"Aku tidak mau dijodohkan! Bukankah kalian semua tau kalau aku sudah memiliki kekasih? "
"Kami semua tau nak, tapi, tidak bisakah kamu menolong papa sekali ini saja, ? " Raut wajah pria paruh baya itu terlihat memelas, memohon agar putri sulungnya mau menerima permintaan nya.
"Tidak! Yang menjadi anak dirumah ini bukan hanya aku saja, masih ada Melodi di rumah ini, kenapa bukan dia saja yang kalian jodohkan,? " Ucap seorang wanita menolak mentah mentah keinginan sang ayah
"Tapi nak, "
"Kalau kata ku nggak! Ya nggak, ayah! Tolong mengerti keadaan ku, aku sudah memiliki kekasih mana mungkin aku menerima perjodohan ini, apalagi dengan pria cacat seperti itu! " Potongnya cepat.
"Tapi nak, tidak mungkin Melodi yang harus menerima perjodohan ini. Adik mu itu masih terlalu kecil, dia juga masih perlu menlanjutkan pendidikan nya, " Mohon sang ayah lagi
Maudy, gadis yang berusia 25 tahun itu memutar bola mata dengan malas. "Ya pokoknya aku nggak mau tau! Memangnya hanya Melodi saja yang harus mengejar masa depan? Aku juga punya masa depan ayah! Kalau aku menikah dengan pria cacat itu, waktuku hanya akan habis terbuang, hanya untuk mengurusi pria itu. Aku nggak mau, lagian salah siapa? Salah ayah juga, kenapa pake acara memiliki hutang pada keluarga mereka. "Ucapnya dengan nada suara yang naik satu oktaf
Brak!
" Ayah memiliki hutang pada keluarga mereka itu, itu juga demi kamu, Maudy! Jika bukan karena ayah yang meminjam uang, sudah pasti kamu tidak akan bisa kuliah hingga selesai! Ayah hanya meminta satu hal padamu, tapi kau justru malah menolaknya. Lihat sekarang, setelah kau lulus kuliah bukannya bekerja, kau malah sibuk keluyuran tidak jelas dengan pacarmu itu! "Habis sudah kesabaran Budi melihat tingkah laku putri sulungnya itu
Salamah, istri dari budi hanya mampu diam tak berkutik sama sekali. Bahkan melerai perdebatan antara anak dan suaminya pun enggan untuk ia lakukan.
Keluarga mereka hanya dari keluarga kelas menengah. Faktor keuangan yang tidak begitu memadai membuat Budi sang kepala rumah tangga harus berkerja banting tulang untuk menghidupi keluarga kecilnya.
Terlebih dengan Maudy yang memiliki gaya begitu hedon membuat Budi dan Salamah tak bisa berbicara lagi. Keinginan Maudy yang ingin berkuliah terus saja mendesak Budi agar dengan segera ia berkuliah disalah satu fakultas impian nya.
Dengan segala cara Budi lakukan agar putrinya itu bisa berkuliah hingga sarjana, dan suatu saat dapat merubah nasib keluarga mereka. Namun ternyata itu semua jauh dari harapan nya, bukannya bekerja setelah lulus, Maudy hanya menghabiskan waktu dengan berpergian yang entah kemana Budi sendiri pun tidak tau.
"Itu sudah menjadi tanggung jawab ayah untuk mencari nafkah! Kenapa jadi aku yang disalahkan disini? Lagian salah siapa jadi orang kok miskin, " Ucapnya membuat Budi dan Salamah sakit hati mendengarnya
Nyes!
Itulah yang mereka rasakan ketika putri pertama mereka berkata demikian.
Plak!
"Kau benar benar anak tidak tahu diri, Maudy! Dimana sopan santun mu ketika berbicara pada ayahmu! " Ucap Salamah tanpa sadar menampar wajah Maudy
Maudy sedikit syok atas apa yang telah Salamah lakukan padanya, selama ini, dan ini lah kali pertama Salamah berkata kasar bahkan dengan berani menampar dirinya.
Bukan hanya dirinya saja yang terkejut, Budi selaku sang suami punya juga sama hal nya dengan apa yang dialami oleh Maudy.
Mata Maudy berkaca kaca dengan sebelah tangan yang memegangi pipinya. "Ibu nampar aku? Wah untuk pertama kalinya aku mendapatkan tamparan ini, ingat ya, ayah dan juga ibu! Sampai kapanpun aku tidak akan mau dijodohkan dengan pria cacat seperti itu, jika kalian memang kekeuh ingin membayar hutang itu, suruh saja anak kalian yang lain untuk menikahi pria cacat itu. Atau nggak, jual saja rumah ini! "
Setelah berkata seperti itu, Maudy langsung saja pergi meninggalkan kedua orang tuanya yang terdiam. Tanpa mereka semua sadari jika sedari tadi perdebatan mereka didengar oleh putri kedua mereka, Melodi
"Ayah, ibu. " Ucap Melodi pelan menghampiri keduanya
Budi dan Salamah menoleh dan sedikit terkejut melihat Melodi yang berdiri diambang pintu. Dengan cepat Salamah menghapus air matanya dan tersenyum hangat
"Kamu sudah pulang kerja nak? Apa kamu sudah makan? " Tanya nya perhatian
"Melodi udah makan tadi ditempat kerja bu, ada apa ini? Kenapa ayah dan ibu terlihat begitu sedih? " Ucapnya pura pura tidak tau
Salamah dan Budi saling tatap. "Sedih? Nggak kok, mungkin kamu salah liat aja. Udah sana, mandi terus istirahat. Jam makan malam nanti ibu panggil, " Ujar Salamah lembut
Melodi menghela nafasnya, "bu, ayah. Maafin Melodi yang udah nggak sengaja dengar semua obrolan kalian tadi sama kak Maudy. Melodi nggak bermaksud untuk menguping, tapi emang bener bener nggak sengaja dengar kok. " Ucapnya pada akhirnya
Jika bukan ia yang memulai terlebih dahulu, maka sudah dapat dipastikan kedua orang tuanya itu tidak akan mau membuka suara.
"Kamu dengar semuanya? " Kaget Budi dan Melodi mengangguk
Budi menghela nafas, "memangnya berapa hutang ayah pada keluarga mereka? " Tanyanya serius
"Banyak nak, ayah benar benar tidak sanggup untuk membayarnya lagi. " Jawabnya lirih
"Ayah punya hutang sama mereka itu semua ayah lakukan agar aku dan kak Maudy bisa sekolah. Dan karena ayah berhutanglah makanya kak Maudy bisa lulus hingga sarjana, aku mengerti kenapa kak Maudy nggak mau untuk dijodohkan dengan pria itu, karena kak Maudy benar benar begitu mencintai kekasihnya. Satu satunya harapan hanya aku, hanya aku lah yang bisa membantu ayah agar bisa terlepas dari masalah ini. " Batin Melodi berpikir
"Eum ayah, jika memang harus dengan cara menikahlah agar semua hutang itu lunas, maka biarkan Melodi yang menikah dengan pria itu ayah. "
Jeder!
Bak disambar petir disiang bolong, Budi dan Salamah terkejut dengan apa yang dikatakan oleh Melodi. "Nak, jangan bercanda. Kamu itu masih muda, kamu fokus saja dengan masa lajangmu. Masalah hutang jangan terlalu dipikirkan, biar ayah yang memikirkan itu semua. " Jawab Budi
Melodi menggeleng. "Nggak papa ayah, Melodi ikhlas ngelakuin ini semua, anggap aja Melodi membalas jasa ayah dan juga ibu yang sudah merawat dan membesarkan Melodi. Lagipula, ayah berhutang juga karena kebutuhan Melodi kan? Jadi biar Melodi aja yang gantiin kak Maudy. " Jawabnya tersenyum
Salamah langsung memeluk putrinya itu. "Nak, kamu nggak perlu berkorban seperti ini, itu semua udah tugas kami sebagai orang tua yang harus bertanggung jawab atas semua kebutuhan kamu. " Ucap Salamah
"Nggak papa bu, lagi pula ini salah satu impian Melodi, yaitu nikah muda hehe. Biar ntar kalau punya anak, anaknya bisa sepantaran sama Melodi. " Ucapnya berbohong dan sedikit dibumbui nada candaan
Budi meraup wajahnya dengan kasar. "Yauda kalau itu memang keputusan kamu, besok kita akan ke rumah mereka dan membicarakan hal ini lagi, " Ucap Budi pada akhirnya
***
Tok!
Tok!
Pintu diketuk beberapa saat sebelum akhirnya terbuka memperlihatkan seorang Maid yang tengah berdiri diambang pintu.
"Ingin bertemu siapa tuan? " Ujar maid itu
"Apa tuan muda Arkan nya ada? Tadi saya sudah menghubungi beliau dan beliau menyuruh saya untuk datang kemari. " Jawab Ayah Melodi, Budi.
"Oh iya ada, mari silahkan masuk tuan. " Ucap maid itu membiarkan tamu tuannya masuk
Maid itu mempersilahkan mereka untuk duduk diruang tamu, sembari menunggu dirinya menemui majikannya. Melodi dan kedua orang tuanya memperhatikan setiap sudut bangunan megah itu dengan pandangan takjub
"Gede banget ni rumah, apa dia hanya tinggal sendiri dirumah segede ini? " Batin melodi menerka
"Apa kalian sudah lama menunggu? " Suara berat seseorang mengalihkan perhatian ketiga manusia di sana
Budi dan juga Salamah langsung tersenyum canggung sedangkan Melodi sendiri tengah mematung melihat Arkan dengan wajah cengonya "buset dah ah, ni orang tampan bener. Minusnya cuma lumpuh doang. Kalau dia nggak lumpuh, gue jamin pasti ni cowok tinggi nya kaya tiang listrik. Oh astaga lihat lah otot otot lengan nya itu, gemes banget pengen gue gigit rasanya." Batinnya menatap penuh takjub ke Arkan
Arkan putra Sanjaya Pria dewasa berumur 28 tahun yang memiliki wajah yang begitu tampan dengan rahang yang tegas, alis tebal, bibir tipis, hidung mancung, sorot mata yang tajam. Dia adalah putra bungsu dari Abraham Sanjaya dan juga Selina
Abraham dan Selina memiliki dua orang putra kembar Yaitu Arhan Putra Sanjaya Dan juga Arkan Putra Sanjaya, mereka tumbuh bersama tapi dengan sifat yang berbeda.
"Berhenti menatap tuan Arkan seperti itu, " Senggol budi pada Melodi yang masih tercengang
"Eh, hehe maaf. Lagian dia tampan ayah, " Jawab Melodi berbisik
"Bagaimana? Apa anda sudah membawa uangnya? " Tanya Arkan to the point
Budi berdehem menetralkan degup jantung nya yang berdetak kencang. "Begini nak Arkan. Maaf saya belum memiliki uang untuk membayar semua hutang saya." Ucapnya yang langsung dipotong oleh Arkan
"Jika begitu, maka biarkan putrimu menikah dengan ku. Dimana dia? Kenapa dia tidak ikut kemari? " Tanya nya dengan alis berkerut
Budi menghela nafasnya. "Dia tidak ikut datang nak Arkan, dan dia juga menolak untuk dinikahkan dengan anda, " Jawab budi yang langsung membuat Arkan mengetatkan rahangnya
"Tapi ini Melodi, dia putri kedua saya. Dan dia siap untuk dinikahkan dengan nak Arkan, " Ucap budi cepat sebelum Arkan murka
Arkan menatap Melodi dari atas hingga bawah. Melodi memang cantik dengan tubuh mungil yang ia miliki. "Berapa usia nya? " Tanya Arkan dengan sorot mata yang menatap budi sekilas
"19 tahun jalan 20 hehe. " Jawab Melodi sambil memperlihatkan deretan giginya yang rapi
Arkan menaikan sebelah alisnya. "Kau masih kecil. Bagaimana mungkin kau bersedia menikah dengan usia yang masih muda? Dan kau tau siapa pria yang akan kau nikahi? " Tanyanya dan Melodi mengangguk
"Aku tau, aku akan menikah dengan dirimu kan? Aku tidak mempermasalahkan kondisimu, yang aku pikirkan saat ini hanyalah untuk keluarga ku. Jika dengan menikahi mu hutang ayahku lunas, maka aku bersedia. Aku hanya tidak ingin ayahku memikirkan masalah ini setiap hari. Berhubung kakakku menolak nya, maka akulah yang akan menggantikan posisi nya. Lagipula ayahku berhutang juga karena aku, "jawab Melodi panjang dengan mata yang menatap kedua orang tuanya
Jawaban Melodi membuat Arkan tersenyum simpul tanpa pikir panjang Arkan pun menyetujuinya, "gadis ini cerewet dan juga unik. Aku suka, " Batinnya
(GUYS!! CERITA INI SENGAJA SAYA BUAT DENGAN RINGAN YA AGAR BACANYA LEBIH SANTAI DAN TIDAK MEMILIKI EMOSI) 🤗
Kerutan di dahi Melodi semakin dalam saat ia melangkah masuk ke ruang tamu yang megah. Di sana, calon suaminya, Arkan, sudah menunggu dengan setelan jas yang rapi. Ayahnya berdiri di sampingnya, matanya memohon agar Melodi mengerti dan menerima situasi ini. "Ini untuk kebaikan kita semua, Nak," bisik ayahnya dengan suara serak.
Melodi memandang Arkan yang mencoba tersenyum padanya, namun senyuman itu tak sampai ke matanya yang dingin. Melodi tahu ini bukan pilihan hatinya, tapi tekanan hutang yang membelit keluarganya membuatnya tak punya pilihan lain. Apalagi kemarin dia sendiri lah yang meminta untuk dinikahkan oleh Arkan, semoga apa yang telah ia pilih saat ini bukanlah sesuatu hal yang mengerikan untuk kehidupan selanjutnya.
Ia harus menikahi Arkan agar hutang ayahnya dapat dilunasi."Ikuti saja alurnya, Melodi. Seiring waktu, mungkin kamu akan menemukan kebahagiaan," saran ibunya yang lembut sambil membetulkan gaun pengantin sederhana yang dikenakan Melodi.
Dengan napas yang berat, Melodi mengangguk pelan. Ia berjalan mendekati Arkan, tangannya gemetar saat Arkan mengulurkan tangan untuk menggenggamnya. "Ayo, kita lakukan ini," ucap Arkan dengan nada yang hampir tidak terdengar.
Setiap langkah yang mereka ambil menuju altar terasa seperti seribu mil. Melodi merasa seolah setiap detak jantungnya menggema di seluruh ruangan, memberatkan langkahnya. Namun, ia tahu ia harus melalui ini, demi keluarga dan masa depan mereka. Ayahnya menatapnya dengan rasa syukur dan penyesalan yang tercampur aduk, sementara ibunya menyeka air mata yang jatuh di pipinya. Melodi memejamkan matanya, mengumpulkan setiap ons keberanian yang ia miliki, dan bersiap untuk memulai bab baru dalam hidupnya yang penuh ketidakpastian.
Tangan mereka saling menggenggam erat, seolah tak ingin melepaskan.
Pendeta memulai upacara dengan suara yang lembut namun penuh wibawa, "Kita berkumpul di sini hari ini untuk menyaksikan dan merayakan cinta antara Arkan dan Melodi." Suasana di kapel itu terasa sakral dan hangat, diisi dengan harapan dan doa dari keluarga serta teman-teman yang hadir.
Ketika tiba saatnya mengucapkan janji, Arkan menatap Melodi dengan penuh emosi. "Aku, Arkan, mengambilmu, Melodi, menjadi istriku, untuk memiliki dan memegang, dari hari ini, untuk lebih baik, untuk lebih buruk, untuk lebih kaya, untuk lebih miskin, dalam sakit dan dalam sehat, sampai maut memisahkan kita." Suaranya bergetar, namun penuh keteguhan.
Melodi, dengan air mata kebahagiaan mengalir di pipinya, mengucapkan janjinya, "Aku, Melodi, mengambilmu, Arkan, menjadi suamiku, dengan segala kelebihan dan kekuranganmu, aku akan selalu ada di sisimu." Suaranya lembut namun pasti, seolah-olah setiap kata yang diucapkannya adalah janji abadi.
Pendeta kemudian menyatakan mereka sebagai suami istri dan mempersilakan mereka untuk menyegel janji suci mereka dengan ciuman. Saat bibir mereka bertemu, tepuk tangan meriah menggema di kapel tersebut, menyambut pasangan baru ini ke dalam babak baru kehidupan mereka. Momen itu, penuh dengan cinta dan kegembiraan, akan selamanya terukir dalam memori mereka sebagai permulaan dari perjalanan hidup bersama.
"Tampan sih, tapi sayang cacat. " Batin Maudy menatap itu semua dengan pandangan mencomoh
Tak ada sedikit pun rasa iri dihatinya melihat adiknya itu menikah dengan Arkan Putra bungsu dari keluarga Sanjaya. Baginya tampan dan juga kaya raya tidak ada artinya jika pria itu cacat. Bersyukur ia menolak untuk dinikahkan dengan pria cacat seperti itu. Ia tak bisa membayangkan bagaimana jadinya jika benar benar menikah dengan Arkan, maka sudah dipastikan hari harinya hanya akan habis untuk mengurusi pria cacat itu.
Sementara dibalik pesta yang begitu meriah dan orang orang tengah berbahagia atas pernikahan Arkan, justru ada seseorang yang tersenyum licik diwajahnya. Ia berdiri sengaja jauh dari tempat keramaian dengan menyeringai "hari ini kau boleh berbahagia, tapi kedepannya ku pastikan akan selalu ada gangguan yang kau Terima. Dengan kaki mu yang cacat itu kupastikan kau tidak akan pernah bisa sembuh sampai kapanpun, nikmati lah hari bahagia mu satu hari ini, "ucapnya tersenyum smirk
***
" Apa kau lelah? "Tanya Arkan pada Melodi yang duduk di tepi ranjang.
"Lelah sih, tapi nggak lelah banget. Kamu sendiri lelah? " Jawab Melodi
Arkan mengangguk " Hanya sedikit, " Ucapnya
"Kamu mau mandi? Bisa tunjukan dimana letak kamar mandinya, biar aku siapin air hangat untuk mu. " Ucap Melodi
Usai acara pernikahan selesai mereka semua memutuskan untuk pulang saja kerumah. Dan disinilah mereka berada, di kamar Arkan ini begitu luas membuat Melodi bingung dimana letak kamar mandi nya.
"Ada di ujung sebelah kiri. " Tunjuk Arkan dan modi mengikuti kemana arah telunjuk pria yang sudah resmi menjadi suaminya itu.
"Baiklah, tunggu sebentar. " Melodi langsung berdiri dari duduknya, dan melangkahkan kakinya menuju kamar mandi.
Setelah beberapa saat kemudian ia pun kembali dan mendekati Arkan. "Mau apa kamu? " Tanya Arkan ketika melihat Melodi mengikis jarak diantara mereka
Alis Melodi berkerut mendengar perkataan suaminya. "Aku? Ya mau bantuin kamu buka baju lah. Kan kamu mau mandi, nggak mungkin kamu mandi nya pake baju? " Tanyanya polos
"Saya bisa sendiri. Yang cacat hanya kaki, bukan tangan saya. " Ucap nya dengan nada datar
Seketika Melodi sadar. Ia lupa jika kekurangan dari suaminya itu hanya di kaki, bukan di tangan nya. "Tapi gimana caranya kamu buka celana? " Tanya Melodi ingin tau
Arkan terdiam sesaat, ia bingung harus berkata seperti apa lagi. Ditengah ke terdiam nya, tiba tiba saja pintu berbunyi dan dengan segera Melodi berjalan ke arah pintu
Ceklek!
"Maaf nyonya muda, saya hanya ingin memandikan tuan. " Jawab Fajar asisten pribadi Arkan
Kedua bola mata Melodi membola, "apa? Kamu mau memandikan suami saya? " Tanya nya tak percaya
Fajar selaku asisten Arkan menjadi bingung. Memangnya apa yang salah dengan perkataan nya? Begitulah pikirnya, "iya nyonya muda, selama ini memang itulah tugas saya, memang nya ada yang salah? " Tanyanya dan Melodi menggeleng
"Salah? Oh tidak, silahkan masuk kalau begitu, " Ucap Melodi mempersilahkan Fajar masuk
"Aku kan udah jadi istrinya, tapi kenapa aku nggak dibolehin buat bantu dia mandi? "Gumam Melodi terheran
" Eh tunggu! "Cegah Melodi melihat Fajar yang sudah memasuki kamar mandi.
" Ada apa? "Tanya Arkan dengan alis naik sebelah
" Aku ikut! Biarkan aku ikut, aku mau ngeliat bagaimana Fajar memandikan mu, biar besok besok aku saja yang melakukan nya. Kamu kan sudah punya istri, jadi itu sudah menjadi tugasku. "Jelasnya panjang membuat Arkan dan Fajar saling tatap
" Tidak! Biar Fajar saja yang melakukan nya. "Tolak Arkan tegas
" Lho, tapi kenapa? "Ucap Melodi berpikir dengan tangan yang ia letakan di dagu
" Fajar itu saya gaji. Jadi biarkan dia melakukan tugasnya dengan baik. Nggak perduli mau saya punya istri ataupun nggak, saya membayar Fajar karena memang itu tugasnya. "Arkan berkata dengan nada tegas
" Tapi, "
"Tidak ada bantahan. Fajar, cepat saya gerah. " Potong Arkan dengan cepat
Fajar pun menurut dan melanjutkan langkah nya menuju kamar mandi, meninggalkan Melodi yang melongo ditempat nya.
"Mau sampai kapan kau berpura-pura? " Tanya Fajar ketika mereka sudah sepenuh masuk di dalam kamar mandi
Kamar mandi itu bukanlah kamar mandi biasa, melainkan ada ruangan lain yang menghubungkan kamar Fajar dan kamar mandi milik Arkan. Itulah kenapa mereka berdua tidak merasa canggung sama sekali
Arkan berdiri dari duduknya dan menjauhkan kursi roda itu. Semua yang Arkan lakukan tidak lepas dari tatapan mata Fajar. "Sampai aku bisa mengumpulkan bukti yang kuat, " Jawab Arkan santai
"Jadi, selama bukti itu belum terkumpul maka kau akan berpura-pura lumpuh? " Tanya Fajar dan Arkan mengangguk
"Sekalian aku juga ingin melihat, apakah Melodi benar benar bisa menerima kekurangan ku, atau hanya berpura-pura saja, agar hutang ayahnya itu lunas. " Jawabnya yang membuat Fajar mengerti
Selama ini, Arkan hanya berpura-pura menjadi orang lumpuh akibat kecelakaan beberapa tahun yang lalu. Awalnya ia memang lumpuh, tapi kelumpuhan nya itu hanya sementara, dan seiring berjalannya waktu Arkan pun dinyatakan sembuh.
Namun Arkan tetap memilih melanjutkan kelumpuhan nya untuk mencari tahu siapa dalang yang sudah membuat nya seperti ini. Ia meletakkan kecurigaan pada satu orang. Namun karena belum yakin dan cukup bukti, Arkan memilih diam dan mencari lebih dalam lagi bukti bukti yang lebih akurat
"Yaudah terserah, lebih baik kau mandi, aku mau berkencan dengan kasur ku terlebih dahulu. Nanti kalau udah selesai panggil aja, " Setelah berkata seperti itu Fajar pun keluar dari kamar mandi Arkan melalui pintu rahasia
Kamar mengembun dari uap teh yang baru diseduh, memberi kesan hangat di pagi yang cerah. Melodi, menantu baru di keluarga itu, duduk di meja makan dengan rasa canggung yang masih menyelimuti. Di hadapannya, piring-piring sudah tertata rapi dengan nasi goreng, telur mata sapi, dan irisan buah segar. Ibu mertua, dengan senyumnya yang lebar, menghidangkan semangkuk sup miso kecil tepat di depan Melodi. "Makanlah nak, ini resep khusus dari nenek," ucapnya penuh semangat.
Melodi membalas dengan senyum yang sedikit kaku, mengambil sendok dan mulai mencicipi sup itu. Ada rasa gugup yang menggelayut, berharap bahwa rasa sup ini akan memenuhi ekspektasi. Bapak mertua, yang duduk di ujung meja, mengamati dengan tatapan yang menilai. Dia mengangguk pelan, seolah memberi persetujuan yang tidak banyak bicara namun berarti.
Di sisi lain, suami Melodi, Arkan, memberikan isyarat mata yang menguatkan. "Kamu pasti bisa melewati ini," bisiknya dari sudut bibirnya yang hanya Melodi yang bisa mengerti. Melodi menarik napas dalam, mencoba menyesuaikan diri di kursi yang masih terasa asing. Percakapan mengalir tentang rencana hari itu dan sedikit demi sedikit, Melodi mulai merasa lebih di rumah, meski rasa canggung itu masih bertengger di sudut hati.
tersipu, masih merasa asing dengan semua perhatian yang dia terima. Sambil mengaduk-aduk sup miso di mangkuknya, Melodi mencuri pandang pada suaminya yang duduk di sampingnya, yang tampak sibuk menggigit potongan roti panggangnya. Suasana pagi itu terasa begitu hangat, terutama dengan uap teh yang mengembun di udara, namun ada sedikit kebekuan dalam hati Melodi yang masih berusaha menyesuaikan diri dengan keluarga baru ini.
Ibu mertua Melodi, yang memperhatikan raut wajah menantunya, berkata dengan lembut, "Kamu pasti masih merasa kikuk, ya? Jangan khawatir, lambat laun kamu akan terbiasa." Suaranya penuh kehangatan, seolah memecah kebekuan yang ada. Melodi mengangguk, mencoba menyembunyikan kegugupannya.
Sambil terus makan, Melodi merasakan pandangan tajam dari ibu mertua yang seolah-olah mencoba membaca pikirannya. "Aku tahu ini semua baru bagi kamu, tapi kami sangat senang kamu sudah menjadi bagian dari keluarga ini," lanjut ibu mertua, sambil memberikan senyuman yang lebih lebar.
Melodi membalas dengan senyum yang masih canggung, namun kali ini dengan sedikit rasa syukur di dalam hatinya. Dia mulai merasa sedikit lebih diterima, meskipun masih banyak yang harus dipelajari dan diadaptasi. Uap teh yang mengembun di udara pagi itu, perlahan mulai memberi rasa hangat yang lebih nyata dalam hati Melodi.
"Ternyata ada yang sarapan terlebih dahulu tanpa menunggu ku, " Tiba tiba suara bariton seseorang terdengar membuat semua yang berada di meja makan mengalihkan atensi nya
"Oh kamu, Arhan. Sini nak kita sarapan bersama. Kebetulan kita juga baru mau mulai. " Ucap Ibu mertua Melodi
Arhan tersenyum tipis, ia mencium pipi Dea dengan lembut lalu mencium tangan ayahnya. Kemudian langsung mendudukkan dirinya begitu saja, tepat di hadapan Melodi.
"Hai adik ipar, " Sapa Arhan ramah
Melodi yang tidak mengenali siapa pria didepannya, memilih memandang Arkan yang berada di sebelah nya. Dapat Melodi lihat jika raut wajah Arkan yang tadinya hangat kini tampak datar dengan rahang yang mengeras.
Sedikit bingung sebenarnya, namun Melodi memilih untuk diam. "Kau pasti tidak kenal aku bukan? Baiklah, perkenalkan namaku Arhan Sanjaya. Saudara kembar suamimu, " Ucapnya dengan mata yang menatap sinis Arkan
Tak ada yang menyadari arti tatapan itu selain Arkan seorang. Dahi Melodi berkerut memperhatikan wajah Arhan dan juga Arkan secara bergantian. "Kembar? Tapi kenapa wajah kalian berbeda. Bahkan tidak terlihat kembar sama sekali, " Ucap Melodi yang membuat Arhan terkekeh
"Wajah asli kami ya seperti wajahku saat ini, kenapa wajah suamimu berbeda, itu karena dia melakukan operasi plastik akibat kecelakaan yang menimpa nya beberapa tahun yang lalu. Kecelakaan yang membuat nya lumpuh seperti saat ini, " Jawab Arhan dengan nada sinisnya.
Mendengar itu semua Melodi mengerti, dan tak sadar jika perkataan Arhan barusan adalah sebuah bentuk sindirian untuk suaminya, Arkan
"Oh begitu, pantes saja tidak mirip jika mereka dikatakan kembar. Tapi ada untung nya juga sih, laki ku kecelakaan dan operasi plastik. Lihatlah hasil operasi nya itu, benar benar menakjubkan. Bahkan wajah Arhan saja kalah dengan suamiku. "Batin Melodi terkekeh
" Kenapa kau hanya diam saja saudara ku? Seharusnya kau memperkenalkan adik ipar ku ini padaku, bukan malah aku yang memperkenalkan diriku sendiri. "Ucap Arhan dengan wajah yang mengejek
" Tanpa perlu ku perkenalkan pun, kau sudah tau terlebih dahulu, "sindir Arkan membuat senyuman diwajah Arhan semakin lebar
" Hahaha, bercanda mu tidak lucu. "Ucapnya dengan tangan yang menutupi mulutnya
Para orang tua dan melodi memilih diam. Melodi yang tidak tau apa apa dan memutuskan untuk diam, sedangkan kedua orang tua mereka memilih diam karena tak ingin ingin campur urusan kedua putra mereka.
" Bagaimana dengan malam pertama kalian, Apakah lancar? Eh, maafkan aku. Bukankah kau cacat dan tak bisa menggerakkan kakimu, jadi aku rasa, kau pun tidak mungkin bisa melakukan nya, Terkecuali jika istri mu yang memimpin permainan. Tapi jika dia masih perawan sih, ya kurasa juga tidak bisa. Aduh maafkan aku, bibirku ini selalu benar jika berbicara, "ucapnya seolah olah semua yang dia katakan barusan hanyalah suatu ketidak sengajaan
" Aku sudah selesai, Melodi. Ayo kita ke taman. "Ucap Arkan tiba tiba.
Ia sudah tidak tahan lagi dengan semua perkataan pria yang sialnya adalah abang kandung nya sendiri. Bukan tak ingin menjawab semua perkataan yang di lontarkan oleh pria Busuk itu, hanya saja Arkan malas ribut di pagi yang seharusnya menjadi cerah saat ini.
Melodi yang melihat Arkan sudah pergi lebih dulu, dengan segera ia menyusul suami nya itu. "Mama, papa. Melodi mau nyusulin Arkan dulu, " Pamitnya dan berlari kecil mengejar Arkan.
"Bagaimana bisa dia mendorong kursi roda itu dengan cepat? Seharusnya dia kualahan dan meminta bantuan padaku. " Gerutunya di setiap langkah kakinya
"Nak, tidak seharusnya kamu berbicara seperti itu pada adikmu. " Tegur ibunya Dea
Arhan menatap ibunya dengan alis yang terangkat. "Apa? Bukankah yang aku katakan itu sebuah kebenaran? " Jawabnya dengan wajah yang pura pura polos
Dea Dan Tony menghela nafasnya, dan melanjutkan kembali sarapan mereka yang tadi sempat tertunda sejenak.
***
"Ini halaman belakang, yang kamu sebut taman? " kata Melodi sambil menunjuk ke area yang dipenuhi dengan berbagai jenis tanaman. Arkan mengangguk membenarkan ucapan istri kecilnya itu. Melodi tersenyum, matanya menangkap setiap detail kecil dari keindahan yang baru saja diperkenalkan kepadanya.
Arkan lalu mendekatkan diri ke sebuah bangku taman yang terbuat dari kayu jati, dengan kursi roda miliknya."Ketika kamu merasa penat atau jenuh, kamu bisa datang ke sini, duduk, dan menikmati kesunyian," ujarnya, seraya membelai rambut Melodi dengan penuh kasih. Melodi sedikit terkejut dengan usapan di kepala nya, sebelum akhirnya Melodi mengangguk, tersenyum, merasa diterima dan dicintai.
Mereka berdua kemudian duduk bersama di bangku itu, menghadap ke sebuah kolam kecil yang dihiasi oleh teratai dan ikan-ikan kecil yang berenang lincah. Arkan berbicara tentang rencananya untuk menambahkan beberapa lampu taman agar suasana di malam hari menjadi lebih hangat dan romantis.
Melodi, sambil mendengarkan, merasakan kedamaian yang tak terkira. Ia menyandarkan kepalanya di bahu Arkan, menghela napas dalam-dalam, mencoba mengabadikan momen ini dalam ingatannya. Di sini, di sudut baru yang diperkenalkan oleh suaminya, Melodi merasa sebuah harapan baru, sebuah awal baru, dan sebuah tempat perlindungan yang akan selalu menanti saat hatinya membutuhkan ketenangan.
Tanpa Melodi sadari jika aksinya itu berhasil membuat arkan tegang ditempat nya. "Ada apa dengan jantungku?" Batinnya bertanya tanya
Duduk berdua dihalaman seperti saat ini membuat Arkan sedikit melupakan kekesalan nya beberapa saat yang lalu.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!