kesal Sella yang menunjuknya
" Aku tidak bisa"
" Kenapa? Kamu kan suka uang, menikah saja dengan kakek tua kaya itu"
" Aku hamil, dan ini anak Thomas pacarku" Kata Poppy santai, semua terdiam mendengar itu
" Apa? Kamu hamil? " Tanya Kabolt pada Poppy, Poppy menatap Kabolt dan menganggukkan kepalanya,
" Kamu ini kenapa bisa, jika kamu dan Sella tidak ingin jadi siapa? " Amanda menatap Kabolt yang terlihat bingung
" Papa sudah tahu kak Poppy hamil dengan pacarnya, tapi dia tidak marah, kak Sella memecahkan vas bunga dia diam, tapi aku hanya karena tidak mendengar saat dia memanggilku, dia membentak ku dengan kasar" kata Amanda didalam hati merasa kecewa dengan sikap pilih kasih ayahnya
" Amanda saja, dia itu lumayan cantik, kakek tua itu pasti senang "
" Iya, biar aku yang mendandani nya " Usul Poppy
Kabolt menatap Amanda yang hanya diam
" Tapi apa Tuan Tony akan mau? "
" Tentu saja, Papa serahkan saja padaku"
**
Amanda duduk di depan meja rias menatap dirinya yang sudah didandani dengan sangat mewah
Baju tanpa lengan dan belahan yang tinggi hingga pahanya
" Kakak baju ini terlalu terbuka" Sella menatap kesal Amanda
" Pria tua suka wanita muda yang sexy, sudah kamu diam saja" Amanda kembali menatap dirinya didepan cermin,
" Apa ini takdirku?
Seseorang wanita masuk dengan banyak tas belanjaan ditanganya dimana semua adalah barang bermerek terkenal, dia berjalan mendekati Sella dan Amanda
" Ada apa ini sayang, kenapa wanita ini kamu dandani? " Tanya Martha pada Sella, Sella menatap ibunya
" Kakek tua itu memilihku, aku tidak mau, jadi biarkan saja Amanda yang menggantikanku" Martha tertawa dan meletakkan tas belanjaannya diatas ranjang
" Tentu saja dia memilihmu, kamu cantik tidak seperti Amanda " Sella meletakkan alat make up nya dan mendekati Martha
"Mama pergi berbelanja? Mana milikku?" Tanya Sella sambil membuka tas belanjaan tersebut
" Iya, Mama tidak bisa melewatan untuk membeli barang -barang ini karena stoknya yang terbatas "
" Mama yang terbaik, apa ini milikku?" Tanya Sella menunjukkan tas Hermes terbaru
" Iya"
Amanda hanya diam saja, dia diam bukan berarti dia tidak sakit hati atau kecewa melihat pemandangan itu, tapi hatinya mungkin sudah mati karena terlalu sering merasakan hal itu
Poppy masuk dan berteriak senang melihat semua barang-barang tersebut
" Astaga! " Poppy langsung berlari dan mengambil sepatu dengan motif bunga yang indah
" Ini untukku? " Martha mengangguk dan menyentuh rambut anaknya
Sella menatap Amanda yang menatap kearah mereka
" Mama coba lihat wanita itu, dia tampak menyedihkan? "
Martha dan Poppy menatap Amanda yang masih menatap mereka
" Biarkan saja, dia sudah menyedihkan sejak ibunya mati" Amanda bisa mendengar banyak hal yang menyakitkan tapi setiap kali dia mendengar hal itu hatinya sakit
" Kamu jangan membenci kami, Mamaku bukan perebut suami orang, itu salah ibumu sendiri yang tidak bisa menjaga suaminya"
" Iya, lagian Papa lebih memilih Mama jadi kamu jangan merasa sakit hati" Lanjut Poppy
Martha tersenyum senang mendengar itu dan mencium satu persatu putrinya
Amanda berdiri dan pergi dari sana, mereka bertiga tertawa melihat Amanda yang pergi dengan raut kesedihan
Amanda berlari keluar dan melihat ayahnya yang baru turun dari lantai atas
" Kenapa kamu menangis, nanti riasan mu rusak" Amanda merasa semakin sakit mendengarnya, dia pergi dari sana dan duduk dikursi taman belakang
" Mungkin ini yang terbaik, aku bisa pergi dari rumah yang seperti neraka ini!! " Amanda berteriak marah meluap kan semuanya tidak perduli ada yang mendengarnya, toh dia juga akan pergi dari rumah itu
**
Amanda sudah didalam mobil menuju hotel yang telah disepakati, Kabolt menatap Amanda yang terlihat tenang disamping nya
" Ingat jika pria tua itu marah karena bukan Sella yang datang, kamu bisa menggodanya dan mungkin dia akan tertarik padamu " Amanda masih diam tidak bicara sama sekali, dan saat mereka hampir sampai Amanda menatap ayahnya dengan tenang
" Jika aku sudah masuk kedalam sana aku sudah bukan anakmu lagi, jadi jangan temui atau cari aku lagi, kamu bukan ayahku lagi" Kabolt terpaku menatap sorot mata anak perempuan nya, ada kemarahan disana seakan wanita itu sudah muak menatap dirinya
Amanda langsung turun dari mobil tepat saat mobil berhenti, Kabolt keluar dan menatap punggung Amanda yang menjauh
" Kamu bukan ayahku lagi" Kata-kata itu terngiang di kepala Kabolt seakan itu hal yang mungkin akan dia sesali nantinya
" Tuan" Kabolt menatap Daud, pria tua yang sudah menjadi supirnya waktu istrinya masih hidup, Ibu Amanda Amara
" Tuan anda nyakin? dia mungkin akan menghilang untuk selamanya dari kita" Kabolt kembali menatap Amanda yang sudah menghilang
" Tidak, dia pasti akan datang padaku karena dia putriku"
" Tapi tidak terlihat seperti itu" Kabolt menatap tajam Daud yang selalu lancang sejak Amara meninggal dunia
" Kamu diam saja, meskipun dia menghilang pun, aku tidak merasa menyesal, aku punya dua putri yang lebih baik darinya "
" Tapi mereka bukan anak kandung anda Tuan "
" Kamu diam saja! Kamu mau saya pecat" Kabolt terpancing emosi mendengar nya, Daud tersenyum sinis dan menatap menyedihkan pada Kabolt yang sudah berpuluh tahun menjadi tuanya
" Saya berhenti, saya bertahan hanya untuk Nona Amanda dan sekarang dia pergi, saya juga akan pergi " Daud melepas jas hitamnya dan meletakkannya didalam mobil dan pergi dari sana tanpa salam perpisahan meninggal kan Kabolt yang berdiri dengan kaget
Kabolt tertawa melihat itu
" Dasar orang sok punya harga diri, kamu selamanya akan menjadi seorang supir "
Kabolt masuk kedalam mobil dan pergi dari sana, ditengah perjalanan perkataan Amanda kembali hadir, dia memukul setir dengan kuat merasa kesal dengan itu karena perasaannya menjadi tidak tenang
" Sial! "
**
Amanda menangis didalam lift yang membawanya menuju tempat Tuan yang membelinya
Lift terbuka dan Amanda keluar dari sana, dia menatap pintu kamar hotel dengan tulisan emas di pintunya
Amanda menarik nafas panjang sebelum mengetuk pintu, terdengar suara seorang pria dari dalam
" Masuk" Amanda masuk dengan gugup dan melihat kamar yang penuh dengan bunga mawar
" Kamu jelek" Amanda menatap pria yang berdiri didepan balkon sambil menatap nya intens, Amanda mengerutkan dahinya bingung
" Maaf Tuan sepertinya saya salah kamar" Amanda berjalan keluar dan mencoba membuka pintu kamar tapi tidak bisa pintu itu terkunci
" Kamar itu sudah dikunci dari luar, ayo kita nikmati saja malam ini"
Amanda yang mendengar hal tersebut syok dan menggerakkan engsel pintu berkali-kali berusaha untuk membuka pintu tersebut
Bunyi engsel yang dihasilkan oleh Amanda mengganggu pendengaran Arthur hingga pria itu berdecak kesal
" Kamu mau merusak pintu itu? " Kata Arthur kesal, Amanda tidak perduli dan tetap melakukannya, Arthur sangat kesal dan mendekati wanita tersebut
Arthur sampai di dekat Amanda dan menyentuh tangan wanita itu yang menggenggam engsel pintu seketika Amanda terdiam kaku saat tangan hangat Arthur menyentuh tangannya
" Berhentilah bermain-main" Amanda menatap Arthur yang sudah melepaskan tanganya dan menatap serius kearahnya
" Apa maksud mu? " Tanya Amanda
" Apa maksudku? Kamu sudah tahu semuanya, kamu datang kesini untuk uang kan? " Amanda yang mendengar hal tersebut sadar akan status dirinya, dia melepaskan engsel pintu tersebut dan berdiri tegap didepan Arthur
" Maaf" Kata Amanda, Arthur menghembuskan nafasnya pelan memperhatikan wajah Amanda yang putih kemerah-merahan, sangat cantik dan bersih
" Duduklah dulu" Arthur berjalan menuju sofa dan duduk disana, Amanda mengikuti pria tersebut dan duduk di seberang Arthur
" Mari kita buat kesepakatan "
" Kesepakatan? "
" Iya"
" Untuk apa? "
" Aku tidak tahu wanita seperti apa kamu jadi aku harus antisipasi dulu, siapa tahu kamu lebih liar dari pada pemikiran ku "
Amanda hanya diam saja, jangankan liar kata yang lebih kejam saja dia sering mendengar dari Poppy dan Sella tapi lain lagi dengan pemikiran Arthur, pria itu mengira kediaman Amanda karena wanita itu sadar akan dirinya yang liar itu
" Mari aku jelaskan dulu kamu pasti bingungkan? "
" Iya, yang telah membeliku bukan pria muda seperti kamu "
" kamu pasti terkejut dan sangat senang saat kamu masuk aku yang tampan ini yang ada didalamnya" Kata Arthur dengan mengusap rambutnya bangga tapi dia terdiam saat melihat ekspresi datar dari Amanda
"Aku adalah anak dari Harris Roberto Smith dan cucu dari Tony Roberto Smith, perkenalkan namaku Arthur Smith" Kata Arthur menjulur kan tanganya, Amanda terdiam kaget dan menerima uluran tangan tersebut
" Aku Amanda Otsman... " Amanda terdiam dan ingat akan pria tua yang yang menjualnya seketika amarahnya kembali hadir
"Bukan...namaku Amanda hanya Amanda"Arthur menatap dalam mata Amanda yang menyimpan begitu banyak hal misterius yang membuat pria itu penasaran
" Jadi dimana kamu bertemu kakek ku? Di Bar? Motel? Atau di jalan ? " Amanda menatap Arthur sedikit kesal mendengar hal tersebut
" Aku bukan wanita murahan "
" Dirumah " kata Amanda
" Dirumah? Rumah siapa? Rumahmu atau rumah orang tuamu atau ditempat Germo? " Amanda menahan kekesalan dan tersenyum pada pria tersebut sedangkan Arthur mengerutkan dahinya bingung melihat senyum wanita itu
" Ditempat Germo " Kata Amanda santai, Arthur yang mendengar hal tersebut berdecak kesal dan menyandarkan punggungnya kesandaran sofa
" Bagaimana mungkin kakek mencarikan wanita bekas orang lain untukku " Amanda tidak perduli dengan pemikiran Arthur tentangnya toh pria itu sudah mengecap buruk dirinya, kalaupu dia mengatakan kejujurannya pria itu pasti tidak percaya jadi lebih baik seperti ini
" Jadi bagaimana? Kamu melepaskanku?" Harap Amanda setelah mendengar perkataan Arthur, Arthur langsung mendelik tajam kearah Amanda
" Boleh Tapi setelah aku mendapatkan semua harta warisan dari kakek ku"
" Sampai kapan? " Tanya Amanda kecewa
" Ya sampai aku dapat warisan tersebut" Kata Arthur kesal
" Apakah sangat lama? "
" Kenapa kamu terlihat sangat ingin pergi dariku? Jangan mencoba menciptakan opini baik didepanku "
Amanda terdiam mendegar hal tersebut
" Dia akan selalu beranggapan buruk tentangku"
**
Sedangkan disisi lain Buddy datang ke dalam ruangan Tony dengan tergesa-gesa
" Tuan! "
" Ada apa? "
" Wanita yang datang bukan yang anda pilih "
"..... "
" Tuan" Kata Buddy setelah tidak mendapat respon dari Tuannya
" Itulah rencananya"
" Rencana? " Tony berdecak kesal mendengarnya ternyata meskipun Buddy telah lama kerja dengannya, pria 40 tahun tersebut masih belum paham jalan pikiran tuannya
" Aku sengaja datang kesana dan tidak mengatakan bahwa aku memilih salah satu wanita itu untuk cucuku, aku ingin tahu apa mereka mau menghabiskan malam bersama pria tua sepertiku bahkan hanya untuk uang, aku rasa mereka pasti berpikir berkali-kali "
" Saya masih belum mengerti Tuan"
" Kamu ini, dari awal aku sudah menyukai wanita yang duduk disamping kiri"
" Kalau seperti itu kenapa tidak dari awal Tuan pilih saja wanita itu jangan membuat semuanya rumit"
" Aku sengaja Buddy, meskipun aku rasa wanita itu baik, aku ingin tahu siapa yang benar-benar mau bermalam bersama kakek Tua ini demi ayahnya yang serakah itu dan sekarang terbukti wanita polos itu sudah menjadi pengganti dari kakak tirinya, mereka mau uangku tapi tidak mau menjalankan perjanjiannya"
" Tapi tidak masalah setidaknya wanita yang bermalam bersama cucu laki-laki wanita yang baik, cari tahu apa mereka sudah menghabiskan malam bersama" Perintah Tony pada Buddy yang masih bingung dengan penjelasan Tuanya
" Tidak bisa Tuan, CCTV didalam kamar hotel telah dirusak Tuan Muda, semua jendela juga sudah ditutupi Tuan Muda"
" Ternyata Anak itu mau bermain dengan tenang" Kata Tony dengan tersenyum lucu
" Tapi saya rasa Tuan Muda tidak akan melakukannya, dia pasti sedang menjalankan rencana sekarang"
" Kamu tahu apa? Aku lebih tahu cucuku dari kamu" Kata Tony menatap kesal Buddy, mendengarkan hal tersebut Buddy langsung menutup mulutnya takut
**
" Jadi bagaimana? " Tanya Arthur setelah mengatakan rencananya
" Menikah seminggu lagi dengan sangat mewah? Dan bercerai setelah kamu mendapatkan semua harta kakekmu ? "
" Iya, kamu tenang saja aku tidak akan membiarkan kamu keluar tanpa uang sepeser pun, aku ini pria yang baik, aku akan memberikan rumahku yang ada di Paris untukmu, dan tunjangan setiap tahunnya bagaimana? " Amanda menerawang, sebenarnya itu bukanlah ide yang buruk dia mendapat rumah dan tunjangan setiap tahunnya
" Kenapa masih kurang? " Tanya Arthur saat melihat Amanda masih berpikir
" Tidak"
" Jadi? "
" Tapi dalam pernikahan kita tidak ada kontak fisik kan? "
Arthur menatap tajam Amanda setelah mendengar nya
" Iyakan? " Kata Amanda memastikan
" Tidak" Amanda terdiam dan menatap serius Arthur
" Kenapa? Pernikahan kita hanya pernikahan diatas kertas kan? "
" Iya tapi bagaimana nanti kalau Kakekku menginginkan cucu, lagian kamu jangan sok jual mahal bukannya kamu sering disentuh banyak pria "
" Kamu jangan sembarangan bicara"
" Tidak, kan kamu yang tadi bilang kamu bertemu dengan kakekku ditempat Germo "
" Tapi aku tidak bilang aku telah disentuh banyak orang"
" Kita buktikan saja sekarang apa kamu belum pernah melakukannya atau tidak"
" Maksud kamu? "
" Tidur denganku malam ini"
" Kamu gila "
" Amanda ingat status mu" Kata Arthur sambil meminum wine nya dengan santai mengingatkan Amanda akan status dirinya, Amanda tersadar dan menatap Arthur yang menatap intens padanya
" Maaf" Kata Amanda dengan suara pelan, Arthur mengangkat alisnya saat mendengar permintaan maaf tersebut
" Kamu tenang saja, selama kakekku tidak menginginkan cucu aku tidak akan menyentuhmu"
Amanda mengangkat kepalanya dan ingin bertanya tapi dia urungkan saat telpon didalam tasnya berdering
" Hallo" Kata Amanda setelah dia mengangkatnya, Arthur menghentikan kegiatan minumnya dan memperhatikan Amanda
" Maaf aku permisi menerima telpon dulu" Amanda tidak nyaman ditatap oleh Arthur dan memilih menjauh dari pria tersebut
" Amanda kenapa hari ini kamu tidak datang? pelanggan ku banyak yang protes karena kue coklat favorit mereka tidak ada"
" Maaf, ada sedikit masalah dan aku tidak sempat untuk ke kafe"
" Ck kamu ini harusnya bilang kalau kamu tidak bisa, pokonya besok kamu harus datang, kafe ku sangat bergantung padamu "
" Iya, besok aku kesana tenang saja boss"
Terdengar suara tawa dari seberang telpon setelah Amanda memanggilnya dengan panggilan Boss
" Kamu ini bisa saja, ya sudah aku mau menuntup kafe ku dulu, besok jangan lupa datang ya"
" Iya"
" Kalau begitu sampai jumpa bye"
" Bye"
" Siapa? "Amanda kaget saat dia berbalik Arthur sudah berdiri dibelakangnya
" Apanya ? "
" Siapa yang menelpon? " Amanda mengerutkan dahinya saat Arthur bertanya
" Kenapa dia ingin tahu? "
" Bossku"
" Boss? "
" Iya aku bekerja di salah satu kafe kue sebagai pembuat kue" Amanda rasa dia harus memberitahu Arthur karena mereka harus saling terbuka sekarang
" Tidak perlu bekerja disana, aku akan membiayai hidupmu selama menjadi istriku " Amanda terdiam mendengar nya
" Terima kasih tapi tidak, aku bisa membiayai hidupku sendiri, kamu cukup berusaha dengan cepat untuk mendapatkan warisan dari kakekmu sehingga aku bisa pergi tanpa hutang budi"
Arthur terdiam dan berdehem untuk menghilangkan rasa gugupnya setelah mendengar perkataan Amanda
" Ya kamu benar, mari buat ini cepat berlalu dan kamu bisa pergi dari hidupku" Setelah mengatakan hal tersebut Arthur pergi duduk disofa dan kembali membuka botol wine yang baru
" Aku harap juga begitu" Kata Amanda dalam hati dengan menguatkan hatinya.
**
aku InsyaAllah Update minggu depan ya, soal y aku lagi revisi cerita aku yang lainnya
Terima kasih🙏💕😘
Besok adalah hari dimana Amanda dan Arthur menikah, Amanda sama sekali tidak menyangka dia akan menikah sebentar lagi, waktu berjalan dengan sangat cepat dan wanita itu sekarang sedang duduk disofa dengan calon ibu mertua di depannya
" Siapa namamu? "
" Amanda Nyonya" Amanda tidak tahu kenapa dia harus memanggil wanita yang sebentar lagi menjadi ibu mertuanya dengan sebutan Nyonya, mungkin dengan status dirinya yang sudah dibeli oleh keluarga tersebut
" Siapa orang tuamu? " Amanda terdiam, tidak ingin menjawabnya
" Kenapa kamu hanya diam saja?! " Kata Linda kesal
" Linda! " Linda menatap ayah mertuanya yang baru datang bersama Buddy asisten nya
" Papa"
" Kenapa kamu menyudutkan wanita muda ini" Kata Tony dengan kesal sambil duduk disofa yang kosong
" Tidak Papa, aku tidak.... "
" Sudahlah, pergi kedapur buatkan minuman untukku " Linda mengangguk dan berdiri dari sofa, setelah kepergian Linda, Amanda menatap takut pria tua tersebut
" Tuan maaf"
" Untuk apa? "
" Karena bukan saudara saya yang datang"
" Tidak masalah, kamu lebih cantik darinya" Amanda mengangkat kepalanya dan menatap Tony yang tersenyum manis padanya
" Sebenarnya saya hanya ingin menguji kalian bertiga, siapa yang mau bermalam bersama kakek tua ini demi ayah mu yang serakah itu" Amanda tahu ayahnya sangat serakah lebih serakah dari yang terlihat
Amanda tersenyum pahit saat Arthur tiba-tiba datang dan duduk di sampingnya
" Sayang kenapa kamu bisa ada disini? Tadi aku mencarimu di apartemen tapi kamu tidak ada" Amanda tahu Arthur berbohong tentang pria itu mencarinya di apartemen, Amanda memang tinggal di apartemen milik Arthur sambil menunggu hari pernikahan mereka
" Iya aku datang karena ibumu mengundangku " Arthur tersenyum dan menatap Tony yang menatap intens kearahnya
" Kakek"
" Kamu terlihat menyukainya" Kata Tony pada Arthur yang tampak akrab dengan Amanda
" Tentu saja dia cantik dan baik " Kata Arthur tertawa yang dipaksakan dan terdiam ke ketika dia melihat semua menatap datar kearahnya
" Kakek kenapa bisa ada disini? " Kata Arthur tersenyum canggung
" Hanya ingin melihat calon cucu mantuku"
Arthur tertawa dengan canggung sambil merangkul pundak Amanda, Amanda hanya terdiam atas sikap Arthur
" Aku penasaran dimana kakek menemukan wanita secantik ini? " kata Arthur mencoba mencair kan suasana,
Arthur terdiam saat tidak mendapat jawaban dari kakeknya, suasana menjadi canggung dan Lina datang dengan raut kebingungan di dahinya saat melihat semua orang hanya diam
" Ada apa? " Tanya Lina sambil duduk disofa setelah dia meletakkan segelas minuman didepan ayah mertuanya
Tony mengambil gelas minuman tersebut dan meminumnya, Amanda menatap satu persatu wajah yang ada disana dan mencoba melepaskan rangkulan Arthur pada pundaknya dengan pelan, Arthur yang merasakan Amanda menyentuh tanganya menatap Amanda dengan kerutan di dahinya
Amanda menyadari tatapan Arthur dan melirikkan matanya pada tangan Arthur yang ada di pundaknya, menyadari hal itu Arthur dengan cepat melepaskan rangkulannya
" Sebenarnya Amanda ini wanita kakek" Kata Tony dengan santai setelah dia meletakkan gelas minumnya
" Apa! " Kata Arthur dan Lina berbarengan, Arthur menatap tidak percaya pada kakeknya kemudian menatap Amanda yang hanya diam saja
" Aku memang dibeli oleh kakekmu" Jawab Amanda didalam hati setelah Arthur menatap Amanda dengan kaget
" Papa ini bercanda kan? " Tanya Lina masih tidak percaya
Tony tertawa pelan dan kembali meminum tehnya
" Iya kakek yang telah membelinya dari ayahnya, otomatis dia wanita kakek kan?"
" Maksudnya? " Tanya Arthur bingung, Tony duduk dengan benar dan tersenyum manis
" Dia anak dari Kobalt Ostman, pengusaha kecil tidak berguna yang hampir bangkrut karena barang produksi yang kalah dalam pasar saing"
" Dia datang pada kakek secara langsung dan menawarkan ketiga putrinya dengan syarat kakek harus membantunya keluar dari kebangkrutan" lanjut Tony
" Jadi kakek membelinya? " Tanya Arthur memastikan
" Iya kan kakek bilang seperti itu tadi" Kata Tony kesal karena harus mengulang perkataan nya
" Jadi yang benar kakek membelinya untukku atau untuk kakek? " Tanya Arthur penasaran, Amanda sedikit tidak nyaman mendengarkan nya
" Aku bukan barang, tolong perhalus kata-kata mu"
" Sebenarnya untuk kakek tapi kakek bukan memilih Amanda kakek memilih Sella kakak tirinya " Arthur membulatkan mulutnya mendengar hal tersebut
" Aku pusing" Kata Arthur yang belum sepenuhnya mengerti
" Kenapa kamu yang datang kenapa bukan kakak tirimu? " Tanya Arthur pada Amanda mencoba mencari titik terang, Amanda sebenarnya tidak ingin mengungkit hal tersebut tapi sepertinya dia harus menjelaskan
" Dia menolaknya "
" Jadi kenapa kamu yang datang, kamu menyukai kakekku?! " Tanya Arthur dengan nada sedikit tinggi, semua terdiam saat mendengar nada bicara Arthur
" Huh? " Amanda memiringkan sedikit kepalanya kekiri setelah mendengar perkataan Arthur
" Sella kakak tirimu itu dia menolak kenapa kamu mau dengan kakekku? dia itu tua"
Tony menggeram kesal mendengar Arthur mengatainya tua
" Kalau kamu tidak mau kita tukar saja dengan kakaknya yang lain, kita sudah membayar dan mereka mengirim orang yang berbeda" Arthur terdiam mendengar perkataan Tony
" Tidak... Maksudku bukan begitu kakek... Maksud ku, dia ini untuk siapa? "
" Untuk kamu, kakek datang ke sana untuk melihat ketiga putri kobalt untuk mencari calon istrimu "
" Bukan untuk kakek? " Tony menarik nafasnya kesal mendengar pertanyaan cucunya
" Iya, kakek ini sudah tua untuk apa mencari wanita lagi, kalau kakek menikah lagi Liora akan marah pada kakek saat menemuinya ketika kakek mati nanti" Liora adalah istri Tony yang telah menikah tujuh tahun yang lalu
Suasana menjadi sedih saat mendengar nama Liora, wanita baik hati yang meninggalkan banyak cinta dan kenangan yang indah, menjadi istri yang baik, ibu yang baik, mertua yang baik dan nenek yang baik bagi Arthur, setelah Harris Roberto Smith meninggal karena kecelakaan, Liora sangat terpukul atas kematian anak tunggal yang sangat dia sayangi tersebut dan mulai sakit-sakitan dan meninggal satu tahun setelah anak ayah Arthur meninggal
Tony tidak ingin membuat semua orang bersedih dengan hal tersebut, baginya sekarang anak dan istrinya pasti sudah bahagia dan sedang menunggunya disurga
Meskipun Amanda tidak terlalu mengerti tentang keluarga tersebut, tapi dia dapat merasakan aura kesedihan disana
" Ada apa? Kamu mau menukar calon istri? Masih ada satu hari sebelum hari pernikahanmu" Kata Tony mencoba menghilangkan suasana sedih yang terasa diruangan tersebut
" Tidak! " Kata Arthur cepat, semua menatap intens Arthur setelah pria itu menolak dengan tegas termasuk Amanda
" Maksudku... Aku sudah nyaman dengannya tidak perlu menukar dengan yang lain" Sambung Arthur setelah merasakan tatapan semua orang padanya
**
Arthur dan Amanda sekarang sedang didalam mobil untuk mengantarkan Amanda kembali ke apartemen yang sudah dua minggu lebih Amanda tempati
Suasana sedikit canggung setelah kejadian Arthur menolak untuk menukar calon istrinya
" Amanda? "
" Ya" Kata Amanda dengan jantung berdebar, dia tidak tahu tapi setelah dia mendengar Arthur menolak untuk menukar dirinya dengan salah satu kakak tirinya, hatinya berdetak cepat dan ada rasa hangat yang hinggap dia hatinya
" Kamu jangan salah paham dengan perkataanku saat dirumah Mama tadi, aku menolaknya bukan karena aku sudah benar-benar menyukaimu, aku hanya...tidak ingin kembali membuat perjanjian pernikahan, mau kamu ataupun wanita lain semua akan tetap sama pernikahan ini hanya berjalan hingga aku mendapatkan semua warisan kakekku"
Amanda terdiam dan memalingkan wajahnya keluar jendela
" Aku mengerti " Amanda merasa sedikit sakit di hatinya saat mendengar hal tersebut, debaran jantung nya hilang entah kemana setelah mendengar penjelasan dari Arthur
" Ini salah, terlalu cepat untukku jatuh cinta padanya, aku tidak boleh jatuh cinta padanya" Amanda menarik nafasnya panjang menguatkan hatinya agar tidak terlalu jauh menyukai sosok pria yang duduk di sampingnya,
Arthur melirik Amanda yang memperhatikan keluar jendela mobil, Arthur penasaran dengan apa yang dipikirkan Amanda tapi dia tidak tahu apa yang sedang dipikirkan wanita tersebut
" Kenapa aku harus perduli? Dia hanya wanita yang dijual oleh ayahnya dan dibeli kakekku untukku" Arthur mencoba untuk tidak perduli dan fokus menyetir
**
Mobil Arthur berhenti didepan gedung Apartemen elit milik Tony, dimana hanya pengusaha besar dan artis terkenal yang mampu membelinya
Amanda turun dari mobil dan tersenyum kecil pada Arthur dari balik pintu mobil yang kacanya turun setengah
" Terima kasih" Setelah mengatakan hal tersebut, Amanda langusng pergi dari sana, Arthur hanya menatap Amanda yang masuk kedalam gedung apartemen
Baru Arthur akan menjalankan mobilnya suara ponsel dengan nada romantis terdengar, Arthur mengambil ponsel yang bergetar dibalik kursi penumpang di sampingnya, ponsel dengan softcase warna merah muda dan gambar burung bangau dibelakang nya
" Ini sudah merek lama, bagaimana mungkin calon istri Arthur Roberto Smith tidak memakai merek terkenal" Ponsel Amanda kembali berdering, Arthur melihat nama Olive disana
" Siapa Olive? " Arthur tidak berkeinginan mengangkatnya dan memarkirkan mobilnya di tempat parkir, dia berniat untuk mengembalikan ponsel tersebut pada pemiliknya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!