Hallo nama gue, Rapa Pratama Dhikra, cowo tampan di Kebaperan. Anggota OSIS yang di gilai banyak perempuan karena kegantengan dan sikap humoris dan hangat gue, tapi meskipun banyak cewek cantik di luar sana, tetap Queen yang akan jadi jodoh gue, (semoga memang Author menakdirkan kita bersama).
Gue punya adik perempuan yang begitu gue sayangi, adik yang kadang galak seperti Bunda, adik yang kadang perhatian dan baik hati kalau lagi ada maunya dan adik yang selalu mengerti gue dalam keadaan apapun. Gue ini cowok yang gampang dekat dengan siapa saja, jadi jangan heran jika gue akrab dengan siapapun.
Bagi yang ingin tahu gue lebih banyak, ikuti keseharian gue, karena gue gak mungkin menyebutkan bagaimana diri gue sendiri. Nanti malah yang baik-baiknya aja yang gue sebutkan. Jadi sampai disini aja ya, bye-bye para penggemar gue. Kita bertemu di next part.
Nama gue, Cleona Queenisa. Keluarga biasa manggil gue dengan sebutan Queen, nama panggilan yang Papi beri agar keluarga memanggil dengan sebutan itu. Teman dan orang-orang yang baru kenal gue, boleh panggil gue, Cleona, Cle, atau Cleo asal jangan manggil gue dengan sebutan sayang, karena hanya dia yang boleh manggil seperti itu.
Mami, Bunda, Papi dan Ayah bilang gue itu anak yang manis, periang dan baik meskipun wajah gue terlihat jutek yang kadang sering kali membuat orang yang baru kenal salah paham. Ingat, jangan kenali gue hanya dari rupa, tapi kenali gue dari hati. Untuk selengkapnya silahkan ikuti keseharian gue di next part dan kalian bisa nilai sendiri bagaimana gue.
Hallo guys, kenalin nama gue, Clara Ratu Yeima dan keluaraga selalu menggil gue dengan nama Ratu, sama seperti tetangga gue yang di panggil Queen oleh keluarga. Sebenarnya gue heran, kenapa harus nama itu? Lo semua pasti tahu dong Ratu adalah Queen dan begitu juga sebaliknya hanya beda dari bahasanya saja, Inggris dan Indonesia. Bunda gue memang aneh, tapi gimana dong, gue tetap suka dengan nama itu, dan berharap bahwa di masa depan nanti akan bertemu dengan pangeran yang tampan seperti dari negeri dongeng, aish, mimpi gue ketinggian, ya? Tapi bodo amat lah, pepatah bilang berpimpilah setinggi langit dan semangat lah untuk mencapainya, hidup itu harus punya mimpi agar lo tahu kemana tujuan hidup lo.
Sebenarnya gue ada seseorang yang pernah gue taksir, tapi Si Rapa gak pernah ngizinin gue untuk pacaran, bahkan untuk sekedar dekat dengan laki-laki. Abang ganteng gue bilang, dia gak mau gue di sakiti, dan dia selalu bilang supaya gue gak gampang termakan rayuan laki-laki. Punya Abang memang gak pernah sadar diri, dia sendiri yang selalu rayu cewek sana sini, baperin tapi gak pernah ada yang di pacarain, brengsek emang. Aish, ternyata udah kepanjangan gue ngoceh, maafin ya, hehe. Kenali gue di part selanjutnya, ya. See you guys.
Yo, yo, guys kenalin nama gue Alvin Allexsander Michael, siswa kelas XII di SMA Negeri Kebaperan. Jangan lupa sama gue, karena yakin, author akan jarang banget munculin gue di ceritanya.
Sekian dulu guys, nanti pemeran yang lain nyusul.
***********
Hallo guys, nih aku kenalin pemeran-pemeran utamanya. Maaf-maaf aja untuk yang gak setuju. Author pilih mereka bukan karena kepribadian dan sikap orang itu sendiri ya, tapi author lebih memilih wajahnya aja, jadi buat kalian yang merasa gak like dan gak cocok, silahkan tentukan sendiri, karena author lebih suka pada mereka ini.
Happy reading guys, jangan lupa vote, love dan sukai cerita baru ku ini ya.
Cleona masih saja kesal dan enggan bicara pada sang papi, karena laki-laki tua yang sayangnya masih terlihat tampan itu malah mendaftarkannya di SMA Negeri Kebaperan, yang mana sekolah itu tempatnya dulu menuntut ilmu. Bukan hanya papinya saja, tapi mami, bunda, ayah dan om serta tantenya pun dulu bersekolah di sana.
Cleona mungkin tidak akan keberatan, jika laki-laki menyebalkan yang sangat amat tidak ingin dirinya lihat, bahkan bisa di bilang Cleona benci pada pria bernama Rapa yang tak lain adalah tetangganya sendiri.
Dan sekarang, dengan keterpaksaan yang amat sangat, Cleona harus masuk ke dalam sekolah barunya, menjadi siswi baru yang akan melakukan MOS hari ini sampai empat hari ke depan. Tadinya, Cleona merengek juga pada kedua orang tuanya untuk tidak berangkat dan mengikuti MOS, tapi mereka selalu saja punya cara membujuk rayunya agar ia menurut.
Langkah malas Cleona memasuki gerbang sekolahnya yang di jaga oleh dua orang anggota OSIS. Menatap sekeliling, Cleona mengakui bahwa lingkungan sekolah yang di pilihkan papinya memang berhak mendapat acungan jempol, tapi balik lagi, mengingat adanya mahkluk menyebalkan itu kembali membuat Cleona sebal dan malas untuk masuk.
“Hey, Dek, kenapa masih berdiri di situ? Upacara pembukaan sebentar lagi akan di mulai, cepat masuk!” tegur salah satu OSIS yang berdiri di depan gerbang.
Mendengus malas, Cleona masuk tanpa mengeluarkan sepatah kata pun. Melewati kedua orang OSIS itu begitu saja, bahkan mungkin terkesan sombong, tapi masa bodo dengan itu, karena yang Cleona pikirkan adalah nasib hidupnya mulai dari hari ini.
Sepanjang kakinya melangkah, Cleona mengamati bangunan sekolah yang akan menjadi tempatnya menuntut ilmu tiga tahun ke depan. Tidak buruk memang, bahkan terkesan mewah, modern dan yang pasti bagus. Pepohonan hijau yang sejuk, lapangan luas dan yang paling penting adalah kebersihannya yang begitu terjaga.
“Hey, kamu! Kenapa masih berdiri di sana? Cepat ikut barisan!”
Teguran kedua yang terdengar tegas itu menyadarkan Cleona dari sesi mengamati sekeliling. Tanpa menjawab, ia turun dan berjalan santai, kemudian ikut berbaris dengan orang-orang lainnya. Tentu, dirinya sadar bahwa banyak orang yang memperhatikan dan berbisik-bisik. Tapi, lagi-lagi Cleona lebih memilih bersikap masa bodo. Toh, dirinya tidak mengenal mereka dan begitu pun sebaliknya.
Upacara pembukaan sudah di mulai, dan Cleona memutuskan untuk memperhatikan ke depan, karena mau mengobrol pun jelas, bahwa tidak ada teman yang ia kenal bahkan dirinya sendiri tidak tahu berada di barisan sekolah mana saking malasnya mencari orang-orang dari SMP yang sama dengannya.
Di depan berjejer beberapa orang pengurus OSIS, guru kesiswaan dan kepala sekolah, memberikan pidato secara bergiliran. Cleona tidak terlalu memeperhatikan apa yang tengah di sampaikan, karena fokusnya tertuju pada seseorang yang berdiri diantara oang-orang itu, rahang Cleona mengeras, wajahnya memerah marah dan tangannya pun mengepal. Ia tidak pernah tahu sebelumnya bahwa laki-laki yang sangat ia hindari itu ternyata menjabat sebagai OSIS.
Selesai dengan upacara pembukaan, satu per satu nama murid mulai di sebutkan untuk di bagi kelompok selama MOS, Cleona tentu saja mendengarkan dengan seksama karena tidak ingin terlewat ke bagian kelompok mana dirinya masuk.
Kelompok demi kelompok mulai terbentuk, tapi nama Cleona belum juga di sebutkan. Jujur saja ia sudah begitu gerah, dan ingin sekali segera masuk ke dalam kelas, duduk dan mungkin menelungkupkan kepalanya di atas meja. Cleona benci dengan panas-panasan dan ini sudah hampir dua jam dirinya di jemur dilapangan bersama entah berapa ratus orang lainnya.
“Amanda Cyndi, Bilda Melisya, … Cleona Queenisa … Nirmala Adianti ... bla bla bla.”
Cleona dapat bernapas lega saat ini, karena namanya terpanggil juga setelah beberapa waktu menunggu dengan bosan. Kakak pembina yang sudah di tugaskan membawa masing-masing kelompoknya menuju kelas. Senyum lebar, Cleona sunggingkan begitu bokongnya mendarat di kursi kayu itu, helaan napas lega pun turut dirinya keluarkan saat rasa dingin dari AC menyapu wajahnya.
“Boleh gue duduk di sini?”
Cleona menoleh dan mendapati perempuan cantik seusianya tersenyum ramah. Sebuah anggukan Cleona berikan dan mengulurkan tangan untuk berkenalan. “Cleona.”
“Nirmala,” balas perempuan itu tak kalah ramahnya.
“Lo bukannya yang tadi di tegur kakak OSIS waktu upacara belum di mulai?” perempuan imut bernama Nirmala tersebut bertanya.
Cleona mengangguk. “Kenapa emangnya?”
“Gak apa-apa sih cuma mastiin aja, hehe.” Jawabnya cengengesan. Cleona tidak merespon dan malah menghadap depan, jarinya mengetuk-ngetuk meja merasa bosan.
“Lesu banget muka lo?”
“Gue malas.” Jawaban singkat itu membuat Nirmala menaikan sebalah alisnya heran, tapi sebelum berhasil ia kembali melayangkan pertanyaanpada gadis yang baru di kenalnya itu, intrupsi kakak pembina yang meminta perhatian semua murid X IPS C mengurungkan niatnya.
Mirna dan Luis yang menjadi Pembina di kelompok IPS C, sejauh ini membuat Cleona merasa cukup nyaman dan mood yang sejak pagi berada di bawah pun berangsur naik.
Seperti MOS pada umumnya, hari pertama di isi dengan perkenalan dimana satu per satu murid X IPS C yang berjumlah 40 ini maju ke depan untuk memperkenalkan diri.
Dari acara ini lah setidaknya Cleona tahu nama-nama teman sekelasnya. Tapi sayangnya di kelas ini tidak ada satu pun yang berasal dari sekolah yang sama dengannya, membuat Cleona mendesah kecewa.
Nirmala baru saja selesai memperkenalkan diri, yang diakhiri dengan senyuman manis, membuat kelas menjadi riuh oleh suara suitan anak laki-laki. Giliran Cleona yang saat ini maju untuk memperkenalkan diri. Berdiri di sisi Kak Luis, Cleona menyebutkan nama juga asal sekolahnya dengan singkat, dan di akhiri dengan ucapan terima kasih.
Hendak kembali ke kursinya, langkah Cleona terpaksa tertahan, akibat melihat kedatangan seseorang yang begitu dirinya kenal tengah berjalan dengan tampannya, dan senyum manis yang terus di layangkan, membuat suara jerit tertahan dari para siswi meriuhkan keadaan. Dengusan kecil, Cleona keluarkan saat sosok itu memberikan kedipan genit ke arahnya.
“Hallo adik-adik mku, maaf, gue telat, tadi ada problem dulu,” ucap laki-laki itu dengan menebar senyum manisnya, dan lagi-lagi membuat Cleona mengeluarkan dengusannya, bahkan dalam hati perempuan itu sudah mendumel tak jelas. Berbeda dengan perempuan lain yang menatap terpesona pada sosok menyebalkan itu.
Cleona berjalan menuju bangkunya. Namun harus urung, karena sebuah tangan mencengkram pergelangan tangannya. Semua yang ada di ruang kelas itu menatap penasaran, ada juga yang nenatap tak suka dan tatapan lainnya, sedangkan Cleona berusaha keras untuk melepasan cengkraman itu dari tangannya, yang sayangnya begitu sulit.
“Lepas Rapa!” sentak Cleona yang cukup membuat semua orang di sana terkejut, termasuk Mirna dan Luis yang berada di samping mereka.
Rapa nyatanya tidak menghiraukan dan malah memberikan senyum manis pada gadis cantik di sampinya itu, sebelum kembali menoleh pada adik-adik kelasnya.
“Udah pada kenal gue belum, nih?”
“Udah,"
"Belum."
Jawab serempak semua siswa baru di kelompok X IPS C.
“Oke, karena ternyata masih ada yang belum kenal gue, jadi biar gue perkenalkan diri. Nama gue Rapa Pratama Dhikra, dari kelas XI IPS A. Dan mohon doa-nya semoga gue kepilih jadi ketua OSIS selanjutnya,” satu kedipan Rapa berikan di tengah perkenalannya membuat perempuan di kelas itu kembali menjerit alay.
Cleona tidak sedikit pun menyimak, karena yang dirinya lakukan sejak beberapa menit lalu adalah sama, yaitu berusaha membebaskan tangannya yang di cengkram Rapa.
“Berenti Queen, nanti tangan lo malah sakit,” tegur Rapa lembut. Cleona jelas tidak perduli dengan teguran itu, dan masih berusaha keras melepaskan tangannya.
Cleona tidak peduli meskipun semua yang ada di sana masih menatap penasaran dan bertanya-tanya tentang hubungan dirinya dan Rapa, karena yang ia inginkan sekarang adalah membebaskan diri dari laki-laki bernama Rapa.
“Ya, makanya lepas dong, Rap, gue mau duduk.”
“Jadi calon istri yang nurut kenapa sih, Queen, ish!”
Mendengarnya dari mulut laki-laki tampan itu jelas membuat semua yang ada di ruangan terkejut, terlebih lagi Mirna yang bahkan mulutnya menganga lebar. Cleona sendiri terkejut dengan ucapan yang Rapa keluarkan.
“Calon istri apa sih, ah! Siapa juga yang mau nikah sama lo?” dengus Cleona yang saat ini sudah benar-benar malu, karena harus menjadi perhatian orang-orang di hari pertamanya. Padahal, ia ingin sekolah dengan nyaman, tapi laki-laki menyebalkan ini sudah merusaknya. Sekarang Cleona hanya tinggal menunggu bagaimana hidupnya setelah ini.
***
Happy reading guys, jangab lupa vote, love dan dan menekan tombol sukanya ya.
Terima kasih untuk dukungannya 😊😘😘
Di hari pertama Cleona sudah menjadi perhatian banyak orang. Bagaiman tidak, karena saat ini dirinya tengah berjalan bersisian dengan Rapa, salah satu OSIS idola kaum perempuan dan bahkan laki-laki itu sudah menjadi incaran para murid kelas X yang baru masuk ini.
Sebenarnya, Cleona sudah mengusir mahluk, yang sayangnya harus ia akui tampan itu, tapi memang dasarnya Rapa yang keras kepala dan tidak tahu malu, terus mengekor walau pengusiran sering kali Cleona layangkan.
“Cle, sebenarnya Kak Rapa siapa lo?” Nirmala yang berjalan di sisi kiri Cleona berbisik.
“Bukan siapa-siapa.”
“Masa? Tapi, kok, gue ngerasa ada apa-apa ya diantara kalian? Apa yang tadi Kak Rapa bilang kalau lo calon istrinya itu benar?” Nirmala terus bertanya, karena bagaimana pun ia penasaran dengan teman barunya itu.
“Ish, dia bukan siapa-siapa gue, Mala! Lagian lo percaya gitu aja sama ucapannya, laki-laki itu cuma bisanya mainin perasaan perempuan, bikin terbang lalu setelahnya dia jatuhin. Cowok berengsek kayak gitu bukan tipe gue.”
“Gue, kan, bukan cowok brengsek Queen,” Rapa yang mendengar ucapan perempuan di sampingnya pun buka suara.
Cleona hanya memutar bola matanya malas, enggan menjawab. Mempercepat langkah, Cleona menarik Nirmala menuju kantin karena rasa lapar sudah begitu dirinya rasakan.
Rapa mengejar dan langsung duduk begitu menemukan keduanya. Tentu saja mereka menjadi sorotan orang-orang yang ada di kantin, dan itu membuat Cleona tidak nyaman.
“Rap, please, pergi dari sini, atau cari meja lain. Gue gak mau jadi perhatian banyak orang. Gue gak suka,” Cleona berucap sedikit memohon pada laki-laki yang duduk di sampingnya itu.
“Tapi, Qu …”
“Please!”
Rapa menghela napasnya pasrah kemudian bangkit dari duduknya, mengusap lembut rambut Cleona kemudian pergi dari hadapan perempuan itu. Menuruti keinginan Queen-nya. Bernapas lega, Cleona akhirnha bisa makan dengan tenang tanpa tatapan penasaran orang-orang.
Selesai menghabiskan bakso dan es jeruknya, Cleona dan Nirmala bergegas meninggalkan kantin, karena bell masuk akan berbunyi sekitar sepuluh menit lagi. Perlahan langkah Cleona terhenti, begitu matanya menangkap sepasang manusia yang tengah mengobrol dan becanda di depan sana, suara tawa terdengar jelas di pendengaran Cleona, meski berusaha tidak peduli pun, tetap saja ada sebagian hatinya merasakan perih, dan itu membuat Cleona semakin membenci laki-laki itu.
Menghela napas sejenak, Cleona menampilkan wajah kalemnya seperti biasa melewati kedua orang yang masih tertawa itu tanpa mau menoleh sedikit pun. Berusaha tak peduli dan pura-pura tidak melihat. Meskipun saat tepat berada di depan mereka detak jantungnya seolah terhenti untuk beberapa saat.
Baru dua langkah melewati mereka, Cleona tiba-tiba menghentikan langkah, karena sebuah tangan menahannya. Dengan malas, Cleona menoleh dan mendapati Rapa tenyum manis kearahnya.
“Nanti pulang sama gue,”
“Gue di jemput papi,” jawab Cleona dengan cepat.
“Queen sayang, ingat kan, papi bilang apa beberapa hari yang lalu? Queen pulangnya di antar Rapa. Harus bareng Rapa, gak boleh naik bis atau pun di antar orang lain.” Rapa mengingatkan Cleona dengan pesan Leo beberapa waktu lalu.
Mendengus kesal dan menghentakan kakinya, Wajah Cleona berubah cemberut, dan itu sukses membuat Rapa gemas. Terpaksa, akhirnya Cleona mengangguk, meski dalam hati terus merutuki ayahnya.
Nirmala dan Mirna yang menyaksikan itu masih juga bingung dengan hubungan kedua orang di depannya.
Rapa melepaskan genggamannya pada tangan Cleona dan menyuruhnya untuk kembali ke kelas setelah mengusak rambut panjang Cleona yang membuat gadis itu mencak-mencak kesal, karena rambutnya menjadi berantakan, sedangkan Rapa hanya terkekeh geli.
Sepanjang sisa perjalanan, Nirmala terus menanyakan tentang hubungan diantara Cleona dan Rapa. Namun tetap saja teman barunya itu tidak juga memberi tahu, dan hanya mengatakan bahwa diantara mereka tidak ada hubungan apa-apa. Nirmala akhirnya memilih mengangguk, meskipun tidak percaya, tapi ia yakin akan ada saat dimana dirinya tahu.
Di kelas ternyata sudah di isi banyak orang, membuat keadaan riuh tak terkendali. Nirmala dan Cleona duduk di bangkunya masing-masing, mengobrol ringan sampai ketiga kakak Pembina datang dan waktu di isi dengan game yang sudah di siapkan OSIS. Permainan sederhana seperti pagi, siang, malam, dan yang salah akan mendapat hukuman. Ini para OSIS jadikan untuk membuat calon murid baru ini merasa percaya diri, dapat berinteraksi dengan baik dan juga melatih kekompakan.
Permainan di mulai, dan sejauh ini masih aman, tapi tidak saat OSIS menyebutkan secara acak dan tiba-tiba. Membuat satu persatu terkena hukuman, ada yang menyanyi, dance, membuat puisi, penyatakan perasaan dan masih banyak lagi hukuman lain yang begitu menghibur.
Cleona yang sejak pagi malas-malasan masuk ke sekolah, kini tertawa lepas karena merasa terhibur dengan kekonyolan teman-teman sekelasnya. Sampai tidak sadar bahwa permainan kembali di mulai dan Cleona tidak bertepuk tangan saat OSIS menyebutan pagi, siang, malam.
“Queen!”
Cleona mendengus kesal, berdiri dari duduknya dan maju ke depan dengan terpaksa, memberi tatapan membunuh pada Rapa yang tengah menampilkan senyum mengejeknya. Cleona tahu bahwa ini ulah laki-laki itu agar dirinya mendapat hukuman.
“Apa nih hukuman yang cocok buat Cleona?” Mirna bertanya pada semua orang yang ada di ruangan ini.
“Nyatain perasaan aja gimana, Queen?” Rapa memberi usul, menaik turunkan sebelah alisnya sambil menatap Cleona yang berwajah masam.
Senyum terbit di bibir Cleona, tapi tentu itu adalah senyum jahil yang di tunjukan untuk laki-laki tinggi tampan itu. “Yakin Rap mau lihat gue nyatain perasaan?”
“Yakin dong, asal nyatainnya sama gue,” jawab Rapa seraya mengedipkan sebelah matanya membuat Cleona memutar bola mata malas.
“Tapi sayang, pernyataan gue bukan buat lo,” balas Cleona.
“Terus buat siapa?” penasaran Rapa bertanya.
“Yakin pengen tahu?” Rapa mengangguk. “Gak akan cemburu?” Rapa terdiam dan itu membuat Cleona mengukir senyum kemenangan.
“Jangan deh, mending lo nyanyi, bentar, gue ambil gitar dulu.” Rapa berlari dari kelas tersebut membuat semua menatap kepergian laki-laki itu.
Mirna, perempuan itu menatap tidak suka pada Cleona. Namun tentu saja Cleona abaikan, toh, sejak dulu ia sudah sering mendapatkan tatapan seperti itu dari teman-teman SMP-nya. Permainan terus berlanjut sambil menunggu Rapa dan hukuman Cleona berjalan.
Tak lama, Rapa kembali dengan gitar di tangannya, masuk dan meminta Cleona untuk kembali ke depan agar hukumannya kembali di lanjutkan.
Rapa menarik satu kursi untuk dirinya yang akan memainkan gitar, sedangkan Cleona tetap berdiri di samping Rapa. Semua orang menunggu dengan penasaran tentang apa yang akan Cleona nyanyikan. Namun hampir semua perempuan yang ada di kelas itu malah terfokus pada Rapa yang terlihat semakin tampan saat memetik senar gitar di pangkuannya. Dan itu cukup membuat Cleona mengeluarkan kembali dengusannya yang entah sudah berapa banyak untuk hari ini.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!