NovelToon NovelToon

Ibu Dari Anak Suamiku

Selamat hari ulang tahun pernikahan

Malam ini adalah malam spesial bagi Dara dan Braga. Lampu lampu cantik menghiasi ruangan yang telah di dekor serba silver. Bunga-bunga juga tersusun dengan rapih dan cantik. Photo Braga dan Dara telah terpampang di depan pintu masuk. Tamu tamu undangan telah berdatangan. Braga dan Dara menyambut hangat para tamu undangan.

"Selamat hari ulang tahun pernikahan " Kalimat ini lah yang diucapkan oleh para tamu undangan. Braga dan Dara bergandengan tangan dengan wajah yang sangat bahagia.

Braga melepaskan genggaman tanganya lalu berdiri dan setengah berjongkok dengan satu lutut yang berdiri dilantai menopang tubuhnya. Braga membuka kotak perhiasan berisi kalung berlian cantik.

" Dara, hari ini adalah hari dimana kamu telah empat tahun menjadi istriku. Aku berdoa semoga hari ini, esok dan seterusnya hanya kamu istriku. mau kah kamu mendampingiku selamanya? "

Dara menutup bibirnya dengan telapak tangannya. Hal ini terjadi di setiap ulang tahun pernikahan mereka. Tapi entah mengapa Dara selalu merasa terharu juga disetiap ulang tahun pernikahan mereka.

" Tentu saja aku bersedia. Akan bersamamu Braga suamiku."

Braga bangun dan memakaikan kalung di leher Dara. Mereka saling memeluk penuh cinta.

"Terimakasih, terimakasih banyak telah menemaniku selama ini." Bisik braga di telinga Dara.

"Aku juga berterimakasih padamu suamiku. kamu mencintaiku tanpa melihat kekuranganku. Kamu tidak pernah lelah untuk mengerti dan memaafkan jika aku bersalah. Aku mencintaimu suamiku." Air mata kebahagiaan mengalir dipipi Dara.

Braga dan Dara melepaskan pelukannya saat para tamu bertepuk tangan. Mereka semua kagum dengan cinta yang dimiliki Braga dan Dara. seolah tidak akan tergoyahkan.

Para tamu melanjutkan pesta mereka. beberapa pasangan suami istri dan pasangan kekasih tengah asik berdansa. Dara mengajak Braga untuk ikut bergabung. Tapi sayang Braga langsung menolak mentah mentah. mengingat kejadian tahun lalu. Braga memaksakan diri untuk berdansa mengikuti kemauan Dara. Alhasil kaki Braga yang belum memahami cara berdansa kehilangan kendali dan tersungkur. Berdansa, saat ini adalah hal yang paling dihindari Braga.

Akhirnya Dara mendekati papa mertuanya dan mengajaknya berdansa. Tentu saja, dengan senang hati papa tidak menolak. mereka asik berdansa di tengah kerumunan para tamu yang ikut berdansa. Sahabat dekat Braga datang mendekat.

" Ga,..

" Bima,. Kamu datang sama siapa? tanya Braga sembari celingukan mencari pasangan Bima.

"Jangan melucu ga! kamu kan tau, kalau aku jomblo sejati. Ketus Bima.

"Hushh jangan bilang jomblo sejati. lagi pula usia kamu kan belum tiga puluh tahun. Masih banyak waktu." Jawab Braga.

" Huh! " Bima menghembuskan nafas kasarnya. " Aku iri sama kamu ga, kamu sudah menikah di usia muda. Istri kamu cantik plus baik hati lagi. Kalau ada satu lagi yang mirip istri kamu, aku mau ga. Dimana pun dia berada, aku akan berusaha menemuinya." Ucap Bima dengan wajah dramanya.

"Kamu kebanyakan nonton drama bim. "

"Ga,.. istri kamu itu kelihatanya dekat sama papa kamu ya ga, kamu enggak cemburu?"

Braga menatap Bima tajam. Bima menyadari tatapan mengerikan Braga.

" Eh anu ga,.. maksutnya,... " Bima berkata terbata bata.

"Aku mengenal istriku dengan baik. dia tidak akan menghianatiku. Dan dia sangat menyayangi papaku seperti dia menyayangi papanya sendiri. Kamu tau sendiri kan bim, dirumah, selain aku, cuma papa yang menyayangi istriku. Papa satu satunya orang yang mendukung kami.

Bima menepuk nepuk punggung Arga menguatkan.

" aku tau ga. Kalian sebenarnya memang beruntung memiliki anggota keluarga seperti Dara. Dia itu wanita yang sangat baik." Bima mengingat kejadian dimana pertama kali bertemu dan mengenal Dara. Kesan wanita yang baik dan rendah hati. Itulah yang dirasakan Bima saat pertama bertemu Dara.

"Bim, kenapa sampai saat ini, kamu tidak pernah bercerita. Bagaimana kalian saling mengenal dulu? " Tanya Braga.

Bima menghembuskan nafas dari mulutnya.

" jangan dibahas ga, nanti aku jatuh cinta lagi sama istrimu." Ancam Bima.

Braga membulatkan matanya dan menggeleng. " Selalu saja jawaban kamu itu itu saja. " Gumam Braga.

Bima terkekeh geli melihat kekepoan Braga.

" yang jelas ga, jangan pernah melepaskan Dara. Dara itu sangat diminati oleh kebanyakan pria." Ucap Bima menasehati sembari menepuk bahu Braga.

"Apa kamu juga meminati istriku? "

Bima yang asik memperhatikan Dara berdansa, menjawab reflek.

" iya! " sadar dengan ucapanya yang terlalu jujur membuat Bima perlahan menatap wajah Braga. Dan tentu saja, Braga sedang menatap Bima dengan mata mendelik.

" maksut aku, siapa sih yang tidak tertarik dengan istri kamu? " Sadar jawabanya masih membuat mata adrian mendelik, Bima mencoba merubah kosa katanya.

" Begini ga, istri kamu itu cantik luar dan dalam. kalau dia single, pasti banyak yang berminat. termasuk aku. Sayangnya kamu lebih dulu bertemu Dara. " Bima mencoba melirik wajah Braga. " Ah untunglah! wajah tegangnya tadi menghilang.

"Bim,

"Hemmm,.." jawab Bima yang masih terus tersenyum menatap Dara dari kejauhan.

Sadar Bima terus memperhatikan istrinya, Braga menggelengkan kepala.

" bim! jangan pandang istriku terus kalau kau masih ingin bisa melihat!." Bentak Braga.

Mendengar bentakan Braga, Bima merinding dan langsung mengalihkan pandanganya.

" ya ampun ga, iya maaf.

Braga berdecih kesal.

" menurutmu, apa Dara mencintaiku sama seperti aku mencintainya? tanya Braga.

Bima menggeleng keheranan. " Kamu ini kenapa si ga? tadi kamu bilang kamu percaya dan mengenal istrimu dengan baik pertanyaan mu menggelikan."

"Aku tidak bisa mengetahui, seberapa besar dia mencintaiku.

"Cih! kalau kamu bisa mengukur seberapa besar cintamu, berarti sekecil itulah ukuran cintamu." Jawab Bima tegas.

Braga mengerutkan dahinya." Maksut kamu apa bim?

'Huh.....

" kamu pernah bertanya kepada istrimu? seberapa besar cintanya padamu? " Tanya Bima dengan wajah meledek.

Braga mengangguk dan menghembuskan nafas melalui mulut.

" Lalu apa jawaban istrimu?

"Dia bilang dia tidak tau seberapa besar cintanya kepadaku." Jawab Braga.

Bima berdecih dan menggelengkan kepala keheranan.

" ternyata istrimu sangat mencintaimu ga.

Braga mengerutkan dahi lagi, bingung.

" maksutnya?

"Istrimu sangat mencintaimu. itulah pokoknya. Vinta itu adalah sebuah perasaan. semakin dalam rasanya semakin tidak terukur besarnya. Aku rasa istrimu lebih mencintaimu dari pada perasaan cintamu.

Braga tersenyum senang mendengar jawaban bima. " Tentu saja rasa cintaku sangat besar. hingga aku tidak tau seberapa besar. Meskipun kami sudah menikah, tapi rasa takut kehilangan dia selalu menghantuiku. " Ucap Braga.

Bima menatap heran Braga.

" ga, kalau dari yang aku lihat, kamu lebih berpotensi menghianati Dara.

"Kamu gila ya bim!

"Biasanya ucapanku selalu tepat ga. Jagalah Dara dengan baik. dia tidak akan menghianatimu. percaya padaku ga.

Braga tersenyum dan mengangguk. Sahabatnya ini memang selalu dapat menilai orang dengan baik.

Tidak berapa lama, mama Braga dan sosok wanita cantik. bertubuh tinggi langsing serta kulit putih mulus. Datang ke pesta ulang tahun pernikahan Braga dan Dara. padahal sebelumnya, mama tidak pernah mau datang ke acara yang sebelumnya.

........

Mama

Braga mendekati mamanya untuk menyambut. Mamanya tersenyum senang kehadirannya disambut baik oleh anak laki lakinya.

"Mah, mama tumben mau datang? " Tanya Braga yang masih tidak percaya mamanya hadir.

Mama Braga memegang pipi kanan Braga dan mengusapnya." Mama mau lihat anak mama dong. Kamu baru sampai dari luar negeri tidak pulang kerumah dulu dan langsung menyiapkan pesta ulang tahun pernikahan kamu." Gumam mama Braga.

Braga memeluk hangat tubuh mamanya. " maaf ma, "

Mama Braga melepaskan pelukanya teringat seseorang yang datang bersamanya.

" Braga, kenalin, ini anak dari temen mama, namanya Hana. "

Braga menyambut uluran tangan dari Hana.

" Braga.

"Aku Hana. Senang berkenalan sama kamu.

Braga hanya membalas dan tersenyum. matanya mulai menyusuri ruangan. Mencari ayah dan istrinya.

Dari kejauhan Bima memperhatikan apa yang dilakukan oleh mamanya Braga.

" cih! pasti akan dijodohkan sama Braga. dasar Mamanya Braga. Belum berubah juga. bagaimana dulu dara tidak stres dan keguguran kalau mamanya begitu. Kamu harus lebih bijak ga. gumam Bima.

Braga tersenyum, melihat istrinya yang juga tengah memperhatikan Braga sembari tersenyum. Braga berjalan menuju tempat dimana istrinya berada.

" Braga tunggu! " Mama memanggil Braga.

Braga langsung menghentikan langkah kakinya dan membalikan tubuhnya menghadap mama. " Ada apa ma? " tanya Braga.

"Kamu ajak Hana ya, kenalin sama istri kamu dan teman teman kamu. "

Braga mengerutkan dahinya, mulai mencurigai tingkah mamanya. Braga mencoba menenangkan diri dengan menarik nafas dalam, lalu membuangnya perlahan.

" maaf ma, braga tidak bisa. " secepat mungkin Braga berusaha meninggalkan mama dan Hana. Dia tidak ingin mendengar alasan apapun yang akan digunakan sang mama agar mau memperkenalkan Hana kepada teman temanya.

" bukankah ini aneh, aku mengenalkan seorang wanita, kepada istri dan teman temanku. aku tidak tahu, rencana apa lagi yang akan mama ciptakan." Gumam Braga dalam hati.

"Sayang,." Panggil Braga.

Dara tersenyum dan memeluk tubuh Braga.

" mas, tumben mama datang. Perempuan itu siapa mas?

"Namanya Hana, anak temen mama." Jawab Braga.

"Oh,, " Apa mama berniat akan menjodohkan mas Braga dengan perempuan itu? kalau iya, aku harus bagaimana? " Batin Dara.

Acara masih terus berlangsung. kali ini para pelayan telah membagikan anggur kepada seluruh tamu undangan. Acara musik dihentikan sejenak. Braga ingin bersulang bersama seluruh tamu undangan. Tiba tiba mama berdiri ditengah tengah dan memberi kata sambutan.

"Selamat malam hadirin semua, perkenalkan. saya adalah ibunya Braga. Ini adalah yang pertama kalinya. Saya menghadiri pesta ulang tahun pernikahan anak laki laki saya. Braga, terimakasih karena telah lahir dari rahimku. Terimakasih karena telah membuatku menjadi seorang ibu. Terimakasih telah membuat mama bahagia memiliki kamu. Seiring waktu, kamu tumbuh menjadi pria yang gagah. Kamu juga tampan dan pandai. Terkadang mama seperti mimpi. sekarang kamu sudah dewasa dan menikah. Mama harap, di ulang tahun pernikahan yang ke empat ini, kamu juga bisa tahu, bagaimana bahagianya menjadi orang tua. Terimakasih semuanya." Mama berjalan dan mendekati Hana.

Sebagian tamu ada yang merasa bingung. Air mata Dara sudah mulai menetes. Braga terkejut dan mematung. tadinya dia ingin naik ke podium memberikan kata sambutan dan bersulang. Tapi sepertinya, dia sudah kehilangan kepercayaan diri. Dilihatnya Dara meneteskan air mata. Braga sebenarnya sangat marah dengan sang mama. tapi dia hanya bisa bersabar. Nagaimanapun mama adalah mama kandungnya. Tapi dilain sisi, dia juga tersiksa melihat istrinya menangis.

Bima dan rekan bisnis Braga juga menggeleng kebingungan. Bukan rahasia lagi. pernikahan Dara dan Braga memang ditentang keras oleh mama.

Bima menghembuskan nafas kasarnya.

" Tante, anda benar benar melukai hati menantu anda. Mengapa anda menyebut tentang anak. seharusnya, anda mengucapkan selamat hari ulang tahun pernikahan. Atau jangan jangan tante tidak pernah menghadiri acara seperti ini." Gumam Bima.

"Bim, apa mamanya Braga masih belum berubah? " tanya rian. Salah satu sahabat plus rekan bisnis Braga.

"Seperti yang kamu lihat yan. Semakin menjadi. Terkadang aku heran, bagaimana Braga bisa kuat menghadapinya. Sudah empat tahun. Dia benar benar tidak punya ketegasan. " Ucap Bima.

Rian menganggukan kepala. " Dia kan selalu beralasan tidak ingin menyakiti Mamanya. Tapi dia belum menyadari, kalau sikap seperti itu cepat atau lambat pasti akan menyakiti Istrinya. Atau memang sudah." Ucap Rian.

Bima menyunggingkan senyum.

"Dari yang aku lihat, Dara memang menderita. Tetapi, dia selalu menguatkan diri untuk bertahan. Apalagi alasannya. Kalau bukan karena mencintai Braga."

"Bagaimana bisa, memilih untuk terus tersakiti demi mencintai. Bukankah itu aneh bim? "

Bima mengangkat kedua bahunya. " Entahlah yan. Firasat ku buruk tentang ini." Ucap Bima.

Braga menggenggam jemari Dara seolah menguatkan. " Sayang sabar ya, sebentar lagi acara ini selesai. " Ucap Braga.

Dara tersenyum dan menganggukan kepala. dengan penuh kasih sayang, Braga menghapus air mata Dara.

Malam semakin larut. Para tamu undangan mulai beranjak untuk pulang. Braga memutuskan untuk tidak pulang kerumah. karena takut mama akan membahas lagi tentang anak.

Braga dan Dara menuju kamar yang telah ia pesan. Sesampainya dikamar Braga langsung memeluk tubuh Dara erat.

" maaf sayang, maaf karena kamu harus mengalami ini. Maafkan Mama ya sayang."

Dara membalas pelukan Braga. ada setitik air mata yang jatuh. " kenapa? kenapa setiap kali mamamu menyakiti hatiku selalu kamu yang meminta maaf. Hatiku sakit setiap kali kamu meminta maaf mas. Setiap kali aku didekat Mamamu aku selalu merasa takut. Takut kata kataku akan menyakiti hatinya. Tetapi, Mamamu dengan mudahnya menyakiti hatiku. Sejujurnya aku merasa sangat malu di hadapanmu Mas. Aku malu, karena aku seperti tidak berharga sama sekali di mata Mamamu. Aku mohon berhenti mengucapkan kata maaf itu." Ucap Dara dalam hati.

Braga melepaskan pelukanya. Menghapus air mata dara. " kamu lapar? " Tanya Braga.

Dara menggelengkan kepala." Aku tadi banyak makan mas, rasanya perutku penuh makanan."

"Emm,,.. bagai mana kalau kita sekarang mandi saja." Ajak Braga.

"Mandinya bareng mas? " Tanya Dara.

"Iya lah." Braga tersenyum mesum.

Dara terkekeh." Kamu kebiasaan ya mas."

"Tapi kamu suka kan?

Dara tersenyum geli.

Mereka telah selesai mandi. Braga dan Dara merebahkan tubuhnya dengan saling bertatapan dan memeluk.

" mas,.

" Apa,

"Kamu sangat menginginkan anak? tanya Dara.

Braga menghembuskan nafas kasarnya.

" Aku masih seperti kemarin sayang. ada atau tidaknya anak diantara kita, aku tetap cinta." Braga memeluk erat tubuh Dara.

"Lalu, bagaimana kalau mamamu memaksa kamu untuk menikah lagi dan memiliki anak?"

Braga terdiam tidak menjawab. " Mas, mas, kenapa kamu diam? aku tau mas belum tidur."

"Untuk apa dijawab. Sekarang, ayo fokus untuk kita." Braga mulai menciumi setiap lekuk tubuh Dara. Setelah satu minggu keluar negeri, dia sangat merindukan istrinya. Dara hanya diam larut dengan belaian suaminya.

.........

Rencana pindah rumah

Ke esokan paginya, Dara terbangun dari tidurnya. Dia menatap lekat wajah suaminya. dia mengusap usap pipi suaminya. Karena merasa tubuhnya lengket, Dara bangkit dan hendak mandi. tapi tangan Braga dengan cepat menariknya lagi hingga Dara kembali ke posisi semula.

" Mas,.. aku mandi dulu ya,

"Sebentar lagi. Berdua sama aku. Aku masih ngantuk.

Dara menghela nafasnya." Ya sudah. Tidur lagi. Aku tunggu Mas bangun nanti." Sembari menepuk nepuk punggung Braga.

Hari sudah mulai siang. Braga dan Dara yang telah siap. akhirnya memutuskan untuk pulang. Diperjalanan Dara merasa sangat lapar. Akhirnya Braga dan Dara menghentikan mobilnya disalah satu tempat makan kesukaan Dara.

Ditengah tengah kegiatan makanya, Dara mencoba untuk mengatakan apa yang dia inginkan dari jauh jauh hari.

"Mas,

"Hemm

"Aku mau ngomongin sesuatu boleh? ''

Braga mengangguk sembari mengunyah makanan.

"Mas, kenapa kita tidak pindah rumah Mas? kecil tidak masalah Mas. Bukankah kalau sudah berumah tangga seperti itu Mas.

Braga menghentikan sejenak makanya. lalu menatap wajah Dara dengan tatapan yang sulit diartikan. " Nanti aku pikir dulu, dan coba untuk minta izin Mama." Braga melanjutkan lagi makanya.

Berbeda dengan Dara. Mendengar jawaban Braga membuat nafsu makan Dara menghilang. Matanya menjadi tidak fokus. bibirnya sedikit bergetar. Untungnya Braga masih sibuk dengan makanya. Jadi tidak terlalu memperhatikan wajah Dara.

Sesampainya dirumah. Mama dan Papa sudah menyambut. Jika Papa menyambut Dara dan Braga dengan senyum bahagia. lain halnya dengan Mama. Senyum diwajahnya hanya ditujukan kepada Braga.

" Kamu ini benar benar ya Braga. Bukan langsung pulang." Ucap Mama.

Braga langsung memeluk Mama dan Papa. setelah Braga selesai. Braga langsung masuk kedalam rumah terlebih dahulu.Dara memeluk Papa. Papa menyambut hangat pelukan menantunya itu. Dara tau jika Dara memeluk Mama, bisa jadi Mama akan mendorong tubuhnya. Dengan segenap keberaniannya Dara mencoba mengulurkan tangan, berharap disambut oleh Mama. Tapi sayangnya, Mama langsung membalikan tubuh dan meninggalkan Dara dengan posisi seperti itu.

Papa menggelengkan kepala kesal. dan langsung ingin menghampiri Mama yang sudah lebih dulu masuk kedalam rumah.

"Papa,.

Dara menarik lengan Papa dan tersenyum. seolah mengatakan bahwa dua baik baik saja.

"Papa, jangan memarahi Mama ya, Dara tidak apa apa Pa, "

Papa terdiam dan memandang wajah Dara. " kenapa? menantu yang begitu baik hati ini selalu diperlakukan buruk oleh istriku." ucap Papa didalam hati.

"Dara, kamu harus bisa membuat suami kamu tegas. kalau tidak, kamu akan terus terluka."

Dara tersenyum dan mengangguk." terimakasih Pa, Dara akan mencoba."

Papa tersenyum dan menepuk punggung Dara pelan. dan langsung masuk kedalam rumah.

Setelah masuk kedalam kamar. Dara tidak ingin keluar dari kamar. Mengingat kejadian tadi siang membuat hatinya sedikit mengeluh. sebenarnya bukan hal baru bagi Dara di perlakuakan seperti itu. Hanya saja selalu menyisakan sedikit luka dihati. Tidak ada yang namanya kebal. Toh setiap diperlakukan buruk, Dara selalu diam-diam menangis.

Braga masih sibuk diruang kerja pribadinya. setelah selesai, Braga keluar dari ruang kerja menuju kamarnya. Saat menuju ke kamarnya, Braga melewati kamar Mama. Braga menghentikan langkahnya dan masuk kedalam kamar mama. Dilihatnya Mama sedang berbaring.

"Ma,

"Eh braga. Ada apa nak?

Braga mendekati Mama lalu menarik kursi dan memindahkannya disamping ranjang ditempat Mama berbaring.

"Mah, Braga dan Dara ingin pisah rumah. Braga sudah melihat beberapa pilihan melalui photo yang Braga minta dari sekretaris Braga.

mungkin satu minggu lagi Braga akan pindah. setelah semuanya beres.

Mendengar ucapan Braga, Mama menjadi sangat marah.

" Tidak! kalau memang istrimu mau pindah rumah, suruh saja istrimu sendiri. jangan bawa kamu.

Braga meraih tangan mamanya dengan lembut. " Ma, Braga memang sudah harus punya rumah sendiri kan Ma? lagi pula ini ide Braga Ma, tidak ada hubungannya dengan Dara.

Mama menepis tangan Braga." Braga, Mama mau istirahat."

"Ma,

"Braga!" wajah Mama sudah benar benar sangat marah. " Selangkah saja kamu meninggalkan rumah ini dengan niat pindah rumah. Mama pastikan keesokan harinya kamu melihat mayat Mama."Ancam Mama.

Braga menjadi gelagapan. Akhirnya Braga memutuskan untuk mengalah." Ma, Braga ke kamar dulu ya. Mama lanjutkan istirahatnya."

Mama hanya diam tidak menjawab.

Braga masuk kedalam kamarnya. Dia melihat istrinya sedang tertidur pulas. d

Dia mengusap kening istrinya pelan. Dara menggeliat dan terbangun.

Dilihatnya Braga tengah tersenyum memandanginya.

"Eh mas, kamu sudah selesai? Dara bangkit dan duduk diranjang.

Braga mengangguk. dengan perasaan bersalah, Braga menyampaikan bahwa Mama tidak menyetujui mereka pindah rumah.

Dara tersenyum. Sebenarnya, dia sudah menduga.Berharap mendapatkan izin pindah rumah, sama saja mengharapkan turun salju di negara kita.

"Mas, aku pikir, ini adalah rumah tangga kita.

" Maksut kamu?

"Bukan apa apa Mas.

"Dara, aku tau kamu kecewa. aku sadar bahwa kamu istri aku. Tapi aku tidak bisa mengabaikan Mama. Kamu tau, dulu Mama sempat kritis karena menolong aku yang hampir tertabrak mobil. Jika bukan karena Mama, mungkin aku sudah tidak ada di dunia ini.

"Kamu selalu mengungkit ini Mas, maaf kalau kata kata ku menyakiti hati kamu dan Mama. Tapi, kalau aku diberi kesempatan untuk menjadi seorang ibu, aku juga akan melakukan hal yang sama. Jangankan kritis Mas, bahkan mati demi anak aku juga rela. dan aku akan berusaha sekuat tenaga Jangan sampai membuat hati anak ku terluka dan tersakiti.

Braga sudah mulai kesal dengan ucapan Dara. Tapi dia tetap menahan kekesalannya.

" Tapi kamu lihat, Mama juga tidak pernah melukai aku.

Dara menyunggingkan senyum dan mengusap wajahnya. " Kamu bohong Mas, Mama kamu selalu menentang hal yang membuat kita bahagia. Kamu selalu berada di posisi tidak berdaya. Kamu menyayangi Mamamu dan kamu mencintaiku. Mamamu membenciku dan ingin memisahkan kita. tapi kamu mau kita tetap bersama. apa kamu belum paham juga Mas? " Dara mengusap air matanya yang mulai berjatuhan.

Braga menghembuskan nafas kasarnya. Dia tidak ingin melanjutkan percekcokan ini. Hatinya juga sakit melihat istrinya menangis. tapi, dia juga tidak tega melihat hati ibunya terluka. Akhirnya Braga memilih untuk kembali keruang kerja.

waktu makan malam tiba. Mama dan Papa sudah duduk di meja makan. Melihat Braga dan Dara datang. Wajah Mama menatap marah Dara.

" kamu masih berani kesini setelah kamu membujuk Braga agar meninggalkan saya?

Dara terdiam dengan mata berkaca kaca.

"Ma! " bentak Braga. " Cukup Ma, Mama sudah kelewatan.

Mama menyunggingkan senyum dan menatap tidak percaya. " Braga kamu membentak Mama?

"Maaf Ma, bukan maksut,.-

Ucapan Braga dihentikan oleh Mama.

" Lihat! apa yang anak saya lakukan. dia membentak saya. Apalagi kalau bukan karena kamu yang mempengaruhi.

Papa meletakan sendok yang dia pegang dengan kasar. Melihat Papa yang sudah sangat emosi, akhirnya Dara memutuskan untuk kembali ke kamar.

" Maaf Ma, maafkan saya." Dara berjalan menuju kamar dengan isak tangis.

...........................

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!