NovelToon NovelToon

Memoar Patah Hati

(Prolog) Salah Naik

Happy reading...

Namanya Ainun Mudrikah Kusuma. Gadis cantik berambut ikal, sang pemilik lesung pipi di setiap senyumnya yang terukir. Nama unik, yang diberikan Ayah dan Ibunya. Ridho Kusuma dan Sarah Rahayu.

Ainun, begitulah orang memanggilnya, memiliki wajah teduh dan ayu, tapi tidak sesuai dengan karakternya yang cenderung cuek dan sedikit galak. Namun, tetap saja dirinya menjadi perhatian para pemuda sebayanya.

Baru beberapa bulan yang lalu menyelesaikan Pendidikan SMA nya, kini, ia sudah terdaftar di salah satu universitas favorit di kota kecilnya. Berbekal kecerdasan dan keterampilan dalam berhitung. Ia pun memilih jurusan Management Bisnis, dalam karier pendidikan nya.

Cita citanya tidaklah rumit, Ia hanya ingin memperbaiki perekonomian keluarga serta para tetangganya dari keterpurukan ekonomi. Ia berharap bisa menciptakan lapangan pekerjaan, demi membantu meminimalisir tingkat pengangguran yang semakin hati kian melonjak grafisnya.

Tinggal dikampung tidak serta merta menjadikannya haus akan kebebasan masa muda untuk berkarir di kota kota besar. Justru membuat tekadnya bulat untuk mengembangkan potensi yang dimiliki kota kecilnya.

Ayahnya adalah seorang peternak domba. Ia memiliki sekitar 100 domba, dan terkadang domba betina nya pun diperah untuk diambil air susunya. Katanya, air susu domba lebih sehat dari pada susu sapi. Terbukti dari banyaknya pesanan dari berbagai kalangan, tua muda menikmati khasiatnya.

Sedangkan ibunya, hanyalah seorang IRT biasa, dan hanya sesekali membuat rajutan tas atau dompet kecil pesanan teman-teman dan tetangganya, itu pun jika ada waktu. Hari-harinya penuh dengan kesibukan rumah tangga yang entah sampai kapan tiada habisnya

Ainun memiliki 2 adik, Refan Rifaldy Kusuma, yang masih duduk dikelas 2 SMP. Dan Dalia Raihanah Kusuma, yang masih kelas 5 SD. Adik beradik ini, selalu menghangatkan suasana dikala malam yang dingin menyerap dalam tubuh. Tak ayal, kedua orang tua mereka dibuat pusing tujuh keliling. Apalagi saat ketiganya berlarian mengejar dan menggelitik satu sama lain, pemandangan yang sangat manis dalam sebuah keluarga. Keluarga harmonis.

.

Pagi itu...

"Nak, tolong bantu Adik mengikat rambutnya ya, nduk." Ibu Sarah yang sedang kerepotan menyiapkan sarapan untuk seluruh isi rumah meminta tolong pada Nun. "Iya, Bu!" Sahut Ainun antusias, langsung menghampiri adik bungsunya.

"Adek, rambutnya mau diikat seperti apa?" tanya Ainun yang tengah mempersiapkan sisir dan ikat rambut.

"Rambut adik kan panjang, diapain juga bisa mbak, terserah mbak Nun deh! aku mah nurut aja!" Dalia bersiap duduk didepan meja riasnya.

Tanpa pikir panjang Nun langsung mengepang dua rambut Dalia, dan memberinya pita di setiap ujungnya.

"Sudah selesai!" Nun yang ekspresif mempersembahkan maha karyanya pagi ini dipantulan cermin milik Dalia layaknya para penata rambut sungguhan. Dalia hanya melengkungkan bibirnya keatas dan tersenyum puas. "Terima kasih, mbak." ujarnya kemudian memeluk Ainun.

"Ya sudah yuuk, ibu sudah memanggil untuk sarapan lho, nanti keburu dingin." Ainun langsung menggaet lengan adik bungsu tercintanya itu dan menggiringnya ke meja makan.

Semua orang sudah berkumpul dan siap menyantap sarapan pagi hari ini, yang diawali dengan bedoa bersama.

"Setelah antar adik adik sekolah, ayah jadi antar Ainun ke kampus buat ambil tugas dari pak Herman kan, yah? " tanya Nun selepas membereskan meja makan.

"Bisa, tapi nanti sepulang ayah kontrol si gembol dulu ya." jawab sang ayah yang segera meraih kunci mobil lawas miliknya.

Si Gembol... Panggilan kesayangan untuk para domba-domba Ayah.

"Oke deh..." Nun memberikan dua jempolnya sekaligus dengan senyum yang mengembang.

.

Sebuah mobil van Daihatsu Zebra keluaran jadoel Berhenti diparkiran kampus terfavorit di kota ini.

"Ayah tunggu sebentar tidak apa apa kan, Ainun cuma mau ambil tugas dari pak Herman? " pinta Nun dengan sedikit senyum khas wajah ayunya.

"Ya sudah, Ayah tunggu disini!" Ayahnya yang tau watak anak gadisnya itu menurut saja.

Sebenarnya Ainun malu, sebab sering diantar jemput ayahnya ke kampus, karena teman sejawatnya mereka biasa membawa kendaraan sendiri. Hanya Ainun yang masih Antar jemput. Membuatnya dijuluki 'Anak Papi'.

Sampai pernah suatu hari, temannya ingin mengantar pulang pun tak jadi karena wajah tak bersahabat ayahnya, yang sudah lebih dulu menjemput. Entah kenapa itu membuat risih Nun, tapi Ia tak berani membantah.

drrrrt drrrt ddrrrrrrtt...

Bunyi getar ponsel Ridho mengagetkan lamunannya.

"Iya nak, dengan siapa? dimana?" Tanya Ridho pada suara Ainun diseberang telepon.

"Ya sudah nanti kalau sudah selesai telepon ayah ya, sekarang ayah pulang dulu. Ingat jangan ngawur kemana mana ya, nduk!" panggilan pun terputus.

Tak jauh dari tempat parkir disebuah lorong pinggir, "Yesss...!!" pekik Ainun dalam hati.

"Gimana? jadi gak nih, aku udah pesen taksi online loh, buat kita!" suara Gita memecahkan keheningan lorong kampus.

"Jadi kok.. nih, baru dapet izin" sahut Ainun.

"Yang lainnya mana niiih?" Ainun mencari teman yang lainnya.

"Lagi pada foto foto tuh di taman depan, norak banget deh!" seloroh Gita menggelengkan kepalanya perlahan.

Sebenarnya Ainun Tidak berniat pergi dengan teman-temannya, hanya saja dia merasa tidak enak setiap ada perkumpulan, dia jarang sekali ikut dengan sahabat sahabatnya. Bukan tidak mau, lagi-lagi karena ayahnya sangat over protective.

Ainun, Gita, Ross, Mytha dan Reza sudah siap pergi ke kafe yang sedang hits dikota kecil ini. Mereka berlima adalah sahabat sejak Masuk SMA, dan mereka janjian untuk masuk di universitas yang sama dengan jurusan yang sama. Sungguh sahabat sejati. Jangan tanya Reza ini cewek atau cowok, Dia juga cewek sama seperti yang lainnya, namanya Rena Zahira, tapi selalu dipanggil Reza oleh teman-temannya, mungkin karena penampilannya yang sedikit boyish.

tiiin tiiiiiiin...

"Sepertinya itu taxinya sudah datang, mana nih yang lainnya?" tunjuk Nun pada salah satu taksi online.

"Oke aku panggil dulu!" Gita sedikit berlari memanggil ketiga temannya ditaman dekat parkiran.

Semua sudah masuk dan siap jalan, driver sudah mulai menginjak gas nya perlahan namun pasti.

"Gaspoll pak...!!!" Ross sedikit berteriak. semua melirik kepadanya, kecuali sang driver. uffffh.... Diantara mereka berlima Memang Ross lah yang paling rame.

"Siap Non!" ujar sang supir dan mobil pun meluncur.

Di tengah perjalanan pak supir melirik ponselnya memastikan arah tujuannya, ia melirik sekilas kepada penumpangnya lewat kaca spion dan bertanya "Emmm.. maaf nona-nona, tujuan kita ke Kafe Boundon, kan?" mereka menjawab srempak "Iya pak!".

"Apa yang memesan atas nama Reza?" tanya nya lagi.

"Saya yang pesan, pak."

"Oh oke..." sebentar lagi kita sampai.

Dikampus, seorang pria tinggi bertubuh atletis sedari tadi mondar mandir menanti sesuatu, sudah lebih dari 30 menit tapi taksi online yang di tunggu tak kunjung datang.

Tak lama, sebuah Taksi Online berhenti dan segera bertanya, "apa ada yang memesan taxi online atas nama Gita Pratiwi?" tanya driver online yg baru datang, semua yang ada di halaman parkir tertegun sejenak.

"Di telpon aja pak!" sahut seseorang yang sedari tadi duduk di pinggir jalan.

Driver online itu pun segera meraih ponselnya menelpon si pemesan taxi.

"Hallo... Apa benar ini dengan nona Gita Pratiwi? Saya sudah sampai didepan parkiran!". Sambil sesekali tengok kanan kiri, siapa tahu ada diantara beberapa orang yang hilir mudik.

"......."

"Wah... ga bisa gitu donk mbak, saya udah sampe gini masa dicancel, sekarang susah cari penumpang mbak!" kesal si pak supir, memang sudah jauh jauh menjemput tapi di cancel.

"........."

"Oke, saya tunggu!"Sergahnya

tut tut tut

Gita memperhatikan ponselnya, dan langsung memeriksa aplikasi taksi online. Benar saja! Taksi yang dipesannya masih di kampus. Ia kemudian meminta pak supir untuk berhenti sebentar, dan menanyakan benarkah mobil ini taksi yang dia pesan? saat tahu yang memesan adalah Reza Ferdian Syah, semua cewek yang ada didalam mobil memekik bersamaan "Apaaa!!"

"Waduh.. jadi ini salah naik yaa?" tanya pak supir.

"Sepertinya iya pak, emmm.. Berarti tujuannya sama-sama di Kafe Boundon juga donk yaa?" tiba tiba Reza bersuara.

"Gimana klo yang pesan ke bapak, ditlpon aja suruh naik taksi yg kami pesan pak, kasian juga bapak yang disana klo harus dicancel, tarifnya kan sama juga." lanjut si Gadis tomboy, memang benar.

Pak supir menelpon pemesan atas nama Reza Ferdian Syah. Dan sepertinya disetujui, terlihat dari raut wajahnya yang cerah.

"Jadi kita lanjut jalan ya pak?"

"Ya non.."

Mobil pun bergerak maju kembali, menelusuri jalan raya. Tak henti hentinya yang ada di dalam mobil, terkekeh-kekeh karena kejadian salah naik taksi online ini, untung saja tempat jemput dan tujuannya sama, jadi argonya pun pasti sama.

Tak butuh waktu terlalu lama, untuk sampai di kafe yang dituju. Mereka pun keluar satu persatu, Gita segera mengeluarkan uang beberapa lembar untuk membayar tagihan argo taksi.

"Pak, bisa tunggu sebentar, kita tunggu sampai taxy yang satunya datang, biar semua makin jelas." Ainun yang sedari tadi tak bersuara pun akhirnya kini membuka suaranya. dijawab beberapa anggukan oleh pak supir.

To be continue...

Thankyou for reading my first novel.

Jangan lupa like dan vote nya ya...

Muah... Love you all...

Tom And Jerry

Happy reading....

"Pak, bisa lebih cepat sedikit?" pinta seseorang yang duduk dikursi penumpang.

"Baik, Mas!"

Di pinggiran jalan, nampak sebuah mobil mulai menepi. Sosok pemuda keluar dari pintu penumpang dengan langkah lebar dan terkesan sangat tergesa gesa.

Sedangkan pak supir, hendak melajukan mobilnya kembali. Akan tetapi, urung melaju karena kaca mobilnya diketuk oleh seseorang. Kaca pun terbuka.

"Iya, ada apa?" tanya sopir didalam taksi.

"Bisa bicara sebentar?" Gita memberanikan diri sambil menyungging senyum manisnya. Sopir itu menganggukan kepalanya, dan segera keluar.

Gita yang merasa bersalah, segera meminta maaf dan meluruskan kesalah-pahaman yang terjadi. Gadis itu menunjuk ke arah taksi belakang. Seketika, pandangan pak supir mengikuti arah yang ditunjuk Gita.

Yang lain hanya memperhatikan, tak terkecuali supir yang membawa para gadis tadi. Tapi sang pemuda, entahlah. Dimana dia? Nampaknya dia sudah menghilang dari pandangan mata.

"Itu salah saya, sekali lagi saya minta maaf." Dengan nada menyesal seraya mengatupkan kedua telapak tangannya, Gita mengucapkan permohonan maaf.

"Tidak apa apa, saya juga sudah mendapatkan penggantinya," dengan sedikit tersenyum pak supir menerima permintaan maaf Gita. Lantas, ia segera berpamitan disusul dengan supir yang satunya lagi. Akhirnya, kedua taksi itu pergi meninggalkan lokasi.

Ross dan Mytha yang kasak kusuk sibuk sendiri, sedari tadi terus saja berbisik bisik. "Itu Kak Reza kakak kelas kita waktu SMP kan Ross?" bisik Mytha.

"Sepertinya ... iya. Tapi, kok sekarang jangkung euy!" jawab Ross berucap kagum. Keduanya menatap satu sama lain, sembari cekikikan. "Waaaah ... iya, benar, hihihi!"

Tanpa mereka sadari, gadis yang lainnya sudah masuk kedalam kafe. Meninggalkan mereka yang masih saja asik, dan akhirnya tertinggal.

"Kita tertinggal, ayo ah! tunggu, Ainun!" Ross yang ditinggal bersama Mytha segera berjalan cepat menyusul yang lainnya.

"Rumpi saja terus berdua, kalian memang juaranya!" Ainun memutar bola matanya malas.

"Sudah, jangan pada ribut aja deh, di sana ada meja kosong, ayo cepat isi!" Gita melerai perdebatan teman temannya dan menunjuk meja panjang, cukup untuk mereka berlima, bahkan lebih.

Sambil menunggu pesanan datang, mereka sedikit berdiskusi. Ya, apalagi jika bukan tentang tugas dari pak Herman. Dosen yang satu ini, sedikit ribet dalam urusan tugas. Harus ini harus itu, beginilah begitulah, tapi mereka menikmatinya. Sudah terbiasa.

Di meja bagian ujung, ada sepasang mata sedang memperhatikan mereka berlima, seperti sedang menerka-nerka. Gita yang duduk berhadapan langsung ke arah meja tersebut, menyadari seperti ada yang sedang memperhatikan mereka. Saat bola matanya sampai pada mata yang juga tengah menatapnya, dengan gerakan kilat mata itu beralih pandang. Gadis ini pun tidak mau ambil pusing.

"Hei ... kalian bisik bisik apa sih?" tanya Ainun yang sedari tadi memperhatikan Ross dan Mytha yang asyik sendiri.

"Coba kamu tengok belakang deh, yang dipojokan sana. Itu kan Kak Reza, Kakak kelas kita dulu saat SMP, tampan sekali!" terang Mytha dengan mata berbinar.

Spontan Ainun dan yang lainnya mengikuti arah yang di tunjuk Mytha. Degg!

"Orang itu ... kenapa ada disini?" Ainun bergumam dalam hati. Seketika, Ainun membulatkan matanya. Ia mengingat kejadian tiga tahun silam saat Ia masih kelas sepuluh.

Saat itu, ia sering mengikuti ekstrakurikuler Pramuka. Setiap ada kegiatan berkemah, Ainun terkadang bertemu dengan pemuda itu saat perkemahan berlangsung. Meski mereka dari sekolah berbeda, namun sekolah keduanya acapkali melakukan camping dan hiking bersama.

Suatu hari, Ainun ditunjuk menjadi salah satu pengibar bendera pramuka. Saat glady upacara, entah ada angin dari mana, topi pramuka yang dikenakan Ainun terlepas dan terbang terbawa hembusan angin. Lalu mendarat tepat disamping kaki Reza. Dengan reflek, Reza memakaikan topi itu langsung ke kepala Ainun dan sedikit merapikan rambut gadis itu yang sedikit semrawut.

Sorak sorai dan riuh menggema bumi perkemahan saat itu. Kehebohan pun terjadi, sebab Reza dengan begitu pede nya melakukan hal tersebut. Asumsi pun bermunculan sesaat setelah kejadian itu berlangsung. Banyak mulut membicarakan keduanya, seolah menjadi trending topik dalam sebuah pemberitaan terbaru, padahal kenal saja tidak. Untung saja baru glady resik, seandainya ini live streaming, pasti menghebohkan seantero jagat maya.

Sejak saat itu, keduanya sering dijodoh-jodohkan di setiap kegiatan kepramukaan. Bukannya malu-malu atau mau-mau, justru keduanya sering terlibat cekcok, atau terlibat perdebatan yang tiada pernah menemukan ujungnya.

Ainun yang lebih dominan galak, tidak serta merta membuat Reza terpancing. Pemuda itu mampu membalas perdebatan dengan santainya, dan terkesan mengejek gadis berambut ikal itu.

Bukannya menjadi berjauhan, setiap ada kegiatan kepramukaan yang melibatkan sekolah mereka, keduanya selalu bertemu. Dan tentu saja, selalu ada yang jadi bahan ledekan anggota pramuka. Sejak saat itulah, keduanya dijuluki 'Love Tom and Jerry'.

Sedangkan, di meja bagian ujung, Reza bersama sahabatnya berbincang, sesekali melirik ke meja di depannya. Ia seperti mengenali, hanya saja sebagian wajahnya terlihat, itupun ketika sedang berbincang dengan teman disampingnya. Namun, ada seorang gadis lain yang menghadap kearahnya, seakan sedang memperhatikannya. Ia sedikit melirik untuk kemudian melengos kembali.

Lantas, beberapa saat kemudian, sekumpulan gadis itu melihat ke arah meja dua pemuda itu, dan pandangan pun tak terelakkan lagi.

"Ya ... Dia si anak pemarah itu, yang tidak pernah mau mengalah dan keras kepala."

"Za, kenapa?" tanya Vino, teman Reza.

"Tidak apa-apa, kok!" jawab Rexa sedikit kikuk.

"Sampai mana kita tadi?" Reza berusaha tenang, tapi tetap saja wajahnya sedang terlihat tidak baik.

"Apa kau yakin?".

"Hmm"

"Atau jangan-jangan di seberang meja sana ada mantanmu?" Vino yang sedari tadi memperhatikan raut wajah sahabatnya itu mulai menggodanya.

Vino tau karena dia tadi sudah melihat kearah meja depan, dan Ia juga mengerti perubahan mimik wajah temannya itu. Ia mengetahuinya, karena Ia dan Reza bersahabat sejak SMA. Jadi tau seluk beluk cerita tentang Reza, tentu saja tentang Tom and jerry juga.

"Iiih nggak levell yaa...!" sergahnya kemudian dibalas cekikikan kecil dari Vino.

Vino memperhatikan satu satu dari mereka. Ia terkejut dengan salah satu gadis itu.

"Reza...!"

"Iya, kenapa..?"

"Bukan kau, tapi adikku.!"

"Haahhh!!" Reza kaget langsung melotot.

"Iya yang disebelah mantanmu itu, adikku," terang Vino.

"ck, dia bukan mantanku kau tau!" Reza berdecak mendelikkan mata kecilnya, jadi terlihat lucu.

"Lagi pula bukankah adikmu itu namanya Rena yaa..?" telisik Reza.

"Iya Rena Zahira, tapi teman teman sekolahnya dulu sering memanggilnya Reza, aku jadi ikut ikutan."

"Aku kesana dulu," Vino menarik kursinya dan berlalu menuju meja para gadis.

"Hmmm." Reza menganggukkan kepalanya.

Reza(Rena Zahira) pun tak kalah terkejutnya, melihat kakaknya ada di kafe yang sama, "Abang.. Aiiih, bisa dimarahi aku."

"Hah, kak Reza abang kamu Za?" tanya Ross, kepo.

"Bukan!" sanggah Ainun.

"Ck, bukan yang itu, tapi satunya." Ia sudah terlihat oleh abangnya tidak mungkin bisa mengelak lagi.

"Hahaha!" Ross dan Mytha kompak tertawa, sedangkan Ainun sedari tadi sudah tidak fokus. Dan Gita, jangan tanya, dia yang paling rajin diantara yang lain sudah pasti fokusnya pada tugas saja.

"Kamu kesini sama siapa Dek?" baru juga dibicarakan orangnya sudah berdiri tepat dibelakang Reza(Rena zahira).

"Eemm, sama teman-teman bang," jawabnya kemudian.

Reza(rena zahira) mulai kelihatan khawatir, pasalnya ia tadi mengirip pesan pada abangnya pulang telat karena mau ada acara dirumah temannya. Tapi tetap memasan wajah setenang mungkin, huuuffft...berbohong itu memang menyusahkan yaa...

"Acaranya, berubah?" Vino yang sudah tau adiknya berbohong pun langsung meng skak mart.

"Ehh ini anu itu.. eiiih.., ya Bang," Reza menundukkan kepalanya, dan mengangkatnya lagi sambil memasang wajah memelas.

"It's oke," Vino tak mau ambil pusing, lagian dimeja juga terlihat banyak kertas tugas kuliah adiknya.

"Oh iya guys, kenalin ini abangku!" Supaya suasana tidak tegang Reza(rena zahira) memperkenalkan abangnya pada teman temannya.

"Ross, " Ross secepat kilat menyodorkan tangannya, Dia ini emang gadis agresif.

"Mytha.."

"Gita.."

"Ainun"

Mereka pun, berjabat tangan bergantian.

"Aku Vino, abangnya Reza," ucap Vino.

"Bang temennya kok gak dikenalin juga ke kita? " tanya Ross dengan nada sok kenal.

"Eh iya, tunggu sebentar." Vino menoleh kearah Reza, dan melambai kan tangannya, memberi kode supaya mendekat.

"Apaan lagiii siiih!" Reza menggerutu pelan, tapi kakinya tetap berjalan juga.

"Kenalin ini temen bang Vino, namanya Reza."

"Iya udah tau.." opss... Ainun keceplosan.

"Kau sudah kenal?" tanya Ross,

"Dulu, tau aja sih, gak kenal juga!" jawabnya datar.

Astagaaa..!

Masih saja ketus seperti itu, benar benar ya gadis ini, selalu ... aaaarrrghhh!!!

Mereka pun berkenalan sambil berjabat tangan, hanya Ainun saja yang tidak menyambut tangan Reza. Merasa sedikit tersinggung, akhirnya Reza berniat mengerjai gadis pemarah itu.

"Emm, kami boleh ikut gabung?" Reza tiba tiba saja langsung mengambil kursi dan duduk di samping Ainun yang memang dari tadi kosong.

"Boleh kok kak, silahkan." jawab Ross penuh semangat.

Mereka sekarang sudah membaur satu sama lain, tapi tidak dengan Ainun.

To be continue...

🌺🌺🌺

Terima kasih telah membaca kisah Ainun and the genks, semoga kalian suka...

Bantu Author mengembangkan karyanya dengan rate bintang 5 like dan vote sebanyak banyaknya yaa...

Dan jangan lupa tinggalkan jejak kalian dikolom komentar yaa. Terima kasih.

Salam sahabat 🙏

Part. 3 CLBK

Happy reading...

"Bye Nun..."

"Bye... hati hati yaa...!"

Semuanya sudah berpamitan untuk pulang, tinggallah Ainun seorang diri yang sedang menunggu jemputan Ayahnya.

Gita tiba tiba berpamitan terlebih dulu, dengan wajah yang tak bisa ditebak dan terlihat tergesa gesa, terlihat cemas. Entah kenapa? Biasanya ia tidak pernah menyembunyikan masalah apapun terlebih terhadap Ainun. Ada apa dengan Gita? apa dia sakit? atau keluarganya ada yang sakit? Entahlah, biasanya ia yang paling antusias mengajak teman yang lain untuk berkumpul di kafe, tapi mendadak ia pulang lebih dulu dengan terburu buru.

Masih teringat kejadian memalukan tadi, seandainya bisa memutar mundur waktu, Ainun pasti akan segera membalas perlakuan jahil Reza. Hatinya masih panas dan kesal, sebab kejadian tersebut.

'Kuharap tidak akan pernah bertemu dengan Pemuda sinting tadi, benar-benar menyebalkan!!' Ainun menggerutu dalam hatinya.

Terlihat bagaimana raut wajahnya saat dikerjai Reza tadi, sangat memalukan!

"Dasaaaaaarrr... cowok saraaaapppp," ingin rasanya berteriak namun umpatan demi umpatan hanya bisa berlalu di dalam hatinya saja.

Rasanya semakin menyebalkan, berbagai macan umpatan juga sudah hendak terlepas dari kerongkongannya. Akan tetapi, masih bisa ia tahan. Mengingat tidak ada yang tahu bagaimana menyebalkannya Reza. Bagaimana ia selalu saja masuk dalam perangkap kejahilannya.

.

Satu jam yang lalu ...

"Emm, kami boleh ikut gabung?" tiba-tiba saja Reza langsung mengambil kursi dan duduk di samping Ainun yang memang dari tadi kosong.

"Boleh kok kak, silahkan!" Ross menyahut antusias.

Mytha yang berada tepat didepan nya pun, semakin senang berhadapan langsung dengan wajah tampan Reza. Cuci mata, pikirnya. Otaknya selalu saja begitu, tidak pernah bisa liat wajah yang bening, seketika tak berkedip.

"Kalian sedang mengerjakan tugas dari siapa?" tanya Reza, tapi ekor matanya mengikuti arah Ainun yang hanya cuek meski berada di sampingnya, tepatnya pura-pura cuek.

"Pak Hermah, kak!" Jawab Ross

"Hmm..." Reza menganggukkan kepalanya.

"Za, aku ke toilet dulu ya, sebentar kok!"

"Hmmm..."

Reza yang ditinggal sendirian bersama para gadis menjadi sedikit canggung, tapi rasa percaya dirinya lebih tinggi. Jadi, dia tetap memasang ekspresi wajah sebiasa mungkin, meski dia sangat tidak enak jiwa dan hatinya berkumpul bersama para gadis ini, cowok sendirian dalam satu meja panjang... jika ada yang lihat, apa kata mereka? Oh my God!

Tiba tiba...

"Guys, aku pulang dulu ya... Mama aku kirim pesan, suruh pulang cepat. Kalian lanjuk saja ya, maaf!"

"Loh, koh begitu... Gak seru ah jadi males deh bahas tugasnya!" Mytha langsung nyeletuk.

Gita yang merasa harus segera pulang hanya bisa memasang wajah memelas.

" Yaaah..., ya sudah, Gita pulang duluan aja, takut nya penting, hati-hati Git" ucap Ainun.

"Aku pergi yaa" sambil melambai lambaikan tangan pada teman temannya Gita berlalu ke parkiran, terlihat adiknya yang ternyata sudah ada di depan kafe sudah menjemputnya.

"Maaf ya lama, " Vino menepuk bahu Reza dan langsung duduk disampingnya.

Suasana di antara mereka sebenarnya sangat hangat, Ross dan Mytha yang blak-blakan dan ramai dengan cekikikan khas keduanya. Ditambah Reza yang terlihat kalem tapi pintar berkelakar.

Reza menggeser pelan kertas kecil tepat didepan Ainun. Sangat pelan dan hati-hati supaya tidak ada yang memperhatikan.

Ekor mata Ainun sejenak melirik kesamping, dilihatnya reza juga tampak melalukan hal yang sama.

'idiiıiih!! ni orang maunya apa sih?'

Matanya dibuat setajam mungkin lebih tajam dari pada silet dan pedang Sayyidina Aly. Lalu ia tarik kembali matanya untuk melihat apa yang ditulis reza, karena Ia belum sempat membacanya tadi.

"Haiii..."

Apa apaan ini!! lantas ia menarik kertas dan sengaja menjatuhkannya.

Tak lama, kertas itu datang lagi, oh bukan! ini baru.

"*In**gat aku*?"

'Jiiaaaahhh, siapa dia harus aku ingat!,' batin ainun. Lagi lagi ia menjatuhkan kertas itu dengan sengaja, tanpa menunjukan ekspresi apapun. Datar.

Sejurus kemudian...

weeekk weeekkk wekkk weeekkk....

Ainun seperti mendengr suara bebek... Iya benar! suara bebek. Tapi dimana? sepertinya dekat!

Ia segera meloncat berdiri diatas kursi dan menjerit sekuat tenaga secara SPONTAN.

"Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaakh"

Dengan wajah yang sudah terlihat pucat, Ainun ketakutan.

Melihat ainun yang begitu panik, cepat cepat Reza meng off kan audio ponselnya. Ya.. itu memang kerjaannya. Ada-ada saja Reza, darimana juga dia dapat suara bebek itu?

Sebenarnya bukan hanya telinga ainun yang mendengar, yang lain pun sama. Hanya saja suaranya tidak terlalu jelas, karena ponsel Reza sengaja di dekatkan dengan kursi Ainun, maka gadis berambut ikal inilah mendengar lebih jelas.

Dan benar dugaan Reza, reaksinya sama seperti dulu saat dia dan teman-temannya dulu mengerjainya saat di perkemahan. Reza menyeringai kecil, menarik sudut bibirnya sebelah.

Semua orang menoleh kearah Ainun, "Ada apa nun?"

"Bbe-be-bbebek..!!" Dengan terbata bata ia berusaha menjawab, kepalanya celingak celinguk mencari sesuatu dibawah sana.

"Hhhaaaaah!?" Kompak sekali mereka menjawab.

Vino dengan gerakan antusiasnya segera memeriksa kebawah meja. "Eeeeh.. abang mau ngapain?" Seketika adiknya memekik.

"Memeriksa," Dengan polosnya Vino menjawab.

Hei, disana kan banyak kaki kaki bergelayut, apa-apan sih Vino, bisa-bisanya dia mengintip ke bawah meja. Mau liat kaki-kaki mulus para gadis yaa?

"Iiiihh Abang!!" Adiknya sudah membulatkan matanya dengan tajam ke arah Vino.

"Eh maaf!!" Ia segera merapikan kembali posisi duduknya.

"Hei... masih betah jadi tontonan pengunjung kafe?" seru Reza dengan santainya. "Cepat turun!!"

Ainun yang sedari tadi memaku berdiri diaras kursi tersentak tersadar dan segera turun. Tapi karena gugup kakinya terkilir dan...

bruuuk

Reza yang duduk disebelahnya pun tertimpa, dengan posisi yang sangat tidak menguntungkan bagi keduanya.

Ainun terduduk dipangkuan Reza dan badan yang saling menempel, wajahnya mendarat manja di dada reza dengan tangan segera memegang pinggang reza. Mirip seperti film romantis drakor.

Reza yang terkaget hanya bisa melongo, terlihat keterkejutan diwajahnya. Akibat terlalu kaget, Ainun pun segera mengangkat kepalanya. Dan ...

duuuk

"Aduuuuuh..!!"

Kepalanya tidak sengaja membentur dagu reza yang sedikit menunduk itu. 'Ya ampun, kenapa jadi seperti ini siiih!' batin Ainun kesal.

"Ma-maaf!" Cepat cepat Ainun berdiri dan duduk di tempatnya semula. Seisi meja menjadi speechless. Seisi Kafe bahkan.

"Kamu gak apa apa nun?" tanya Ross khawatir.

"I-iya ga pa pa!" Masih dengan mimik wajah yang sama, dan bertambah rona kemerahannya. Malu.

Keadaan menjadi canggung. Fyuuuuhhh.

"Ekhem," Vino berdehem agar suasana tidak terlalu canggung.

'Ya ampuuun, apa yang kulakukan? semua mata seolah menatapku jadi aneh!' Ainun membatin.

"Dasar cewek semprulll, dikira daguku ini bola kali yaa, main sundul aja!" Reza menggerutu sambil mengusap usap dagunya yang sakit.

"Heii, kan sudah minta maaf, namanya juga nggak sengaja!" sergah Ainun.

"Makanya kalo mau turun tuh liat-liat!" matanya memicing sinis ke arah Ainun

"Iiih, lagian ngapain juga duduk disitu, sengaja ya mau deket-deket aku?" Ainun tak mau kalah, kali ini Ia pasang wajah galaknya.

"Astaga, kau dari dulu tidak pernah berubah. Selalu marah-marah, atau kau sengaja ya, jatuh dipangkuan ku? sampai menyentuhku lagi," balas Reza, tangannya menepuk-nepuk bagian tubuhnya, tepatnya bekas terjatuhnya Ainun tadi.

"Luar biasa ge'ernya, kau... dasar sin-"

"Eeeh.. kok ini malah berantem siih... nanti jadi jodoh loh," Mytha dengan gemasnya memotong kata-kata Ainun.

Gemas karena mereka berdua bersikukuh mempertahankan ego masing masing yang justru lerlihat lucu. Benar-benar seperti tom and jerry. Yang lain, seakan hanya jadi penonton.

"Apaan siih, gila aja aku berjodoh sama dia, amit-amit." Ainun mengetukkan telunjukknya ke meja.

"Cewek seperti dirimu, mana ada yang mau, apalagi aku, ogah!"

Keduanya sama sama menghadap saling membelakangi, seperti anak kecil yang sedang marahan. Vino dan yang lainnya hanya terkekeh melihat tingkah dua manusia penuh ego ini. Sama sekali tidak ada yang mau mengalah.

"Kayaknya cinta lama bersemi kembali nih yaa, setelah beberapa tahun tak jumpa.." Celetuk vino diiringi tawa "hahah"

"whatttt??"

Semua teman Ainun terperanjat.

~ ~ ~ ~ ~

tiiiin tiiiin...

Suara klakson mobil, membuyarkan lamunannya. Segera ia menghambur dan masuk ke dalam mobil itu.

"Kok sendirian, teman temanmu mana?"

"Sudah pada pulang yah, lagian ayah lama banget jemputnya."

"Maaf ya nak, tadi Ibu minta diantar kepasar dulu. Ayo, kita pulang sekalian jemput ibu, mungkin sudah selesai belanjanya."

Ainun hanya menganggukkan kepalanya, hatinya masih badmood.

To be continue...

Terima kasih, sudah mampir untuk membaca karya amatiran Olive, semoga kalian syukak dan jangan lupa like and tinggalkan kritik dan saran dikolom komentar.

luvvvvv🌹🌹🌹

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!