NovelToon NovelToon

Jerat Cinta Mr. Bachtiar

Bab 1 Kabar Mengejutkan

"Alia, Devan masuk rumah sakit," ucap seseorang yang Alia kenal bernama Joe.

Siang itu, tiba-tiba saja Alia mendengar kabar bahwa Devan Bahtiar mengalami kecelakaan mobil yang dikendarainya.

Alia merasa terkejut mendengarnya.

Bagaimana mungkin seorang yang gagah seperti Devan mengalami kekurangan darah seperti ini akibat kecelakaan? Bagaimana hidupnya nanti?

Devan Bahtiar adalah anak seorang pengusaha kaya raya di kotanya. Sedangkan Alia Valeri Putri, adalah putri dari keluarga sederhana yang telah yatim piatu. Ia tinggal bersama paman bibinya sejak kedua orang tuanya meninggal.

Sudah satu tahun belakangan ini, Alia dan Devan menjalin hubungan sebagai sepasang kekasih, dan hari ini adalah tepat satu tahun hubungan mereka.

Setibanya di rumah sakit, Alia melihat semua teman-teman kekasihnya itu telah berkumpul di sana seolah sedang menunggu untuk terakhir kalinya.

Raut wajah kedua laki-laki itu terlihat begitu sedih. Mereka pun menatap Alia yang baru saja tiba di hadapannya. Wajah sedih itu kini berubah menjadi wajah yang penuh harapan seraya menatap Alia.

"Kau sudah siap Al?" tanya Joe.

"Ya."

"Ayo aku antarkan ke ruang donor darah."

Alia pun melangkahkan kakinya mengikuti Joe dengan perasaan yang tak dimengerti. Hawa dingin rumah sakit seolah meleburkan rasa khawatir, rasa sedih dan kepanikannya menjadi satu. Saat ini dalam pikirannya adalah bagaimana caranya Devan bisa selamat.

Alia berbaring di sebuah ranjang dengan jarum dan selang terpasang di tubuhnya. Alia berpikir, setelah ini ia akan melihat kondisi Devan, dan ia berharap kekasihnya itu menjadi lebih baik setelah mendapatkan darahnya.

Alia memejamkan mata, menikmati rasa nyeri yang mengalir di tubuhnya akibat pengambilan darah yang cukup banyak itu. Tapi Alia tak menyesal, karena ia sangat mencintai Devan.

Beberapa menit berlalu, akhirnya proses pengambilan darah itu pun selesai dan mendapatkan empat kantong darah.

"Lumayan banyak juga," gumam Alia sembari beranjak dari ranjang.

Kepalanya terasa sedikit pusing karena memang darah yang diambil tidak sedikit. Setelah diberi makanan untuk asupan penambah darah, Alia pun hendak ke ruang rawat Devan untuk melihat kondisinya.

Namun ternyata Joe dan teman-temannya yang lain meminta Alia pulang agar bisa beristirahat dengan baik. Mereka menyarankan Alia untuk datang kembali esok hari.

Alia pun menurutinya, ia berjalan di lorong rumah sakit dengan sedikit lemah. Namun sebelum benar-benar pergi, Alia bermaksud ingin melihat Devan melalui jendela.

Namun ketika Alia telah tiba di depan jendela ruang Devan, ia melihat Devan dan teman-temannya sedang tertawa bahagia. Alia mengerutkan keningnya, ia pun mencoba untuk lebih dekat dengan ruang itu yang kebetulan pintunya tidak tertutup rapat karena perawat baru saja masuk.

"Hahaha, ide mu memang benar-benar gila Joe," tutur Devan di sela tertawanya.

Wajahnya ceria dengan guratan senyum yang memancarkan kebahagiaan. Tidak terlihat seperti orang yang sakit bahkan kondisinya begitu sehat, tak seperti penuturan Joe beberapa jam lalu kepadanya.

Alia tertegun sejenak, memikirkan apa yang terjadi pada kekasihnya.

'Apa darahku telah masuk ke dalam tubuhnya sehingga membuatnya menjadi begitu sehat? Tapi mengapa cepat sekali?' batin Alia sedikit ragu.

"Kau jahat Devan, kau membuatnya kehilangan banyak darah, padahal darahmu berbeda dengan golongan darahnya, hahaha," tutur Eko.

"Itu mah Alia nya saja yang bodoh, mau saja ditipu oleh kita," sahut Joe menimpali.

Alia tersentak kaget. Jantungnya terasa berdebar begitu hebat dan tiba-tiba rasa sakit menyeruak ke dalam hatinya. Namun Alia segera menutup mulutnya rapat-rapat agar tak mengeluarkan suara.

Jadi mereka menipuku?

"Hahaha iya ya, padahal kita menipunya berkali-kali tapi dia tetap saja bodoh dan percaya," tutur Beri.

Apa??

Hati Alia seketika terasa begitu sesak dengan sesenggukan yang tertahan. Ingin rasanya meluapkan tangisnya saat itu juga, tapi Alia masih ingin mendengarkan apa yang akan dikatakan mreka. Terutama Devan, kekasihnya.

Mereka menipuku berkali-kali?

Menipu apa??? Dan Kenapa??

Bab 2 Hanya ilusi

Mengapa mereka menipuku? Apakah Devan tahu? Apa memang ini adalah rencananya?

Pikiran Alia mulai kalut, merasa tak percaya dengan apa yang didengarnya.

"Iya, kita pernah membohonginya untuk mencari buku di perpustakaan kampus, padahal buku itu tak pernah ada, hahaha," tutur Eko.

"Oh iya benar, sampai dia terkunci di perpustakaan karena sampai malam masih belum mendapatkan bukunya kan?" tanya Joe memastikan.

"Iya benar, lalu kalian ingat saat Devan memberinya kalung namun Devan mengatakan jika kalung itu jatuh di kolam renang?" tutur Beri bersemangat.

"Iya aku ingat. Akhirnya Alia masuk ke dalam kolam dan mencari kalung itu hingga berjam-jam. setelah itu ia menemui Devan dalam keadaan menangis karena tak bisa menemukannya, padahal tubuhnya sedang demam," sahut Eko.

"Tentu saja tak pernah menemukannya, kalung itu tak pernah aku jatuhkan ke dalam kolam. Aku hanya tak ingin memberikan kalung itu kepadanya dengan sedikit tipuan," tutur Devan dengan suara yang terdengar puas.

Deg.

Hati Alia semakin terkejut dan sakit kala mendengar suara Devan dengan lantang mengatakan hal itu.

Devan?

Alia tak pernah menyangka bahwa kekasih yang begitu ia cintai selama ini tega menipu dan mengerjainya seperti itu. Airmata pun sudah tak mampu lagi dibendung olehnya.

"Hahaha kau benar-benar kejam Dev," ucap Joe seraya tertawa.

"Masih ada lagi yang paling keji," tutur Beri tiba-tiba.

"Yang mana? Terlalu banyak, kita sudah 19x menipunya jadi aku tidak ingat yang mana yang kau maksud," sahut Eko.

"Itu loh, saat ujian semester tapi Devan meminta Alia menunggunya di rumah karena ingin menjemputnya. Tapi Devan tak pernah datang hingga ujian itu selesai, dan Alia dinyatakan tidak lulus karena tak mengikuti ujian," jawab Beri tersenyum sembari mengingat-ingat.

"Oh iya iya aku ingat, saat itu ia menangis meminta Devan untuk membantunya berbicara pada Dosen karena ia hampir di DO," ucap Joe.

"Iya, tapi Devan tak pernah pergi menemui dosen itu namun ia mengatakan pada Alia semua sudah diurus, bukan begitu Devan?" tanya Beri.

Devan menganggukkan kepalanya seraya tersenyum smirk. Terlihat dengan jelas wajah Devan yang begitu licik, wajah yang tak pernah Alia lihat sebelumnya.

"Dan kali ini dia tertipu lagi, ia menghabiskan begitu banyak darah namun semua berakhir di tempat sampah. Hahaha sungguh bodoh wanita itu," tutur Beri.

Apa???

"Apa kalian tidak kasihan dengan Alia? Kalau dipikir-pikir kita keterlaluan juga," tutur Eko.

"Biarkan saja, masih untung kita tidak jadi menggunakan tubuhnya di malam pesta itu. Jadi biarkan saja, semua ini adalah hukuman yang pantas untuknya, karena telah merebut posisi ketua club tari dari tangan Riska, wanita yang dicintai Devan, apalagi sampai membuatnya menangis," ucap Beri.

Duarrr!!

Bagaikan petir di siang bolong. Jantung Alia semakin berpacu lebih cepat dengan rasa sakit yang mengusiknya.

Riska?? Riska Amalia, sahabatku?

Alia tertawa ironis sembari meneteskan airmata mendengar semua ini.  Ia pun segera mengusap airmata nya dengan kasar dan menarik nafasnya panjang.

Ku rasa aku tahu apa yang terjadi. Riska merasa tersaingi oleh ku, lalu ia meminta bantuan kepada Devan untuk mengerjai ku. Ia tahu jika Devan menyukainya, dan ia tahu bahwa aku menyukai Devan.

Hahahaha Riska, kau sungguh kejam.

Alia segera pergi dari tempat itu dengan hati yang sakit. Airmata masih terus menggenang di wajah cantiknya. Permainan apa yang selama ini ia jalani? Ia hanya menjadi pion dalam rencana licik orang-orang yang dicintainya.

Sungguh ironis. Sahabat yang sering mendengarkan ceritaku tentang Devan, adalah penulis skenario jahat yang sesungguhnya.

Alia mengusap kembali airmata nya dengan kasar. Merasa kesal karena buliran bening itu terus saja jatuh hanya karena manusia jahat seperti Devan dan Riska.

"Aku terlalu bodoh! Bodoh!! Bodoh!!" teriak Alia kesal sekaligus sedih menghujam hatinya.

Alia pun terduduk di bawah pohon yang berada di pekarangan rumah sakit dan menangis tersedu-sedu di sana.

Ia menutup wajahnya dengan kedua tangannya dengan tubuh yang sesenggukan. Ia tak tahu lagi bagaimana menggambarkan perasaan dan hatinya saat ini. Alia merasa langit seperti sedang jatuh di pundaknya.

"Apa kurangnya aku kepada kalian? Mengapa kalian tega kepadaku?" ucap Alia di tengah isaknya.

Alia merasakan hatinya patah yang tak terkira. Ia bahkan merasa bingung hendak berbuat apa terhadap Devan dan Riska. Orang-orang yang terlalu menyakiti hatinya.

Gadis itu berjalan dengan menundukkan kepala.

"Devan, aku kira kau mencintaiku dengan tulus. Aku kira aku telah menemukan cinta sejati ku melalui dirimu. Tapi ternyata semua hanya ilusi," gumam Alia sendu.

Sakit hati memang tidak mudah disembuhkan begitu saja. Ia harus merelakan kisah cintanya bersama Devan. Kisah cinta yang ia harapkan menjadi kisah romansa manis, ternyata hanyalah ilusi.

Kakinya terus membawanya berlari entah kemana. Bahkan jarak yang sudah jauh pun tak lagi dipedulikannya. Sakit di hatinya mampu membuatnya tak memperdulikan apapun yang ia rasakan.

Hingga tiba-tiba Alia merasa tubuhnya membentur seseorang.

"Awww," rintih Alia.

Gadis itu tanpa sengaja menatap seseorang di hadapannya. Ia melihat seorang pria bertubuh tinggi mengenakan setelan jas yang terlihat sangat mahal. Otot-otot nya begitu keras dan rahangnya begitu tegas.

Alia tersentak kaget, kala menatap lelaki tampan di hadapannya itu. Kedua mata pria itu menatapnya dingin. Sedangkan beberapa pasang mata di belakangnya menatapnya dengan marah.

Tanpa berpikir pikir panjang, Alia lngsung berlari meninggalkan mereka. Ia lebih baik kabur daripada harus berhadapan dengan pria yang membawa pengawal bersamanya.

"Tuan Sam, apakah saya perlu mengejar gadis yang tidak memiliki sopan santun itu?" tanya Ardi.

"Tidak perlu," tegas Sam lalu kembali berjalan.

Suara langkah kaki terdengar menjauh, Alia merasa lega karena ia tidak dikejar oleh pria dan pengawalnya itu.

"Siapa laki-laki itu? Menabraknya saja membuatku takut," gumam Alia.

.

.

.

.

Bersambung

Bab 3 Rencana Jahat

"Kau sudah dua hari di rumah sakit ini Dev, apa kau tak lelah selalu berpura-pura tidur?" tanya Riska.

Gadis itu sengaja datang menemui Devan untuk melihat langsung kondisi Devan yang mengerjai Alia. Ia merasa senang karena ternyata Devan benar-benar membalaskan dendamnya, apalagi setelah mengecek nama pasien pendonor arah memanglah benar terdapat nama Alia.

"Tenang saja cantik, selama aku bisa mengerjainya dan membalaskan dendam mu, aku akan melakukan apapun. Aku tak akan merasa lelah Riska," sahut Devan tersenyum hangat.

Tatapan mata hangat itu selalu tertuju pada Riska, sekalipun dirinya sedang lelah dan kesal, ia tak pernah meluapkannya kepada sang gadis pujaan hati.

Alia lah tempat dirinya meluapkan segala kemarahan dan kekesalan, semakin melihat Alia kesulitan, maka semakin terhibur hatinya. 

"Terima kasih ya Dev, kau telah melakukan ini untuk ku. Aku merasa senang," tutur Riska tersenyum.

"Tentu, dengan senang hati aku melakukannya untukmu. Apa kau kini percaya padaku bahwa cintaku padamu begitu besar?" tanya Devan memastikan.

"Ya, aku percaya padamu Dev."

"Kalau begitu, apa kau kini mau menerimaku menjadi kekasihmu?" tanya Devan dengan penuh harap.

"Tentu saja, tidak ada alasan bagiku untuk menolak mu Dev," sahut Riska tersenyum puas.

Mendengar penuturan Riska, membuat hati Devan bahagia. Ia pun langsung beranjak dari tidurnya dan memeluk Riska dengan penuh cinta.

"Dev!" sentak Riska kaget.

"Maaf aku terlalu bersemangat sayang," ucap Devan seraya melepaskan pelukannya.

"Tidak apa-apa, aku hanya terkejut," sahut Riska tersenyum.

Devan pun tersenyum menatap Riska kemudian ia pun mencium bibir Riska dengan hangat.

...----------------...

Beberapa hari berlalu, Devan masih tetap berada di rumah sakit demi menjalankan aktingnya. Ia menunggu Alia datang menjenguknya. Karena ia tahu bahwa Alia sangat mencintainya, pasti Alia akan mengkhawatirkan dirinya.

Namun, berhari-hari berlalu tak pernah terlihat Alia datang menjenguknya. Devan pun duduk bersandar di ranjangnya, karena kesal. Ia telah berpura-pura sakit dan tidur sepanjang waktu demi menipu Alia, namun wanita itu tak juga datang.

"Kemana wanita bodoh ini? Mengapa dia tak datang menjengukku?" gumam Devan seraya memperhatikan jendela dan pintu kamarnya.

"Harusnya setelah mendonorkan darah ia datang, tapi mengapa tidak ada tanda-tanda kedatangannya? Sudah lelah aku berpura-pura tidur, tapi ternyata dia tidak datang!" gerutu Devan merasa kesal.

Beberapa menit setelahnya, terlihat Joe dan Eko datang. Mereka heran melihat raut wajah kesal dari Devan. Pria itu terduduk dengan mengerutkan dahinya seraya memperhatikan ponsel.

"Bahkan menghubungiku saja tidak. Wanita sial!" gumam Devan.

"Siapa yang kau maksud wanita sial Dev?" tanya Joe ketika telah berada di sisi Devan.

Devan tersentak lalu menatap kedua sahabatnya yang kini telah berada di dekatnya. Terlihat Eko dan Joe berpandangan sejenak kemudian menatap Devan dengan penuh tanda tanya.

"Alia, wanita bodoh itu tak datang menjengukku bahkan tak menanyakan kabarku," sahut Devan kesal.

Joe dan Eko pun mengerutkan keningnya kemudian berpandangan.

"Kau sedang menunggu kabar darinya?" tanya Joe menaikkan sebelah alisnya.

Mendengar itu, Devan pun kembali tersentak.

"Aku tidak menunggu kabarnya, aku hanya heran mengapa ia tak mengunjungi ku, padahal sangat menyenangkan bisa menipunya setiap saat," sahut Devan.

"Iya juga sih, tapi mungkin dia lagi banyak yang dikerjakan, kau kan tahu bahwa dia tinggal bersama paman dan bibinya yang matre itu," tutur Eko.

"Sudah lah biarkan saja, kalau memang dia tidak datang, kita buat rencana baru saja untuk menipunya. Apa kau punya rencana Dev?" tanya Joe.

Devan terdiam sejenak, memikirkan rencana apa yang menyenangkan untuk kembali menipu Alia. Gadis polos itu terlalu bodoh untuk bisa mengetahui rencana-rencana jahatnya. Sehingga membuat Devan bersemangat untuk kembali mengerjainya.

"Sepertinya untuk rencana mengerjainya terakhir itu harus yang paling berkesan," tutur Devan tersenyum menyeringai.

"Rencana berkesan apa yang kau maksud?" tanya Joe penasaran.

Devan menatap kedua sahabatnya sambil tersenyum licik, membuat keduanya seakan mengerti apa yang akan Devan lakukan.

"Apa kau akan melakukan hal gila Dev?" tanya Joe memastikan.

"Ya, aku akan melakukannya. Sayang sekali jika aku tak mencoba dirinya dulu sebelum aku membuangnya," sahut Devan seraya tersenyum licik.

.

.

.

.

.

Bersambung

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!