NovelToon NovelToon

Kau Hancurkan Hatiku, Ku Hancurkan Keluarga Mu

Bab 1 : Awal Mula

Gadis cantik itu bergerak dengan lembut di atas Kevin, menciptakan kehangatan yang mendalam di antara mereka. Tubuh Kevin yang berbaring di bawah tampak tegang, napasnya berat dan keringat membasahi kulitnya, menandakan intensitas perasaan yang sedang ia rasakan.

Keduanya terdiam sejenak setelah momen itu berlalu, menikmati kehangatan dan kedekatan yang baru saja terjalin. Mereka berdua merasakan hubungan yang sangat dekat, seperti tidak ada jarak di antara mereka.

Dalam keheningan itu, mereka merasakan getaran hati yang sama, seperti denyut jantung mereka berirama bersama. Keduanya menikmati momen ini dengan sangat dalam, merasakan kebahagiaan dan kepuasan yang tidak terkatakan.

"Ahh, nikmat sekali, Sayang," ia mendesah lembut, raut wajahnya memerah oleh kenikmatan.

Karin, dengan tubuh yang lentur, membalas dengan gerakan yang semakin cepat.

"Aku juga sangat menikmatinya?" bisiknya sambil memperdalam irama.

Sorot matanya yang tajam memancarkan kepuasan. Dalam keheningan, hanya suara nafas mereka yang terdengar berkejaran, membentuk simfoni keintiman di antara mereka.

"Milikmu sangat enak. Rasanya luar biasa....?" kata Karin dengan nafas yang memburu.

"Apa yang kamu suka dari milik ku?"

"Semuanya. Ini sangat enak. Panjang dan berurat!" katanya saat menggoda sang pria.

"Kau juga luar biasa, Honey!" kata pemuda itu sambil memainkan tubuh depan Karin. Menyesap pucuk pink itu dengan gemas.

Tanpa mereka sadari perbuatan mereka diketahui oleh Joana. Gadis cantik yang selama ini ada hubungan dengan Kevin. Dan mereka sudah merencanakan akan menikah satu bulan lagi.

Tapi apa yang Joana dapati. Kekasih hatinya justru tengah bermain gila dengan adik tirinya. Di apartemen sang kekasih.

Kekasih hatinya yang sangat ia cintai justru sedang berbagi peluh dengan adik tirinya.

Yang membuat Joana jijik, Karin sedang bergerak di atas tubuh Kevin dengan gaya yang sangat liar dan binal seperti perempuan murahan. Joana tak percaya, kekasihnya tega melakukan itu. Mengkhianati kepercayaannya.

Satu kata yang pantas adik tirinya sandang adalah, murahan.

Joana membuka pintu kamar apartemen Kevin dengan kuat-kuat, dan keduanya terjengit kaget. Wajah mereka pucat, dan keduanya menutupi tubuh masing-masing dengan selimut yang ada di sana. Gairah yang tadinya menggebu-gebu kini langsung lenyap begitu melihat Joana yang sudah berdiri di ambang pintu dengan mata yang berkaca-kaca.

Matanya yang berkaca-kaca semakin dalam menunjukkan luka dan penyesalan yang mendalam.

Di hadapannya, Kevin—pria yang selama ini ia panggil cinta, tampak pucat pasi, tubuhnya melipat gunduk di bawah selimut tebal, mencoba menyembunyikan rasa bersalah yang membuncah.

Wajah Kevin yang dulu selalu penuh cinta kini hanya tertunduk dalam bayang-bayang penyesalan, tersudut oleh pengakuan dosa yang tak terhindarkan.

Joana tak kuasa menahan gemuruh dalam dadanya, perasaan terluka dan tertipu oleh orang yang paling dipercayai.

Seketika, air mata yang selama ini dipendam pecah, mengalir membasahi pipi tanpa terbendung. Air mata itu lebih dari sekedar duka, mereka adalah saksi bisu pengkhianatan oleh dua orang terdekatnya—kekasih hati dan adik tirinya sendiri.

"Kenapa? Kenapa kamu tega melakukan hal menjijikkan ini dibelakang ku?" Kata-kata itu keluar sebagai racauan lirih namun penuh duka. Di dalam keheningan yang menusuk, hanya suara isakan Joana yang memecah kesunyian, seakan melantunkan nyanyian pilu dari hati yang remuk redam.

Karin dan Kevin tidak bisa menjawab. Mereka hanya diam membisu di sana, menatap Joana dengan wajah yang pucat dan mata yang sayu.

Joana merasa seperti telah kehilangan sesuatu yang berharga. Dia masih belum percaya bahwa Kevin tega mengkhianati kepercayaannya.

"Apa kalian tidak memiliki hati?" Joana bertanya dengan suara yang keras.

"Sayang, ini tidak seperti yang kamu liat? Aku dan Karin.....?" ucap Kevin terbata.

"Aku dan kak Kevin saling mencintai," celetuk Karin.

"Sejak kapan...?" tanya Joana sambil menyusut air matanya yang terus menerus mengalir.

"Hubungan kami terjalin sudah tiga bulan lamanya," jawab Karin, "Iya kan, sayang?"

Kevin menghela nafasnya panjang saat Joana menatapnya.

"Aku.....?" Kevin gelagapan. Bingung harus mengatakan apa.

"Ayolah katakan saja pada kak Jo, bahwa kak Kevin mencintaiku. Katakan juga kalau kamu sudah nggak ada perasaan apa-apa dengannya. Ingat. Kakak yang mengatakannya sendiri saat kita sedang bercinta....!" kata Karin dengan tidak tahu malu.

Joana meremat tangannya sendiri. Marah, kecewa dan sakit rasanya.

"Jo, maafkan aku. Apa yang dikatakan Karin benar. Cintaku yang dulu menggebu-gebu sama kamu, tiba-tiba menghilang. Aku sudah nggak cinta kamu, Jo." Kata pria itu tanpa merasa bersalah, "Kamu terlalu pasif sampai aku bosan. Hubungan kita monoton. Aku jenuh menjalani hubungan yang seperti itu. Dan bersama Karin, aku sangat bahagia......" Kata Kevin.

Joana yang mendengar itu semua, tentu saja rasanya sakit.

Joana merasa seperti telah mencapai titik terendah dalam hidupnya. Dia tidak bisa percaya bahwa Kevin tega mengatakan itu.

Joana menatap Kevin dengan mata sembab yang mulai merah, bibirnya bergetar menahan amarah dan luka yang dalam.

"Sebaiknya kita putus saja, Jo. Kita batalkan rencana pernikahan kita..." suara Kevin bergetar tapi penuh penyesalan.

Joana menarik napas panjang, dadanya sesak seperti menahan badai. Ia menghela napas perlahan, mencoba mengumpulkan keberanian.

"Baiklah, kalau memang itu yang kamu mau," jawabnya pelan, namun setiap kata terucap seperti pisau menembus hati.

"Mulai hari ini, kita tidak punya hubungan apa-apa lagi." Kevin terbata-bata, "Jo, aku tahu aku salah... tapi kalau kita putus, mungkin kita masih bisa jadi teman..."

Joana langsung mengangkat tangan, matanya membara menolak. "Tidak. Tidak ada kata 'teman' untuk kita. Setiap kali kita bertatap muka, aku hanya akan ingat pengkhianatanmu." Suaranya tegas dan dingin. Kemudian ia tertawa getir, pandangannya menusuk tajam ke arah Kevin.

"Aku ngerti maksudmu, Rin. Semua yang aku sayang, kamu rebut satu per satu. Kasih sayang papa, kamarku, bahkan rumah tempat aku tumbuh dewasa." Ia berhenti sejenak, lalu suaranya mengecil tapi tajam seperti jarum.

"Dan sekarang... kamu juga merebut pacarku." Joana menatap adik tirinya dengan senyum dingin, lirih tapi menusuk, "Sekarang kamu puas?"

"Aku nggak ngambil kak Kevin. Dia yang datang padaku. Dia ngerasa nyaman sama aku, dan kami saling jatuh cinta. Itu bukan salahku.....?" kata Karin sama sekali tidak tau malu.

Joana tersenyum sinis, "Ternyata buah memang jatuh tidak jauh dari pohonnya....? Sifat ibu kamu, sama persis. Tukang rebut. Playing victim. Cuih?"

"Apa kakak bilang....?" Karin bangkit dari tempat tidur, padahal masih dalam keadaan polos. Belum memakai pakaiannya. Wanita itu seolah-olah tidak perduli.

"Murahan....?" ejek Joana, terkekeh jijik.

"Tapi sudahlah..... Semuanya sudah terjadi. Aku nggak bisa maksain diri.....,!" Joana menghembuskan nafasnya panjang.

"Semoga kalian bahagia dan kena karmanya....?"

Joana berbalik dan pergi, meninggalkan adik tiri sekaligus mantan kekasihnya yang terpaku di tempat tidur dengan wajah yang entahlah. Benar-benar membuat Joana kesal, marah dan jengkel. Gadis itu pun memilih pergi meninggalkan apartemen itu.

Joana pulang lebih awal dari penerbangan sebagai pramugari, berharap bisa memberikan kejutan menyenangkan untuk kekasihnya, Kevin. Namun, yang terjadi malah sebaliknya. Kevin justru yang membuatnya terkejut dengan mengakhiri hubungan mereka di hari yang sama. Semua rencana pernikahan yang telah disusun dengan hati-hati kini hancur tak berbekas.

Satu setengah tahun bukanlah waktu yang singkat untuk mencintai seseorang. Mereka telah melewati suka dan duka bersama, menciptakan kenangan-kenangan indah yang tak terlupakan. Dari perjalanan panjang hingga makan malam romantis, setiap momen telah memperkuat hubungan mereka. Namun, semua itu tidak cukup untuk menjaga hubungan mereka tetap utuh.

Joana masih ingat saat-saat indah yang mereka lalui bersama, saat-saat yang membuat mereka tersenyum dan bahagia. Namun, kini semua itu hanya menjadi kenangan pahit dan menyakitkan. Pengkhianatan Kevin telah menghancurkan fondasi kepercayaan yang telah mereka bangun bersama. Joana kini harus menghadapi kenyataan bahwa hubungan mereka telah berakhir, dan semua yang mereka miliki kini hanya menjadi kenangan.

Bersambung....

Komen dong?????

Bab 2 : Pesta Perusahaan

Pengkhianatan dapat meninggalkan luka yang dalam dan sulit untuk disembuhkan. Ketika seseorang yang percayai dan cintai mengkhianati, itu tidak hanya menyebabkan rasa sakit dan kekecewaan, tapi juga merusak fondasi kepercayaan yang telah dibangun.

Pengkhianatan dapat membuat tidak percaya diri dan tidak percaya pada orang lain. Mungkin akan menjadi lebih waspada dan skeptis dalam menjalin hubungan dengan orang lain, karena takut mengalami hal yang sama.

Namun, penting untuk diingat bahwa pengkhianatan juga dapat menjadi pelajaran berharga. Menjadi pelajaran untuk menjadi lebih kuat dan lebih bijak dalam menjalin hubungan dengan orang lain.

-

-

"Hallo, Vin, kamu dimana? Acaranya hampir selesai. Kenapa sampai sekarang kamu belum datang? Sebenarnya apa yang kamu lakukan?"

"Iya, Pih. Ini aku sedang otw. Papi tunggu ya?"

"Oke. Papi tunggu. Awas kalau kamu sampai nggak dateng ke pesta?"

"Iya. Ini hampir sampai," kata Kevin. Tangannya bergerak mematikan mesin mobil.

"Kevin sudah sampai mana, Pi?" perempuan bernama Rosa menyentuh punggung suaminya dengan lembut.

Bram terjengit kaget. Namun beberapa detik kemudian ia berusaha untuk menstabilkan diri begitu tau siapa yang menyentuh punggungnya dengan lembut. Siapa lagi kalau bukan istri tercinta.

"Katanya hampir sampai. Entah sampai dimana dia, Sayang."

Bram Bramastya, pemilik perusahaan B&B Corp, berdiri dengan percaya diri di tengah-tengah perayaan pesta ulang tahun anniversary ke-25 perusahaannya. Dengan penampilan yang tampan dan elegan, ia menikmati suasana meriah yang dipenuhi dengan dekorasi elegan dan lampu-lampu yang berkelap-kelip. Jas hitam yang dipadukan dengan kemeja putih membuatnya terlihat seperti seorang bintang film, sementara rambutnya yang rapi dan wajahnya yang berseri-seri menambah kesan percaya diri yang dimilikinya.

Di sampingnya, Rosa Riyanti Bramastya, istrinya yang cantik dan mempesona, tersenyum manis menikmati momen spesial ini. Dengan usia 44 tahun, Rosa masih terlihat begitu cantik dan elegan, terutama dengan gaun pesta berwarna purple yang dipakainya. Gaun itu memiliki tali spaghetti yang menutup tubuh rampingnya, membuatnya terlihat seperti seorang model dengan kecantikan yang alami dan elegan.

Perayaan anniversary ke-25 perusahaan B&B Corp adalah momen yang sangat spesial bagi semua orang yang telah bekerja keras selama bertahun-tahun. Ini adalah kesempatan bagi semua orang untuk merayakan kesuksesan dan kerja keras yang telah mereka capai.

Bram dan Rosa, sebagai pasangan yang harmonis, menikmati momen spesial ini bersama. Mereka berdua telah membangun perusahaan B&B Corp menjadi salah satu perusahaan yang sukses dan terkemuka di bidangnya. Dengan anniversary ke-25 ini, mereka merayakan tidak hanya kesuksesan perusahaan, tetapi juga perjalanan panjang dan kerja keras yang telah mereka lakukan bersama.

Dalam suasana yang meriah dan menyenangkan ini, Bram dan Rosa dapat menikmati momen spesial ini bersama keluarga, teman, dan kolega mereka. Mereka dapat merayakan kesuksesan dan kerja keras yang telah mereka capai, serta menatap masa depan dengan penuh harapan dan optimisme.

Dengan musik yang mengalun dan tamu-tamu yang bersuka ria, semua orang menikmati malam yang spesial. Mereka berbagi cerita, tawa, dan kenangan indah, sambil menikmati suasana pesta yang meriah dan menyenangkan.

"Itu Kevin," Bram menunjuk putranya yang datang dari arah pintu, membuat sang istri menoleh.

"Siapa yang datang dengan Kevin?" Bram kembali bertanya, kali ini dengan nada yang lebih rendah. Rosa menoleh ke arah suaminya, lalu kembali melihat ke arah Kevin dan perempuan cantik disampingnya.

"Mami juga nggak tahu, Pih," jawab Rosa, suaranya yang lembut tetapi penuh dengan rasa ingin tahu. "Perasaan pacar Kevin bukan yang itu...?" Ia menambahkan, kali ini dengan nada yang lebih bingung.

Bram dan Rosa saling menatap, keduanya sama-sama tidak mengerti siapa perempuan cantik itu dan mengapa Kevin membawanya ke pesta. Mereka berdua saling berbagi rasa ingin tahu dan sangat penasaran, karena mereka tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi.

Kevin dan perempuan cantik disampingnya terus berjalan dengan senyum yang lebar di wajah mereka. Lalu begitu mendekati kedua orang tuanya, Kevin langsung memeluk mereka bergantian.

"Selamat malam, Pi, Mi?' sapa Kevin mengecup pipi kanan kiri kedua orang tuanya.

"Maaf kami datang sedikit terlambat. Tadi ada insiden kecil yang tak terduga.....!" katanya beralasan.

Bram mendesah pelan, lalu setelah itu ia menepuk pundak putra semata wayangnya.

"Nggak apa-apa. Yang penting datang ke acara ini?" kata Bram.

"Oya, Pi, Mi. Kenalin, ini pacar baru aku. Namanya Karin," kata Kevin memperkenalkan pacar barunya pada kedua orangtuanya.

"Hey, Sayang. Apa kabar?" sapa Rosa dengan lembut, memeluk Karin. Karin pun membalasnya dengan pelukan hangat, tersenyum bahagia.

"Baik, Tante." Balasnya.

"Jadi, kamu gandeng perempuan lain. Yang dulu dikenalin mami.....!" bisik Rosa menggantung kalimatnya.

"Ah, Mi. Ayolah. Jangan rusak momen bahagia ini.....!" Kevin terlihat tidak nyaman membahas soal Joana, mantan kekasihnya.

Rosa menatap heran pada putra semata wayangnya itu.

Dulu, saat mengenalkan Joana, Rosa ingat bagaimana antusiasme dan bangganya Kevin memperkenalkan kekasihnya itu.

Putranya terlihat tidak bisa menyembunyikan rasa bahagia dan cinta yang mendalam terhadap wanita cantik yang bernama Joanna Alexandra.

Rosa juga ingat bagaimana sang putra memperkenalkan Joana dengan penuh semangat. Putranya tidak bisa menyembunyikan rasa cinta dan sayangnya yang begitu besar terhadap gadis cantik bernama Joanna.

Melihat putranya bahagia dengan gadis pilihannya sendiri, Rosa pun turut bahagia dan merestui.

Yah meskipun Rosa memang baru bertemu beberapa kali dengan Joanna, karena memang gadis itu sibuk dengan pekerjaannya sebagai seorang pramugari. Dia sangat yakin, putranya sangat mencintai gadis cantik dan manis itu.

Namun hari ini, begitu mengejutkannya. Kevin membawa perempuan lain, yang diakuinya sebagai kekasih baru. Jelas itu sungguh kabar yang sangat mencengangkan.

"Karin, ini papi ku." Kevin juga memperkenalkan Karin pada Bram. Bram yang memang tidak terlalu tau jauh hubungan putra dengan pacarnya, hanya mengangguk, tersenyum hangat.

"Senang berkenalan denganmu, Karin. Semoga kamu bisa menikmati pestanya.....!" kata Bram dengan hangat.

"Terima kasih banyak, Om," jawabnya.

Bram pun menganggukkan kepalanya sambil tersenyum kecil.

"Vin, mami mau ngomong.....?" begitu melihat Karin berpamitan ke toilet, Rosa langsung menarik tangan putranya ke sudut ruangan. Sementara Bram sibuk menyapa para kolega.

"Bukannya pacarmu itu Joana. Kenapa jadi Karin....?" tanya Rosa menatap tajam putranya.

"Aku sudah putus sama dia...." jawab pemuda itu santai.

"Putus....? Bukannya kalian......?"

"Mih....? Ayolah....?"

"Vin, meskipun mami hanya beberapa kali bertemu dengan Joanna, mami bisa lihat kamu begitu mencintainya. Tapi sekarang kamu malah menggandeng perempuan lain. Mami benar-benar tidak mengerti....!" kata Rosa bingung.

"Mih, please. Jangan rusak kebahagiaanku dengan membicarakan Joanna. Ayolah, kita nikmati pesta ini?"

"Vin....!" geram Rosa.

Bukannya apa-apa, Rosa hanya tidak mau Kevin mempermainkan perasaan seorang perempuan. Bagaimanapun juga dirinya adalah perempuan. Dia paling tidak suka dengan yang namanya penghianatan.

Memikirkan itu semua, mendadak sakitnya kambuh. Rasa nyeri pada perutnya membuat Rosa mengerang kesakitan. Dokter pun sebenarnya menyarankan supaya Rosa tidak boleh lama berdiri dan aktivitas apapun.

"Mami kenapa?" tanya Kevin khawatir.

"Sakit.....?" rintih Rosa memegangi perut.

"Mami kelamaan berdiri pasti. Ayo duduk di sebelah sana.....?" tunjuk Kevin pada bangku kosong tidak jauh dari mereka berdiri.

"Enggak. Sebaiknya Mami pulang aja.....? Lagian ini juga sudah malam.....?" kata Sofia.

"Aku panggil papi....!"

Namun sebelum Kevin melangkah pergi, Rosa sudah menahan lengannya.

"Jangan. Papimu tidak boleh pergi dari pesta ini. Pesta ini sangatlah penting baginya. Apa kata teman-teman bisnis papi, kalau si empunya pesta malah justru tidak ada di tempat?" kata Rosa.

"Tapi.....?" Kevin memperhatikan papinya sedang sibuk menyapa teman-teman bisnisnya. Dan karena saking sibuknya Bram sampai tidak tahu penyakit sang istri kambuh.

"Biar Mami pulang sama sopir aja. Kamu nggak usah khawatir, Oke?"

"Kalau begitu biar aku yang antar?"

"No. Kamu tetap di sini temani papi. Mami bisa pulang sama sopir."

"Mami yakin?"

"Yakin, Sayang. Kamu nikmati pestanya. Biar Mami pulang diantar sopir."

"Tapi.....?" Kevin nampak ragu, juga cemas.

"Kalau papi tanya, katakan saja kalau Mami nggak boleh capek-capek. Mami pun pulang duluan. Bilang aja gitu?"

"Okey. Tapi yakin nggak mau diantar....?"

"Iya, Kevin. Mami bisa pulang sendiri," balasnya, langsung pergi meninggalkan pesta.

TBC .....

Bab 3 : Dikejar Orang Jahat

"Loh, mami kamu mana, Kev?" tanya Bram dengan nada cemas, matanya menatap tajam ke Kevin.

Kevin menggaruk-garuk kepala, wajahnya memerah sedikit saat menjawab, "Mami pulang duluan, Pih. Katanya, nggak mau capek-capek."

Bram yang berdiri di samping putranya langsung melotot panik, suaranya bergetar, "Kok nggak bilang Papi? Apa sakit mami kamu kambuh lagi?"

Kevin buru-buru menggeleng, bibirnya tersenyum kaku, "Emmmm, cuma kecapean aja kok, Pi. Papi jangan khawatir!" Namun matanya sesaat berkedip gugup, seperti sedang menyembunyikan sesuatu.

Bram mengernyit, suaranya sedikit lebih pelan tapi tegas, "Harusnya mami bilang, biar papi antar pulang."

Kevin menghela napas panjang, "Aku udah nawarin diri, tapi mami nolak. Katanya aku disuruh di sini sampai pesta selesai." Ia menatap Bram seolah meminta pengertian.

"Tadi aku juga dicegah mami buat nggak bilang ke papi. Katanya juga, papi harus tetap di sini karena pesta kan belum selesai. Kalau papi pulang, terus siapa yang nemuin temen bisnis papi!"

Bram masih tampak gelisah, suaranya hampir serak, "Iya, tapi nggak gini juga kan? Harusnya mami ngomong langsung sama papi. Kalau kayak gini, papi jadi khawatir...."

Kevin cepat merangkul pundak sang papa, berusaha meyakinkan, "Nggak usah khawatir, Pih. Aku udah pastiin mami naik mobil sama sopir." Wajahnya kembali memaksa terlihat santai, tapi seulas keraguan kecil masih tersimpan di mata.

Bram menghela napas panjang,

"Ya udah, nanti papi telepon mami," katanya pelan.

Matanya sempat melirik ke arah Karin yang tersenyum kecil.

"Papi ke sana dulu, kalian lanjutkan pestanya," ujarnya sambil melangkah menjauh, meninggalkan putra dan kekasihnya dalam hangatnya tawa dan musik yang masih bergema.

Bram hendak menelpon sang istri, ternyata ada pesan masuk dari istri tercintanya, Rosa.

Rosa mengirimkan pesan supaya sang suami tidak usah khawatir atas kepulangannya. Wanitanya juga menyuruh untuk bersenang-senang di pesta tersebut. Sungguh istrinya ini perhatian dan pengertian sekali. Itulah kenapa Bram begitu mencintainya.

Bram dan Rosa adalah pasangan yang sangat harmonis dan penuh cinta. Mereka telah hidup bersama selama bertahun-tahun, membangun kehidupan yang indah dan bahagia bersama. Cinta mereka tumbuh semakin kuat seiring waktu, dan mereka memiliki buah cinta yang bernama Kevin, yang menjadi sumber kebahagiaan bagi mereka berdua.

Bram adalah tipe pria yang sangat setia pada pasangannya. Meskipun ada banyak godaan yang datang silih berganti, ia tidak pernah tergoda untuk meninggalkan Rosa. Ia tahu bahwa Rosa adalah cinta pertamanya, cinta yang membuatnya selalu bahagia menjadi seorang suami dan ayah.

Rosa adalah wanita yang sangat cantik, baik hati, dan bijaksana. Ia memiliki hati yang lembut dan selalu siap untuk membantu orang lain. Bram sangat mencintainya dan merasa sangat beruntung memiliki Rosa sebagai istrinya. Ia tahu bahwa Rosa adalah pasangan yang sempurna baginya, dan ia tidak pernah bosan untuk menunjukkan cintanya kepada Rosa.

Rosa juga sangat mencintai Bram dan merasa sangat beruntung memiliki suami yang setia dan peduli. Ia tahu bahwa Bram adalah pria yang sangat baik dan bahwa ia dapat mempercayainya sepenuhnya. Mereka memiliki kesamaan dalam banyak hal, dan mereka selalu dapat menemukan cara untuk menyelesaikan masalah bersama.

Hubungan antara Bram dan Rosa sangat harmonis dan penuh cinta. Mereka saling mencintai dan menghargai satu sama lain, dan mereka memiliki kehidupan yang bahagia bersama. Mereka adalah contoh pasangan yang sempurna, yang menunjukkan bahwa cinta sejati dapat bertahan lama dan menjadi semakin kuat seiring waktu.

Bram dan Rosa adalah pasangan yang sangat inspiratif, yang menunjukkan bahwa cinta dan kesetiaan dapat menjadi fondasi yang kuat untuk membangun kehidupan yang bahagia dan harmonis. Mereka adalah contoh bagi pasangan lain yang ingin membangun hubungan yang langgeng dan bahagia.

Pesta akhirnya selesai juga. Kevin dan kekasihnya sudah pulang lebih dulu. Sementara Bram, dia juga akan bersiap-siap untuk pulang. Namun saat pulang, dia merasa ada yang aneh dalam dirinya. Rasa panas dan gairah muncul dengan tiba-tiba dalam tubuhnya. Dan ini seperti......

-

"Stop! Tolong berhenti......?" pinta orang gadis cantik menghampiri mobil Bram sambil terengah-engah.

Mobil yang Bram kendarai berhenti tiba-tiba. Gadis itu memejamkan mata saat mobil lekas berhenti tepat di depannya, tak perduli mobil itu menabraknya.

"Hey, kamu mau mati ya!" sentak Bram begitu kesal karena gadis itu menyetop mobilnya secara tiba-tiba.

Gadis itu membuka mata dan melihat ke arah pengemudi mobil. Ia tidak tahu siapa orang itu, tetapi ia melihat bahwa orang itu memiliki wajah yang tampan, matang dan mata yang tajam. Gadis itu merasa sedikit takut, tetapi ia tidak bisa kembali sekarang.

Tanpa izin terlebih dahulu, ia membuka pintu mobil dan masuk ke dalamnya.

"Hey, apa yang kamu lakukan?"

"Om, tolong saya. Saya dikejar-kejar orang jahat. Dia mau memperkosa saya. Tolong saya, Om!" pintanya dengan mengiba.

"Kenapa saya harus percaya kamu?" ucap Bram, jakunnya naik turun melihat penampilan gadis itu yang begitu menggoda.

Gaun malam berwarna merah itu benar-benar mencuri perhatian. Dengan desain pundak terbuka dan panjang di atas lutut, dan belahan dada yang mengundang perhatian para pria hidung belang di luar sana, termasuk dirinya.

Apalagi jika pemakainya seorang gadis cantik dengan tubuh indah bak gitar Spanyol, memiliki lekuk tubuh yang aduhai, tentu saja akan mengundang hasrat laki-laki untuk menyentuhnya.

"Sungguh om, saya dikejar orang jahat. Dia mau melakukan hal yang tidak baik pada saya!"

"Ah, mereka om....!" gadis itu nampak ketakutan, lalu menyembunyikan kepalanya supaya tidak kelihatan.

"Ayo, Om. Jalan!" titahnya.

Entah bisikan dari mana---Bram menurut saja saat si gadis memerintahkan untuk menjalankan mobilnya.

Setelah meninggalkan tempat itu, barulah gadis itu nampak terlihat lega dengan nafas yang turun naik.

"Terima kasih banyak, Om. Terimakasih!" ucapnya.

"Saya antar kemana?"

Gadis itu nampak berpikir. Namun tiba-tiba menggelengkan kepala.

"Lupa!" racaunya.

"Kamu habis mabuk....?" tanya Bram memperhatikan gadis itu. Menceracau tidak jelas.

"Cuman minum sedikit," katanya sambil tertawa kecil.

"Saya abis putus cinta ditinggal pacar saya, Om. Dia itu pria brengsek dan kurang ajar. Dia ninggalin saya. Hehehehe....!" akunya, tertawa sendiri.

Bram hanya geleng-geleng kepala.

"Kamu tidak biasa minum, tapi kamu minum. Liat---kamu terlihat mabuk sekali?" tutur Bram.

Gadis itu memegang wajahnya yang memerah. Lalu tertawa sendiri.

"Nggak kok. Cuman dikit..Beneran dikit aja aku minumnya, Om?"

"Duh, sekarang saya harus bawa kamu ke mana?"

"Hehehe, terserah, Om, aja?" gelaknya bersandar di pundak Bram yang memang tubuhnya sedang tidak baik-baik saja.

"SHITT. Ada yang menaruh obat diminuman ku.....!"

To be continued....

Komen dong??????

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!