NovelToon NovelToon

Reu Suami Pengganti

BAB 1

Di tengah hiruk pikuk kota, Jeha menjalani hidupnya sebagai pegawai asuransi dengan rutinitas yang biasa-biasa saja. Namun, pertemuan tak terduga di acara reuni SMA membuka pintu bagi perubahan besar dalam hidupnya.

Jeha tidak pernah menyangka bahwa pertemuan dengan Anne, wanita cantik dan cerdas, membawa keberuntungan.

Jeha telah melewati cinta satu malam dengan Anne usai acara reuni. Anne yang dikiranya masih seperti dulu menjadi wanita kutu buku dan hidup sederhana, ternyata dia adalah seorang CEO di Perusahaan Pulsebitx. Pulsebitx sendiri adalah perusahaan yang bergerak di bidang teknologi inovasi. Ternyata selama sekolah, Anne berpura-pura hidup sederhana dan mengaku Ayahnya bekerja sebagai tukang servis. Semua itu di ketahui, dari beberapa barang mewah yang ada didalam tas Anne dan juga kartu nama.

Saat Anne sadar, Jeha pura-pura masih menjadi orang yang tidak tahu tentang Anne sesungguhnya. Dia mulai berkata lembut, seakan jatuh cinta dengan Anne. Anne yang selama ini diam-diam juga menyukainya semasa SMA akhirnya membuka hati.

Tak lama kemudian, keduanya menikah. Meskipun, pihak keluarga Anne menentang. Anne mengancam akan bunuh diri jika tidak menikah dengan Jeha. Dirinya sudah terlanjur cinta. Mau tak mau, karena Anne adalah anak perempuan satu-satunya dari tiga bersaudara, keluarganya akhirnya menyetujui pernikahan itu dengan syarat membuat perjanjian pranikah.

Setelah pernikahan yang meriah, Jeha dan Anne menikmati bulan madu yang romantis. Namun, perjalanan pulang mereka berakhir tragis akibat kecelakaan, yang membuat Jeha koma selama tiga hari dan Anne mengalami kelumpuhan.

Setelah koma, Jeha terbangun dengan perasaan bingung dan khawatir tentang Anne. Saat melihat Anne yang lumpuh, Jeha merasa hancur dan berjanji untuk selalu mendukung dan merawatnya.

Melihat ketulusan suaminya, Anne akhirnya mengalihkan jabatannya kepada Jeha.

Dukungan penuh Jeha terhadap Anne mulai luntur seiring waktu. Rasa bosan dan tekanan hidup membuatnya mencari pelarian dengan wanita lain, sementara Anne terbaring di rumah. Jeha sering menggunakan alasan kerja untuk meninggalkan Anne sendirian.

“Aku ingin ke Singapura besok?” ucap Jeha, baru saja pulang dan melempar dasinya di ranjang.

“Kamu baru pulang kemarin dari sana,” balas Anne, menarik kursi rodanya mendekat ke arah suaminya.

“Ada sesuatu hal yang harus aku kerjakan disana,” Jeha menutup obrolan itu, kemudian langsung pergi tidur. Anne hanya bisa diam. Dirinya tidak berani banyak membantah, karena takut kehilangan Jeha.

Hari ini Jeha mengatakan kepada Anne bahwa dia akan pergi ke Singapura untuk menyelesaikan pekerjaan. Namun, sebenarnya dia berbohong, karena tujuan sebenarnya adalah untuk menemui wanita lain yang telah menjadi pelariannya dari rasa bosan dan frustrasi dalam pernikahannya.

Setibanya di Singapura, Jeha menemui kekasihnya di sebuah restoran. Namun, saat mereka sedang menikmati makan malam, Jeha terkejut melihat seorang pria yang bekerja sebagai pelayan di restoran itu. Ada sesuatu yang sangat familiar tentang pria itu, dan saat Jeha meminta pemilik restoran untuk memanggilnya, terungkap bahwa pria itu memiliki wajah yang sangat mirip dengan Jeha sendiri.

Di ruang pribadi, Jeha dan Pria tersebut saling menatap dengan penuh tanda tanya. Jeha melepas kacamata dan syalnya, dan Pria itu langsung terkejut melihat kemiripan yang sangat kuat.

"Saya Reu," ujarnya singkat.

Jeha hanya tersenyum dingin, dia bahkan tidak memiliki saudara kembar. Namun, Reu benar-benar seperti pahatan dirinya.

Reu tidak terlalu peduli saat Jeha memberikan kartu namanya, dan membiarkannya jatuh. Jeha mengambilnya kembali dan menyodorkannya sekali lagi.

"Simpan ini, panggil aku jika butuh uang," ujarnya dengan senyum yang penuh arti, memberikan isyarat bahwa Jeha mungkin bisa menjadi sumber bantuan bagi Reu. Setelah itu Jeha dan kekasihnya pergi meninggalkan Restoran.

Disisi lain Reu menghadapi masalah besar di rumah. Setelah pulang kerja, dia menemukan ibunya pingsan akibat dipukuli oleh rentenir yang menagih hutang ayahnya yang kabur. Reu merasa lelah dan putus asa, karena gajinya tidak cukup untuk membayar hutang yang menumpuk. Saat mencari solusi, dia menemukan kartu nama Jeha. Dengan harapan baru, Reu memutuskan untuk menghubungi Jeha, berharap bisa mendapatkan bantuan untuk mengatasi masalahnya dan melindungi ibunya dari ancaman rentenir.

Ponsel Jeha berdering, menampilkan nomor tak dikenal. Jeha langsung tahu bahwa itu Reu yang menelepon. Tanpa basa-basi, Jeha memberikan alamat untuk pertemuan mereka. Saat keduanya bertemu, Jeha menunjukkan foto istrinya, Anne, dan anak laki-laki mereka. Reu terlihat bingung, tidak mengerti arah pembicaraan Jeha.

"Kau butuh berapa?" tanya Jeha langsung. Reu menjawab dengan cepat, "3 juta dolar amerika.”

Jeha mengeluarkan kertas, cek, dan stempel, lalu menulis nominal 3 juta dolar yang diinginkan Reu. Setelah itu, dia menambahkan syarat yang tegas: Reu harus menjadi dirinya selama 2 tahun tanpa diketahui oleh siapa pun, terutama istrinya, Anne. Jika ada yang tahu, kesepakatan ini akan dianggap batal, dan uang yang diberikan akan dianggap sebagai hutang yang harus dibayar kembali dengan bunga yang tinggi.

Jeha menambahkan satu syarat lagi, jika Reu tidak boleh menyentuh istrinya, Anne, selama menjadi dirinya. Reu tampak ragu, tangannya bergerak maju mundur sebelum akhirnya memutuskan untuk menandatangani perjanjian tersebut. Saat itu, ponselnya berdering, dan kabar dari tetangganya membuatnya panik—rentenir kembali mengancam ibunya. Tanpa pikir panjang lagi, Reu menandatangani perjanjian itu. Jeha tersenyum puas dan menginformasikan bahwa dua hari lagi Reu harus pergi ke Indonesia.

Dengan rencana ini, Jeha bisa berkeliling dunia dengan kekasihnya tanpa beban, karena dia telah berhasil mengalihkan semua kepemilikan Anne di perusahaan ke atas namanya sendiri.

Reu pulang kerumah, kemudian meminta rentenir itu kembali besok pagi. Dia akan melunasi hutangnya. Rentenir itu mengancam, jika itu bohong maka dia dan ibunya akan dikubur hidup-hidup.

Esok harinya Reu mempersiapkan semuanya. Mengambil uang di bank untuk pelunasan hutang. Lalu, memberikan. Sedikit uang untuk Ibunya bertahan sampai dia kembali.

“Kamu mau ke Indonesia?”

“Iya, besok” Reu mengemas barangnya.

“Aku mendapatkan pekerjaan disana, dan bisa mendapatkan gaji diawal. Hutang ayah sudah aku lunasi. Uang yang aku berikan ibu setidaknya cukup untuk pergi dari daerah ini dan membeli rumah baru. Aku akan segera pulang,” ucap Reu mencium kening Ibunya.

Reu memikirkan pertanyaan lain sebelum ia pergi.

“Apakah aku memiliki saudara? Maksudku saudara kembar?” tanya Reu. Ibunya menjawab cepat “tidak, tidak. Kamu hanya satu-satunya anak ibu,” Reu percaya dengan Ibunya.

Hari itu datang, setelah memastikan keamanan Ibunya. Reu pergi ke Bandara. Jeha mengirimkan beberapa perintah lewat pesan. Reu hanya menurutinya. Di dalam pesawat, matanya tak lepas memandang foto Anne. Rasa penasarannya tinggi, bagaimana bisa wanita secantik itu memilih Pria yang suka berselingkuh seperti Jeha.

Sebentar lagi rasa penasaran itu akan mengetahui jawabannya.

BAB 2

Reu merasa sangat senang bisa kembali ke negara tempat dia dilahirkan. Setelah ibunya menikah lagi, dia mengikuti ibunya pindah ke Singapura. Kenangan indah semasa sekolah dasar di negara ini masih sangat jelas dalam ingatannya. Saat tiba di bandara, seorang sopir pribadi yang dikirim oleh Jeha menjemputnya. Sopir itu akan membawanya ke rumah Jeha, tempat di mana dia akan tinggal selama 2 tahun ke depan.

Gerbang besar yang terbuka memperlihatkan rumah mewah yang sangat luas, seolah lapangan sepak bola terbentang di depannya. Reu tercengang, tangannya gemetar karena dia tidak menyangka Jeha memiliki rumah sebesar dan semewah itu. Betapa kayanya Jeha, terbersit dalam pikirannya saat memandang kemegahan rumah itu.

Hal yang mengejutkan lainnya, saat melihat deretan mobil mewah yang terparkir rapi. Begitu mobil berhenti, lebih dari 20 pelayan berdiri tegak di depan pintu, menyambutnya dengan penuh hormat. Hal itu membuatnya merasa seperti seorang bangsawan yang memasuki istana megah. Mulutnya ternganga sepanjang perjalanan dari mobil ke halaman rumah, takjub dengan kemewahan yang tak pernah terbayangkan sebelumnya.

Pintu terbuka, dan Reu kembali dibuat takjub oleh kemewahan di dalam rumah. Dia menepuk pipinya berulang kali, mencoba memastikan bahwa ini nyata. "Astaga, ini bukan mimpi?" dia bergumam. Seorang pelayan pria dengan senyum ramah mendekatinya, ikut membantu menepuk pipinya. Reu kaget, lalu pelayan itu berkata, "Tuan, ini bukan mimpi. Anda terlihat seperti orang asing di sini." Reu tersenyum pahit, menyadari betapa besar perbedaan antara kehidupannya sekarang dan apa yang biasa dialami.

Di sisi lain, Jeha asli sedang berlibur di Chicago bersama pacar barunya. Mereka menikmati makan malam romantis di rooftop restaurant dengan pemandangan kota yang spektakuler di bawah mereka. Jeha merasa bebas dari beban hidupnya, dan dia menikmati setiap momen bersama kekasihnya. Saat mereka berbagi ciuman, Jeha tertawa lebar, merasa seakan hidup ini penuh dengan kebahagiaan dan tanpa beban.

"When ya comin' home, sweetie?" kekasihnya menyentuh rambut Jeha yang harum, sambil meraba, menanyakan kapan Jeha akan pulang. Dengan cepat Jeha membalas sentuhan itu "Not yet, I'm gonna soak up every night with ya, babe."

Jeha tidak ingin pergi kemana-mana malam ini, dia hanya ingin menikmati malam kebebasan ini sampai pagi.

💙💙💙💙💙💙

Saat Anne keluar dari kamarnya, Reu disambut oleh senyum hangat istrinya Jeha yang duduk di kursi roda. Reu terkejut melihat kondisi Anne yang lumpuh, berbeda dengan foto yang pernah dilihatnya. Dia merasa sedikit terkejut dan bingung bagaimana cara menyambutnya.

“Apakah aku harus memeluk atau menciumnya? Orang kaya biasanya seperti itu saat bertemu istrinya," gumamnya lirih.Tapi mengingat perjanjian dengan Jeha untuk tidak menyentuh Anne, Reu hanya memberikan senyum tipis dan mengangkat tangan kanannya sebagai sapaan. "Hai, sayang," katanya dengan suara berat, berusaha meniru gaya bicara Jeha.

Anne membalas senyum Reu dengan wajah bingung. "Ayo ke kamar!" ajak Reu dengan senyum canggung, karena dia belum terbiasa dengan rumah sebesar ini dan belum tahu kemana saja Jeha biasa pergi selain kamar. Jeha belum memberikan perintah lanjutan padanya. Anne terkejut dengan permintaan suaminya.

"Biasanya setelah pulang kerja, kamu langsung ke ruang kerja pribadimu, bukan ke kamar. Kamu terlihat aneh?" tanya Anne dengan rasa penasaran. Reu menggaruk kepalanya, tersenyum untuk menyembunyikan rasa canggungnya. "Aku lelah hari ini, jadi lebih baik aku langsung ke kamar saja," jawabnya, berusaha mencari alasan yang masuk akal.

Reu merasa canggung setelah berada di kamar dan memutuskan meminta kamar terpisah untuk sementara waktu. Dia beralasan ingin berkonsentrasi dalam bisnis barunya, tetapi sebenarnya dia ingin menghindari Anne. Anne menyetujui permintaan itu, dan pelayan memberikan kunci kamar baru. Reu merasa lega.

Ketika malam tiba, pelayan memintanya keluar untuk makan malam. Reu terkejut melihat banyak orang di meja makan, termasuk dua kakak ipar Jeha dengan istri mereka dan ibunya Anne. Situasi ini membuatnya semakin tegang karena Jeha tidak memberitahunya sebelumnya.

Semua Anggota keluarga Anne menatap sinis kedatangan Reu. Hanya Anne saja yang tersenyum. Sedang Anak Jeha juga tidak terlihat di meja makan.

"Ini gila," gerutu Reu lirih, merasa tidak siap untuk situasi ini. Dia duduk di sebelah Anne, mencoba menenangkan diri.

Tiba-tiba, kakak laki-laki Anne yang duduk di depannya bertanya, "Bisnis apa yang kamu jalani di Singapura?" Reu kebingungan dan panik, tidak tahu bagaimana menjawab. "Sesuatu hal yang menguntungkan saja," jawabnya berusaha santai.

Kakak Anne tersenyum dingin. "Huh, menguntungkan? Kau hanya bermain-main dan menghamburkan uang perusahaan. Kau pikir aku tidak tahu?" Ancaman mengintai di balik kata-katanya. "Meskipun Anne telah memberikan kuasa kepada kamu, ingat, kamu hanya memiliki 20 persen saham. Aku tidak akan segan-segan mengambilnya kembali jika kamu ketahuan melakukan hal tidak penting di perusahaan." Reu diam tak berkutik.

Pesan masuk di ponsel Reu. Jeha mengirim beberapa foto dan nama yang tinggal di rumahnya. Saat ini Reu tengah berhadapan dengan kakak kedua Anne yang bernama Zack.

"Apa kita harus membahas pekerjaan di meja makan?" ucap Bella, istri Zack. Dia menjatuhkan garpu di meja, untuk membuat suaminya berhenti berargumen dengan Reu. Semua terdiam, kemudian menikmati makanannya lagi.

Usai makan malam, Seseorang berjalan di sampingnya. Kemudian menyelipkan sepucuk kertas ke tangan Reu. Reu melirik, ternyata itu adalah Bella. Reu membaca dengan hati-hati di kamarnya. Isi pesan itu meminta Reu untuk menemui Bella jam 9 malam, di ruang kerja atas. Reu kemudian bertanya kepada salah seorang pelayan letak ruang kerja tersebut.

“Apa Tuan baru saja mengalami kecelakaan?” Pelayan itu mengernyit. Kemudian menunjukkan ruang itu pada Reu.

Reu membuka pintu, Bella sedang duduk di kursi sambil menatap layar laptopnya. Melihat kehadiran Reu yang dianggapnya Jeha. Bella berjalan ke arah pintu dan menguncinya. Reu terkejut dengan hal itu. Bella melingkarkan tangannya ke leher Reu, kemudian memberikan sambutan ciuman. Sontak Reu langsung mendorong tubuh Bella. Bella menarik kerah kemeja Rey, kemudian mendorong tubuh Reu hingga tersudut di dinding.

“Apa kamu masih marah, sayang?” ucap Bella mendekat, dan membuka satu persatu kancing kemeja Reu. Reu menghindar, dan mengancingkan lagi kemejanya.

“Apa yang kakak lakukan?” Reu mencoba mencari tahu situasi ini. Bella tertawa kecil. “Kakak, kamu bilang?” Bella menarik tangan Reu, mencium bibir Reu kuat-kuat. Hingga Reu tak bisa bernafas.

‘Sial, Pria macam apa Jeha? Istri kakak iparnya sampai dia jadikan selingkuhan’ batin Reu kesal.

BAB 3

Tiba-tiba, ketukan pintu mengejutkan Bella dan Reu. Reu dengan cepat mendorong Bella menjauh, sementara Bella menghentikan obsesinya.

"Bella," panggil Zack dari luar, membuat Reu semakin gugup.

Namun, Bella tetap tenang. Dia kembali ke kursinya, memakai kacamata, dan memberi isyarat kepada Reu untuk membuka pintu.

Reu, yang terlihat bingung, membuka pintu untuk Zack. Zack masuk dengan pandangan sinis ke arah Reu. "Apa yang kamu lakukan di sini?" tanyanya.

Bella menjawab dengan cepat, "Dia mengajakku berinvestasi di perusahaan cabangnya. Aku masih mempertimbangkan." Dengan anggukan kepala, Bella memberi isyarat kepada Reu untuk meninggalkan ruangan.

Reu keluar dari ruangan dengan langkah gugup dan segera menuju ke kamarnya. Setelah pintu kamar tertutup di belakangnya, dia menghela napas dan mondar-mandir di depan tempat tidur. "Astaga, semua ini benar-benar mengejutkan," gumamnya.

Tiba-tiba, ponselnya berdering. Jeha mengirimkan pesan dengan beberapa catatan penting. Besok pagi, Reu akan mulai bekerja di perusahaan.

Reu merasa semakin tertekan. Dia berbaring di tempat tidur, memikirkan tanggung jawab besar yang ada di depannya. "Kekayaan di rumah saja sudah sangat luar biasa, bagaimana dengan perusahaannya? Apakah aku benar-benar bisa menggantikan Jeha?" pikirnya dengan penuh keraguan.

"Bagaimana mungkin aku, yang hanya bekerja sebagai pelayan di restoran dan berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain, bisa menjalankan perusahaan sebesar ini? Ini seperti mimpi mustahil," Reu terus berpikir. "Seharusnya sebelum aku menandatangani pekerjaan ini, aku mencari tahu lebih jauh tentang Jeha dan tanggung jawabnya. Aku kira dia hanya pria kaya biasa tanpa beban," tambahnya dengan nada penyesalan.

Keesokan harinya, Reu bangun pagi dan keluar dari kamarnya. Namun, dia hanya menemukan seorang pelayan yang sedang membersihkan rumah. "Tuan Jeha, apakah ada yang Anda butuhkan? Anda bangun sangat pagi hari ini," tanya pelayan wanita paruh baya itu dengan sopan.

Reu hanya tersenyum dan kembali ke kamarnya untuk bersiap-siap. Setelah mandi, dia terkejut melihat seorang pelayan wanita muda cantik, sudah berada di dalam kamarnya. Reu, yang hanya berbalut handuk, berteriak kaget.

Pelayan itu segera mendekat dan membungkam mulut Reu dengan tangan. "Apa yang Tuan lakukan? Semua orang bisa mendengarnya," bisiknya. Reu mengangguk, dan pelayan itu melepaskan tangannya.

"Apa yang kamu lakukan di sini?" tanya Reu dengan panik. Pelayan itu mendesah dan berkata, "Aku merindukan Tuan. Bukankah biasanya setiap Tuan pulang dari luar negeri, Tuan langsung menemui saya?"

Reu mengernyit, bingung dengan sikap pelayan di rumah ini.

"Apa lagi ini?" gumamnya. "Sudah keluar, aku tidak membutuhkanmu sekarang!" tegas Reu, merasa kesal.

Reu melihat label nama di dada bertulis Sonya, Reu mengernyit. Dengan cepat, dia mendorong Sonya keluar dari kamarnya dan mengunci pintu dengan segera.

“Bahkan pelayan pun dia ajak berselingkuh,” gerutu Reu. Kemudian lekas memakai pakaiannya.

Reu keluar dari kamarnya untuk sarapan dan berpapasan dengan Anne. Dia tersenyum dan mendekati istrinya. Namun, Anne melihat penampilannya dan mengernyit. "Pakaian apa ini?" tanya Anne, menurunkan kacamata sedikit untuk melihat lebih jelas.

"Aku akan ke kantor," jawab Reu dengan santai. Anne terkejut dan berkata, "Kamu gila? Dengan kemeja seperti ini?" Anne tidak percaya dengan pilihan pakaian suaminya.

Reu menjawab dengan nada santai, "Hanya ini yang aku punya." Anne menepuk jidatnya dan menarik tangan Reu untuk mengikutinya. Mereka masuk ke dalam ruangan yang dipenuhi lemari besar berisi pakaian mewah, meja kaca dengan jam dan perhiasan mewah.

"Kau lupa semua baju ini milikmu?" tanya Anne dengan nada yang sedikit kesal. Reu menggigit bibirnya, mencari jawaban yang masuk akal. "Iya, maksudku nanti. Nanti aku akan berganti pakaian. Sekarang aku memakai ini dulu," jawab Reu dengan senyum getir.

Kemudian, Reu membuka pembicaraan untuk menanyakan tentang anak laki-laki Jeha. "Dimana anak kita?" tanya Reu. Anne menoleh dan menjawab, "Lyox ada di kamar seperti biasa."

Reu penasaran, "Oh, kenapa tadi malam dia tidak keluar untuk makan malam? Apa dia sakit?" Anne mendekat dan menatap Reu dengan tatapan yang tajam. "Kau juga lupa? Kamu yang menyuruh dia untuk tidak turun ke meja makan karena takut mengganggu kamu. Kamu tahu sendiri dia superaktif," jawab Anne.

Reu diam sejenak, kemudian membantu Anne mendorong kursi rodanya. Anne tiba-tiba bertanya, "Apa kamu sempat kecelakaan di Singapura?" Reu menoleh dan menjawab, "Ah, iya. Aku sempat kehilangan kesadaran, jadi ingatanku agak kacau." Reu berdalih.

Ketika Reu duduk di meja makan, suasana tampak sepi. Dia penasaran dan bertanya pada Anne, "Di mana semuanya?" Anne menjawab dengan santai, "Seperti biasa, jika pagi hari mereka makan di kamar masing-masing."

Tiba-tiba, suara teriakan anak kecil terdengar. Reu melihat Lyox, putra Jeha, menuruni tangga dengan menangis dan berteriak. Seorang pelayan segera mendekat dan berkata, "Nyonya, Tuan muda Lyox tidak mau berangkat sekolah lagi."

Anne segera mendekati putranya dan bertanya, "Ada apa lagi?" Namun, Lyox hanya menangis dan tidak memberikan jawaban. Anne kemudian memerintahkan pelayan, "Panggil saja gurunya ke rumah."

Reu terkejut dengan keputusan itu dan berkata, "Kenapa begitu? Dia nanti akan kesulitan berteman." Namun, Lyox berteriak keras, "Aku tidak mau ke sekolah!" dan menghentakkan kedua kakinya.

Anne menenangkan anaknya dengan berkata, "Ya sudah, kembali ke kamar. Mama akan memanggil gurumu ke rumah." Lyox kemudian berlari kembali ke kamarnya.

Reu merasa tidak nyaman dengan situasi ini dan mencoba campur tangan, "Tidak bisa, kamu harus ke sekolah. Papa akan mengantarmu!" Namun, Anne mengernyit dan berkata, "Sejak kapan kamu peduli tentang sekolah Lyox? Kamu bahkan tidak pernah hadir di setiap acara sekolah."

Reu terdiam, menyadari bahwa Jeha memang tidak terlalu peduli dengan anaknya. Dia merasa tidak tahu harus berbuat apa dalam situasi ini.

Setelah sarapan, Reu masuk ke ruang ganti dan mulai memilih pakaian yang sesuai. "Wow," gumamnya ketika melihat koleksi pakaian mewah di lemari. Dia memilih satu setel kemeja dan jas, lalu memakai jam merk ternama dari laci. Ketika melihat dirinya di cermin, Reu merasa puas dengan penampilannya yang tampan.

Reu kemudian menyuruh sopir menyiapkan mobil dan keluar rumah dengan perasaan senang. Di dalam mobil mewah, dia merasakan kesenangan yang belum pernah dirasakannya sebelumnya.

Setibanya di perusahaan, Reu berhenti di lobby dan melihat sekeliling dengan takjub. Semua orang yang lalu lalang membungkuk ke arahnya, dan Reu hanya tersenyum. "Luar biasa!" gumamnya ketika melihat kemewahan di dalam gedung.

Reu melihat ponselnya dan menemukan catatan dari Jeha yang mengingatkannya untuk menuju lantai 10. Dengan perasaan gugup, dia masuk ke dalam lift yang penuh dengan karyawan lain. Mereka semua melihatnya dengan rasa ingin tahu, tapi Reu hanya melempar senyum.

Ketika keluar dari lift, Reu menghela napas lega. "Apa aku sedikit aneh?" gumamnya sambil mencari ruang kerja Jeha. Ketika dia masuk ke ruangan, semua karyawan yang ada di luar bangkit dan membungkuk.

Seorang wanita cantik berambut ikal, Natasya, masuk ke ruangan sebagai sekretaris Jeha. Dia menutup tirai jendela dan mulai memberikan rincian kegiatan yang harus dilakukan hari itu. Reu hanya mengangguk, meskipun sebenarnya dia tidak paham sama sekali.

Setelah jadwal selesai dibacakan, Natasya mendekat dan mengetuk meja di depan Reu. Ketika Reu mendongak, Natasya melingkarkan tangannya ke leher Reu dan berbisik, "Kamu tidak membalas pesanku." Reu merasa kesal dan menggumam, "Astaga."

"Keluar dari ruanganku sekarang!" gertak Reu, merasa tidak nyaman dengan sikap Natasya. Natasya terkejut dengan perubahan sikap bosnya yang biasanya memanjakannya. "Keluar!" teriak Reu lebih keras, membuat Natasya berlari keluar dari ruangan dengan terbirit-birit.

“Berapa wanita lagi yang dia ajak berselingkuh,”Reu kembali membuka tirai di ruangannya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!