Liu Yuwen tidak langsung keluar dari gua yang ia tempati, selain untuk berisitirahat dan memulihkan kondisinya, Liu Yuwen juga perlu mengisi qi'nya kembali setelah bertarung cukup berat sebelumnya.
Selain itu alasan lainnya Liu Yuwen tidak meninggalkan gua selama berhari-hari lamanya disebabkan dirinya menunggu Bai Huahua terbangun dari tidurnya.
Sekitar satu minggu lebih, barulah roh pedang itu akhirnya terbangun. Liu Yuwen menyambutnya dengan antusias karena sudah terlalu lama ia menunggunya.
"Akhirnya kau sadar juga, aku sudah menunggumu sejak lama."
"Kau masih di gua ini?" Suara serak dari Bai Huahua terdengar dikepala Liu Yuwen.
"Ah, itu karena aku membutuhkan bantuanmu sebelum keluar dari gua..." Liu Yuwen kemudian menjelaskan bahwa dirinya ingin meminjam kekuatan Bai Huahua lagi. "Dengan menggunakan kekuatanmu aku bisa terbang, ini cara lebih cepat agar aku bisa melewati gurun pasir ini."
Bioma padang pasir yang Liu Yuwen tempati sekarang disebut Gurun Tanpa Batas, tidak perlu penjelasan lebih jauh untuk menggambarkan betapa luasnya wilayah gurun ini.
"Tidak bisa, aku tidak bisa meminjamkan kekuatanmu lagi."
"Eh, kenapa begitu, bukankah sebelumnya kau bisa melakukannya?" Liu Yuwen sedikit terkejut.
"Itu berbeda, sebelumnya aku menggunakan sedikit kekuatanku yang tersisa untuk membantumu, kini setelah memberikan seluruhnya padamu, kekuatanku benar-benar sudah habis."
Bai Huahua lalu meminta Liu Yuwen untuk melihat ketajaman Pedang Pembasmi Raja, Liu Yuwen kemudian terkejut ketika menemukan ketajaman pedang itu sudah menurun.
"Kau mengerti sekarang, ketajamanku sekarang tidak berbeda jauh dengan kualitas pedang pusaka nirvana di dunia ini."
Bai Huahua menambahkan bahwa semakin dirinya kehilangan banyak kekuatan, maka ketajaman Pedang Pembasmi Raja akan semakin menurun.
"Jadi aku tidak terbang lagi seperti sebelumnya?" Liu Yuwen tersenyum pahit.
"Begitulah, seharusnya kau mengecek terlebih dahulu daripada menungguku."
Liu Yuwen menggaruk kepalanya, lagi pula ia tidak berpikir Pedang Pembasmi Raja bisa demikian, kalau ia mengetahui dari awal, mungkin sudah sejak lama dirinya meninggalkan gua.
"Lalu bagaimana aku bisa meningkatkan kekuatanmu kembali?"
"Ada dua, pertama membunuh siluman ratusan atau ribuan tahun lalu kedua adalah membunuh kultivator yang memiliki kekuatan yang sama atau lebih diatasmu."
Dengan cara demikian, Pedang Pembasmi Raja bisa memungkinkan menyerap kekuatan mereka. Semakin banyak pedang tersebut mencabut nyawa maka semakin kuat tajam pedangnya.
Liu Yuwen mengangguk mengerti, ia kemudian keluar dari gua dan melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki.
Melewati Gurun Tanpa Batas sebenarnya tidak terlalu sulit hanya saja wilayah tersebut yang memang sangat luas. Dari peta yang Liu Yuwen miliki, setidaknya luas wilayah gurun itu menguasai sekitar 30% dari total luas Kekaisaran Langit Utara.
Dihari pertama, Liu Yuwen tidak mendapatkan masalah apapun, ia akan berhenti ketika malam hari tiba sebelum melanjutkan perjalanannya kembali saat matahari terbit.
Meski matahari di Gurun Tanpa Batas sangat panas namun itu tidak terlalu berpengaruh pada Liu Yuwen yang memiliki cukup banyak qi ditubuhnya.
Dengan qi, Liu Yuwen bisa mengatur suhu tubuhnya agar tetap stabil meski di cuaca yang panas atau dingin sekalipun.
Liu Yuwen juga tidak perlu memikirkan makanan atau minuman, di cincin ruang, ia mempunyai banyak stok makanan sampai setahun penuh tanpa perlu merasa khawatir.
Dihari kedua, ketiga, dan keempat, Liu Yuwen terus bergerak. Liu Yuwen pikir perjalanan di gurun pasir ini akan berlangsung dengan damai sampai tiba-tiba, dirinya menjumpai sebuah mahluk yang keluar dari pasir.
Mahluk itu berukuran besar, memiliki banyak kaki serta menembakkan cairan beracun dari mulutnya. Adapun mahluk itu, ia adalah siluman lipan raksasa.
"Hm, siluman ini setidaknya sudah berusia ribuan tahun, kau tidak bisa membunuhnya dengan mudah meski dengan bantuanku sekalipun." Gumam Bai Huahua sambil mengamati siluman lipan tersebut.
Liu Yuwen tersenyum canggung, ia masih belum terbiasa ketika ada seseorang yang berbicara di dalam pikirannya, hal ini membuat Liu Yuwen menganggap tubuhnya juga sudah dimiliki orang lain.
Setelah mendapatkan sarung pedang yang cocok, Liu Yuwen menyimpan Pedang Pembasmi Raja di pinggangnya.
Liu Yuwen sebenarnya sempat ingin menyimpan pusaka itu di cincin ruang tetapi Bai Huahua melarangnya, beralasan gadis itu tidak menyukai tempat yang gelap di cincin ruang tersebut.
Siluman lipan itu dengan cepat menyadari keberadaan Liu Yuwen, tanpa basa-basi, ia bergerak ke arah pemuda itu sambil menembakkan bisa dari mulutnya.
Liu Yuwen menghindari bisa tersebut dengan mudah, ia terkejut ketika menemukan bisa lipan itu mengandung asam korosif setelah satu tetes dari bisanya melubangi pakaian Liu Yuwen.
"Aku tak bisa gegabah menghadapi racunnya..." Tatapan Liu Yuwen menjadi tajam, dengan mengalirkan qi ke pedangnya, Liu Yuwen menggunakan teknik pedang raja yang melepaskan pisau angin.
Pisau angin itu bergerak cepat namun lipan itu bergerak lebih cepat lagi, lipan itu menyelam ke dalam pasir sebelum pisau angin Liu Yuwen mengenai tubuhnya.
"Silumannya juga sudah memiliki sedikit kecerdasan, sebaiknya kau harus hati-hati." Bai Huahua mengingatkan.
Liu Yuwen mengangguk, ia mengamati keadaan sekitar sambil mencari dimana siluman lipan tersebut akan muncul lagi.
"Sial!"
Liu Yuwen terkejut saat merasakan tempat yang ia pijak tiba-tiba bergetar hebat, tanpa pikir panjang Liu Yuwen melompat dari tempatnya berdiri lalu tak lama kemudian, lipan itu muncul sambil membuka mulutnya.
Liu Yuwen mendengus pelan lalu melepaskan pisau angin lainnya lagi namun seperti sebelumnya, lipan itu kembali menyelam ke dalam pasir sebelum Liu Yuwen bisa melukainya.
"Sebaiknya daripada kau memikirkan cara mengalahkan lipan itu, lebih baik urus dulu pergerakannya agar tidak terlalu leluasa."
Mendengar ucapan Bai Huahua, mendadak Liu Yuwen mendapatkan sebuah ide di kepalanya untuk mengatasi siluman tersebut.
Liu Yuwen mengubah qi menjadi energi kepada pedangnya, seketika pusaka tersebut dialiri api ungu yang sangat panas.
Tanpa basa-basi Liu Yuwen menancapkan pedang apinya ke dalam pasir, membuat suhu pasir di sana menjadi semakin panas.
Siluman lipan itu tidak mengetahui apa yang Liu Yuwen rencanakan, namun melihat pemuda itu diam begitu saja, ia segera mendekatinya sambil membuka mulutnya.
Saat tinggal beberapa meter lagi siluman itu mencapai Liu Yuwen, tiba-tiba pasir disekitar Liu Yuwen berubah menjadi kaca.
Siluman lipan terkejut ketika tiba-tiba pasir yang ia injak mengeras, dia ingin masuk ke pasir lagi tetapi sudah terlambat karena selain keras, kaca itu juga sangat tebal.
Merasa terancam, siluman lipan tersebut berbalik dan berusaha kabur ke pasir yang masih utuh namun Liu Yuwen tidak membiarkan hal itu terjadi.
"Kau ingin pergi kemana? Kau bisa tetap diluar selamanya."
Liu Yuwen melepaskan pisau angin lainnya tetapi kali ini sasarannya adalah kaki dari lipan itu, dalam sekali serangan, pisau angin itu memotong separuh kaki yang lipan miliki, membuat ia jadi kesulitan bergerak.
.
.
*Mohon maaf sebelumnya, tidak sesuai dengan harapan saya yang mau rilis tgl 3 disebabkan sakit... Yuk lanjut lagi berpetualang
Liu Yuwen melepaskan pisau angin berikutnya, kali ini seluruh kaki lipan itu terpotong seluruhnya. Liu Yuwen kemudian melompat ke atas tubuh siluman tersebut sambil menembakkan gelombang api ungu yang melukai tubuh lipan raksasa tersebut.
Siluman itu mendesis kesakitan, ia meronta dan berusaha lari namun karena sudah tidak punya kaki, ia menggunakan badannya untuk bergerak layaknya seperti ular.
"Dia menggunakan segala cara ya..."
Liu Yuwen mendarat di atas kepala lipan itu, dengan api yang masih membalut pedangnya, Liu Yuwen menancapkan pusakanya kedalam kepala siluman tersebut.
Yang berikutnya terjadi sebuah ledakan hebat terjadi didalam kepala siluman itu, menghancurkan isi didalamnya. Mulut serta mata lipan itu mengeluarkan api ungu.
Lipan itu seketika langsung berhenti meronta, Liu Yuwen menghela nafas panjang sebelum membelah kepala lipan tersebut dan mengeluarkan permata siluman dibaliknya.
"Ini lebih besar dari yang aku duga." Liu Yuwen mengangguk dan tersenyum puas saat melihat ukuran permata siluman tersebut yang cukup besar.
Liu Yuwen sudah lama kehabisan persediaan permata siluman, mendapatkannya lagi membuat pemuda itu menjadi sedikit senang.
Liu Yuwen baru beberapa meter meninggalkan jasad lipan tersebut saat empat kalajengking muncul didalam pasir, Liu Yuwen mengerutkan dahi, kalajengking itu juga merupakan siluman hanya saja usianya baru mencapai ratusan tahun.
***
Dalam waktu yang relatif singkat, Liu Yuwen berhasil membunuh empat kalajengking itu. Meski bukan hal yang sulit tetapi juga bukan perkara yang mudah bagi Liu Yuwen untuk menghabisi keempat siluman tersebut sekaligus.
Setelah menyimpan permata siluman dari keempat mahluk tersebut, Liu Yuwen hendak berisitirahat sejenak namun sebuah suara mengalihkan perhatiannya.
Liu Yuwen menoleh ke atas dan menemukan seekor elang raksasa tengah terbang tinggi di udara, nafas Liu Yuwen tertahan saat elang tersebut ternyata seekor siluman juga.
Liu Yuwen memang tidak mengetahui akibat pertarungannya dengan keempat kalajengking itu sebelumnya, membuat mahluk yang hidup di Gurun Tanpa Batas jadi terbangun.
"Sial, dia kesini!"
Siluman elang itu hampir seusia dengan lipan sebelumnya, ketika melihat Liu Yuwen, alih-alih tertarik pada jasad kalajengking didekatnya burung tersebut langsung bergerak dan mengincar Liu Yuwen.
Liu Yuwen mengeluarkan pusaka busur yang selama ini ia simpan, dengan mengalirkan qi yang cukup besar, anak panah yang tercipta jadi lebih kuat dan tajam.
Liu Yuwen menembakkan anak panah pada elang itu dan berhasil menancap ditubuhnya, Liu Yuwen menaikan alisnya ketika menyadari anak panah yang ia lepaskan tidak menembus tubuh elang itu terlalu dalam.
"Kulitnya sangat keras, kau harus menembakkan anak panah yang lebih kuat dari itu untuk membunuhnya dalam sekali tembakan." Jelas Bai Huahua.
Siluman elang itu terlihat marah ketika Liu Yuwen melukainya, ia mempercepat terbangnya untuk memangsa sang pemuda.
Tatapan Liu Yuwen seketika berubah, ia memasukkan busur pusakanya ke dalam cincin ruang lalu menarik pedang pembasmi raja dari pinggangnya.
Ketika siluman itu beberapa meter lagi didekatnya, Liu Yuwen melompat ke arah elang tersebut sambil mengalirkan qi ke pedangnya.
"Teknik Pedang Raja — Membelah Awan!"
Liu Yuwen mengayunkan pedangnya, tebasannya mengarah pada sayap elang tersebut.
Meski memiliki kulit yang keras, namun dengan pusakanya yang tajam Liu Yuwen berhasil memotong sayap elang tersebut dalam sekali serangan.
Elang yang tak memiliki sayap tidak berbeda jauh dengan gigi harimau yang ompong, Liu Yuwen mengayunkan pedangnya sekali lagi tetapi kali ini sasarannya adalah leher elang tersebut, tebasan itu sekaligus mengakhiri nyawa siluman tersebut.
***
"Ini tidak akan ada habisnya..."
Liu Yuwen mengatur nafasnya yang sudah mulai memburu, ketika ia menghabisi siluman elang, dirinya langsung diserang oleh siluman yang lain.
Liu Yuwen tidak masalah menghadapi siluman selama beberapa waktu namun dalam seharian ini, ia sudah bertarung dengan belasan siluman secara terus menerus.
Qi yang dimiliki Liu Yuwen hanya tersisa 20% lagi namun saat ini dirinya harus bertarung dengan gerombolan serigala gurun.
Setiap siluman serigala itu berusia ratusan tahun namun yang menjadi masalah adalah jumlah mereka yang puluhan ekor.
Liu Yuwen tidak masalah menghadapi mereka jika mempunyai tenaga yang cukup, tetapi dikondisinya yang sekarang, Liu Yuwen akan kesulitan meladeni gerombolan serigala tersebut.
"Elemental Api — Hembusan Nafas Api!"
Liu Yuwen menyemburkan api dalam jumlah besar dari mulutnya yang membuat serigala-serigala itu ketakutan dan mundur untuk menghindari api tersebut.
Liu Yuwen menggunakan kesempatan itu untuk berlari secepat yang dirinya bisa, ketika api itu mulai padam, para serigala itu sudah tidak melihat Liu Yuwen lagi.
"Kau sepertinya sedang berada ditempat yang salah, apa kau ingin berbalik dan keluar dari gurun ini?" Bai Huahua menampakkan wujudnya ketika Liu Yuwen sudah berhasil bersembunyi dibalik ceruk bebatuan yang ia temukan.
Liu Yuwen tidak langsung menjawab pertanyaan Bai Huahua melainkan mengatur pernafasannya yang tidak stabil.
"Tidak, ini adalah cara tercepat agar aku bisa ke ibukota, kalau aku menggunakan jalan memutar, itu membutuhkan waktu beberapa bulan lamanya."
Bai Huahua mengelus dagunya, "Hm... tapi kalau dipikir-pikir tetap di gurun ini juga tidak terlalu buruk, ini juga bisa menjadi ajang untukmu meningkatkan kekuatan bukan?"
Dalam beberapa kali menghadapi siluman di gurun tersebut, Liu Yuwen mendapatkan cukup banyak permata siluman dan juga daging mereka.
Liu Yuwen menggaruk pipinya, kebingungan harus menjawab seperti apa pada pertanyaan roh pedang tersebut, yang pasti Liu Yuwen tidak menunjukkan kebahagiaan sesudah diburu oleh berbagai siluman tersebut.
Setelah dirasa lokasinya kali ini aman, Liu Yuwen memilih memulihkan qi dengan permata siluman yang barusan ia dapat. Selain bisa mengisi qi dengan cepat, permata siluman juga dapat meningkatan kapasitas benang qi'nya.
Liu Yuwen tidak meninggalkan tempatnya sampai ia benar-benar dalam kondisi primanya kembali. Liu Yuwen menebak, akan ada banyak siluman yang ia temui didepan perjalanannya nanti jadi dirinya harus bersiap dengan kekuatan penuhnya.
Benar saja, semakin dalam Liu Yuwen menelusuri gurun itu maka semakin banyak pula siluman yang menghampirinya.
Jika bukan karena kemampuannya yang sudah cukup tinggi, mungkin sudah sejak lama Liu Yuwen terbunuh oleh para siluman tersebut.
Nyatanya Gurun Tanpa Batas adalah tempat yang berbahaya, ia dihuni oleh ribuan monster buas yang haus akan darah dan hampir tidak ada tempat yang aman di sana.
Dua minggu berlalu semenjak Liu Yuwen tiba di padang pasir itu, ia sudah mulai terbiasa dengan lingkungan didalamnya. Liu Yuwen juga berhasil mengumpulkan banyak permata karena terus menerus bertarung dengan berbagai siluman tanpa henti di sana.
Liu Yuwen saat ini sedang membuat api unggun di atas bebatuan dengan daging bakar yang ditaruh diatasnya.
Setelah disini cukup lama, Liu Yuwen jadi mengetahui tempat aman di Gurun Tanpa Batas adalah lokasi berbatuan seperti ini. Baru Liu Yuwen menyantap daging bakarnya, tiba-tiba ia mendengar langkah kaki tak jauh dirinya beristirahat.
Liu Yuwen mengerutkan dahi, ia meletakkan daging bakarnya kembali sebelum mencari tahu langkah kaki yang sebelumnya didengar.
Tidak jauh dari lokasinya, Liu Yuwen menemukan ada sepasang laki-laki dan wanita yang tengah berjalan bersama ke bebatuan yang paling tinggi dilokasi tersebut.
Usia kedua orang itu masih belasan tahun, mereka berjalan sambil bergandengan tangan seperti sepasang kekasih.
"Hao gege, sampai kapan kita terus berjalan seperti ini, kita sudah terlalu jauh dari desa..." Keluh sang wanita yang mungkin sudah capek berjalan.
"Sebentar lagi, sampai kita di ujung batu itu berarti kita sudah tiba ditujuan yang aku maksud..." Berbeda dengan sang wanita yang terlihat lelah, si laki-laki justru terlihat antusias dan bersemangat.
Bebatuan itu cukup terjal namun keduanya berusaha tetap bergandengan tangan, setelah beberapa menit berusaha akhirnya keduanya sampai di batu besar yang paling tinggi.
"Kau bilang ingin menunjukkan pemandangan yang indah, lalu mana? Tidak ada yang istimewa dari tempat ini?" Sang wanita melihat sekelilingnya.
"Tunggu sebentar, pemandangan yang aku maksud masih membutuhkan waktu. Tunggu sampai matahari tenggelam dan kau akan melihat keajaibannya."
"Awas saja jika tidak sesuai ekspektasiku, Hao gege harus dapat hukuman!" Ancam wanita itu.
"Oke, tapi kalau kau dibuat terpesona olehnya, kau harus melakukan ini..." Pria itu menunjukkan pipinya. "Berikan aku satu kecupan."
Pipi sang wanita memerah tetapi ia berusaha menunjukkan ekspresi kesal untuk menutupi perasaannya.
Tak lama kemudian matahari yang berada disebelah barat mulai terbenam, cahaya disekitarnya perlahan redup hingga akhirnya malam pun datang.
Sesuatu yang menakjubkan kemudian terjadi, sebenarnya bukan sesuatu yang langka dilihat namun bagi mereka yang hidup di padang pasir seperti ini, kejadian ini benar-benar membuat mereka terkagum-kagum dibuatnya.
Sebuah bintik-bintik cahaya perlahan tapi pasti mulai bermunculan di udara dan memenuhi area sekitarnya, cahaya itu ternyata berasal dari kunang-kunang yang terbang disekitar lokasi berbatuan tersebut.
"Bagaimana, indah bukan?"
Sang pria tersenyum penuh kebanggaan saat melihat reaksi wanita disampingnya terkejut sampai membelalakkan mata.
"Kenapa ada banyak cahaya disekitaran sini, apa mereka bintang yang turun ke bumi?" Tanya wanita itu.
"Tidak, mereka bukan bintang tetapi sejenis serangga yang bernama kunang-kunang, serangga ini bisa mengeluarkan cahaya dari badan mereka..." Sang laki-laki menjelaskan dengan penuh antusias. "Aku mendapat informasi ini dari buku yang kubaca sebelumnya."
"Tapi aku belum pernah melihatnya sebelumnya?"
"Tentu saja, pada umumnya kunang-kunang dijumpai ditempat yang lembab, mereka tidak hidup ditempat kering seperti padang pasir ini kecuali sedikit."
Sang wanita mengangguk-anggukkan kepalanya, entah ia mendengar penjelasan lelaki disampingnya atau tidak karena sejak tadi pandangannya tidak berkedip ke arah kunang-kunang yang terbang disekelilingnya.
"Apa itu juga termasuk kunang-kunang?" Tunjuk wanita itu ke langit.
Sang laki-laki mengerutkan dahi, ia menoleh ke arah yang ditunjuk wanita itu lalu menemukan ada mahluk terbang di kejauhan yang memiliki mata bercahaya.
Jarak yang sangat jauh serta lingkungan yang gelap membuat laki-laki itu harus menyipitkan mata, beberapa saat kemudian matanya melebar setelah mahluk itu bergerak ke arah keduanya dengan kecepatan yang tinggi.
"Itu bukan kunang-kunang, itu kelelawar!" Seru laki-laki tersebut dengan panik.
Kelelawar itu tidaklah biasa terutama karena ukuran tubuhnya yang tidak normal alias berukuran raksasa, kelelawar tersebut memang sudah berevolusi menjadi siluman.
Melihat dua manusia tersebut, kelelawar itu bergerak ke arah mereka dan berniat menyantapnya.
Dikarenakan di tempat yang terjal, membuat keduanya kesulitan untuk berlari dan mencari tempat berlindung. Saat mereka pikir sudah terlambat untuk mempertahankan nyawa, sebuah anak panah tiba-tiba melesat cepat dan mengenai tubuh kelelawar tersebut, membunuhnya seketika.
Sepasang kekasih itu terkejut, mereka menoleh ke sumber anak panah itu berasal dan menemukan Liu Yuwen yang berada tak jauh darinya sedang mengangkat busur.
***
"Apa yang kalian berdua lakukan disini, bukankah padang pasir ini cukup berbahaya?"
Liu Yuwen akhirnya mengajak pasangan muda-mudi itu keperapian yang sebelumnya ia buat.
"Maafkan aku Saudara, aku tidak berpikir ada mahluk seperti itu didekat desaku. Ini pertama kalinya aku melihatnya..." Sang laki-laki yang menjawab.
"Desa?" Liu Yuwen mengerutkan dahinya. "Didekat sini ada sebuah desa?"
Laki-laki dan wanita itu saling pandang, mereka pikir Liu Yuwen berasal dari desa yang sama namun keduanya tidak mengenalinya tetapi setelah melihat reaksi pemuda itu, keduanya sadar bahwa Liu Yuwen bukan berasal dari desa mereka.
"Mungkinkah Saudara berasal dari desa lain?"
Liu Yuwen menggeleng. "Tidak, tapi yang pasti aku tidak berasal dari gurun ini."
Liu Yuwen sebenarnya cukup heran, dari informasi yang ia dapatkan Gurun Tanpa Batas adalah gurun terlarang di Kekaisaran Langit Utara.
Tidak ada orang yang cukup gila untuk memasuki wilayah ini bahkan para kultivator sekalipun memilih menghindarinya.
Diatas informasi tersebut, Liu Yuwen cukup terkejut ternyata ada manusia yang hidup di padang pasir yang berbahaya ini. Terlepas dari banyaknya siluman di gurun tersebut, tidak ada air di tempat ini sejauh yang Liu Yuwen ketahui.
Liu Yuwen lalu memperkenalkan identitasnya pada keduanya termasuk juga mereka, yang laki-laki ternyata bernama Hao Yan sementara untuk si perempuan ia bernama Han Lulu.
Hao Yan berusia 19 tahunan, berwajah cukup tampan dan ekspresif sementara Han Lulu dibawah usianya yaitu 18 tahun. Han Lulu gadis remaja yang berparas manis, rambutnya pendek sampai sebahu.
Hao Yan lalu menceritakan bahwa sebelumnya keduanya meninggalkan desa karena ingin melihat pemandangan kunang-kunang ini tetapi tidak menduga akan adanya serangan.
Hao Yan baru mengerti kenapa nenek moyang mereka dulu melarang orang-orang keluar dari rumah dan desa saat malam hari, yang tidak lain disebabkan untuk menghindari mahluk seperti kelelawar tadi.
"Kalau boleh tahu Saudara Liu sedang apa disini?" Tanya Hao Yan, mempertanyakan tindakan Liu Yuwen yang berada di gurun sendirian.
"Seperti yang kalian lihat, aku sedang beristirahat dan makan sampai tiba-tiba aku menemukan kalian berdua dalam bahaya." Liu Yuwen menunjuk daging yang masih di atas perapian.
Liu Yuwen mengatakan bahwa sebaiknya keduanya kembali ke desa saat siang hari besok.
Perkataan Liu Yuwen memang terdengar mudah bagi mereka berdua namun kenyataannya tidak demikian. Jika mereka tidak pulang malam ini, Hao Yan dan Han Lulu khawatir mereka akan dicari oleh warga sekitar karena tidak pulang semalaman.
"Aku cemas para warga akan mencari kami sampai keluar desa, jika hal itu terjadi aku khawatir mereka akan bertemu kelelawar raksasa seperti ini lagi."
Dari penjelasan Hao Yan, para warga desa kemungkinan besar tidak mengetahui tentang adanya siluman yang hidup disekitaran tempat tinggal mereka selama ini.
Para warga hanya diberitahukan sebuah kepercayaan mistis dari para leluhurnya untuk tidak keluar rumah saat malam hari tanpa mengetahui apa penyebab dibaliknya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!