NovelToon NovelToon

Kesempatan Kedua: Balas Dendam Anak Tak Di Anggap

Di sekap

"Ma aku tidak bersalah! Aku bersumpah Ma. Aku tidak mencelakakan kak Elen." Ucap Anastasya Bagaskara berlinang air mata.

Sayangnya perempuan yang ia panggil dengan sebutan Mama itu tidak menggubris perkataan Ana, dia terus menyeret Ana ke gudang untuk memberinya hukuman.

Setelah sampai di gudang Ana di tampar bahkan di cambuk dengan sabuk oleh sang Mama. Ana yang sudah lemah tak berdaya hanya bisa menangis saat sang Mama mencambuk tubuhnya, tak sampai di situ sang Mama juga mengurung Ana di gudang dan menguncinya dari luar.

Ana yang di tinggal sendirian di gudang ketakutan karena banyak tikus dan kecoa di dalam gudang, aroma menyengat juga tercium di dalam gudang itu. Tidak ada pencahayaan yang masuk ke dalam gudang bahkan jarak antara gudang dan rumah lumayan jauh.

"Ma tolong jangan kurung Ana di sini. Ana takut Ma." Teriak Anastasya.

"Itu pelajaran buat kamu karena sudah jahat sama Kakak kamu. Renungkan kesalahan kamu dan jangan pernah kamu bisa bebas dari hukuman Mama." Jawab sang Mama.

"Tidak Ma....... Aku tidak bersalah semua itu hanya salah faham Ma. Mama harus percaya sama Ana." Teriak Anastasya namun tidak ada jawaban dari sang Mama.

Ana menyesal telah menikah dengan Kevin, dia juga menyesali keputusannya sendiri tanpa menyelidiki lebih jauh tentang Kevin. Selama menikah Kevin selalu bersikap dingin padanya, Kevin akan bersikap baik saat ada kepentingan dengan perusahaannya. Karena kecerdasan Ana perusahaan Kevin tambah maju dan mendapatkan pundi-pundi uang dari hasil kecerdasan Ana.

Lewat kecerdasannya Ana belajar mendesain dan hasil desain Ana selalu di pakai oleh Kevin dan desain itu di akui oleh saudara tirinya. Saat ada perlombaan desain Ana ikut begitu juga saudara tirinya namun desain yang Ana buat malah di akui oleh Elen dan itu di dukung oleh Kevin dan juga Mama kandung Ana.

Ana sakit hati dan kecewa melihat reaksi sang Mama dan juga suaminya dengan tidak tahu malu Kevin mengklaim kalau desain Ana lebih cocok untuk Elen dan Ana harus berbaik hati merelakan semua desainnya untuk Elen.

"Aku menyesal menerima perjodohan ini, kalau aku tau Kevin pacar Kak Elen aku tidak akan mau menikah. Kenapa mereka kejam sama aku apalagi Mama yang tidak pernah membela ku malah lebih membela anak tirinya. Apa salahku sama kalian kenapa kalian begitu kejam." Seru Anastasya.

Tak lama pintu gudang terbuka dan sang Mama masuk dengan kemarahan yang menyala bahkan sang Mama tidak segan untuk menamparnya lagi.

PLAK

"Dasar anak tidak tau di untung kurang apa selama ini Elen sama kamu Hah. Kenapa dengan teganya kamu mau membunuh cucu Mama." Ucap sang Mama.

Sang Mama menjambak rambut Ana dengan keras sedangkan Ana hanya meringis menahan rasa sakit di kepalanya.

"Katakan kenapa kamu mendorong Elen padahal kamu tau dia sedang hamil besar, hah? Kalau sampai terjadi sesuatu dengan cucu Mama jangan salahkan Mama kalau Mama terus menyiksa kamu." Tanya sang Mama dengan tatapan penuh kebencian. Ana menggeleng kepalanya.

"Sumpah Ma aku tidak mendorong Kak Elen, itu semua salah faham Ma. Mama percaya sama aku." Jawab Ana sambil menangis.

"Bohong kamu!! Kamu pasti sudah merencanakan sesuatu untuk membuat anak yang di kandung Elen meninggal karena kamu cemburu dengan Elen, karena hanya Elen yang di cintai oleh Kevin. Mama yakin kamu yang sudah mendorong kakak kamu, kenapa? Kenapa kamu tega Ana katakan sama Mama kenapa kamu tega mencelakakan kakak kamu, hah? Mama tidak sangka kamu akan menjadi anak tidak tahu diri. Apa salahnya Elen sama kamu Ana, apa kamu tidak terima karena Mama minta tolong buat rawat Elen yang lagi hamil anak suami kamu, iya. Seharusnya kamu sadar diri Ana sedari awal Kevin itu milik Elen bukan milik kamu." Teriak sang Mama.

"Enggak Ma. Ana gak salah dan Ana tau batasan Ana Ma. Ana tidak pernah menyakiti Kak Elen mungkin Kak Elen yang ceroboh Ma seperti yang Mama tahu bagaimana....."

PLAK

PLAK

Kini tamparan yang kembali Ana terima, rasanya sangat sakit dan perih. Belum kering luka di pipinya akibat tamparan sang Mama tadi kini Ana di tampar untuk yang ke sekian kalinya. Namun yang lebih menyakitkan kenapa sang Mama tidak pernah percaya pada dirinya padahal dirinyalah yang anak kandung tapi malah dirinya di perlakukan tak adil oleh Mamanya sendiri.

"Mama menyesal telah melahirkan anak seperti kamu Ana, seandainya Mama tahu kamu akan menjadi jahat lebih baik Mama gugurkan saja kamu saat masih dalam kandungan." Ucap sang Mama.

Deg!

Luka di hati Ana semakin bertambah, ucapan sang Mama membuat lubang terluka semakin menganga lebar.

Kenapa? Kenapa harus Ana yang merasakan ketidak adilan itu dan kenapa Ana tidak pernah bisa menjadi anak yang di banggakan ibunya padahal selama ini Ana sudah berusaha menjadi anak yang baik dan penurut namun itu semua belum cukup di mata ibunya.

Sejak kecil Ana adalan anak penurut dan tidak banyak maunya, dia bahkan mandiri dan nyaris tak pernah merepotkan ibunya. Selain itu, otaknya juga cerdas dan selalu juara satu di kelas.

Saat Ana dewasa dia di suruh menikah dengan Kevin laki-laki yang tidak Ana kenal, setelah menikah dengan Kevin Ana berhasil membawa perusahaan suaminya menjadi perusahaan yang masuk dalam lima puluh besar perusahaan terbesar di negaranya.

Namun tetap saja semuanya tidak cukup untuk ibunya, tetap saja Ana selalu salah di mata ibunya begitu juga dengan suaminya meskipun Ana bisa membawa pengaruh besar untuk perusahaan suaminya Kevin tidak pernah meliriknya. Kevin akan baik saat lagi membutuhkan otak cerdas Ana setelah semuanya tercapai Ana di campakkan begitu saja.

"Kamu ngapain bawa piagam penghargaan pulang, hah? Mau pamer ia, sengaja buat sakit hati kakak kamu dan membuat kakak kamu sedih dengan penghargaan itu?" Kata sang Mama suatu hari ketika melihat Ana berhasil juara lomba sains tingkat internasional. Piagam yang dibawa Ana di lempar begitu saja oleh ibunya tanpa memikirkan perasaan Ana.

"Pokoknya Mama gak mau tahu kakak kamu harus lebih unggul daripada kamu Ana! Elen harus lebih menonjol daripada kamu dan kamu cukup bekerja di balik layar untuk Elen. Kamu harus ingat dan tanamkan di hati kamu itu kalau Elen yang berhak dengan semua prestasi kamu karena hanya Elen yang pantas bersanding dengan Kevin karena mereka saling mencintai. Sedangkan kamu hanya jadi penghalang untuk mereka berdua, kamu yang jahat Ana dan kamu sudah merebut Kevin dari Elen." Ucap sang Mama yang kembali membuat luka di hati Ana.

Kata-kata menyakitkan itu menjadi makanan sehari-hari bagi Ana karena jika Ana membuat Elen sakit hati dan bersedih maka Ibunya tidak akan segan untuk menyakiti anak kandungnya sendiri, kala itu Ana sedang berusaha membuat desain perhiasan namun sang Mama justru memintanya untuk di kasih ke Elen dan sang Mama mengklaim kalau itu desain Elen yang di curi oleh Ana.

Sebaliknya semua usaha dan kerja keras Ana justru atas nama Elen dan yang membuat Ana tambah sakit hati malah suami mendukung ide gila sang Mama. Kevin tidak mau kalau Elen di cap bodoh dan itu akan membuat Elen sakit hati

Di sekap Part 2

Andai bukan bujukan sang Mama Ana tidak mungkin menikah dengan Kevin yang merupakan kekasih Elen. Sayangnya, Ana bahkan baru tau fakta itu setelah pernikahan menginjak satu bulan.

Meski begitu semua orang tetap memaksanya untuk bertahan termasuk Elen sendiri. Dengan tidak tahu malu pasangan itu bermesraan di hadapan Ana tanpa memikirkan perasaan Ana. Bahkan Kevin meminta Ana mengaku hamil di tahun pertama pernikahannya padahal yang hamil adalah Elen.

Kevin ingin menjaga nama baik dirinya dan juga kekasihnya dengan menggunakan Ana sebagai tameng.

"Kamu harus umumin kalau kamu sudah hamil Ana." Ucap Kevin.

"Kenapa harus aku? Sedangkan yang hamil selingkuhan kamu Mas." Jawab Ana lantang.

PLAK

"Jaga bicara kamu Ana! Yang salah di sini itu kamu seharusnya kamu sadar diri." Ucap Elen yang tidak terima di sebut sebagai selingkuhan.

"Terserah kamu mau bicara apa Ana tapi yang jelas kamu harus umumin masalah kehamilan kamu itu dan setelah anak Elen lahir kamu akui sebagai anak kamu. Aku tidak menerima penolakan Ana." Tegas Kevin.

"Sampai kapanpun aku tidak setuju Mas." Jawab Ana.

"Baik kalau kamu tidak setuju tapi jangan salahkan aku kalau aku berhenti memberi uang bulanan sama Mama kamu." Ucap Kevin santai.

Jika uang bulanan di hentikan maka sang Mama akan marah besar dan sudah pasti Ana akan di siksa oleh Mamanya. Telapak tangan Ana mengepal dengan kuat karena sudah pasti dia akan jadi sasaran empuk kemarahan sang Mama. Ana tidak terima itu, mau tak mau di akhirnya menerima dan lagi-lagi Ana bertindak seperti orang bodoh karena Kevin tahu titik kelemahan Ana yaitu Mamanya.

Kini pintu gudang kembali tertutup setelah sang Mama kembali menyiksanya, Ana segera memohon untuk tidak di kurung kepada ibunya alih-alih merasa kasihan justru ibunya menendangnya.

"Ma aku mohon jangan tinggalkan aku di sini, aku tidak salah Ma." Mohon Ana.

"Mama akan kurung di sini sampai kamu mengakui kesalahan kamu! Selama kamu gak mau mengaku kamu akan tetap di sini." Jawab Sang Mama.

"Ma jangan Ana mohon! Mama kenapa tidak bisa percaya sama aku padahal aku anak kandung Mama, tolong jangan perlakukan aku seperti ini Ma." Mohon Ana dengan tangis pilu.

"Mama tidak sudi mengakui perempuan jahat seperti kamu sebagai anak." Jawab sang Mama.

Suara langkah sang Mama sudah meninggalkan gudang itu. Cahaya yang tadinya masuk ke dalam gudang kini sudah hilang berubah menjadi gelap. Ana merasa ketakutan apalagi di dalam gudang itu sangat kotor dan juga bau apalagi banyak sekali tikus dan kecoa yang bersarang di sana.

Sedangkan di dalam rumah Elen menunggu di ruang tamu menunggu kedatangan ibu tirinya.

"Ma...." Panggil Elen saat melihat sang Mama sudah kembali dari gudang.

"Gimana sama Ana Ma?" tanya Elen.

"Kamu tenang saja sayang Mama sudah kasih dia pelajaran. Selama dia tidak mau mengaku maka Mama tidak akan pernah melepaskannya." Jawab sang Mama.

"Tapi Ma Ana kan takut gelap bagaimana kalau dia ketakutan di gudang?" Tanya Elen lagi.

"Biarkan saja itu hukuman untuk dia. Siapa suruh dia buat cucu pertama Mama cacat." Jawab sang Mama.

Elen memeluk sang ibu sambung, diam-diam dia tersenyum miring.

"Dasar perempuan bodoh mau saja aku manfaatin, padahal aku cumi bilang kalau ada orang tidak sengaja mendorong ku sehingga anak yang aku lahirkan cacat. Tapi dengan bodohnya dia malah menyalahkan anak kandungnya sendiri sebagai pelakunya." Batin Elen.

"Elen." Panggil Kevin.

Pelukan keduanya sontak terurai dan keduanya reflek menoleh ke arah laki-laki yang selama satu minggu ini berada di luar kota karena pekerjaan.

"Bagaimana keadaan kamu dan anak kita? Maaf aku tidak ada di samping kamu saat kamu melahirkan." Ucap Kevin sambil memeluk pujaan hatinya.

"Aku baik-baik saja Vin. Tapi, hiks hiks anak kita." Elen tiba-tiba menangis di pelukan Kevin.

"Ada apa dengan anak kita?" Tanya Kevin.

"Lebih baik kamu lihat sendiri saja." Tunjuk Elen ke arah box bayi yang ada di ruang tamu.

Kevin menelan ludahnya kasar, tak lama kemudian dia berjalan mendekati box bayi berwarna biru itu.

Degh

Kevin sangat terkejut saat melihat kondisi anaknya. Salah satu mata anaknya tidak terbuka dan bibir anaknya sumbing.

"Ba.... bagaimana mungkin!" Lirih Kevin syok. Ia nyaris kehilangan keseimbangan tubuhnya.

"Aku juga gak tau Vin padahal selama ini aku sudah memberi yang terbaik untuk nya saat dalam kandungan. Tapi tetap saja anak kita....." Lirih Elen.

Kembali Elen menangis tersedu-sedu, Kevin segera menghampiri Elen dan kembali memeluknya untuk memberinya kekuatan.

"Jangan menangis sayang kamu gak salah." Hibur Kevin. Padahal dalam hatinya dia sendiri berpikir bagaimana cara dia menjelaskan kondisi bayinya kepada kedua orang tuanya yang masih di luar negeri. Pastinya kedua orang tuanya keberatan dengan kondisi cucu nya yang terlahir cacat padahal ini adalah cucu pertama di keluarganya.

"Semua ini gara-gara Ana Vin! Dia yang sudah mencelakakan anakmu dan Elen." Ucap Lastri yang merupakan ibu kandung Ana dan ibu sambung Elen.

"Apa? Bagaimana bisa?" Kaget Kevin.

"Selama Elen hamil Ana tidak benar-benar merawatnya bahkan dia sengaja menumpahkan air ketika Elen lagi jalan dan Ana mendorong Elen hingga terjatuh." Ucap Lastri.

Amarah Kevin seketika memuncak kala mendengar Ana penyebab anaknya terlahir cacat.

"Keterlaluan! Ana benar-benar kurang ajar dia harus di beri hukuman karena sudah berani mencelakakan anakku." Emosi Kevin.

"Tahan Vin! Mama sudah memberikan Ana hukuman. Mama sudah kurung Ana di gudang." Jawab Lastri.

"Mama benar Vin, Ana sudah di hukum. Jadi kamu gak perlu ikut turun tangan. Lagipula kamu baru pulang dari luar kota, kamu pasti capek. Sebaiknya kamu istirahat saja di kamar." Bujuk Elen.

Kevin berusaha untuk meredakan emosinya dia sangat mendengar kata-kata Elen. Bahkan dia bersedia menikah dengan Ana karena bujukan Elen.

"Kalau kamu menikah dengan Ana, maka perusahaan kamu kemungkinan akan maju pesat Vin. Ana itu pinter dan otaknya brilian, kamu bisa memanfaatkan untuk menaikkan tangga kesuksesan." Rayu Elen kala itu saat masih berpacaran dengan Kevin.

"Tapi bagaimana dengan kamu sayang, kamu kan tau sendiri kalau aku sangat mencintai kamu dan aku gak ingin kamu sakit hati karena permintaan konyol kamu." Jawab Kevin kala itu.

"Aku siap menunggu hingga kamu mencapai puncak kesuksesan Vin." Ucap Elen tersenyum.

Dan pertunangan pun terjadi hingga lanjut ke pernikahan. Selama dua tahun menikah Ana hanya di anggap sapi perah oleh Kevin dan juga keluarganya sendiri.

Mati

Malam perlahan mulai merangkak naik. Salah satu pelayan sedang menyiapkan makanan untuk di bawa ke gudang.

"Itu makanan untuk siapa Bik?" Tanya Elen kepada pelayan.

"Makanan untuk Non Ana. Non Elen." Jawab Pelayan itu sambil mengangkat nampan berisi sepiring nasi beserta lauk dan juga segelas air putih.

"Jangan di berikan!" Cegah Elen.

"Memangnya kenapa Non? Kalau saya tidak mematuhi perintah nanti Nyonya marah sama saya." Ucap pelayan itu.

"Mama yang ke aku untuk menyampaikan ini ke Bibi. Pokoknya Bibi gak boleh kasih makanan atau minuman ke Ana." Jawab Elen.

"Tapi Non kalau nanti terjadi sesuatu sama Non Ana bagaimana kalau gak di kasih makan." Ucap pelayan itu.

"Itu bukan urusan kamu!" Balas Elen.

"Sekarang taruh makanan itu atau kamu makan saja sendiri. Dan Bibi jangan coba-coba kasih Ana makanan kalau masih mau bekerja di sini." Ancam Elen. Pelayan itu hanya menghela nafas panjang.

"Baik Non." Jawab pelayan itu.

"Mati saja kamu Ana." Gumam Elen sambil menyeringai sinis.

Elen memang ingin Ana meninggal dengan begitu dia bisa punya kesempatan untuk menikah dengan Kevin. Elen tak perlu lagi bersembunyi dan status dia bukan kekasih bayangan lagi. Dia akan resmi menjadi istri Kevin satu-satunya.

Sedangkan di dalam gudang perut Ana keroncongan karena lapar.

"Perutku lapar sekali." Lirih Ana dalam kegelapan.

"Ma Ana lapar dan haus." Lirih Ana.

Tanpa sengaja air matanya jatuh kembali membasahi lantai tempat dia berbaring tak berdaya. Kemudian dia mengusap air matanya dengan tangannya dan dia masukan ke dalam mulutnya.

Tak ada lagi yang bisa dia minum hanya air matanya yang menjadi penyegar tenggorokan nya meski sebenarnya tidak membantu sama sekali.

Pada hari kelima Ana yang sudah hampir kehilangan akal sehatnya. Dia berusaha membuka pintu gudang dengan mencongkel nya namun selalu gagal.

Kedua tangannya sudah berdarah akibat memaksa mencongkel pintu dengan besi yang ia temukan di dalam gudang.

"Mama keluarkan Ana! Aku sudah tidak kuat lagi Ma, aku mohon." Pekik Ana putus asa.

"Kevin!!! tolong keluarkan aku." teriak Ana putus asa.

"Bukan aku yang mencelakakan Elen dan anaknya! kenapa tidak ada yang percaya sama aku. Kenapa?" lirih Ana. Dia terus berusaha mencongkel pintu gudang namun gagal lagi.

Hingga akhirnya Ana hanya bisa berbaring sambil meregang nyawa. Dia sekarat, berharap agar ajal segera menjemputnya tanpa lagi merasakan sakit.

"Ma apa Ana bukan anak kandung Mama hingga Mama tega berlaku kejam sama aku! Kenapa aku di perlakukan sangat buruk Ma? Kenapa Mama tidak pernah adil sama Aku." Batin Ana.

Dan di hari ke tujuh Ana menghembuskan nafas terakhirnya dalam kesendirian di tempat gelap dan bau.

"Aku ingin balas dendam sama mereka yang sudah jahat sama aku! Tuhan tolong beri aku kesempatan kedua. Aku ingin membalas mereka semua dan aku ingin menjadi orang yang lebih baik lagi dan tidak mudah untuk di dibodoh-bodohi seperti ini." Batin Ana sebelum menghembuskan nafas terakhir nya.

****

"Kapan kamu akan menceraikan Ana, Vin?" Tanya Elen.

Elen duduk di pangkuan Kevin sambil mengalungkan tangannya di leher Kevin yang tak lain adalah adik iparnya.

"Tidak dalam waktu dekat ini sayang." Jawab Kevin sambil melepaskan kacamata yang membingkai wajah tampannya.

"Kenapa? Bukannya perusahaan sudah sangat maju? Apalagi yang kamu perlukan dari perempuan bodoh itu?" Tanya Elen.

Bodoh?

Siapa perempuan bodoh sebenarnya bukankah Elen tau akan kecerdasan yang di miliki Ana. Kalau Ana bodoh sudah pasti perusahaan Kevin tidak akan pernah berkembang.

Ana adalah perempuan polos dan dungu yang mau saja di suruh ini itu, namun tidak pernah ada yang menghargai sedikit pun apalagi ibu kandungnya dan juga suaminya. Bahkan ketika Ana memenangkan tender dari hasil desain nya Kevin tidak pernah berterimakasih apalagi memberinya pujian atas kerja keras Ana.

"Dua bulan lagi akan ada perlombaan desain perhiasan tingkat dunia dan jika perusahaan ku ingin lebih maju dan di kenal banyak orang bahkan sampai ke luar negeri maka kita harus memenangkan perlombaan ini. Maka peran Ana sangat di butuhkan untuk keberlangsungan perusahaan ku. Aku ingin seluruh negeri ini tahu kalau akulah pengusaha sukses dan semua orang akan segan sama aku karena pencapaian ku yang sudah mancanegara."Jelas Kevin.

"Aku juga bisa buat desain tak kalah bagusnya dengan punya Ana, Vin." Jawab Elen.

Kevin hanya tersenyum kemudian menggeleng pelan.

"Kemampuan mu masih jauh di bawah Ana sayang. Kamu tidak bisa ikut." Ucap Kevin.

Elen langsung memalingkan wajahnya, dia cemberut. Lagi-lagi Kevin meragukan kemampuan nya dan malah membandingkan kemampuannya dengan Ana. Elen yang mendengar itu semakin membenci Ana.

"Jangan marah dong sayang." Ucap Kevin sambil mencium bibir Elen sekilas.

"Aku lelah menjalani hubungan sembunyi dengan kamu Vin. Kapan aku harus tampil di publik menjadi istri kamu, aku sering cemburu melihat kamu bergandengan tangan dengan Ana di publik." Jawab Elen lirih.

"Walaupun kamu jadi kekasih gelap aku tapi hanya kamu yang ada di hatiku Elen." Ucap Kevin.

"Apa kamu pernah menyentuh Ana Vin?" Tanya Elen.

"Mana mungkin sayang, aku saja lihat dia tidak bernafsu." Jawab Kevin cepat.

"Ya kamu benar mana mungkin kamu bernafsu dengan tubuh Ana yang kurus kering itu." Ucap Elen sambil tertawa kencang.

Selama Ana menikah dengan Kevin berat badan Ana turun drastis, tekanan batin dari berbagai arah dia terima baik dari ibu kandungnya maupun suaminya membuat Ana mengalami stres. Berat badan Ana terakhir mencapai 40 kilo dengan tinggi badan 173 cm.

"Vin lebih cantik siapa aku dan Ana?" Tanya Elen membuat Kevin mengerutkan keningnya.

"Tentu kamu sayang, kenapa kamu masih bertanya lagi." Jawab Kevin.

"Cuma penasaran aja sih. Siapa tau selera kamu sekarang berubah." Ucap Elen.

"Gak mungkin lah selera aku berubah sayang! kamu jangan aneh-aneh deh. Kamu bisa lihat sendiri bagaimana wajah Ana sudah kusam, jerawatan mana dekil lagi." Jawab Kevin.

Membuat Elen tertawa puas bagi Elen Ana tidak lebih daei sekedar boneka yang bisa sepuasnya mereka suruh-suruh.

Sebenarnya wajah Ana cantik saat masih kuliah Ana suka sekali merawat wajahnya namun Elen merasa iri akan kecantikan Ana. Elen menangis di pelukan ibu sambungnya karena laki-laki yang di sukai ternyata suka sama Ana.

Sejak saat itu ibu kandungnya melarang Ana untuk perawatan biar Elen tidak insecure melihat kecantikan yang Ana miliki. Sampai Ana menikah dia masih di larang untuk merawat wajahnya dan Ana selalu menurut apa perkataan ibunya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!