NovelToon NovelToon

The Destiny 2 : Extraordinary Love

Perkenalan Tokoh

✍ Yuan Mauli Gavin (21 tahun), biasa dipanggil Yuan, anak dari Keana Mauli dan Raymond Yuan Gavin. Kuliah di fakultas bisnis dan ekonomi jurusan manajemen bisnis, tapi impiannya adalah menjadi seorang idol, karena itu dirinya terkadang diam-diam masuk ke mata kuliah seni yang berhubungan dengan seni musik modern.

Yuan membentuk grup boyband bersama tiga teman lainnya sejak tahun kedua sekolah menengah atas dan masih terus ada sampai sekarang. Mereka beberapa kali sudah menjuarai lomba dan juga kadangkala ada agency entertainment yang menawarkan mereka kontrak, namun Yuan sebagai pemimpin grup, tidak pernah mau menerima tawaran-tawaran itu, karena jika orangtuanya tahu, dia tidak bisa lagi menggeluti dunia musik dan dance.

Karena dirinya adalah anak tunggal dari seorang ketua perusahaan TNP Group, perusahaan besar yang bergerak di banyak bidang bisnis. Sejak kecil dirinya sudah di takdir kan sebagai penerus perusahaan itu, tak ada jalan lain untuknya. Seperti layaknya seorang putra mahkota yang akan menjadi raja suatu saat nanti, itulah kehidupan Yuan.

••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••

✍ Rosela Putri (21 tahun), di panggil Rose (baca : Ro-se *huruf 'e' di baca seperti ini 'se'tia*). Rose anak dari Prim dan Nela. Kuliah di fakultas hukum, jurusan hukum perdata. Rose bermimpi ingin menjadi seorang jaksa penuntut, karena suatu alasan.

Suatu hari ia ingin menjadi seorang jaksa yang akan menuntut para suami seperti ayahnya, melakukan kekerasan dalam rumah tangga, tidak memberikan nafkah, hanya suka bermain judi dan mabuk-mabukan.

Rose hidup di keluarga yang broken home, sejak kecil mendengar orangtuanya bertengkar adalah hal yang tidak asing lagi baginya. Setiap hari mendengar ibunya menangis dan ayahnya yang selalu berteriak marah.

Tapi, walaupun hidup seperti itu, dirinya tetaplah menjadi sosok gadis yang periang, selalu tersenyum disetiap keadaan.

••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••

✍ Nalika Lotusa (21 tahun 9 bulan), biasa dipanggil Nana, anak biologis dari Alex Ivander Gavin dan Rachel Maureen, tapi kini ia anak dari pasangan Yohanes Nasution dan Rachel Maureen.

Kuliah di dua fakultas yaitu bisnis dan seni, mengambil jurusan manajemen bisnis dan lulus dalam waktu tiga setengah tahun, lalu kini tinggal menyelesaikan kuliahnya yang di jurusan seni modern.

Nana terkenal sebagai gadis genius sejak kecil, hobinya adalah membaca dan belajar, waktu luang selalu ia habiskan untuk mempelajari semua yang berhubungan dengan impiannya.

Alasan Nana mengambil dua jurusan sekaligus karena ia berpikir itu lebih efektif dan tidak membuang usianya untuk sebuah gelar, seperti moto hidupnya yaitu menyelam sambil minum air, sekali dayung dua tiga pulau terlampaui.

Impian Nana adalah menjadi pendiri perusahaan hiburan atau entertainment, karenanya ia belajar bisnis dan juga seni. Kenapa harus keduanya, jika ia belajar bisnis saja sudah cukup, itu karena didikan dari sang ayah tiri, keprofesionalan telah melekat pada diri gadis itu.

Nana mempunyai seorang adik perempuan bernama Daisy Nasution (17 tahun), dia adalah anak kandung dari Yohan dan Rachel. Daisy baru lulus sekolah menengah atas dan masuk perguruan tinggi yang sama dengan Nana, hanya saja gadis itu mengambil jurusan keperawatan.

•••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••

✍ Kin Savian (21 tahun), biasa di panggil Kin. Kuliah jurusan seni musik modern semester 7. Teman baik Yuan sejak Sekolah menengah pertama. Kin adalah anak dari keluarga kaya raya, sama seperti Yuan, orang tua mereka juga saling kenal dan berteman baik.

Hanya saja, Kin lebih beruntung dari Yuan. Kin adalah anak bungsu dari lima pria bersaudara, dia adalah anak kelima, karena itu sangat mungkin baginya untuk abai dengan perusahaan ayahnya.

Kin terkenal sebagai sosok yang dingin tapi sangat playboy. Dirinya tidak pernah menjomblo sedetikpun, selalu memiliki stok pasangan, baginya single adalah sebuah kutukan. Kekasih yang dia miliki minimal adalah tiga dan tanpa maksimal. Mantannya? Jangan dihitung, jari tangan dan jari kaki bahkan tidak cukup menghitungnya, bulu kucingpun seakan terasa lebih sedikit daripada mantan pacarnya.

•••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••

✍ Kairi Alteza (22 tahun), dipanggil Kai, kuliah jurusan seni musik modern semester 7, ia seharusnya sudah lulus kuliah satu tahun yang lalu, tapi pada saat semester tiga, Kai sempat cuti kuliah selama dua semester karena ayahnya saat itu mengalami kecelakaan bekerja, Kai sementara waktu harus menggantikan ayahnya bekerja, karena alasan kontrak kerja yang sudah ayahnya tanda tangani.

Kai lahir di keluarga sederhana, hidupnya berbeda dengan ketiga temannya. Ayahnya seorang buruh di pabrik roti dan ibunya seorang pelayan di rumah Yuan.

Kai kenal Yuan sejak kecil, ia sering di ajak kerumah Yuan, bermain dengan Yuan dan Nana.

Kai dan Yuan semakin dekat saat keduanya memiliki hobi yang sama, yaitu musik dan dance.

Tanpa ada yang mengetahui, Kai diam-diam menyukai Nana, baginya Nana adalah sosok perempuan yang cerdas dan berwibawa.

•••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••

✍ Julian Arshad (21 tahun), dipanggil Julian atau Juli. Kuliah jurusan seni musik modern semester 7.

Julian terkenal sebagai sosok yang dewasa dan hangat, dirinya adalah antonim dari Kin.

Juli berteman dekat dengan Yuan dan yang lainnya saat sekolah menengah atas tahun pertama akhir. Dimana ia awalnya menjadi rival Yuan dalam kompetisi dance sekolah, tapi pada akhirnya mereka semakin akrab dan berteman baik.

Julian adalah anak dari seorang manager pemasaran, ayah Julian bekerja di perusahaan ayah Yuan. Seperti kebetulan yang saling berkaitan, begitulah mereka berempat.

Julian seorang piatu, ibunya meninggal sejak ia masih kecil, dirinya di didik tegas oleh sang ayah, mengikuti perintah ayahnya adalah suatu kewajiban.

Sejak kecil ia selalu melakukan semuanya sendiri, membersihkan rumah, memasak dan mencuci pakaian, semua ia lakukan sendiri tanpa bantuan ayahnya.

Karenanya, ia tumbuh menjadi orang yang keibuan, hangat dan penuh kasih sayang. Di antara mereka, Juli adalah sosok ibu bagi ketiga temannya.

•••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••

✍YJK2 adalah nama dari grup yang mereka buat, YJK2 merupakan singkatan dari Yuan, Julian, Kin, dan Kai.

New Beginning

 

Kala hari mulai berlalu, dan waktu yang terus melaju, seperti mimpi di masa itu, kini hadir awal yang baru. Kisah cinta yang luar biasa.

**✍Extraordinary Love✍

✍\(Cinta Luar Biasa\)✍**

 

✍✍✍✍✍✍✍✍✍✍✍✍✍✍✍✍✍✍

Kaki itu melangkah melewati pandangan para gadis yang menatapnya terpesona. Yuan memakai earphone-nya, mengabaikan suara bisikan dari mulut orang-orang yang memuji dan mengaguminya.

Hal seperti ini, sudah biasa Yuan hadapi sejak ia mulai masuk sekolah. Dari sekolah dasar sampai sekarang, dirinya adalah pria populer yang digemari dan di idam-idamkan para wanita.

"Yuan!" Suara wanita itu memecah keramaian, membuat semua orang terdiam dan memperhatikannya.

Yuan menoleh, terlihat seorang gadis dengan rambut pendek, mata besar, dan senyum yang terukir diwajah. Pria itu kemudian melepas earphone-nya, menatap gadis itu.

"Yuan, aku mencintaimu. Maukah kau menjadi pacarku?" Ungkap gadis itu sembari memberikan sebuah kotak persegi empat berukuran sedang yang berhiaskan pita merah ke arah pria itu.

Yuan mengalihkan pandangannya, melihat apakah mobil ayahnya masih ada di diparkiran atau tidak. Kemudian, terdengar hembusan nafas dari dirinya. Ia kembali menatap gadis yang masih pada posisinya itu.

"Iya." Jawab Yuan.

Semua orang yang ada disana terlihat menganga tak percaya dengan apa yang mereka dengar, begitupun dengan Nana yang berdiri tidak jauh dari mereka.

"Iya?" Gadis itu mengulangi perkataan Yuan, ia sendiri juga tidak percaya dengan jawaban Yuan, hatinya seakan melonjak bahagia walau hanya dengan satu kata itu.

"Bukankah itu jawaban yang kau inginkan?" Yuan menatap gadis itu dengan tatapan merendahkan, membuat senyum gadis itu memudar perlahan.

"Jangan berpikir kalau aku serius mengatakannya. Kau pikir, aku mau berpacaran dengan wanita seperti mu?" Kata Yuan.

"Kau bukan tipeku." Ujar Yuan, kemudian berbalik membelakangi gadis itu.

"Lalu seperti apa tipe wanita yang kau sukai?" Tanya gadis itu, terlihat jika ia tidak menyerah begitu saja. Banyak cibiran dan tatapan sinis dari orang lain padanya, tapi dia tidak peduli.

Yuan tersenyum miris padanya,

"Dari logo yang ada pada jaketmu itu, sepertinya kau berasal dari fakultas hukum. Kau harus tahu, aku tidak suka wanita yang pandai hukum, mereka itu terlalu pintar berbicara, berdebat dan sangat keras kepala. Aku benci wanita seperti mu, menjujung tinggi aturan? Menjijikan." Ucap Yuan tanpa menoleh padanya.

Setelah mengatakannya, Yuan berlalu pergi dari sana.

"Astaga, dia itu benar-benar!" Gumam Nana, kemudian berlari mengejar Yuan.

Rose, gadis yang menyatakan perasaannya pada Yuan. Ia menatap nanar punggung pria itu. Cibiran dan ungkapan kasihan masih terdengar dari semua orang yang menyaksikan melodrama itu.

Rose hanya bisa menundukkan kepalanya menahan malu dan sedih, dengan wajah lesunya, ia berlalu pergi dari sana, berjalan kembali ke fakultasnya.

•••

Nana memukul kepala Yuan, ia merasa geram dengan sikap sepupunya yang keterlaluan. Setidaknya pria itu hanya perlu menolaknya dengan cara baik-baik.

"Siapa yang berani—" Ucap Yuan, menoleh pada orang yang sudah kurang ajar memukul kepalanya. Tapi kemudian ia mengurungkan amarahnya saat tahu yang melakukannya adalah sepupunya.

"Nana! Kenapa memukulku?!"

"Bodoh!" Kata Nana dengan tangan yang kembali memukul kepala pria itu.

"Aw! Sakit!" Pekik Yuan yang kesal.

"Kenapa harus berlebihan seperti itu?! Jika ingin menolaknya, cukup tolak dengan cara yang baik! Kenapa kau harus membuatnya terbang tinggi sesaat dan kemudian melemparkannya ke bawah, lalu menginjak-injak harga dirinya?!" Ujar Nana dengan nada yang tak kalah lantang dari Yuan.

"Terserah, bukan urusanmu." Jawab Yuan, ia kembali melangkahkan kakinya, mengabaikan Nana yang terus menceramahi dirinya itu.

"Oh sepertinya bibi Ana menelponku!" Kata Nana, sengaja ia mengatakannya dengan suara keras agar pria itu mendengarnya.

Yuan terlihat membulatkan matanya, terkejut mendengar nama ibunya disebut oleh Nana, spontan tubuhnya berbalik dan kembali kehadapan Nana.

"Apa yang kau inginkan?!" Tanya Yuan yang takut jika Nana mengadukan sikap buruknya itu pada sang ibu.

Nana mengulum senyum penuh kemenangan nya,

"Ah sepertinya aku salah lihat ya, bibi Ana tidak menelponku." Ucap Nana.

Yuan menggertakkan giginya, geram dengan tingkah Nana yang selalu membuatnya jengkel.

"Apa yang kau inginkan?!" Tanya Yuan lagi.

"Minta maaf."

"Maaf." Ucap Yuan cepat.

"Bukan padaku!" Kata Nana yang kesal dengan raut wajah keterpaksaan Yuan.

"Jangan bercanda, kau tidak akan menyuruhku untuk meminta maaf pada perempuan tadi kan?"

"Tentu saja—"

"Tidak." Sanggah Yuan.

"Iya."

"Tidak Nana!"

"Baiklah, kalau begitu aku akan mengadu."

"Terserah! Aku tidak peduli." Ujar Yuan, dirinya mengalihkan pandangannya seakan benar-benar tidak peduli, tapi sebenarnya hatinya sangat khawatir jika Nana bersungguh-sungguh mengadukannya.

"Apa yang kalian ributkan?" Tanya seorang wanita paruh baya dengan wajah yang masih terlihat awet muda itu.

"Hai ibu." Sapa Nana, melambaikan tangannya pada ibunya yang berdiri di ujung tangga.

"Nana, bukankah kau ada di kelas ibu pagi ini, kenapa tidak cepat masuk? Walaupun kau anak ibu, ibu tidak akan mentolerirmu jika kau terlambat. Jangan sampai kaki ibu melangkah lebih cepat masuk kelas dari dirimu." Ujar Rachel, membuat Nana dengan gerakan cepat berlari ke arah kelas seni musik.

Rachel tersenyum dengan kepala menggeleng heran pada anak perempuannya yang satu itu. Rachel kemudian beralih pada Yuan yang tersenyum senang dengan kepergian Nana.

"Yuan." Panggil Rachel.

"Eh iya?"

"Kau ingin diam-diam masuk ke dalam kelasku lagi?" Tanya Rachel.

"Apa sekarang boleh?"

"Tentu tidak, bibi tidak menerima mahasiswa yang tidak ada di daftar absen." Jawab Rachel.

"Masuklah ke mata kuliah mu sendiri, jangan absen lagi, walaupun nilaimu saat ujian bagus, tapi daftar hadir sepuluh persen mempengaruhi nilai juga." Ujar Rachel.

"Kenapa tidak, bibi?" Yuan mengeluarkan jurus rayuannya, berharap bibinya memberikan ijin.

"Yuan, jika kau berpikir ingin seperti Nana yang kuliah di dua jurusan sekaligus, kau bisa melakukannya. Kau itu bahkan lebih pintar dari Nana, tapi jika kau ingin, mendaftar lah di jurusan seni, itu artinya, orangtuamu akan tahu." Kata Rachel.

Rachel menatap Yuan yang hanya bisa diam mendengarkan ceramahnya. Ibu dari Nana itu kemudian menghela nafasnya melihat raut wajah Yuan yang sulit dimengerti.

"Bibi selama ini tidak mengadukan tentang grup band mu, karena bibi tahu jika kau punya alasan tersendiri untuk semua ini. Tapi Yuan, kau harus ingat, jangan kecewakan orangtuamu, kau satu-satunya pewaris dan harapan mereka. Cukup jadikan musik dan dance sebagai hobimu, bukan sebagai impianmu. Bibi harap kau paham dengan hidupmu." Kata Rachel, sejenak ia masih menatap Yuan, lalu kemudian melangkah pergi meninggalkan keponakannya itu.

•••

Rose berjalan lesu, menginjakkan kakinya kembali ke halaman fakultasnya. Ia menatap kotak persegi yang berhiaskan pita merah itu dengan raut wajah tertekuk nya.

"Rose!" Panggil seseorang, dia Yana, teman Rose.

"Lihat platform universitas, dirimu menjadi sorotan banyak orang. Tapi—apa itu benar? Kau menyatakan cinta padanya di depan banyak orang? Apa kau sudah tidak waras?!" Tanya Yana, berharap jika temannya itu berkata tidak.

Rose mengangguk dengan bibir yang tertarik kebawah, ia menatap teman baiknya itu sedih.

"Yana, aku ditolak." Ucapnya dengan nada merengek. Gadis itu memeluk Yana dengan erat, mengadukan kesedihannya pada teman baiknya.

Yana menghela napasnya,

"Kau bodoh!" Ucap Yana, tangannya bergerak mengelus punggung Rose, memberikan rasa tenang pada sahabatnya.

"Kenapa menyatakan cinta padanya di depan umum? Yang lebih penting sekarang, kenapa kau harus benar-benar cinta mati, pada pria berkelas tinggi seperti dia?! Kau boleh suka tapi bisakah hanya sekedar menjadi fans-nya saja? sama sepertiku." Ujar Yana yang kesal dengan ulah Rose.

"Tapi—sikap dinginnya membuatku semakin menyukainya! Dia sangat berkelas, sesuatu yang sulit di dapat itu sangat berharga tau!" Kata Rose, senyum cerianya seketika kembali lagi saat itu.

Yana menghela napasnya, ia tidak tahu apa yang dipikirkan oleh Rose, gadis itu terlalu cinta atau buta pada Yuan.

•••

Pagi berlalu, siang menjelang sore menyapa. Kelas hari ini telah usai, Yuan memasukkan laptopnya kedalam tas dan berdiri dari bangku kuliah yang bertingkat itu.

"Hari ini kau ada waktu?" Tanya seorang pria.

"Aku punya banyak waktu, tapi tidak bisa pergi keluar bersama kalian, hari ini aku ada acara keluarga." Jawab Yuan dengan nada lesu-nya.

"Kau sudah lama tidak berlatih bersama kita." Kata seorang yang lain.

"Maaf, tapi besok dan seterusnya, aku akan sering berlatih bersama kalian."

"Kau sudah mendapatkan kebebasan-mu ya?"

"Yah, begitulah."

"Yuan!" Panggil Nana yang berdiri di depan pintu kelas itu.

"Lihatlah, bodyguard-nya sudah datang. Kalau begitu sampai jumpa besok kawan." Kata pria itu, ia kemudian berlalu pergi bersama dengan dua pria lainnya.

"Mereka sudah pergi, padahal aku belum menyapa." Ucap Nana, ia kini berdiri disamping Yuan.

"Ah iya, ayo cepat. Ayahku sudah menjemput kita." Nana menarik tangan Yuan, keluar dari kelas itu. Tapi karena terburu-buru, mereka tidak sengaja menabrak seorang gadis saat ingin berbelok.

"Maaf maaf aku tidak sengaja." Ucap gadis yang ditabrak itu, dia Rose.

"Kenapa meminta maaf? Kami yang salah, maafkan kami, apa kau terluka?" Tanya Nana.

"Tidak." Jawab Rose.

"Syukurlah, kalau begitu kami permisi, sekali lagi maafkan kami." Ujar Nana membungkukkan badannya meminta maaf, ia menendang pelan kaki Yuan agar pria itu juga ikut meminta maaf. Tapi, harga diri Yuan terlalu tinggi untuk itu.

"Iya." Jawab Rose dengan senyum manis di wajah.

Setelahnya, Nana kembali menarik tangan Yuan menuju area parkir universitas.

"Itu ayahku. Ayo." Ucap Nana masih menarik Yuan yang hanya pasrah ditarik oleh Nana, dirinya sudah terbiasa dengan gadis itu, selalu sesuka hati dengannya. Padahal, orang lain dikampus ini, tidak ada yang berani walau hanya memegang ujung rambut Yuan. Semua orang tahu, jika Yuan adalah anak tunggal yang digadang-gadang akan menjadi pewaris perusahaan besar ayahnya.

"Ayah!" Panggil Nana pada seorang pria yang dipanggil ayah olehnya.

"Nana, Yuan. Ayo cepat." Ucap pria itu melambaikan tangannya.

Nana melepaskan tangannya dari lengan Yuan, gadis itu berjalan cepat menuju ayahnya.

"Ayah, bagaimana perjalanan bisnismu?" Tanya Nana pada Yohan.

Yohan tersenyum, mengelus rambut putri tirinya itu.

"Lancar, bagaimana kuliahmu? Ayah dengar sebentar lagi kau akan wisuda kelulusan jurusan manajemen bisnis ya?"

Nana mengangguk semangat,

"Iya, setelah itu, tinggal fokus dan menyelesaikan jurusan seni." Ujar Nana.

"Paman bisakah mengobrolnya dirumah saja?" Ujar Yuan yang sudah masuk ke dalam mobil.

Yohan tersenyum, mirip sekali dengan ayahnya dulu, pikir Yohan.

"Tunggu sebentar lagi ya, Daisy belum datang." Ujar Yohan.

"Ayah!" Panggil seorang gadis yang baru saja memasuki umur tujuh belas tahun, ia berlari menuju ke arah mobil itu.

"Maaf lama." Ucap Daisy dengan nafas yang terengah-engah.

"Ck, merepotkan." Gumam Yuan.

"Tak apa, ayo cepat masuk ke dalam mobil." Ujar Yohan pada Daisy.

Daisy mengangguk, kemudian masuk ke dalam mobil.

"Duduk dibelakang, kau tidak lihat, jika aku dan kakakmu duduk di bagian tengah?!" Kata Yuan, pria itu entah kenapa sikapnya sangat berbeda pada Daisy, Padahal gadis belia itu juga sepupunya.

"Daisy kau bisa duduk di bagian depan, samping ayah." Ujar Nana.

"Aku tidak suka duduk di bagian depan." Ucap Daisy.

"Baiklah, kakak yang akan duduk di depan." Kata Nana.

"Bodoh." Gumam Yuan lagi, ia melihat Nana beranjak dan pindah tempat duduk.

"Terimakasih Nana, kau selalu mengalah pada Daisy." Ucap Yohan saat Nana sudah duduk disampingnya.

"Dia adikku ayah." Ujar Nana dengan senyumannya.

"Kau memang gadis luar biasa. Baiklah ayo kita pulang." Kata Yohan, kemudian suara mobil terdengar menyala, mobil itu melaju pergi meninggalkan area kampus.

Menyisakan debu yang berterbangan pada seorang gadis yang sejak tadi berdiri agak jauh di belakang mobil itu.

"Yuan." Gumam Rose dengan senyumannya, perasaannya itu seperti seseorang yang jatuh hati pada idolanya.

✍Cerita ini hanya fiktif belaka. Mohon maaf apabila ada persamaan nama tokoh, karakter, tempat kejadian ataupun peristiwa yang terjadi.✍

Makan Malam Keluarga

"Yuan! Tolong ambilkan garam di dapur ya." Pinta ibunya, Ana.

Yuan melepaskan earphone yang sedang terpasang di telinganya itu.

"Biar Daisy saja bi." Ujar Daisy.

Malam ini, keluarga Ray dan keluarga Ana berkumpul di rumah Ray untuk makan malam bersama. Mereka mengadakan makan malam dengan pesta barbeque di halaman rumah.

Ana yang masih memanggang daging barbeque di grill, menoleh pada Daisy sekilas.

"Baiklah, kalau begitu tolong ya, Daisy." Kata Ana yang kembali fokus pada dagingnya.

Daisy mengangguk kemudian berjalan masuk kedalam rumah keluarga Gavin itu.

"Dia itu memang suka mencari perhatian ya." Bisik Yuan, ditujukan untuk Nana yang duduk di sampingnya.

Nana menepuk bahu Yuan,

"Dia itu adikku, beraninya kau mengatainya di depan ku." Ucap Nana.

Yuan menghembuskan napasnya, ia kembali memasang earphone-nya, mendengarkan lagu yang dibuat oleh boyband nya.

"Yuan, berapakali dad bilang, jangan pakai benda itu disaat ada dad dan mom, kau belum paham juga ya? Kau ingin dad menyitanya?" Ray datang, berdiri dihadapan anak laki-lakinya itu yang sedang duduk bersantai.

Yuan menggantungkan tangannya yang baru saja ingin memakai earphone.

"Aku tidak akan memakainya." Ucap Yuan.

Nana menatap Yuan melas, pria itu kasihan juga jika harus mengalah terus, apalagi ini masalah kegemaran Yuan.

Nana kemudian berdiri dari duduknya, ia berlari pergi dari halaman rumah itu, tak lama ia kembali membawa sebuah pengeras suara bluetooth, meletakkannya ditengah-tengah keluarga mereka dan menyalakan musik dengan volume sedang.

Semua orang menoleh ke arah Nana, gadis itu tersenyum yang juga dibalas oleh senyuman dari para wanita yang ada di sana.

Baik Ray maupun Yohan, hanya bisa diam dan mengalah.

Nana kembali duduk di samping Yuan yang menatapnya.

"Ini lebih baik kan?"

"Kenapa memutar lagu kami? Jika mereka mengenali suaraku bagaimana?" Tanya Yuan yang tampak khawatir.

"Ssstt tenang saja, hanya aku, kau, dan ibuku yang tahu lagu ini. Daisy juga baru saja masuk perguruan tinggi kita, mungkin dia belum tahu, kalau nanti dia tahu, kita hanya perlu memintanya untuk menjaga rahasia ini." Bisik Nana.

Yuan menghela napasnya, ia kemudian mencari sosok Rachel yang sedang menatap kearahnya dan Nana.

Yuan tersenyum canggung ke arah bibinya itu. Rachel mengangkat bahunya, seakan mengatakan, ya terserah kau saja, bibi tidak ikut campur.

Impian seperti udara, tak dapat kau genggam, namun dapat kau rasakan.

Terus hirup dan rasakan, bukalah mata hatimu, lihatlah dunia yang indah, berjuta warna dan rasa. Ini hidupku.

"Ayo makan! Semuanya sudah siap." Ucap Ana, ia meletakkan piring terakhir di atas meja panjang itu.

Makan malam dimulai dengan tawa kecil dari keluarga besar itu, kehangatan menyelimuti semua hati, tapi ada beberapa hati yang merasakan kekosongan. Seseorang yang sudah lama tidak terlihat, seseorang yang tidak pernah hadir di acara makan malam keluarga.

Nana dan nenek Calista menghela napas mereka secara bersamaan, walaupun tempat duduk mereka sedikit berjauhan, tapi perasaan hati mereka mendekati rasa yang sama. Ingin seorang pria bernama Alex hadir disini.

"Aaaa." Ucap Yuan yang melihat gelagat sedih dari Nana, pria itu menyodorkan daging barbeque pada Nana, berniat menyuapi sepupunya itu.

Nana menampilkan wajah sedihnya hanya pada pria itu, ia kemudian membuka mulutnya, menerima suapan dari Yuan.

"Apa dia tidak menghubungi mu?" Tanya Yuan.

Nana menundukkan kepalanya,

"Sering, dia sangat sering menelponku, mengirim pesan, email dan video call. Tapi, tetap saja, bertemu langsung adalah yang terbaik untuk melepaskan rasa rindu." Ucap Nana.

Yuan sejak kecil sudah tahu masalah keluarga Nana, sebenarnya itu bukan sebuah masalah, tapi memang sudah menjadi pilihan yang merubah takdir Nana. Terpisah dengan ayah kandung yang begitu perhatian dan sayang padanya pasti sangat berat. Yuan pun seakan bisa merasakan perasaan Nana.

"Kenapa tidak memintanya untuk bertemu?"

Nana menghela nafasnya, ia kemudian menatap Yuan sendu.

"Aku tidak ingin egois Yuan, aku tahu alasan papa pergi dari negara ini, dan selalu alfa di setiap acara keluarga seperti ini. Kau pasti juga paham kan?"

Yuan mengangguk,

"Iya."

•••

Acara makan malam keluarga yang berlangsung, akhirnya selesai.

Selepas membereskan semuanya, Rachel dan keluarganya berpamitan untuk pulang kerumah. Begitupun juga dengan ayah Ana dan ibu tirinya.

Bagaimana dengan Rio? Rio menikah dan tinggal di negara tetangga. Jarang sekali pulang, pria itu membangun bisnisnya sendiri dan mengembalikan departemen store ayah Ana kepada pewaris yang semestinya, yaitu Kenan. Karenanya Kenan tidak bisa hadir disini karena sibuk dengan urusan pekerjaan.

"Kak, aku pulang ya." Ucap Rachel, setelah ayahnya dan ibunya pulang, Rachel juga ikut pamit untuk pulang.

"Baiklah, hati-hati dijalan ya." Kata Ana yang sedang dirangkul oleh Ray.

"Dimana Nana?" Tanya Yohan yang tidak melihat Nana di teras rumah itu.

"Nana ada di dalam bersama Yuan." Jawab nenek Calista.

"Ya ampun anak itu, mereka kan sudah dewasa, tidak mungkin Nana menginap lagi dan tidur bersama Yuan. Aku akan memanggilnya." Ujar Rachel.

"Tidak apa, lagipula, Nana juga biasa tidur di kamar lain semenjak mereka duduk di sekolah menengah pertama." Kata Ana mencoba mencegah Rachel yang ingin memaksa Nana pulang.

Terlihat Rachel menghela napasnya,

"Maaf jika dia merepotkanmu kak." Ucap Rachel.

"Tidak, sama sekali tidak merepotkan, Nana memang sudah seperti putri kami." Kata Ana yang menoleh pada Ray meminta dukungan.

"Iya benar." Ucap Ray mendukung perkataan Ana.

"Kalau begitu kami pulang ya, selamat malam, sampai jumpa lagi." Ujar Rachel.

"Eng, Ana, Ray, kami pulang." Kata Yohan dengan nada yang masih saja kaku memanggil mantan tuan dan nyonya nya itu.

Ana maupun Ray hanya bisa tersenyum, menertawakan sikap Yohan.

"Paman, bibi, Daisy juga pamit pulang, salam untuk kak Yuan ya." Ujar Daisy yang kemudian masuk ke dalam mobil.

"Iya, hati-hati dijalan ya." Ucap Ana melambaikan tangannya saat mobil itu melaju keluar dari pekarangan rumah mereka.

"Ayo masuk, diluar udaranya dingin." Ujar ibu tiri Ray itu.

"Iya." Jawab Ray dan Ana.

Melihat wanita tua yang sudah masuk lebih dulu itu, mereka berdua saling berpandangan.

"Kau melihatnya tadi?" Tanya Ana.

"Wajah sedihnya? Ya, aku melihatnya, setiap kali kita mengadakan acara tanpa adanya Alex, ibu pasti akan menampilkan wajah seperti itu." Kata Ray dengan helaan nafasnya.

"Nana juga. Aku kasihan dengan anak itu, apa Alex tidak berniat untuk pulang dan bertemu dengan anaknya, walaupun dia sering menghubungi Nana, tapi tetap saja bertemu langsung lebih baik." Ucap Ana.

✍ Cerita ini hanya fiktif belaka. Mohon maaf apabila ada persamaan nama tokoh, karakter, tempat kejadian ataupun peristiwa yang terjadi.✍

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!