NovelToon NovelToon

Cinta Sang Miliarder

Hamil!

Sophie mematikan keran shower dan melangkah keluar dari kabin. Saat itu pukul sepuluh malam, dan dia ingin tidur lebih awal agar bisa beristirahat dengan baik dan siap menyambut kedatangan Nicolas keesokan harinya.

Saat dia memikirkannya, rasa takut menyelimuti dirinya. Ia menatap dirinya di cermin dan membungkus tubuh kurusnya dengan jubah mandi. Sampai kapan ia akan terus bertubuh ramping? Ia harus memberi tahu pacarnya bahwa ia sedang hamil.

Nicolas Virelli adalah seorang finansier sukses dan juga kekuatan di balik kerajaan bisnis Virelli Corporation. Mereka bertemu setahun yang lalu saat Sophie bekerja sebagai pelayan di sebuah restoran terkenal.

Nicolas datang untuk makan siang bersama beberapa investor, dan begitu dia memasuki restoran, pandangannya langsung tertuju pada gadis yang berdiri di bar. Ia tak bisa menahan diri untuk memperhatikannya; rambut pirangnya yang bergelombang terurai di bahu, dan tubuh indahnya tak bisa disembunyikan oleh rok hitam dan blus putih yang dikenakannya saat ia berjalan di lantai marmer, memamerkan kaki yang mampu menggugah imajinasi siapa pun.

Nicolas mengikuti pandangannya hingga Sophie sampai di sebuah meja dan mendekati pelanggan berikutnya dengan senyuman. Senyuman itu membuatnya kehilangan napas, dan saat itu, ia tak melihat siapa pun selain Sophie. Ia duduk di mejanya dan meminta Sophie untuk melayaninya, dan seperti yang diduga, tak ada yang berani membantah Nicolas Virelli.

Sophie pun mendekati meja sesuai dengan instruksi. Saat ia semakin dekat, ia tersenyum ramah, dan Nicolas melihat bahwa gadis itu ternyata lebih cantik dari dekat. Wajahnya oval, kulitnya cerah, matanya biru terang, dan bibirnya sensual. Ia pun membalas senyuman itu, dan ketika mata mereka bertemu, Sophie pun tersipu.

Nicolas mengajaknya makan malam malam itu. Anehnya, Sophie menolak tawaran itu, dengan alasan bahwa ia tidak diizinkan pergi dengan pelanggan. Ia sangat membutuhkan pekerjaan itu untuk membiayai hidupnya sembari kuliah jurusan Sejarah di universitas. Nicolas pun memberinya kartu nama, menawarkan kemungkinan pekerjaan yang lebih baik.

Dari bar, Sophie mengamati Nicolas. Ia tampak sempurna, dengan rambut hitam, mata cokelat, bibir sempurna, dan dagu yang tegas. Ia adalah pria idaman semua wanita.

FLASHBACK OFF

Sophie pun meraih handuk, dan membungkuk untuk mulai mengeringkan rambutnya.

“Ah!” serunya ketika seseorang memegang bahunya. “Nicolas, itu kamu?” teriaknya.

“Apakah kamu mengharapkan orang lain di kamar mandimu?” godanya sambil menggenggam bahunya.

“Aku merindukanmu, Nicolas,” ucap Sophie sambil menyandarkan diri ke pelukannya.

Nicolas memeluknya erat dan membawanya ke kamar tidur.

“Tunggu, Nicolas. Kamu mau minum sesuatu? Kamu datang lebih awal dari perjalananmu,” tanya Sophie.

“Aku tak sanggup melewati satu hari lagi tanpa kamu. Yang kuinginkan hanya kamu,” jawabnya sambil membaringkan Sophie di atas ranjang dan menempatkan dirinya di sampingnya.

Tergugah oleh hasrat yang ditunjukkan Nicolas padanya, Sophie mulai membelainya, dan apa yang terjadi malam itu sungguh tak tertandingi.

Nicolas bercinta dengannya dengan perlahan, penuh gairah, menjelajahi setiap lekuk tubuh Sophie, membawanya mencapai puncak kenikmatan.

Beberapa jam kemudian, saat berbaring dalam pelukannya, Sophie bertanya-tanya apakah anak mereka nanti akan mirip dengan Nicolas. Ia selalu bermimpi menikah dulu sebelum hamil. Nicolas pernah mengatakan bahwa ia punya kejutan untuknya. Apakah itu sebuah cincin?

Nicolas bangkit dan pergi untuk mengambil kejutan yang disiapkannya untuk Sophie.

“Duduklah dan terimalah ini,” katanya sambil menyerahkan sebuah kotak hadiah untuk wisuda Sophie.

Sophie membukanya dan menemukan sebuah kalung berlian di dalamnya. “Terima kasih, Nicolas. Ini indah sekali,” ucapnya sambil mencoba menyembunyikan rasa kecewanya.

Keesokan paginya, saat mereka sedang sarapan, Sophie mulai merasa tidak enak badan. Itu adalah gejala mual di pagi hari. Ia bergegas ke kamar mandi sementara Nicolas bertanya apa yang terjadi. Setelah keluar, Nicolas menatapnya dengan cemas dan penuh kelembutan. Sophie tersenyum, mendekatinya, dan meletakkan tangan di perutnya.

“Aku hamil.”

Tidak terima

Hamil! Bagaimana mungkin Sophie bisa hamil?, pikirnya. Dia sudah mengambil semua tindakan pencegahan tapi... Sophie ternyata mengkhianatinya..

"Nicolas, tenanglah, aku baik-baik saja dan aku mengerti bahwa ini mengejutkanmu," kata Sophie.

"Tentu saja kau merasa baik-baik saja dengan memakai kalung berlian dan dalam keadaan hamil. Aku yakin kau akan bilang anak itu milikku!" serunya.

"Tentu saja ini anakmu! Kau tahu kau satu-satunya pria yang pernah tidur denganku. Kita pasangan, aku mencintaimu, dan aku pikir kau juga mencintaiku," jawabnya.

"Aku tidak mau terikat, apalagi terbebani dengan anak yang bukan keinginanku. Aku tak pernah berharap kekasihku akan hamil," ucap Nicolas dengan dingin.

"Aku bukan sekadar kekasihmu. Aku pikir kita ini menjalin hubungan yang nyata," balas Sophie dengan suara bergetar.

"Katanya kau minum pil. Jadi kenapa bisa terjadi?" tanyanya.

"Malam itu, saat kita pergi ke Roma untuk urusan kerjamu, aku lupa meminumnya. Aku benar-benar lupa, ini kecelakaan," jelas Sophie dengan jujur.

"Haha, tentu saja, satu-satunya kali aku mengajakmu ikut, dan kau lupa minum pil. Kau wanita yang sangat licik," katanya sinis.

Nicolas mengambil tas kerjanya, "Aku ada rapat penting. Kita bicarakan ini nanti," lalu dia pergi dari apartemen sambil membanting pintu.

Sophie terduduk di tepi ranjang, termenung. Kekasih? Licik? Anak orang lain? Bagaimana mungkin dia berpikir seperti itu setelah mereka menjalani hidup bersama selama setahun?

Sophie bersiap untuk pergi kerja, pekerjaan yang dulu dibantu Nicolas untuk didapatkannya. Ini akan menjadi hari terakhirnya karena dia sudah lulus dan berharap bisa mengabdikan diri sebagai guru.

Sementara itu, Nicolas tiba di kantornya dalam keadaan marah. Dia tidak akan pernah memaafkan Sophie atas pengkhianatannya. Mengapa dia mengkhianatinya? Dia memukul meja dengan marah.

"Sialan!" serunya sambil mengambil telepon dan menelepon asistennya. "Lorena, bawakan aku obat sakit kepala dan batalkan semua rapat. Aku tidak bisa diganggu hari ini."

"Segera, Tuan Virelli," jawab Lorena.

Tak lama, Sophie muncul di kantor Nicolas. Sesuai dugaan, Lorena memberitahunya bahwa Tuan Virelli sedang tidak bisa ditemui. Tapi Sophie sudah tak bisa menunggu dan langsung menerobos masuk.

"Tuan Virelli, saya minta maaf! Saya tahu Anda bilang tidak bisa menerima tamu. Saya akan memanggil keamanan," kata Lorena panik.

"Tinggalkan kami, Lorena, aku akan menangani ini," perintah Nicolas. "Apa yang kau inginkan, Sophie?"

"Aku bukan kekasih simpananmu. Aku pikir kita menjalin hubungan yang sungguh-sungguh. Aku pikir—" ucap Sophie, namun langsung dipotong olehnya.

"Cukup! Kau bukan gadis polos. Aku memberimu mobil, perhiasan, pakaian. Kau bisa memiliki apa saja, kecuali cincin. Aku tidak pernah berencana menikahimu. Kau terlalu licik," kata Nicolas.

"Licik? Bagaimana bisa kau mengatakan itu padaku?" suara Sophie mulai pecah.

"Kalau kau pikir bisa menjebakku dengan kehamilan yang tidak kuinginkan, seharusnya kau berpikir dua kali. Tapi jangan khawatir, aku akan bicara dengan Stevan, dia dokter hebat dan teman dekatku. Dia akan mengurus kehamilanmu, dan aku yang akan bayar. Sekarang, pergi. Aku tidak punya waktu untuk ini," ucapnya tegas.

Sophie pulang dengan perasaan hancur. Semuanya kini masuk akal. Dia tidak pernah dikenalkan pada keluarga atau teman-teman Nicolas. Semua hadiah mewah itu... hanyalah cara untuk membungkam hatinya.

Apa yang harus dia lakukan sekarang? Nicolas tidak menginginkan anak itu. Dia berpikir Sophie hanya ingin menjebaknya. Dan Stevan... untuk apa dia menemui Stevan? Apakah dia ingin Sophie menggugurkan kandungannya?

Barulah sekarang Sophie benar-benar melihat siapa Nicolas sebenarnya, seorang pria dingin, tak berhati, dan pria playboy yang hanya ingin menang sendiri. Sophie pun membuat keputusan. Ia harus meninggalkan apartemen dan mengakhiri semuanya dengan Nicolas. Dia tidak akan mengorbankan anaknya.

Dengan tekad yang bulat, Sophie bangkit dan berjalan menuju kamar. Tapi langkahnya terhenti saat ia tersandung karpet di lantai.

Memikirkan

Nicolas Virelli baru saja menyelesaikan konferensi video dengan seseorang di seberang Samudra Pasifik. Pertemuan itu berjalan sukses.

Saat itu pukul delapan malam, dan ia pun menutup pekerjaannya hari ini. Ia mengusap rambutnya sambil memikirkan Sophie. Dia berhasil tidak memikirkannya selama beberapa jam, tapi kini ia tak punya alasan lagi untuk menghindar.

Saat itu, Lorena, sekretarisnya, masuk ke dalam ruangannya.

"Ada yang bisa saya bantu lagi?" tanyanya.

"Tidak, kau boleh pulang," jawab Nicolas.

"Kau kelihatan lelah, Nicolas. Biar kubawakan wiski, dan kalau kau mau, aku bisa memijat itupun jika kau mau. Itu akan membantumu rileks."

"Wiski, ya. Pijat, tidak," katanya sambil menatap heran, tak menyangka Lorena menawarkan pijatan. Mungkin wajahnya memang terlihat begitu lelah.

Lorena adalah wanita berambut cokelat yang sangat menarik dan juga sekretaris yang cekatan. Nicolas merasa beruntung memilikinya. Lorena nyaris tidak pernah membuat kesalahan. Dia bukan tipe wanita yang akan hamil tanpa rencana, seperti Sophie.

Sophie jauh lebih muda, baru 21 tahun, dan dia adalah cinta pertamanya. Mungkinkah kehamilannya memang benar-benar kecelakaan?

"Ini wiskinya," kata Lorena, meletakkan gelas di atas meja dan botol di sebelahnya. Kemudian dia berdiri di sampingnya dan meletakkan tangan di bahunya. "Kau yakin tidak ingin dipijat?"

"Ya, Lorena. Pergilah. Aku akan baik-baik saja," jawabnya.

"Baiklah," Lorena menunduk dan berbisik di telinganya, "jangan lupa bahwa kita akan pergi ke Paris Besok. Cobalah istirahat malam ini."

"Dia hanya khawatir padaku," pikir Nicolas saat Lorena keluar dari ruangan. Tapi kemudian ia teringat bagaimana ia memperlakukan Sophie pagi tadi.

Ia mengambil gelas itu dan menyesap perlahan. Kapan ia berubah menjadi pria sinis dan keras kepala seperti iblis?

Ia memang tak pernah berniat menikah, tetapi dia tahu bahwa suatu hari nanti dia akan memiliki seorang anak untuk mewarisi kekayaannya.

Dulu, ia tumbuh sebagai anak yang bahagia, punya keluarga yang hangat, orang tua yang mencintainya, dan dua saudara perempuan yang selalu memanjakannya.

Semua itu berubah ketika ibunya meninggal lima belas tahun yang lalu, saat Nicolas berusia dua puluh tahun. Hubungannya dengan sang ayah menjadi renggang setelah ayahnya menikahi perempuan yang jauh lebih muda — seorang wanita jalang bermata duitan yang tak segan menggoda Nicolas setiap kali ia datang ke rumah ayahnya.

Dia menuang segelas wiski lagi untuk dirinya sendiri. Ia tidak pernah percaya pada wanita, kecuali ibunya dan kedua saudara perempuannya. Ia tak pernah benar-benar berpikir tentang pernikahan, tapi ia juga yakin bahwa anaknya tidak akan lahir sebagai anak luar nikah.

Soph, Sophie yang cantik dan seksi. Apakah akan sesulit itu menikahinya? Mereka sudah bersama selama satu tahun. Nicolas mengejarnya selama sebulan setelah pertama kali bertemu di restoran itu, dan butuh waktu sebulan lagi sampai akhirnya mereka tidur bersama. Ia terkejut saat tahu Sophie masih perawan. Mereka akur dan cocok, hingga pagi itu—saat Sophie mengatakan bahwa dia hamil.

Secara seksual, Sophie adalah pasangan yang paling terbuka dan penuh gairah. Setahu Nicolas, dia tidak pernah selingkuh. Membayangkan Sophie bersama pria lain membuatnya jijik.

Ia sudah membuat keputusan. Jika semuanya berjalan dengan baik, ia akan menjadikan Sophie sebagai pendamping hidupnya.

__________

Gimana kelanjutannya? Tenang... bab selanjutnya bakal lebih panas dan penuh drama. Jangan sampai ketinggalan!

Bantu cerita ini terus berlanjut dengan like, komentar, dan bagikan ke temanmu! Dukungan kalian bikin aku semangat update!

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!