Ding\~ Dong\~
Jam dinding mulai berbunyi dan menunjukkan pukul 12 malam. Terlihat seorang gadis cantik tengah membereskan kedainya dan mulai menutupnya. Ia bernama Aleya Aurora Evangeline. Ia adalah pemilik toko kue yang cukup diminati didaerahnya. Gadis itu berumur 21 tahun. Kulitnya sangat putih dan mulus seperti salju. Hidungnya runcing dan memiliki bulumata yang lentik hingga membuat setiap orang yang melihatnya akan terpesona dengan kecantikannya.
Ia adalah gadis yatim piatu. Orang tuanya sudah meninggal sejak ia berusia 14 tahun karena kecelakaan. Ia pun hidup bersama Sang Nenek yang merawatnya. Tapi naas, Neneknya juga meninggal ketika ia menginjak usia 20 tahun. Ia pun hidup sebatang kara dan memutuskan untuk membuka toko kue dari harta peninggalan Orang Tuanya.
Toko kue miliknya berada ditengah kota yang cukup padat kendaraan. Toko kecil miliknya berhadapan tepat Perusahaan Xaviera. Perusahaan yang bergerak dibidang Fashion itu terkenal hingga manca negara. Sesekali, Clara menatap kearah gedung menjulang itu seolah berharap ia akan dapat bekerja disana.
“Akhirnya beres juga,” ucapnya sembari mengusap keringatnya yang sudah bercucuran.
Gadis itu kemudian mulai mengambil barang-barangnya untuk bersiap pulang. Ia mulai mengecek dan mematikan saklar untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan. Saat ia hendak keluar, tiba-tiba mulutnya disekap entah oleh siapa.
“MMMHHH!” erang Aleya sekuat tenaga sembari mencoba melawan.
Tapi usahanya sia-sia. Tenaga orang itu terlalu kuat. Ia kemudian diseret masuk kembali kedalam toko miliknya yang sudah gelap gulita.
Brukk\~
Tubuhnya dihempaskan kearah lantai toko. Ia kemudian berteriak minta tolong dan mencoba melawan orang yang tengah berdiri dihadapannya. Air matanya mulai mengalir. Ia mulai menjerit ketakutan.
“Jangan menyentuhku brengsek!” umpat Aleya sembari mencoba melawan Pria yang tengah menindih tubuhnya.
”Menurutlah manis,” bisiknya seduktif.
”TOLONG!” jerit Aleya.
Pria itu kembali membekap mulut Aleya dan langsung merobek baju gadis itu dengan paksa. Pria itu kemudian mulai mendekatkan wajahnya. Tapi tiba-tiba, pintu toko itu didobrak.
Bug\~ Bug\~
2 pukulan melayang kearah Pria itu hingga membuatnya terjatuh ketanah. Aleya yang melihat itu langsung menjauhkan dirinya dan menutupi dadanya dengan kedua tangannya. Ia kemudian menangis histeris sembari melihat Pria yang hendak melecehkannya dipukuli oleh Pria lain.
Beberapa saat kemudian, Pria itu langsung berteriak seolah memanggil seseorang.
“Billy! Bawa dia kekantor polisi!”
Tak berselang lama, datang seorang Pria yang langsung menyeret Pria yang hendak melecehkan Aleya. Sementara Pria yang menyelamatkan Aleya langsung berjalan mendekati gadis yang sedang merunduk ketakutan sembari menangis tersedu-sedu.
”Mari kuantar pulang,” ucap Pria itu sembari mengulurkan tangannya.
Aleya tak bergeming. Ia tetap merunduk dan terus menangis tanpa henti. Pria itu langsung mengangkat tubuh Aleya tanpa permisi dan membawanya keluar menuju mobilnya yang terletak diseberang toko.
”Aarghh! Tolong!” jerit Aleya.
“Diamlah. Aku tidak akan menyakitimu. Katakan, dimana rumahmu,” ucap Pria itu.
Aleya mulai membuka matanya dan menatap Pria disebelahnya.
“Tampan sekali,” batin Aleya dengan jantung yang mulai berdegup cepat.
”D-di Gwendolyn,” ucapnya menyebutkan daerah rumahnya dengan pelan.
Pria itu tak menjawab. Mobil kemudian melaju kearah tempat yang disebutkan tadi. Sepanjang perjalanan, Aleya hanya terdiam sembari terus mencoba menenangkan dirinya. Ia berusaha melupakan kejadian barusan yang menimpa dirinya.
”Siapa namamu?”
Aleya tak menjawab.
”Siapa namamu? Apa kau bisu?”
“S-saya? Saya Aleya.”
Mobil berhenti tepat didepan rumah kecil Gadis itu. Rumah yang menunjukkan nuansa minimalis dan nyaman untuk dihuni. Gadis itu kemudian mengucapkan banyak terimakasih kepada Pria itu dan mulai keluar dari mobil.
Setelah gadis itu turun dari mobil, mobil kembali melaju dengan cepat meninggalkan rumah Aleya. Gadis itu kemudian menghela nafasnya kasar dan buru-buru masuk kedalam rumah karena masih trauma dengan kejadian yang baru saja menimpanya.
”Lelah sekali,” gumamnya.
Ia kemudian membersihkan dirinya dan mulai naik keatas ranjangnya untuk beristirahat.
\~\~
Siang itu, matahari sudah berada tepat diatas kepala. Para masyarakat pun mulai ramai berlalu lalang di pusat kota itu. Beberapa dari mereka ada yang sibuk menunggu bus, mengendarai kendaraan mereka, dan beberapa juga terlihat sedang mencari makan siang mereka.
Tak terkecuali toko kue yang juga dipadati pengunjung. Kala itu, Aleya bersama 2 karyawannya tengah melayani pelanggan yang berada di tokonya. Mereka memilih milih dan mulai membawa belanjaan mereka menuju kasir.
“Kenapa stoknya sedikit sekali? Padahal ini kan sangat enak,” ucap salah satu seorang customer wanita yang tengah membayar belanjaannya.
”Maaf Nona, bahan-bahannya sangat terbatas dan susah dicari. Jadi kami membuatnya sesuai ketersediaan bahan,” jelas Aleya.
”Benarkah? Sayang sekali. Kalau kau stok banyak mungkin aku akan membelinya semua,” ujar Wanita itu.
”Wah terimakasih Nona. Saya sangat senang kalau anda menyukai kue buatan kami,” ucap Aleya.
”Terimakasih Nona. Hati-hati dijalan,” ucap Aleya.
Wanita itu tersenyum sumringah kemudian pergi meninggalkan Toko kue tersebut. Antrian dikasir pun tak henti-henti. Para Customer yang masuk juga tak berhenti dari pukul 11 tadi.
“Sepertinya kita akan tutup cepat hari ini,” ucap Aleya pada Karyawannya yang bernama Clara.
“Betul Nona. Kue kita hampir habis,” ucap Clara.
Dan benar saja, sekitar pukul 5 sore, semua kue ditoko itu habis. Mereka bertiga pun segera bersih-bersih dan menutup toko agar bisa cepat pulang dan beristirahat.
“Nona, pekerjaan kami sudah selesai. Kami pamit dulu,” ucap Lavina berpamitan.
Clara dan Lavina pun mulai keluar toko. Sementara Aleya, ia masih menghitung pemasukan hari ini. Tapi tiba-tiba, seorang Pria berjas masuk kedalam tokonya.
”Maaf Tuan. Kami sudah tutup,” ucap Aleya.
“Saya tidak mau membeli kuemu hari ini,” ucap Pria itu.
“Maksud Tuan?”
“Saya ingin memesan Kue untuk acara Ulang Tahun Perusahaan kami. Apa bisa?”
“Kue apa dan untuk tanggal berapa Tuan?”
“Kue yang paling laris ditoko ini. Aku pesan Dua ribu pcs untuk tanggal 15 minggu depan,” ucap Pria itu.
“Du-dua ribu?”
“Iya. Kenapa? Apa tidak sanggup?”
“M-maaf Tuan. Itu diluar kemampuan kami. Saya menjalankan toko ini sendirian. Dan karyawan disini hanya 2 orang. Saya tidak mungkin sanggup membuat sebanyak itu,”
”Saya akan membayarmu 3 kali lipat. Apa bersedia?”
Aleya yang mendengar tawaran itu pun terdiam. Jika dia berhasil, maka uang itu lebih dari cukup untuk kebutuhannya dan bahkan mungkin ia bisa membeli toko yang ia sewa sekarang.
“Bagaimana? Apa tawaran saya tidak menarik?”
“M-maaf Tuan, apa boleh saya diskusikan dengan karyawan saya terlebih dahulu?”
“Tentu boleh. Ini kartu namaku. Hubungi aku jika kalian bersedia.”
“Baik Tuan. Terimakasih,” ucap Aleya.
Pria itu kemudian tersenyum kecil dan pergi meninggalkan toko kue Aleya. Ia pun mulai memasuki mobil yang terparkir tepat didepan tokonya. Tapi, tiba-tiba pintu kaca mobil bagian belakang mobil itu terbuka dan menampakkan Pria yang sangat familiar dimatanya.
”Pria itu?”
Keesokan harinya, Aleya mulai mendiskusikan perihal pesanan Kue yang ditawarkan oleh seorang Pria bernama Arga Davindra.
“Acaranya minggu depan, apa sanggup?” tanya Aleya.
”Kalau toko ini ditutup mungkin kami sanggup Nona,” ucap Lavina.
”Tentu saja akan ditutup. Kita akan pingsan jika tetap membuka toko.” ucap Aleya.
Clara dan Lavina pun saling melirik sebelum akhirnya mengangguk setuju. “Baiklah, 4 hari sebelumnya kita sudah membuat adonannya. Dan tentu saja aku akan mulai berbelanja dari sekarang karena takut kehabisan bahan. Aku akan mengonfirmasi terlebih dahulu pada Tuan itu,” ucap Aleya.
“Baik, Nona.”
Aleya kemudian mulai beranjak dari duduknya. Sementara Kedua rekannya mulai membersihkan toko karena sebentar lagi sudah waktunya buka. Aleya kemudian mulai memakai jaketnya dan keluar untuk menuju Perusahaan tempat Pria tersebut bekerja.
Dia hanya cukup berjalan kaki kurang dari 5 menit dan sampai karena Perusahaan itu tepat berada didepan toko kecilnya itu.
“Permisi, saya ingin bertemu dengan Tuan Arga,” ucap Aleya.
”Apa sudah membuat janji, Nona?”
”Em belum, tapi saya ada perlu dengan beliau,” ucap Aleya.
”Maaf Nona tapi jika ingin bertemu dengan Tuan Arga, anda harus membuat janji terlebih dahulu,” ucap Resepsionis yang berada dilobi.
Aleya menghela nafasnya pelan. “Baiklah, terimakasih,” ucapnya.
Saat ia berbalik badan, ia terkejut saat melihat beberapa Pria sudah berdiri dihadapannya sembari menatapnya tajam.
“Oh tuhan!”
“Ada urusan apa kesini?”
Gadis itu terkejut saat melihat wajah Pria itu. Pria yang menolongnya dimalam saat ia hampir dilecehkan.
“A-ah saya ingin bertemu Tuan Arga,” ucap Aleya.
Gadis itu kemudian menangkap sosok Pria yang berada di belakang Pria yang menolongnya.
“Tuan Arga?” ucap Aleya sembari memiringkan kepalanya guna melihat Pria yang menemuinya kemarin.
Pria itu terlihat bingung. “Bukan saya,” ucapnya.
“T-tapi kau yang memberikan kartu nama ini,” ucap Aleya sembari menunjukkan sepucuk kartu nama yang berada digenggamannya.
Pria itu kemudian melirik kearah Pria yang menolongnya. Aleya pun tersadar bahwa Arga yang dicari adalah Pria yang menyelamatkannya.
“A-anda adalah Tuan Arga?” tanya Aleya gugup.
“Ya. Untuk apa kau mencariku?”
“Begini Tuan, kemarin Pria dibelakang anda ingin memesan Kue ditoko Saya,” ucap Aleya.
“Benar. Lalu?”
“Saya ingin memberitahu bahwa saya menyetujuinya,” ucap Aleya.
“Bagus kalau begitu. Dave, urus untuk pembayaran uang mukanya,” ucap Arga.
“T-terimakasih Tuan,” ucap Aleya sembari menundukkan kepalanya.
“Silahkan Nona,” ucap Dave kemudian menuntun Aleya kearah ruangan yang tak ia ketahui.
Arga pun juga ikut dibelakang gadis itu. Sesampainya mereka disebuah ruangan dilantai 15, ia sedikit tercengang karena sebuah tulisan yang berada dipintu. Presdir.
“Dia adalah Presdir?” batin Aleya kemudian melirik kearah Arga.
Mereka pun masuk dan Aleya dipersilahkan untuk duduk di sofa yang berada diruangan itu.
“Siapa namamu?”
“Aleya. Aleya Aurora Evangeline,” ucap Aleya.
“Sejak kapan kau mengelola toko Kue?”
“Baru 2 tahun terakhir, Tuan,” ucap Aleya.
Arga mengangguk. Pria itu tertegun dengan gadis kecil yang ada dihadapannya. Gadis yang memiliki mata teduh, kulit seputih salju, dan bibir pink yang sangat merona membuat setiap Pria yang melihatnya akan terpesona dengannya.
Bukan hanya penampilannya, tapi kerja keras dan kegigihan Aleya juga menjadi suatu daya tarik tersendiri bagi para Pria yang mengenalnya.
“Ini adalah uang muka. Sesuai perjanjian mu dengan Dave kemarin, Saya akan membayar 3x lipat. Setelah pesanan selesai, saya akan melunasi semuanya,” ucap Arga sembari menyodorkan sebuah amplop berisikan uang 10 juta.
“T-tuan ini terlalu banyak. Bahkan ini sudah cukup untuk membayar semua Kue yang dipesan,” ucap Aleya terkejut.
“Kan saya bilang saya akan membayarnya 3x lipat. Kenapa terkejut?”
Aleya menggeleng. Ia kemudian beranjak dari duduknya dan menundukkan tubuhnya hampir 90 derajat. “Terimakasih banyak Tuan,” ucap Aleya.
Arga mengangguk. Aleya pun pamit dan pergi meninggalkan Perusahaan itu.
Tanpa disadari, senyuman kecil terukir di bibir Arga. Senyuman yang hampir tak pernah terlihat lagi setelah dirinya dijodohkan oleh seorang Wanita yang tak ia cintai.
“Awasi dia. Aku tidak ingin kejadian seperti kemarin menimpanya lagi,” ucap Arga.
“Baik, Tuan.”
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!