("Malam hari yang begitu gelap gulita, terdengar seorang anak kecil yang berusaha dan berlari pergi meninggalkan tempat itu. Sang anak terjatuh ke tanah berulang kali dan berusaha terus untuk bangkit. Tanpa memandang ke arah belakang lagi, tanpa memperdulikan rasa sakit yang dia rasakan. Sang anak berlari dalam ketakutkanya. Dan berusaha menahan rasa sakit dan tangisan.
" Tit " Bunyi suara klason yang membuat anak itu terjatuh ke tanah" )
“ Tidak” Ujar Psi berteriak dan langsung bangun dari mimpi buruknya itu. Sambil mengatur napas yang telah habis dan juga mencengkram kepalanya yang sakit dengan kedua tanganya. Dan tanpa sengaja tangan psi mengelap air matanya.
" Aku menangis" Ujar Psi yang sedikit kebingungan dan memandang sekitarnya.
Kring Kring bunyi alarm yang menghentikan rasa sakitnya dan mimpi buruknya itu. Dan juga membuat Psi terus berpikir kenapa terus memikirkan mimpi buruk itu tanpa sebab akhir-akhir ini. Akhirnya Psi beranjak dari tempat tidurnya.
Dan bergegas menuju tempat kerjanya. Merapikan sesuatu dengan tatapan yang kosong yang dirasakan oleh Psi setiap harinya, di mulai dari mimpi buruknya itu. Rekan kerja yang melihat Psi melamun menghampirinya.
“Dah” Sambil berusaha mengangetkan temanya yang sedang melamun dan melanjutkan perkataanya yang belum selesai.
“Psi pagi pagi saja sudah melamun, kamu sedang berpikir apa? “ Ujarnya sambil menyeringai dan juga menyenggol bahu temanya itu.
“hah, sudahlah “ Ujarnya dengan malas dan melambaikan tanganya meninggalkan kawanya itu sendirian. Psi berjalan ke arah pintu dan membuka kafe. Seperti biasa di pagi hari, terdapat banyak karyawan yang mengantri untuk memesan kopi di kafe itu. Sambil tersenyum kepada para pelangganya dan menyiapkanya juga.
Sambil berjalan menuju ke tempat kasir. Alex memesan sesuatu di cafe itu dan memandang sekitarnya
“Kopi hitam “ Ujarnya tanpa sengaja Alex memandang dan melihat acara tv yang sedang disiarkan.
Dimana reporter itu menyiarkan kasus pembunuhan berantai. Reporter itu cukup fasih dalam berbicara hal hal yang berkaitan dengan kasus pembunuhan berantai itu.
“Tuan. Ini kopinya “ Ujar psi menyodorkan kopinya ke arah Alex. Alex yang tadi melihat acara tv itu langsung melihat ke arah psi. Dan tersenyum.
“ Kasus berantai, bahkan sampai sekarang polisi belum bisa menyelesaikan” Ujarnya.
Psi yang mendengar perkataan Alex dan menjawab pertanyaanya
“Kamu benar. Bahkan semua warga bertanya dengan kasus itu. kenapa kasus itu belum diselesaikan padahal telah memakan banyak korban. Sebenarnya kerjaan polisi itu apa sih“ Alex yang mendengar hanya tersenyum dan
memandang ke arah Psi.
“Terima kasih “ Ujar Alex mengambil kopinya dan pergi meniggalkan toko itu.
“Psi, apa kamu menyinggung dia” Ujar rekan sambil menyenggol bahu psi. Psi yng tidak tahu sama sekali akhirnya menjawab
“ Engak” Ujarnya sambil menaikan bahunya.
“ Dia itu polisi” Ujar rekanya. Psi hanya memandang ke arah Alex yang pergi berlalu meninggalkan toko itu.
" Tapi apakah dia orang baru saya baru melihatnya memesan kopi ? Tapi bagaimana kamu tau dia polisi dia tidak memakai seragam" Ujar Psi sedikit kebingungan.
" Hem, Matamu tidak jeli apa kamu tidak melihat dia membawa Radio dan Pistol " Ujar temanya sambi tersenyum dan menyenggol Psi.
" Psi, akhir akhir ini apakah kamu ada masalah " Ujar kawanya dan memandang ke arah Psi dengan khawatir.
" Engak kok, Saya cuma kecapean " Ujar Psi singkat dan melanjutkan pekerjaanya dan meninggalkan rekanya.
//
Sambil berjalan masuk ke kantor polisi Alex masuk ke ruangan divisi krimnal, Alex datang dan menyapa mereka semua.
“ Hallo selamat pagi, Nama saya Alex saya adalah anggota baru di tim Divisi krimnal ini ” Ujarnya dan menyapa mereka semua. Semua yang berada di ruangan itu langsung menjawab bersamaan
" Anak baru" Ujar mereka secara kompak di ruangan divisi kriminal
“ Orang baru” Ujar Via datang menghampiri Alex dan mengenalkan dirinya.
“ Saya Via ketua tim divisi kriminal, selamat datang” Ujarnya dan mengulurkan tanganya ke arah Alex. Alex yang melihatnya pun menjabat tangannya Via.
Di lanjutkan oleh semua anggota yang berada di divisi kriminal. Mereka menyapa alex satu persatu.
" Baik " Ujar Via kepada Alex dan melanjutkan perkataanya yang belum selesai
“Karena sekarang sudah lengkap kita langsung ke lapangan “ Ujarnya. Dan mereka langsung bergegas. Alex yang tidak tau apa yang sedang terjadi akhirnya bertanya.
“Kita akan ke mana “ Ujar Alex yang kebingungan dan bertanya kepada mereka yang sedang bersiap.
“kamu melihat berita hari ini, ??” Ujar Risky dan bertanya langsung kepada Alex yang sedikit kebingungan. Alex langsung menjawab pertanyaan Risky
“Kasus pembunuhan berantai” Ujar Alex sambil mengingat berita tadi pagi
"Yap kamu benar " Ujar rekan kawanya itu dan menyuruh Alex untuk bersiap pergi.
"Sekarang kita harus pergi ke tempat itu" Ujarnya dan menarik Alex keluar sambil tersenyum.
"Ah, Tunggu bentar biar aku bersiap dulu" Ujar Alex dan mengambil barangnya di meja.
“Apa laporan sudah selesai “ Ujar Via sambil mengecek sekitarnya dan berkeliling.
“ Sudah, Korban meninggal sekitar 2 hari “ Ujarnya polisi yang mengecek keadaan mayat itu dan langsung menjawab pertanyaan Via yang baru datang.
Via yang mendengar perkataan polisi itu langsung mengecek kondisi mayat itu. Disana juga Via melihat bekas luka yang disekitar leher mayat itu.
“Umur korban berapa, Apa ada keluarga yang pergi mencari “ Ujar Via dan menyuruh seseorang memotret mayat itu. Dengan sigap polisi itu langsung memotret dan mendengar perkataan Via
“ sekitar 10 tahunan, untuk keluarga masih belum bisa di konfirmasi “ Ujar Polisi dan membantu tim anggota Via.
" Baiklah habis ini kalian melakukan otopsi" Ujar Via kepada kepolisian itu.
" Baik" Ujar polisi itu dengan tegas.
“Anak baru “ Teriak Via memanggil Alex.
Alex yang sedari tadi membantu para anggota lain, akhirnya datang menemui Via.
“ Alex, kamu cacat kasus pembunuhan berantai yang ke 24 , korban perempuan, indentitas belum ada, kondisi meninggal dicekik, kematian dua hari” Ujar via dan memeriksa sekelilingnya.
Alex yang mendengar perkataanya langsung mencatat dengan cepat.
(Disisi lain tempat kejadian itu beberapa masyarakat yang tinggal di sekitar sana langsung berbisik satu sama lain)
“Ada mayat lagi ini sudah ke 24, setiap bulan selalu terjadi pembunuhan. Tapi polisi belum menyelesaikan kasusnya,” Ujar ibu paruh baya itu dan menujuk ke arah mayat itu.
“Kau benar. Aku takut nanti cucuku juga korban salah satu dari mereka belum lagi selalu pulang menggunakan bus.” Ujar nenek itu sambil berbisik.
" Tapi kurasa ada sedikit aneh deh kasus pembunuhan yang ke 24" Ujar bapak bapak yang tiba tiba ikut berbicara.
" Apa?" Ujar masyarakat disana dan memandang bapak itu.
" Yang pembunuhan ke 24 ini kenapa seorang anak kecil, biasanya setau saya yang ikut berita. Rata rata korban berusia diatas 20 an." Ujar Bapak itu melanjutkan perkataanya itu. membuat warga masyarakat mengangguk secara bersamaan. Mendengar perkataan para warga disana membuat Via terdiam
“Ini sudah ke 24, setiap bulan ada korban yang meninggal di dalam bus maupun di sekitar bus itu sendiri“ Ujar Via sambil bergumam akan sesuatu. Sambil memandang sekitarnya, dan mengecek dengan seksama.
“Melly,Kelvin,Risky, tetap sini untuk mencari bukti” Ujar Via.
“ Baik “ Ujar mereka bertiga dengan kompak pergi meninggalkan Via dan Alex.
“ Anak baru,” Ujar Via.
“ Ya “ Dengan tegas Alex menjawab pernyataan Via.
“ Kamu pergi untuk mengumpulkan data dan saksi disekitar sini. Semuanya tanpa terkecuali sedikit pun, terutama kepada orang yang pertama kali melapor dan orang yang duduk di bus itu” Selang beberapa detik bunyi telepon Via berdering. Via meninggalkan tempat itu dan menjawab telepon itu.
“ Sekarang kamu ada dimana? “ Ujar seseorang dengan nada marah. Via mengetahui siapa yang menelepon akhirnya menjawab
“ Ketua saya ada di lapangan, Nanti saya akan melapor “ Ujarnya dan mematikan teleponya. Via pergi berjalan ke arah mereka dan berbicara kepada mereka berempat
“Nanti sore kita berkumpul di ruangan, Aku mau semua lengkap yang telah aku minta“ Ujar Via dengan tegas
“ Baik “ Ujar mereka berempat secara serampak.
Mendengar ucapan mereka berempat akhirnya Via pergi meninggalkan mereka dan bergegas berbalik ke kantor
//
“Drap Drap” Suara langkah kakinya.
sambil mengatur napas dan Via membuka ruangan itu dan menghadap kepada komisarisnya.
"Ketua " Ujarnya sambil berjalan masuk ke tempat Komisarisnya berada. Dan berjalan mendekat ke arah komisaris.
“Ini sudah 2 tahun tapi tim kamu belum bisa menyelesaikan kasus pembunuhan, “ Ujar komisaris dengan marah dan melempar laporan itu ke arah Via. Via yang memandang hanya terdiam dan menjawab.
“Saya minta maaf, Saya akan berusaha lebih keras untuk kasus ini“ Ujarnya.
Komisaris yang mendengar perkataan Via hanya bisa menghela napas dan menjawab pertanyaan Via
“Kamu akan berusaha lebih keras, apa kamu pikir bisa menyelamatkan korban yang meninggal“ Ujar komisaris itu dengan emosi dan memegang kepala yang sakit dengan kedua tanganya.
“Keluar Kamu, Aku tidak peduli seberapa usaha kamu, yang aku inginkan kasus ini harus terpecahkan dan tidak ada sedikit pun memakan korban lagi” ujarnya menujuk ke arah keluar dan mengusir Via dari ruangan itu.
Via yang mendengar perkataan komisaris akhirnya pergi ke luar ruangan itu. Sambil berjalan Via pun juga berpikir kasus itu yang begitu rumit. Kasus belum terpecahkan selama 2 tahun belakangan ini. Yang menghabiskan semua tenaga dan pikiranya.
" Baik semua sudah berkumpul" Ujar Via yang menyambut para anggotanya yang berjalan masuk ke ruanganya.
" Ya, ketua " Ujar mereka secara kompak dan berjalan ke arahnya dengan sigap dan tegap.
" Informasi apa yang kamu dapatkan " Ujar Via menujuk ke arah Alex. Alex memandang Via dengan tatapan percaya diri.
" Nilam adalah orang pertama yang melapor. Dia seorang petugas kebersihan. Dia sama sekali tidak tau adalah mayat sedikit pun. Karena Korban duduk dengan wajah tertutup rambut. Dia baru sadar ketika korban itu terjatuh ke bawah" Ujar Alex dengan tegas.
" Cuma itu " Ujar Via menatap Alex dengan wajah mimik sedikit kesal akhirnya dia melanjutkan perkataanya
" Apa itu kamu sebut informasi / data?" Ujarnya dengan kebingungan dan sedikit memuncak berteriak ke arah Alex dengan sedikit nada kesal dan tajam.
" Sebernanya di lapangan kamu ngapain? Kamu tau kan aku minta apa " Ujar Via dengan kesal secara tiba-tiba.
Rasa kesal yang Via rasakan sebelumnya bercampur dengan rasa kesal dia dapatkan ketika mendengar perkataan dari Alex, sehingga memuncak rasa amarahnya tanpa sengaja memarahain Alex.
" Ketua , Semua informasi dari kita berempat sudah kami kumpulkan dalam bentuk cacatan ini " Ujar Melly mengeluarkan buku cacatan dan menghampiri Via dan memegang pundaknya.
" Via apa ada masalah ? Kamu seharusnya tidak membentak Alex seperti itu" Ujarnya dan memandang ke arah Via dengan lekat. Via yang mendengar perkataan Melly akhirnya menjawab dan sambil menengkan dirinya dengan cara menghela napasnya
" Kamu benar, Aku benar benar lagi pusing" Ujarnya dan memandang ke arah jam. Waktu jam yang menunjukan mereka untuk pulang.
" Kalian semua bisa pulang dulu. " Ujar Via pergi berlalu dan duduk di mejanya.
Ketika mereka semua pulang. Cuma hanya tersisa Melly dan Via. Melly memandang Via. Akhrinya Melly membelikan Coffe yang barusan dia beli.
" Nih " Ujar Melly sambil menyodorkan Coffe ke arah Via dan melanjutkan perkataan yang belum selesai
" Buat menyegarkan pikiran kamu" Ujarnya
" Thanks " Ujar Via sambil melanjutkan berkas yang belum selesai dan membolak balikan cacatan mereka.
Melly memandang Via sebentar dan mengambil cacatan yang Via lihat dan menutup buku cacatan dan menarik tangan Via keluar dari tempat itu
"Sudah malam Mending kita balek dulu ? apa kamu fokus dengan pekerjaan ini " Ujarnya sambil mengotak atik handphone dan melirik arah jamnya yang hampir jam 11.
"korban meninggal setelah dua hari " Ujar Via sambil memainkan pen-Nya.
" Ah pusing " Ujar Via memainkan rambutnya sampai berantakan. Dan menerima ajakan Melly untuk pulang
//
" Psi kamu sudah selesai " Ujar kawanya yang bersiap untuk pulang.
" sebentar lagi" Ujar Psi sambil menyapu lantai cafe yang masih tampak kotor.
" Kalau gitu aku pulang duluan ya Psi" Ujar rekan-Nya dan meninggalkan psi sendirian sambil memberi kunci cafe itu.
" Kamu jangan lupa menutup cafe ya " Ujar Rekanya yang meninggalkan Psi sendirian dan jalan keluar cafe.
" sudah tutup ? " Ujar Alex yang tiba tiba datang masuk ke cafe itu. Psi memandang Alex sebentar dan menjawab pertanyaan
" Cafe ini sudah tutup, memerlukan apa ?" Ujar Psi sambil menaruh barangnya.
" Ah saya mau pesan kopi, Tapi sudah tutup ya sudahlah " Ujar Alex. Alex memandang psi sebentar dan mengeluarkan tanganya.
"Nama saya alex nama kamu siapa ? Apa kamu orang baru disini saya baru melihat dirimu" Ujar Alex sambil tersenyum. Psi memandang Alex sebentar dan menjawab
"Psi itu adalah nama saya." Ujarnya dan menutup lampu lampu cafe dan bersiap untuk pulang.
" P S I ? nama kamu hanya 3 huruf ya apa kamu tidak memiliki nama lengkap " Ujar Alex sedikit kebingungan.
" Saya tidak ingat nama lengkap saya " Dan beranjak keluar dari cafe itu dan menutup pintu cafe itu.
" Ah begitu ya ? " Ujar Sedikit tersenyum agak paksa. Mendengar perkataan Alex, Psi pergi meninggalkan Alex sendirian.
Sambil terus berjalan menuju arah pulang Psi terdiam akan sesuatu. Psi teringat akan perkataan Alex yang masih tergiang giang yang mentanyakan nama lengkap-Nya. Sambil menghela napas Psi bergumam dan berkata diri sendiri.
"Bagaimana aku bisa mengingat nama lengkap saya. Sedangkan saya berada di panti asuhan sejak berumur 12 tahun. Bahkan saya tidak bisa mengingat masa kecil saya kenapa saya bisa berada di panti asuhan."
Tring suara bunyi bus telah datang. Psi berjalan ke arah bus dan duduk. Selain itu Psi juga mendengar beberapa orang yang meributkan tentang pembunuhan berantai.
Baik orang umum, Ibu ibu, Bahkan siswa pun juga. Psi yang malas mendengar orang yang meributkan tentang pembunuhan berantai itu akhirnya dia memilih mendengar lagu dan memakai earphonenya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!