Allin Wilton
Arnold Gall
**
Allin pulang dari kantornya, dia baru bekerja di sana selama sebulan dan semua berjalan baik- baik saja, tapi yang aneh adalah bukan dia yang ingin bekerja di sana, ayahnya yang meminta dia bekerja di sana tanpa alasan.
Saat Allin bertanya kenapa dia harus bekerja di sana kenapa tidak di perusahaan ayahnya saja, ayahnya berkata agar Allin bisa mandiri tanpa bayang - bayang orang tua, apa itu semua benar atau tidak, karena sekarang wanita itu mematung ditengah ruangan seperti orang kebingungan.
"Pemandangan apa ini!" Rutuk Allin dalam hati, dia berjalan semakin dekat dan dekat, dia kaget di sana Boss ada di sana tepatnya Direktur perusahaan tempatnya bekerja, dia gugup bagaiman kalau Bosnya melihat dirinya, Allin berjalan cepat dengan tas yang menutupi wajahnya, dia melewati 5 orang yang sedang duduk di sofa ruang tamu.
"Allin" Allin mengumpat dalam hati dan tetap berjalan mengabaikan panggilan itu.
"Allin" suara itu semakin keras, sebuah tangan menggapai bahunya hingga dia berhenti melangkah.
"Sayang kamu mau kemana?" Allin melirik ibunya dengan wajah yang masih ditutupi tas.
"Mau ke kamar ganti baju"
"Nanti saja, temui dulu teman Papa dan keluarganya di sana" Allin meringis dalam hati
"Matilah aku"
Ibunya langsung menarik tangan Allin dan dan membawanya duduk di sofa, Allin masih menutup wajahnya hingga membuat semua orang yang ada di sana menatap aneh kearah nya.
"Sayang, kenapa kamu menutupi wajahmu?"
Ibu Allin menurunkan tas yang menutupi wajah putri nya. Sedangkan Allin hanya bisa pasrah membiarkan Ibunya menurunkan tas tesebut.
"Allin, perkenalkan dia adalah teman Papa namanya Ramond Gall teman ayah, ini istrinya Aura Gall, dan ini Arnold Gall"
Allin mengangkat wajahnya dan langsung bertatapan dengan Arnold, Arnold sedikit kaget dengan siapa yang dia lihat.
Allin hanya tersenyum kecut, mereka memang sering ber pas-pasan selama di kantor, karena saat Arnold akan keruangan nya dia akan melewati meja kerja Allin.
"Salam kenal, Paman, Bibi, saya Allin"
Aura tersenyum, dia menyentuh tangan Allin dan mengusapnya lembut, Allin merasa canggung dengan sikap Ibu Bosnya tersebut.
"Kenapa Ibu Tuan Arnold menyentuh tangan ku? "
"Kamu cantik sekali sayang, jangan panggil Bibi, panggil saja Mama" Allin hanya tersenyum, merasa ragu untuk memanggil wanita itu dengan sebutan Mama.
"Kenapa aku harus memanggilnya Mama, aku kan bukan adik Arnold Gall"
"Tidak apa nanti juga terbiasa" Allin mengerutkan dahinya bingung mendengar kata terbiasa.
"Ini semakin mencurigakan"
"Allin, ini anak Mama namanya Arnold"
Allin hanya bisa tersenyum kecil mendengar nya.
"Aku sudah tahu Bibi"
"Salam kenal" Kata Allin mencoba bersikap ramah, dia tersenyum pada Arnold tapi pria itu malah membuang mukanya.
Allin paham, Arnold terkenal dingin di kantor dan kalau pria itu sekarang bersikap seperti itu dia mengerti, tapi tetap saja dia tidak suka orang yang angkuh.
Alpin berpikir bila Arnold saja acuh untuk apa dia harus gugup dan malu, dia memperbaiki duduknya dan tersenyum menatap semua orang, dia sekarang sudah tidak perlu merasa tidak nyaman lagi, toh si Arnold biasa saja, dia juga bisa.
"Begini, kami mempertemukan kalian bukan tanpa alasan, kami ingin menjodohkan kalian berdua" Allin terkejut dan tersedak air ludahnya sendiri.
"Apa!!!" Teriak Allin
"Allin" Tegur Ayah nya
"Maaf..." Allin syok, syok berat. Dia memukul wajahnya.
"Apa ini mimpi"
Dia menatap Arnold didepannya. Pria itu bersikap santai tidak terpengaruh sama sekali.
"Pria ini begitu santai, apa dia sudah tahu semuanya"
"Kami tahu ini terlalu mendadak bagi kalian, tapi kami sudah berjanji untuk menikahkan kalian dari kalian masih kecil" Ramond berbicara untuk menjelaskan.
Allin mencolek ibunya untuk meminta penjelasan tapi Ibunya itu hanya tersenyum saja, Allin jadi kesal. Apa ayah dan ibunya sengaja membuat dia bekerja di perusahaan Arnold agar mereka dekat, Allin mencibir dalam hati, dia dan Arnold itu tidak cocok sama sekali
"Apa kalian menerima perjodohan ini?" sumpah Allin rasanya ingin mati saja, apa dia harus langsung menjawabnya, keterlaluan sekali, Allin menatap Arnold yang tetap tenang sambil meminum tehnya.
"Arnold, kamu bagaimana ?" Ramond bertanya pada anaknya.
Allin berdebar menunggu jawaban pria tersebut, melihat tingkah Arnold yang dari awal begitu acuh, dia menduga Arnold akan menolaknya, dia sudah tertawa dalam hati. Jika Arnold menolak dia jadi tidak punya beban apa - apa.
"Aku menerimanya" Allin kaget setengah mati dengan apa yang dia dengar hingga dia membatu di tempat.
Dia menatap Arnold, pria itu tersenyum jahat pada nya, Allin tahu Arnold sengaja melakukannya agar dia yang menolaknya.
Sebenarnya Arnold juga bukan tanpa alasan melakukan itu dia sudah tahu akan dijodohkan tetapi tidak menyangka kalau wanita itu adalah karyawannya sendiri.
Arnold sudah menolak tapi Ayahnya mengancam akan mengambil semua yang dia miliki, dari Apartemen, hotel berbintang, restoran hingga kendaraan.
Dia tentu saja protes semua itu dari hasil kerja kerasnya, tapi ayahnya berkata selama dia memakai nama Gall itu masih milik keluarga, kecuali Arnold mencabut nama belakangnya.
Arnold marah, apa ayahnya ingin dia keluar dari keluarga, dia sudah memikirkannya beberapa hari dan memutuskan untuk menerima perjodohan ini, dia sudah mempunyai rencana.
Allin masih diam karena hanya dia saja yang belum memberi jawaban.
Dia menatap kedua orang tuanya, ayah dan ibunya tersenyum, dulu Allin mempunyai kakak perempuan bernama Cristin tapi dia meninggal karena kecelakaan
Waktu itu kakaknya mengatakan ingin menikah dengan kekasihnya, tapi pria itu ternyata sudah beristri dan mempunyai seorang anak, kakaknya stres dan mabuk- mabuk kan dan saat dia mengendarai mobil dalam keadaan mabuk dia tidak bisa mengendarai mobil dengan benar.
Dari arah berlawanan sebuah truk yang besar bertabrakan dengan mobil kakaknya, keluarga Allin tidak bisa menuntut supir truk itu karena kakaknya yang menabrakkan mobilnya sendiri.
Supir itu bilang dia sudah membunyikan klakson tapi mobil itu tidak mengubah arah, saat mobil kakaknya semakin dekat supir itu menginjak rem truk nya, tapi kakaknya tetap melaju dengan kencang hingga menabrak truk miliknya.
Keluarga Allin tidak percaya itu semua, hingga polisi menemukan CCTV yang memperlihatkan kronologi sebenarnya, kakaknya memang sengaja melajukan mobilnya dengan kencang kearah truk itu, Ibunya terpukul dan mengurung diri dikamar hingga berminggu - minggu, ayahnya juga hanya diam selama itu
Rumah yang biasanya hangat tiba- tiba menjadi dingin, Allin juga terpukul dengan kejadian itu, kakaknya selalu bercerita padanya bahwa dia sangat mencintai kekasihnya.
Kisah itu berawal ketika Allin baru saja pulang dari Paris da meminta pada kakaknya untuk mengajaknya jalan- jalan, kakaknya setuju dan mereka berjalan bersama.
Mereka tertawa dan bahagia, di sebuah taman kakaknya berhenti melangkah dan menatap seorang pria yang sedang mengendong anak perempuan yang tertidur.
Cristin tiba-tiba menampar pria itu dan langsung berlari pergi dari sana, dia tidak sanggup melihat pemandangan itu. pria itu memberikan anak kecil perempuan pada wanita yang berdiri di samping nya dan mengejar Cristin.
Allin hanya terdiam, dia menatap wanita yang berdiri didepan nya dan bertanya siapa dia, wanita itu mengajak Allin duduk di bangku taman, dia bercerita bahwa dia dan kekasih kakaknya hanya berteman tapi sebuah kemalangan terjadi.
Mereka mabuk dan melakukan sesuatu yang tidak seharusnya mereka lakukan. Wanita itu meminta pertanggung jawaban pada kekasih kakaknya, dan pria itu bersedia karena wanita didepan Allin hamil anak mereka.
Setelah pembicaraan tersebut Allin pulang ke rumah dan tidak menemukan kakaknya, hingga malam hari kakaknya tidak kunjung pulang, hingga polisi menelpon mengabarkan berita yang menyakiti semua keluarganya.
Allin menyalahkan dirinya karena dia mengajak kakaknya jalan- jalan hingga semua terjadi, rumah sunyi dan dingin setelah kepergian kakaknya, kedua orang tuanya juga lebih protektif menjaganya.
Melarangnya untuk mengendarai mobil sendiri, melarangnya untuk keluar malam- malam, tapi sebulan belakangan ayahnya secara ajaib membolehkannya kerja tapi di perusahaan milik Arnold.
Allin ingin menolak, tapi semenjak dia bekerja di sana. Rumah sudah sedikit menghangat dan sekarang dia dihadapkan dengan perjodohan ini. Allin akan melakukan apa saja agar kedua orang tuanya bahagia dan rumah kembali hangat
"Aku menerimanya " Kata Allin dengan tekad yang kuat, dia tidak perduli apa Arnold mencintainya Atau tidak. Dia akan menerima itu semua agar kedua orang tuanya bahagia.
Semua orang di sana bahagia, kecuali Allin dan Arnold , Arnold menatap Allin dingin setelah mendengar wanita itu menerima perjodohan tersebut.
Allin tidak perduli dia tidak masalah meskipun Arnold membencinya, dia menatap Ayah dan ibunya yang berbincang dan tersenyum bahagia.
Allin menahan air matanya yang sudah akan keluar, dia sudah lama ingin melihat pemandangan itu, dia sudah bertekad dengan kuat, dia akan melakukan apa pun agar kedua orang tuanya bisa terus tersenyum.
Arnold yang dari tadi menatap Allin menangkap raut kesedihan di wajah wanita tersebut.
Dia awalnya kesal, tapi wanita itu sama sekali tidak terlihat bahagia setelah mengatakan menerima perjodohan diantara mereka.
Arnold semakin menatap Allin dengan intens tapi kemudian entah kenapa rasa kesal hadir dihatinya.
"Apa dia tidak senang akan menikah denganku".
***
Cerita ini dalam proses revisi, jadi mohon di maklumi bila masih banyak typo dan kekurangan.
Je T'aime~~~~
Allin dan Arnold hanya diam saja memperhatikan orang tua mereka berbincang masalah pernikahan , Audi meringis dalam hati dia baru saja menerima perjodohan ,kedua orang tuanya sudah membicarakan pernikahan, Arnold menatap Allin yang bersikap risih dengan pembicaraan kedua orang tua mereka, ini saatnya Arnold menjalankan rencananya
" em...aku ingin berbicara berdua dengan Allin" Arnold berbicara menyela kedua orang tua mereka yang sedang berbincang.
" ya pergilah, kalian butuh waktu untuk mengenal satu sama lain" Arnold berdiri dan menatap Allin yang masih duduk, Arnold mengode melalui kepalanya agar Allin mengikutinya, Allin berdiri dan mengikuti Arnold
" kami pergi dulu" setelah Arnold berbicara mereka pergi ke taman belakang rumah keluarga Wilton
Arnold berhenti berjalan dan berbalik, dia menghadap Allin, Allin hanya diam saja menatap Arnold, Arnold menarik nafas panjang dan menghembusnya
" kamu tahu aku terpaksa menerima perjodohan ini"
" aku tahu " Allin sama sekali tidak kaget dia sudah menduga ini semua
" aku ingin kita membuat surat perjanjian untuk kita, aku tidak mencintaimu , maaf bila kamu merasa tersinggung karena itu"
" tidak, aku mengerti, baiklah kita bisa membuat surat perjanjian itu" Arnold menatap Allin yang bersikap tenang didepannya, apa Allin tidak sakit hati saat dia bilang tidak mencintainya
" apa hanya itu yang ingin kamu sampaikan , kalau begitu aku akan masuk, aku baru pulang kerja dan langsung dihadapkan dengan semua ini, aku ingin mandi dan makan, perutku sudah lapar " Arnold baru sadar kalau Allin tidak berganti pakaian setelah pulang dari kantor,
Allin yang melihat Arnold hanya diam saja pergi meninggalkan Arnold disana, Allin tidak perduli toh Arnold tidak mencintainya harusnya Arnold tidak tersinggung kan. Arnold hanya menatap Allin yang berlalu dari sana, dia tidak menyangka kalau Allin menyetujui persyaratannya dengan mudah, kalau Allin tidak menyukainya kenapa dia menerima perjodohan ini, Arnold berpikir apa karena harta, tapi bila dilihat lagi, kelurga Allin juga tidak kalah darinya, jadi apa alasan Allin menerimanya.
******
Arnold dan kedua orang tuanya sudah akan pulang , tapi Arnold dan Allin sudah sempat bertukar nomor telpon agar mereka bisa membuat surat perjanjian itu dengan mudah. Arnold menatap Allin yang hanya diam saja, tanpa ekspresi, Arnold jengkel kenapa harus dia yang kesal disini, rencananya adalah agar Allin kesal dan marah, Arnold masuk kedalam mobil dan disusul kedua orang tuanya, selama perjalanan Arnold masih memikirkan Allin, wanita itu tidak bereaksi apa - apa, ini sungguh diluar dugaan Arnold
" apa yang kamu pikirkan Arnold, apa kamu memikirkan Allin, dia gadis yang cantik kan?"
" tentu saja, Allin itu gadis yang baik"
" tidak , aku tidak memikirkannya , papa dan mama tahu kenapa aku menerima perjodohan ini"
Kedua orang tuanya terdiam , Arnold masih saja menyangkalnya, selama perjalanan tidak ada percakapan lagi
*******
Arnold berjalan mondar- mandir dia menimang- nimang apa dia menelpon Allin atau tidak, waktu sudah menunjukkan jam 23.00 , ini sudah terlalu malam, tapi Arnold tetap menelpon Allin, Arnold masih menunggu Allin mengangkatnya
" apa dia tertidur?" telpon masih tidak diangkat juga, Arnold yang kesal kembali menelpon. Allin yang merasa terganggu tidurnya langsung mengangkat itu
" ada apa Lucas? apa kamu tidak tahu ini sudah malam?" Allin berbicara kesal dengan nada orang mengantuk, Arnold merasa kesal Allin menyebut nama pria lain apa Allin tidak menyimpan nomornya
" ini aku"
" siapa? kamu jangan main- main Lucas, aku ngantuk " Arnold kesal sekali Allin menyebut nama Lucas kembali
" ini aku Arnold , cepat bangun aku ingin membicarakan tentang perjanjian itu" Allin tersadar tapi tetap masih mengantuk
" oh Arnold , ada apa?"
" ada apa? aku kan sudah bilang, aku menelpon karena ingin membicarakan tentang perjanjian itu"
" kenapa kamu harus kesal?"
" cepat bangun , dan jangan panggil aku Lucas"
" Lucas? "
" sudah aku bilang jangan panggil aku itu"
" aku tidak memanggilmu Lucas, aku hanya bertanya kenapa kamu menyebut nama Lucas"
" sudah jangan berbicara lagi" Arnold kesal Allin masih saja menyebut nama Lucas
" iya,iya ada apa? Cepat berbicara"
" aku ingin kita pisah kamar saat kita menikah nanti" Arnold menunggu reaksi Allin , tapi Allin hanya diam saja
" apa kamu tidak mengatakan apa apa?"
" memangnya apa yang akan aku katakan, kamu sudah memutuskan" Arnold terdiam dia tidak bisa lagi membantah Allin
" dan aku ingin kamu tidak selalu bertanya tentang apa yang aku lakukan"
" ya baiklah, apa hanya itu saja?"
" ya, itu saja "
" baiklah , aku hanya ingin satu hal saja, aku ingin saat didepan mama dan papaku kamu bersikap baik padaku dan tidak menyinggung tentang pernikahan kita yang tidak bahagia ini" Arnold terdiam apa Allin hanya ingin itu, agar dia besikap baik pada Allin saat didepan orang tuanya
" apa kamu serius hanya itu"
" ya"
" tidak meminta uang bulanan, mobil atau rumah gitu?"
" tidak , aku tidak perlu itu semua" Arnold kembali terdiam, kenapa dia menjadi merasa tidak nyaman, harusnya dia senang Allin tidak banyak menuntut
" ya sudah ya, aku ingin tidur lagi" Allin langsung mematikan telponnya sepihak, Arnold hanya diam saja, baru sekarang ada wanita yang mengabaikannya , Arnold termenung ,Allin, nama itu terngiang - ngilang di kepalanya, wanita itu tidak bisa ditebak
******
Allin pergi kekantor dengan diantar supir pribadinya , semua itu karena ayahnya, ayahnya masih trauma dengan kecelakaan yang menimpa kakaknya, mobil Allin selalu berhenti 100 meter sebelum kantornya , dia tidak mau rekan kerjanya melihat dia turun dari mobil mewah pemberian ayahnya, Allin turun dari mobil dan berjalan ditrotoar, Allin sudah sampai dikantornya dia menatap gedung tinggi didepanya, dia sudah merasa nyaman bekerja disana, Allin masuk kedalam, banyak orang yang menyapanya , Allin memang terkenal sebagai karyawan ramah, Allin suka membeli makanan yang banyak dan membaginya dengan karyawan lain, temanya Kate sempat bertanya dari mana Allin mempunyai uang untuk membeli semua makanan itu, tapi Allin beralasan dia mendapat banyak rezeki dari ayahnya , temanya percaya saja, karena Allin bercerita dia anak tunggal pasti kedua orang tuanya sangat menyanyanginya,
" selamat pagi kate" Allin duduk di kursinya
" selamat pagi Allin" Allin menatap meja- meja disana yang masih banyak yang kosong
" apa yang lain terlambat lagi"
" ya mungkin...." Kate langsung menarik Allin mendekat dan menunjuk arah depan disana Arnold datang bersama sekretaris pribadinya yang bernama Deon,
" bukankah,Direktur kita sangat tampan ?" Kate berbicara dengan sangat memuja Arnold, Allin hanya tersenyum kecut dia menatap Arnold dan saat itu juga Arnold menatapnya
Allin memalingkan wajahnya dia merasa aneh dengan tatapan Arnold tidak seperti biasanya,
" astaga, Allin coba kamu lihat, Direktur melihat kearah kita" Kate tersenyum dengan lebar disana menatap Arnold , Arnold hanya memasang wajah datarnya dan berlalu dari sana, Arnold masuk dan langsung duduk di kursinya
" apa dia mau bermain- main denganku, malam tadi dia mematikan telpon secara sepihak dan pagi ini pura- pura tidak kenal, dasar wanita itu" Deon menatap atasannya yang bergumam tidak jelas, wanita siapa yang dimaksud atasannya
" apa anda baik- baik saja tuan?"
" ya" Deon yang mendengar itu mengangguk dan pamit keluar , tapi Arnold berkata hingga dia berhenti
" cari tahu tentang karyawan yang bernama Allin Wilton" Deon menatap bosnya bingung
" kenapa ?, apa ada yang ingin kamu sampaikan?"
" tidak, kalau begitu saya permisi" Arnold mengangguk, Deon pun keluar , Arnold kembali ke mode kesal, dia menelpon bagian keamanan
" sambungkan cctv untuk ruangan lantai satu" Arnold langsung mematikan sambungan telpon tersebut, dia mengambil tablet di ats meja dan membukanya, dia membuka sebuah aplikasi disana dan mengetik sebuah kata sandi dan layar sudah menampilkan keadaan lantai satu, mata Arnold menyipit dan memperbesar tampilan layarnya, dia melihat Allin yang sedang mengetik disana
" dia cukup rajin" tapi dahi Arnold tiba- tiba mengkerut, dia melihat seorang karyawan pria yang duduk disamping meja Allin yang dari tadi memperhatiakan Allin
" siapa pria itu?, apa dia tidak mempunyai pekerjaan lain selain memandangi wanita orang lain".
Arnold sibuk di ruang metting, dia sedang mendengarkan persentase dari bawahanya tapi dia tiba- tiba ingat Allin, dia penasaran apa yang dilakukan wanita itu, dia mengambil tebletnya dan kembali membuka cctv lantai satu, dia melihat Allin masih sibuk didepan komputernya, rekan kerjanya berbicara pada Allin, Arnold penasaran apa yang mereka bicarakan, tiba- tiba pria yang duduk disamping Allin menggeser kursinya hingga ikut bergabung,
" siapa pria ini, apa dia yang bernama Lucas?"Arnold bergumam, semua orang disana melihatnya
" apa Direktur?" tanya orang yang sedang menjelaskan didepan
" tidak ada , lanjutkan" orang tersebut melanjutkan persentasenya , Arnold kembali melihat cctv, dia shock melihat pemandangan itu, pria yang tadi ikut berbincang mengusap kepala Allin, tiba- tiba saja amarah Arnold naik, dia menggenggam pena ditanganya dengan sangat kencang
" beraninya dia menyentuh wanita milik orang lain " Arnold berbicara dalam hati dengan dadanya yang sudah panas, dia mematikan tabletnya, dia tidak mau lagi melihat itu semua. Arnold mencoba mengalihkan perhatiannya pada persentase didepannya tapi dia masih tidak bisa fokus , Arnold berdiri dari kursinya
" semuanya masih kurang , perbaiki lagi, dan kembali laksanakan metting minggu depan " Arnold langsung berjalan keluar disusul Deon , semua orang disana terdiam, mereka harus bekerja untuk kembali menganalisis.
******
Allin menurunkan tangan Bill yang mengusap kepalanya
" maaf aku tidak bermaksud " kata Bill
" tidak masalah " Allin tersenyum dan Biil terpana karena itu, dia sudah menyukai Allin saat pertama kali melihatnya, Allin itu sangat sederhana dan baik hati, karena saat pulang kerja, Bill sempat melihat Allin turun dari mobil mewah dan memberikan makanan pada tunawisma, jadi Bill tahu kalau Allin anak orang kaya, tapi dia menutupinya di kantor,karena itu lah Biil menyukainya , sosok Allin yang sederhana. Bill masih memperhatikan Allin yang sedang bekerja,
******
Sekarang waktunya jam makan siang,
" Allin ayo kita pergi makan siang" ajak Kate
" baiklah tunggu sebentar" Allin membereskan file - file diatas mejanya, lalu menyandang tasnya dan berjalan mendatangi Kate
" ayo" mereka berjalan keluar , karena mereka bekerja dilantai satu semuanya jadi mudah, tidak perlu lagi naik turun lift. Mereka sudah diluar dan memanggil taxi, karena mereka ingin makan di restoran iga bakar favorit mereka, baru Allin masuk mobil , telponnya berbunyi dia melihat nama Arnold disana, dan langsung mengangkatnya
" kembali sekarang" Allin bingung darimana Arnold tahu dia akan pergi
" aku sudah dijalan"
" aku bilang cepat turun , aku ingin membahas tentang perjanjian itu, jadi cepat kamu turun "
" iya, iya dasar pemaksa"
" apa kamu bilang!"
" tidak, tidak baiklah , pak tolong minggir" Kate yang dari tadi memperhatikan Allin penasaran dengan siapa dia berbicara ditelpon dan kaget saat Allin meminta supir taxi agar minggir ketepi jalan, setelah taxi berhenti ditepi jalan Allin langsung keluar
" Kate maaf ya , aku harus pergi sekarang"
" tapi Allin"
" kate maaf, ini sungguh mendesak antara hidup dan mati" Allin mengumpat Arnold dalam hati. pasalnya Arnold sempat mengancamnya akan membatalkan perjodohan ini, Allin tidak bisa membuat kedua orang tuanya kembali bersedih
" baiklah, tapi nanti kamu harus bercerita padaku " Kate penasaran apa yang membuat Allin merasa gelisah seperti itu, Allin melihat pesan yang masuk
Cepat kamu harus sampai dalam waktu 30 menit, kalau tidak kamu tahu apa yang akan aku lakukan
Allin menjadi gelisah
" baiklah Kate kamu pergilah dulu"
" ok, sampai jumpa "
" sampai jumpa " setelah itu mobil yang membawa Kate pergi dari sana, Allin melihat mobil taxi yang lewat , dia memberhentikanya dan naik,
Setelah berberapa lama dia akhirnya sampai disebuah restoran mewah, Allin masuk matanya mencari- cari orang yang dia cari, Arnold sudah melihat Allin yang celingak - celinguk,
" apa yang wanita itu lakukan, aku pria yang paling tampan disini, dan dia kesulitan mencariku" Arnold menatap jam ditangannya
" dia telat 2 menit" Arnold kembali melihat Allin dan saat itu Allin juga melihatnya, Allin langsung berlari kemeja Arnold, orang - orang disana menatap Allin, karena semua orang yang ada disana adalah orang yang berkelas
" kamu telat 2 menit "
" maaf " Arnold tidak menyangka Allin dengan mudah tunduk hanya karena dia mengancam akan membatalkan perjodohan ini, Allin tidak tertarik dengannya dan itu membuat Arnold kesal, tapi apa yang membuat dia menerima ini, Arnold pusing memikirkannya , Allin langsung saja duduk di depan Arnold dia capek, Arnold menatap Allin dan memanggil pelayan, dan memesan minuman, saat minuman datang,Allin langsung meminumnya, dia sudah lama tidak olahraga dan sekarang dia harus berlari kesini. Arnold yang melihat Allin menyodorkan sebuah kertas, Allin menatap itu
" ini adalah surat perjanjian yang aku inginkan " Allin mengambil dan membaca poin- poin disana
Harus tidur dikamar terpisah
Tidak menanyakan hal pribadi
Tidak mengatur atau mencampur urusan pihak pertama
Bersedia saat pihak pertama meminta tolong
Dan selalu menghargai pihak pertama
" apa hanya ini yang kamu inginkan dariku?"
" iya"
" baiklah aku juga menginginkan persyaratan
1. aku mau kita bersikap layaknya suami istri didepan orang tuaku
Aku tidak ingin orang - orang dikantor tahu tentang kita
" aku hanya minta dua hal saja" Arnold terdiam, menyembunyikan pernikahan mereka dari orang- orang, apa Allin tidak suka bila orang tahu kalau mereka menikah, Arnold jadi kesal memikirkan itu
" apa maksudmu dengan merahasiakan hubungan kita?" Allin menatap Arnold, kenapa nada bicara Arnold terdengar kesal, Allin menyangkal itu , untuk apa Arnold kesal padanya ,
" tidak ada, hanya saja, aku tahu kamu pasti mempunyai wanita yang kamu suka , dan terpaksa menerima perjodohan ini, jika kita menutupinya kan itu bagus untuk kamu"
" jadi maksudmu, aku tipikal pria yang menjalin hubungan disaat aku sudah menikah begitu?" Arnold berbicara dengan jengkel, Allin kaget kenapa Arnold harus marah, dia kan tidak salah dalam berbicara
" tidak bukan itu maksudku"
" lalu?" sumpah Allin menatap Arnold yang bersikap dominan disana dengan raut tidak menyangka
" Arnold , aku minta maaf bila kamu tersinggung dengan perkataanku barusan, tapi aku tidak berkata seperti yang kamu pikirkan , kamu dan aku sudah saling tahu bila kita dijodohkan , aku tahu aku pasti masuk dalam hidupmu dan merusak nya.."
" itu memang benar" Allin kesal Arnold berkata seperti itu
" karena itu aku memberikan syarat itu, agar kamu bebas bersama wanita lain"
Allin menatap Arnold , disana Arnold menatapnya tajam, Allin meringis dalam hati apa dia salah bicara lagi
" aku tahu alasan sebenarnya kamu meminta syarat itu, agar kamu bisa menjalin hubungan dengan Lucas iya kan?'
" Lucas?"
" iya, dia kekasihmu" Allin tertawa disana, Astaga ternyata Arnold salah sangka
" kenapa kamu tertawa?" tanya Arnold kesal
" kamu salah paham Lucas itu hanya sepupu laki- laki ku" Allin menatap Arnold yang tidak percaya padanya
" kamu tidak percaya , baiklah nanti kamu juga akan melihatnya saat kita menikah nanti"
entah kenapa Arnold merasa lega mendengarnya , tapi kemudian dia ingat lalu siapa nama pria yang tadi pagi mengusap kepala Allin , mengingat itu Arnold kembali kesal
" kalau bukan Lucas pasti pria lain" Allin tidak percaya Arnold akan bertanya
" pria lain?, kamu tahu aku baru saja pulang dari Parris , dan langsung bekerja di perusahaan mu, kapan aku sempat mencari kekasih dan bahkan sekarang malah dijodohkan denganmu" Arnold menatap Allin jengkel apa maksud perkataan Allin apa dia merasa terbebani dengan menikah dengan dirinya saat Allin tidak bisa mencari kekasih, tapi di satu sisi Arnold juga senang Allin tidak mempunyai pria lain
" kalau begitu kenapa pernikahan kita harus dirahasiakan?"
" sudah aku bilang , aku merasa bersalah karena hadir dlam hidup mu, jadi dengan kita merahasiakan pernikahan kita kamu bisa bersama wanita yang kamu suka, tanpa terbebani tentang hubungan kita" Arnold kesal Allin selalu berbicara tentang wanita lain, apa Allin tidak cemburu saat dia bersama wanita lain
" seterahmu saja , aku tidak perduli , besok aku ingin kita bertemu untuk menandatangani surat itu".
" tidak, besok weekend, aku ingin berlibur dan istirahat"
" bersama kekasihmu begitu?"
" isshhh..kamu ini, aku itu tidak mempunyai kekasih, aku hanya ingin dirumah saja besok "
" tidak, besok kita harus bertemu"
" tapi aku ingin menonton maraton drama yang sudah lama aku ingin tonton"
" kamu ini, kamu itu sudah besar dan bahkan akan menikah, apa masih seperti anak remaja"
" memangnya kenapa syirik saja"
" pokoknya besok kita harus ketemu "
" tapi aku tidak mau"
" kamu mau bertemu aku diluar atau aku datang kerumahmu?" Allin menatap Arnold tidak percaya
" kitakan bisa bertemu lain kali"
" tapi aku banyak kerjaan hanya itu waktu luangku"
" ya sudah suruh saja Asisten pribadimu untuk memberikannya padaku " Arnold terdiam dia tidak mempunyai alasan lain lagi, tapi dia tidak akan kalah
" aku tidak percaya orang lain, aku ingin kita bertemu" Allin menatap Arnold dengan mata memelas, Arnold ingin tertawa melihat itu, manis sekali , Arnold tersadar dan cepat - cepat menggeleng apa yang dia pikirkan
" tidak, aku tidak akan terpengaruh hanya dengan mata memohonmu " Allin langsung duduk bersandar dia menatap Arnold kesal, Arnold tersenyum disana, ternyata menyenangkan juga menggoda Allin
Allin kemudian kembali duduk dengan benar dan menatap Arnold
" kita bertemu di rumah ku saja, itu pilihan terakhir mau atau tidak?"
" kenapa kamu yang memutuskan disini"
" Arnold , kamu tega sekali padaku , aku sudah lama ingin nonton drama itu, kamu jahat sekali , " Arnold merasa kasihan pada Allin
" baiklah besok aku akan kerumahmu"
" kenapa tidak nanti saja hari senin atau selasa gitu"
" kamu mau atau tidak "
" iya, iya mau, oh astaga sebentar lagi waktu makan siang habis, aku bahkan belum sempat makan, aku Sial sekali" Allin berdiri dan ingin pergi tapi Arnold menahan tangannya
" duduk "
" tapi aku nanti terlambat saat sampai dikantor" Arnold menarik Allin dan mendudukkanya kembali kekursi
Lalu dia memanggil pelayan
" Arnold aku nanti terlambat "
" sudah makan saja, aku bossnya"
" tapi bagaimana aku menjelaskannya pada rekan ku nanti?"
" tinggal bilang saja, makan siang bersama calon suamiku pemilik perusahaan Gall"
" kamu jangan macam- macam ya" Arnold menatap Allin, dia tidak menyangka Allin serius dengan merahasiakan pernikahan mereka nanti.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!