17 tahun yang lalu...
Flash back on...
Di sebuah kontrakan....
"Pak, saya takut Bu Riana tahu," ucap wanita dengan wajah polosnya.
"Tidak akan ada yang tahu, jika kamu diam. Saya hanya menginginkan keturunan saja dan saya yakin kamu bisa memberiku keturunan tapi dengan satu syarat, saya tidak akan bisa menikahi kamu tapi saya akan menjamin kehidupan kamu dan keluarga kamu," sahut Juan.
Kamila terdiam, dia adalah seorang cleaning servis di kantor milik Juan. Awalnya dia menemui Juan karena dia ingin mengajukan pinjaman kepada perusahaan. Ibunya sedang terlilit hutan di kampung dan penagih hutang mengancam akan memasukan ibunya ke penjara jika tidak cepat-cepat dibayar.
"Kita sama-sama saling membutuhkan, kamu membutuhkan uang dan saya membutuhkan keturunan. Bahkan kamu akan mendapatkan banyak bonus dari saya, saya akan membelikanmu rumah supaya kamu tidak ngontrak lagi dan saya juga akan menjamin kehidupan orang tua kamu di kampung. Tapi syaratnya saya tidak akan menikahi kamu dan saya akan mengambil anak yang kamu lahirkan dan kamu tidak boleh menemuinya lagi dan harus menyimpan rahasia ini sampai kamu mati," ucap Juan dengan serius.
Kamila berpikir keras, dia sangat bingung dengan situasi seperti ini. Jika dia tidak melakukannya, ibu dia akan masuk penjara tapi jika dia melakukannya dia harus menyerahkan kesuciannya kepada bosnya. Secara kasar, Kamila hanya sebagai penyewa rahim saja untuk mendapatkan keturunan.
Dengan setengah hati, akhirnya Kamila pun menganggukkan kepalanya. Malam itu, Kamila merasakan sakit yang luar biasa karena harus menyerahkan kesuciannya. Dari semenjak itu, Juan hampir setiap hari datang ke rumah Kamila hanya untuk menanamkan benihnya di rahim Kamila.
***
1 bulan kemudian, Kamila menghubungi Juan untuk segera datang ke rumah karena dia dinyatakan hamil. Dengan bahagia, Juan pun langsung pergi ke rumah yang dia belikan untuk Kamila. Rumah itu sangat sederhana, karena Kamila tidak mau dibelikan rumah yang mewah dan besar. Sesampainya di rumah itu, Juan langsung masuk.
"Serius kamu hamil?" seru Juan sembari mencengkram kedua pundak Kamila.
"Iya, Pak. Tadi saya sudah periksa ke dokter katanya usia kandungan saya baru menginjak tiga mingguan," sahut Kamila.
"Syukurlah, akhirnya saya akan mendapatkan anak juga. Terima kasih, Kamila. Kamu jangan khawatir, uang bulanan kamu akan saya tambah menjadi dua kali lipat supaya kamu bisa membeli makanan dan susu untuk ibu hamil biar anak saya sehat," ucap Juan dengan bahagianya.
Kamila memperhatikan Juan, tiba-tiba saja jantungnya berdetak tak karuan. Kamila memang sudah mulai menyukai Juan tapi dia sadar jika perasaannya itu hanya sebatas angan-angan saja. Dia tidak mungkin bisa memiliki Juan, bahkan anak yang ada dalam kandungannya pun nantinya tidak akan bisa dia miliki.
"Baik, Pak," sahut Kamila lemas.
Tidak lama kemudian, ponsel Juan pun berdering dan tertera nama Riana di sana. Juan langsung menjauh dari Kamila dan mengangkat sambungan telepon dari istrinya itu. Juan kelihatan panik, tanpa pamitan kepada Kamila, dia pun segera pergi.
"Apa saya salah jika saya mengharapkan Pak Juan mau mencintai saya?" batin Kamila dengan mata yang berkaca-kaca.
Juan panik kala mendengar istrinya menangis di sambungan telepon, tanpa banyak basa-basi dia pun segera pulang ke rumah. Sesampainya di rumah, Juan berlari sekuat tenaga dan masuk ke dalam kamarnya. Juan semakin panik melihat istrinya sedang menangis di atas tempat tidur.
"Sayang, kamu kenapa?" tanya Juan panik.
"Mas...."
"Kenapa, sayang?" tanya Juan kembali.
Riana memberikan benda kecil kepada Juan membuat Juan mengerutkan keningnya. "Apa ini, sayang?" Juan tidak mengerti.
"Aku hamil, Mas," sahut Riana dengan deraian air matanya.
"Apa!"
"Akhirnya aku hamil Mas, setelah 8 tahun menunggu akhirnya Allah menjawab do'a-do'a kita," sahut Riana dengan tangisan bahagianya.
Mata Juan ikut berkaca-kaca, dia pun segera memeluk istrinya. "Akhirnya, kita akan mendapatkan anak juga," ucap Juan.
"Iya, Mas. Terima kasih karena selama ini Mas sudah sabar dan setia mendampingi alu," ucap Riana.
Deg....
Seketika Juan ingat kepada Kamila yang saat ini sedang hamil juga. "Astaga, seandainya aku lebih sabar menunggu mungkin aku tidak akan membeli rahim wanita lain," batin Juan penuh penyesalan.
***
Waktu pun berjalan dengan sangat cepat, hari demi hari, minggu demi minggu, dan bulan demi bulan terlewati. Semenjak mengetahui istrinya hamil juga, Juan seakan lupa kepada Kamila dan tidak memperdulikan Kamila. Namun, dia tidak lupa mengirim uang setiap bulannya kepada Kamila.
Kamila duduk termenung di kamarnya sembari mengelus perutnya yang saat ini sudah semakin membesar. "Pak Juan apa akan mengingkari janjinya? selama ini Pak Juan sudah tidak pernah datang ke sini, bahkan dia tidak pernah menanyakan keadaan anaknya, apa dia sudah lupa?" batin Kamila.
Kamila tidak tahu jika istrinya Juan sedang mengandung juga karena selama ini Juan tidak pernah menghubunginya. Kamila pun tidak pernah menghubungi Juan karena takut Juan marah. Kamila pun mengambil tas kecil, lalu memesan taksi karena siang ini dia akan memeriksakan kandungannya ke rumah sakit.
Selama hamil dan proses mengidam, Kamila lalui sendirian tanpa perhatian dari Juan. Padahal tidak bisa dipungkiri, jika Kamila sangat mengharapkan Juan datang bahkan Kamila berkhayal bisa bermanja-manjaan kepada Juan meski pada kenyataannya itu sangat tidak mungkin. Sesampainya di rumah sakit, Kamila harus menunggu sebentar karena dokter kandungannya sedang ada pasien.
Beberapa saat kemudian, pintu ruangan dokter kandungan pun terbuka. Kamila menoleh dan bersiap-siap untuk masuk, tapi dia membelalakkan matanya saat melihat siapa yang keluar dari ruangan itu. Begitu pun dengan Juan yang begitu sangat terkejut, dia tidak menyangka jika dia akan bertemu dengan Kamila di situ.
"Kamila," batin Juan.
Juan melihat kandungan Kamila yang sama dengan kandungan Riana. Tanpa punya hati, Juan pun menggandeng tangan Riana dan pergi begitu saja tanpa memperdulikan Kamila. Mata Kamila sudah mulai berkaca-kaca, bahkan hatinya sangat sakit mendapat perlakuan seperti itu dari Juan.
"Sayang, kamu tunggu dulu di mobil ya, ada yang ketinggalan sepertinya ketinggalan di dalam ruangan dokter tadi," ucap Juan.
"Ok, jangan lama-lama," sahut Riana.
Juan berlari masuk kembali ke dalam rumah sakit. Dia segera menuju ruangan dokter kandungan dan sesampainya di sana ternyata bersamaan dengan Kamila yang baru saja selesai diperiksa. Kamila terkejut, dan Juan pun membawa Kamila ke lorong yang lumayan sepi.
"Kamila, maafkan saya. Ternyata istri saya juga hamil," ucap Juan.
"Terus, bagaimana dengan anak ini?" tanya Kamila dengan mengusap perutnya sendiri.
"Saya akan membiayai semua kebutuhan kamu dan anak itu, tapi tolong jangan ganggu saya dan istri saya karena saya lebih mementingkan anak saya sendiri. Saya akan membiayai sekolah dan hidup anak itu sampai kuliah nanti jadi kamu jangan khawatir akan masa depan anak itu semuanya saya tanggung. Sekali lagi saya minta maaf, tetap simpan rahasia ini karena jika sampai istri saya tahu, maka saya akan membuat kamu menyesal," ucap Juan penuh ancaman.
Juan pun pergi begitu saja tanpa belas kasihan. Air mata Kamila menetes, kedua tangannya mengepal. Sungguh hatinya begitu sakit karena selama ini Juan sudah menipunya walaupun hidupnya memang semuanya ditanggung oleh Juan tapi Juan sudah mengingkari janjinya yang dia ucapkan di awal.
*
*
*
Yuk guys, ramaikan lagi🥰🥰
Kamila pulang ke rumahnya dengan hati yang sangat hancur. Bukan materi yang Kamila inginkan, tapi pengakuan dan tanggung jawab dari Juan.
"Kamu keterlaluan Pak Juan, lihat saja apa yang akan saya lakukan kepadamu dan keluarga kamu," batin Kamila dengan geramnya.
Kamila sosok wanita yang baik dan ramah berubah menjadi sosok yang jahat. Bagaimana Kamila tidak dendam, dia rela menyerahkan kesuciannya demi uang yang dijanjikan oleh Juan. Kamila pun harus menanggung kesulitan pada saat dia ngidam dan mengandung anaknya Juan.
***
Tibalah saatnya Raina dan Kamila melahirkan. Entah kebetulan atau memang sudah takdir yang Maha Kuasa, ternyata dia wanita itu akan melahirkan di hari yang sama dan rumah sakit yang sama juga. Juan selalu berada di samping Raina, menjaga Raina dengan penuh kasih sayang.
Berbeda dengan Kamila yang harus berjuang sendirian tanpa ada suami yang menguatkan. Sedangkan orang tuanya tidak bisa datang karena mereka sudah tua dan Kamila tidak mau menyusahkan kedua orang tuanya. Ruangan bersalin Riana dan Kamila posisinya bersebelahan.
"Kamu yang kuat, sayang," ucap Juan sembari menciumi wajah Raina.
Beberapa saat kemudian, terdengarlah tangisan bayi yang saling bertautan. Takdir sudah membuat Raina dan Kamila melahirkan di jam yang sama dan anak mereka pun sama-sama berjenis kelamin perempuan. Juan sampai menangis kala anak yang selama ini dia tunggu, bisa keluar juga.
"Selamat Pak, anak Bapak dan Ibu berjenis kelamin perempuan," seru Dokter.
Juan tersenyum dan menangis bahagia, Juan sempat melihat jika di pinggang putrinya terdapat tanda hitam tidak terlalu besar tapi sangat kelihatan karena kulit putrinya sangat putih. Sedangkan Kamila, dia hanya bisa pasrah melihat putrinya yang lahir tanpa sosok seorang suami. Kamila selalu ingat dengan kata-kata Juan yang membuatnya sangat sakit hati.
Kedua bayi itu dibawa ke ruangan khusus bayi. Setelah dipindahkan ke ruangan rawat inap, Kamila terus melamun ada sesuatu yang dia rencanakan.
"Suster, bisa antar saya melihat bayi saya tidak?" pinta Kamila.
"Apa Ibu sudah kuat?" tanya Suster.
"Kuat kok," sahut Kamila.
Suster membawakan kursi roda untuk Kamila, lalu Kamila pun duduk di kursi roda dan Suster itu yang mendorong kursi roda Kamila menuju ruangan khusus bayi. Sesampainya di ruangan itu, Kamila melihat bayinya yang sedang tertidur pulas. Kamila menoleh dan di samping ranjang bayinya, ada bayi Juan di sana.
"Ternyata, istri Pak Juan juga melahirkan di sini," batin Kamila.
Teringat akan perlakuan Juan, tiba-tiba terbersit dalam otak Kamila untuk menukarkan anaknya dengan anak Juan. Sepertinya takdir memang berpihak kepada Kamila, Suster pun tiba-tiba dipanggil oleh dokter untuk menemuinya sebentar.
"Bu Kamila, saya tinggal dulu sebentar, ibu jangan ke mana-mana karena saya tidak akan lama kok," ucap Suster.
"Iya, Suster," sahut Kamila.
Melihat Suster keluar, Kamila pun segera mengganti bedong anak Juan dengan bedong anaknya. Lalu posisi kedua bayi itu ditukar, wajah bayi pada saat baru saja dilahirkan sangat mirip satu sama lain sehingga tidak akan ada yang curiga jika bayinya ditukar. Kamila memperhatikan anaknya dengan seksama. "Sayang, kalau Mama tidak bisa bahagia maka Mama akan membuat kamu bahagia. Kamu memang anaknya Pak Juan dan kamu sangat pantas untuk bahagia dan mendapatkan kasih sayang Papa kamu sendiri," batin Kamila.
"Bu Kamila!" panggil Suster.
Kamila sedikit kaget, untung saja dia sudah selesai menukar anaknya dengan anak Raina.
***
Beberapa hari kemudian, Juan dan Raina sudah siap-siap untuk pulang. Juan teringat kepada Kamila karena dia tahu jika Kamila melahirkan di rumah sakit itu juga.
"Sayang, aku keluar dulu sebentar ya," ucap Juan.
"Mau ke mana Mas?" tanya Raina.
"Mau urus administrasi dulu," sahut Juan.
"Baiklah, tapi jangan lama-lama."
"Ok, sayang."
Juan segera menuju administrasi dan membayar semua biaya istrinya dan juga Kamila. Setelah membayar, Juan pun menyempatkan diri untuk menemui Kamila. Kamila menoleh saat mendengar pintu ruangannya terbuka.
"Pak Juan," gumam Kamila.
"Semua biaya sudah saya bayar dan ini untukmu dan anak itu," ucap Juan sembari memberikan satu gepok uang kepada Kamila.
"Kamu juga jangan khawatir, aku akan tepati janji saya untuk menyekolahkan anak itu sampai ke Perguruan tinggi jadi kalau kamu butuh apa pun itu, kamu tinggal hubungi saja asisten pribadiku," sambung Juan.
Kamila terdiam, dia sama sekali tidak tahu harus berkata apa. Emosi bercampur amarah menjadi satu, hanya saja dia tidak bisa mengeluarkan semua unek-uneknya. Tanpa berkata apa-apa lagi, Juan pun pergi begitu saja.
Kamila menggenggam uang yang diberikan oleh Juan, lalu menatap anak perempuan di hadapannya. "Aku benci kepada Pak Juan dan aku juga benci kepada kamu!" sentak Kamila kepada anak bayi yang diberi nama Alesha itu. Kamila berniat akan membuat anak itu menderita tinggal bersama dirinya.
***
6 tahun kemudian....
Waktu pun berjalan dengan sangat cepat, Kamila tidak pernah menyayangi Alesha. Setiap hari Kamila akan terus memarahi Alesha dan membiarkan Alesha menangis tanpa belas kasihan. Rasa benci dan dendam kepada Juan membuat Kamila jahat dan selalu menyiksa Alesha, anak yang sama sekali tidak tahu apa-apa.
Berbeda dengan Alesha, anak perempuan hasil hubungan terlarang Juan dan Kamila hidup dengan bergelimang harta dan kasih sayang. Anak perempuan yang diberi nama Jovanka itu sangat beruntung karena dibesarkan dengan penuh kasih sayang dan dimanja dengan materi. Raina tidak tahu jika anak yang dia manja itu sebenarnya anak Juan dari hasil membeli rahim dari wanita lain.
"Sayang, ulang tahun Jovanka yang ke enam bagaimana kalau kita rayakan di Disney Land Jepang, pasti dia akan senang sekali," ucap Raina dengan senyumannya.
"Boleh juga, kamu atur saja sayang," sahut Juan.
Sementara itu di rumah Kamila, Alesha sedang mencuci piring. "Cuci lagi piring ini, cuci yang bersih," ketus Kamila dengan menyimpan piring kotor di samping Alesha.
"Ma, tunggu," seru Alesha.
"Ada apa?" sentak Kamila.
"Ma, hari ini apa Mamah tidak ingat dengan hari ulang tahunku?" ucap Alesha dengan menundukkan kepalanya.
Kamila langsung memperlihatkan wajah marahnya. Diambilnya gayung yang berisi air itu dan mengguyur kepala Alesha dengan air itu membuat Alesha kaget. Lalu Kamila melempar gayung ke sembarang tempat.
"Jangan macam-macam kamu, kalau hari ini ulang tahun kamu memangnya kenapa? kamu mau minta hadiah, begitu?" bentak Kamila.
Alesha langsung menangis sesenggukan, padahal maksud dia bukan seperti itu. Lagi pula Alesha tidak meminta hadiah apa pun, dia hanya meminta di do'akan saja oleh Mamanya karena selama ini Mamanya tidak pernah mendo'akan dirinya yang ada Mamanya hanya bisa marah-marah dan memukulnya.
2 tahun yang lalu, Kamila ada yang mempersunting seorang pemilik kedai ramen. Walaupun tidak kaya, tapi setidaknya hidup Kamila tidak hampa karena ada yang sudi menikahi wanita yang sudah mempunyai anak. Dari pernikahannya dengan Farhan, Kamila dikaruniai anak laki-laki yang diberi nama Dandi yang saat ini baru berusia 2 tahun.
"Ya, Allah Ma, kenapa Mama siram Alesha?" Farhan kaget saat tiba di rumah melihat istrinya menyiram Alesha.
"Ini anak memang tidak tahu diuntung, bisa hidup dan makan saja sudah beruntung, ini malah ngomongin ulang tahun. Jangan harap Mama akan merayakan ulang tahun kamu!" bentak Kamila dengan menggebu-gebu.
"Sudah, lebih baik Mama pergi dan urus Dandi masalah Alesha biar Papa yang nasihati," ucap Farhan berusaha menenangkan istrinya.
"Dasar anak tidak tahu diri!" Kamila pun melengos meninggalkan Alesha dan Farhan.
Farhan memeluk Alesha yang saat ini sedang menangis tanpa suara itu. Farhan tahu menahan tangisan itu sangat menyakitkan dan Farhan merasa kasihan kepada Alesha. Farhan tak habis pikir, padahal Alesha itu anaknya Kamila tapi Kamila selalu saja memarahi dan memukulnya.
"Sudah jangan nangis, maafkan Mama kamu ya, mungkin Mama sedang capek karena harus ngurus Dandi juga," ucap Farhan lembut.
"Alesha tidak minta dirayakan Pa, Alesha cuma mengingatkan sama Mama dan Alesha juga tidak minta apa-apa, Alesha hanya minta do'a dari Mama karena selama ini Mama tidak pernah terlihat mendo'akan Alesha," sahut Alesha dengan deraian air matanya.
Farhan melepaskan pelukannya dan berjongkok di hadapan Alesha. "Alesha dengarkan Papa, sebenarnya selama ini Mama itu sayang sama Alesha dan selalu mendo'akan Alesha hanya saja kamu tidak melihatnya. Kamu jangan berburuk sangka sama Mama ya, tidak ada orang tua yang tidak mendo'akan anaknya. Mama itu sayang sama kamu hanya saja Mama sedang capek makanya seperti itu," ucap Farhan dengan senyumannya.
Farhan berusaha menutupi semuanya supaya Alesha tidak sedih dan tetap semangat karena Farhan tidak mau sampai Alesha membenci Mamanya sendiri. Farhan merupakan sosok pria yang baik, bahkan Farhan sudah menganggap Alesha seperti anaknya sendiri. Semenjak menikah dengan Farhan, Kamila pindah rumah ke rumah Farhan dan rumah pemberian Juan, dia jual lalu uangnya dia simpan untuk kebutuhan Alesha juga.
***
Keesokan harinya...
Alesha terbiasa bangun subuh, setelah dia melaksanakan shalat, dia pun langsung membereskan rumah sebelum berangkat sekolah. Di usia yang terbilang masih sangat kecil, Alesha tumbuh menjadi anak yang mandiri karena keadaan yang memaksa dia untuk mandiri. Setelah selesai, dia akan sarapan terlebih dahulu makan roti dan minum susu.
"Alhamdulillah, sudah kenyang," gumam Alesha dengan senyumannya.
Setelah siap-siap, Alesha pun berjalan perlahan menuju kamar kedua orang tuanya. Alesha akan berdiri di depan pintu kamar orang tuanya tanpa berani membuka atau pu mengetuknya.
"Ma, Pa, Alesha berangkat sekolah dulu. Assalamualaikum," bisik Alesha.
Setiap hari Alesha memang seperti itu, jika pamitan langsung pasti dia akan mendapatkan bentakan dari Mamanya makanya dia hanya bisa berdiri di depan pintu dan mengucapkan salam sembari berbisik. Alesha anak usia 6 tahun yang sekarang duduk di bangku kelas 1 sekolah dasar adalah anak yang sangat mandiri. Dia berangkat sekolah jalan kaki kebetulan jarak rumah ke sekolahnya tidak terlalu jauh.
"Mil, Mas harus pergi ke luar kota mau ngambil daging dan sayuran," ucap Farhan.
"Berapa lama? jangan lama-lama," sahut Kamila dengan perasaan tidak enak.
"Hanya sehari saja, sekarang berangkat paling besok subuh Mas balik lagi ke sini," ucap Farhan.
"Mas, bisa tidak Mas nyuruh orang saja soalnya perasaan aku gak enak," sahut Kamila dengan wajah khawatir.
"Jangan berpikiran yang macam-macam, selama ini Mas tidak pernah menyuruh orang untuk mengambil daging dan sayuran, lagi pula kalau nyuruh orang tidak akan tahu jika daging dan sayuran yang bagus itu yang seperti apa jadi Mas harus berangkat sendiri ke sama," ucap Farhan.
"Tapi Mas----"
"Kamila, selama ini jika Mas pergi kamu tidak rewel seperti ini. Sekarang kok tumben rewel," ucap Farhan bingung.
"Enggak tahu kenapa, perasaan aku gak enak," sahut Kamila.
"Banyak-banyak istighfar dan do'akan Mas saja semoga Mas bisa pergi dan pulang dalam keadaan selamat. Satu lagi, Mas mohon kamu jangan sering-sering marah dan mukul Alesha kasihan dia. Alesha masih kecil loh, takutnya dia mengalami trauma dikemudian harinya," ucap Farhan memberikan nasihat kepada istrinya itu.
"Mas, Alesha itu suka bikin aku marah dan kesal jadi wajar jika aku memarahinya dan memukulnya," sahut Kamila.
"Mas tidak tahu kamu punya masa lalu apa, tolong jangan terlalu keras kepada Alesha. Bahkan setiap hari dia selalu membereskan rumah membantu kamu jadi kamu tidak pantas terus-terusan memarahi Alesha," ucap Farhan.
Kamila terdiam dengan wajah ketusnya, Farhan pun tidak mau memperpanjangnya setidaknya dia sebagai suami dan Papa sambung Alesha wajib menasehati siapa pun jika terjadi kejanggalan.
"Ya, sudah kalau begitu Mas pamit dulu ya, sampai ketemu besok," ucap Farhan sembari memeluk dan mencium seluruh wajah Kamila.
Tidak lupa, Farhan pun menciumi Dandi, anak semata wayangnya. Farhan segera berangkat ke luar kota, dia berangkat bersama supirnya. Kedai Ramen milik Farhan memang tidak terlalu besar, tapi pelanggannya sangat banyak membuat omset Farhan setiap bulan selalu naik dan melonjak.
***
Malam pun tiba....
Alesha sudah tidur, begitu pun dengan Kamila dan Dandi. Entah kenapa malam itu Farhan memilih untuk langsung pulang padahal biasanya dia akan pulang di waktu subuh dan malamnya bisa istirahat terlebih dahulu di penginapan. Tapi malam ini seakan Farhan ingin cepat-cepat pulang ke rumah.
"Hati-hati Bon, jika ngantuk kamu ngomong saja biar kita istirahat dulu," ucap Farhan.
"Siap, Pak," sahut Bono.
Baru saja setengah perjalanan, Bono tidak kuasa menahan kantuk. Baru saja dia ingin bilang kepada Farhan, tiba-tiba dia dikejutkan dengan kedatang mobil truk di depannya.
"Bono, awaaaaaaassss!" teriak Farhan.
Bruaaaakkkkk....
Benturan keras terdengar di malam yang sunyi itu, mobil Farhan terjatuh ke jurang. Sedangkan truk yang menabraknya hancur, Farhan dan Bono tewas di tempat begitu pula dengan sopir truk dan kernetnya yang juga tewas di tempat. Kamila langsung terbangun dengan keringat yang membasahi seluruh wajahnya.
"Astagfirullah, aku mimpi buruk," gumam Kamila.
Kamila segera meneguk air minum dan melihat jam yang baru saja menunjukan pukul 01.00 dini hari. "Perasaan aku gak enak, aku harus hubungi Mas Farhan," gumam Kamila.
Kamila menghubungi Farhan, tapi teleponnya sama sekali tidak diangkat oleh Farhan. "Mungkin Mas Farhan sedang istirahat," batin Kamila.
Kamila memutuskan untuk tidak menghubungi Farhan lagi karena takut mengganggu Farhan. Padahal kenyataannya, Farhan mengalami kecelakaan dan saat ini memang sedang istirahat tapi istirahat untuk selamanya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!