NovelToon NovelToon

FABL : Rere Dan Ben Si Cowok Berengsek

01. Konflik berat.

Rere masih duduk termenung di bangku sekolahnya. Rok abu-abunya terangkat 5 centimeter ketika dia menyilangkan kakinya yang panjang semampai membentuk betis yang indah, walaupun terbalut kaus kaki putih setinggi lutut.

Wajah malasnya terlihat begitu kentara, siapa saja yang melihatnya pasti akan tau, kalo dia benar-benar malas.

Bu Santi guru biologinya menerangkan betapa pentingnya sistem metabolisme tubuh dan memerlukan omega 3 lebih banyak dari omega 6 untuk mendapatkan kesehatan tubuh yang positif. Tetapi pikiran Rere melayang entah kemana, tangannya menyangga dagunya yang malas untuk menengadah tegak, semua energinya hilang.

"Ya Tuhan..." keluhnya berkali-kali.

Kenapa jam terasa seperti berhenti, pikiran Rere entah berada di mana, tubuh dan pikirannya terasa mati, yang dia inginkan hanyalah pelajaran ini cepat usai.

Memang minggu ini adalah minggu yang berat untuk Rere. Dia baru saja bertengkar hebat dengan Lola sahabatnya sendiri yang juga satu sekolah. Pertengkaran mereka dikarenakan laki-laki yang disukai Lola ternyata menyukai Rere juga, sedangkan Rere sejak dulu juga memendam perasaannya untuk laki-laki yang sama, Albie.

Jujur saja Rere sangat menyukai Albie sudah sejak lama, tapi bagaimana bisa dia harus merelakan pertemanan nya dengan Lola? Tapi di sisi lain Rere juga memikirkan bagaimana perasaan nya kepada Albie.

Entah itu sebuah keputusan yang benar atau tidak tapi..

Rere bersumpah untuk mempertahankan persahabatannya dengan Lola dan mengesampingkan perasaannya demi sahabatnya itu. Baginya persahabatan lebih penting daripada pacar. Tetapi berbeda dengan Albie. Dengan tanpa menyerah dia terus mendekati Rere di sekolah untuk mendapatkan cinta teman sekolahnya. Hal itu membuat Lola semakin marah dan kecewa kepada Albie dan Rere. Rere berusaha mati-matian untuk menghindari Albie walaupun sebenarnya dia menyesal kenapa sahabatnya bisa suka pada pria yang sama.

Semuanya semakin rumit, hari harinya semakin buruk ia merasa terpuruk akan segala hal, bagaimana pun Lola sahabat nya tapi Albie juga pria yang dia dambakan selama ini.

"Re, lo kenapa?" Ika teman satu kelasnya menghentikan lamunannya. Memang selain Lola, Rere juga berteman dengan Ika. Karena Lola beda kelas, jadi dia menjadikan Ika sebagai temannya juga walaupun tidak sedekat dia dengan Lola.

"Gak apa-apa ka, gue cuma lagi gak konsen aja"

"Kok lo pucet sih? Lo sakit ya? Mau gue anter ke ruang BP?" Tanya Ika memastikan.

"Gak ka, ga cuma gak konsen aja kok. Tau nih pelajaran ngeBTin banget! Gara-gara omega 3 gue harus banyak makan ikan deh…"celetuk Rere berusaha ceria. Dia tidak mau masalahnya sampai tersebar dan diketahui Ika dan yang lainnya.

"Serius lo gak apa-apa? Gue punya air mineral nih, kalo lo mau… Lumayan buat melekkin mata, bentar lagi dah mau pulang biar lo segeran dikit" Ika menawarkan dengan tulus kepada teman sekelasnya itu.

Rere pun langsung mengambil sebotol air mineral yang ditawarkan Ika, memang dia haus dan jenuh dengan keadaannya sekarang. Langsung Rere menyeruput botol mineral Ika dan mengosongkan seperempat dari setengah isi botol itu yang langsung menyegarkan kerongkongannya.

"Thanks ya Ka… sumpah, jadi seger lagi gue.."

"No problem" kata Ika tersenyum dan mengambil botol yang ada dari tangan Rere. Rere pun kembali menatap Bu Siska dan mencoba keras memperhatikan ke papan tulis yang isinya menjelaskan klasifikasi omega 6 dan makanan apa yang harus dihindari dan tidak perlu banyak dikonsumsi.

Rere berusaha tersenyum, menunggu detik-detik jam pelajaran berakhir.

Satu per satu buku buku yang berserakan di meja ia kumpulkan, ya walaupun ga bisa di bilang banyak tapi entah kenapa meja belajar nya terasa sangat berantakan, bahkan ada kaca lipstik dan pencabut bulu pun ada di mejanya.

Dengan wajah yang tersenyum terpaksa dan tangan lemah yang merapikan mejanya, Rere tetap mendengar kan gurunya yang masih dengan semangat memberikan ilmu pengetahuan.

02. Konflik berat

Lima menit kemudian bel sekolahpun berteriak memerintahkan bahwa pelajaran hari ini selesai, serentak seluruh murid di kelas 3 IPA 4 membereskan buku-buku mereka dan buru-buru menjejalkan kedalam tas sekolah mereka masing-masing.

"Ayo Re kita ke parkiran bareng…"ajak Ika. Memang sesudah seminggu bermusuhan dengan Lola, Rere selalu pulang bareng Ika. Walaupun tidak betul-betul pulang bareng, paling tidak Rere punya teman untuk jalan ke parkiran sekolah.

Semenjak ulang tahunnya yang ke 17 dua bulan yang lalu, papanya menghadiahkan mobil Honda Jazz untuknya. Dan selama 2 bulan terakhir dia selalu menyetir sendiri setiap sekolah dan dengan senang hati menawarkan untuk mengajak dan mengantar Lola walaupun hanya untuk hang out atau sekedar pulang.

Hampir setiap hari mereka pulang bareng, Lola pun sengaja menyuruh supirnya untuk tidak menjemputnya. Tetapi seminggu terakhir ini, Rere selalu pulang sendiri. Buat orang seceria Rere, akan sangat menyedihkan untuknya kalau pulang sendiri.

"Lo duluan deh Ka, gue mau toilet, cuci muka dulu… Suntuk banget nih, entar gak konsen lagi nyetirnya…" Tolak Rere halus.

 Dia memang berniat untuk ke toilet sebelum pulang. Mungkin sepercik air bersih bisa menyegarkan pandangannya yang semenjak seminggu ini selalu layu.

"OK deh… see ya…" sahut Ika sambil berlalu.

Sepeninggal Ika, Rere berjalan menuju toilet yang berada di sudut sekolah di lantai 2 dia berusaha bersemangat agar bisa segar cepat langsung meluncur ke rumahnya dan istirahat untuk menjalani hari esok yang akan sama menjenuhkannya tanpa Lola ada disampingnya.

Rere menuju ke toilet booth paling ujung karena tampaknya seluruh booth penuh terisi oleh murid-murid yang lain. Entah kenapa hatinya sangat hampa dan seluruh perasaannya kosong tak bergairah hari ini.

Dengan lunglai ia mengunci pintu toilet dan menuju wastafel untuk mengguyur mukanya dengan sedikit air. Air segar langsung menyiram wajahnya.

Rere berusaha untuk tetap terjaga dan melebarkan matanya agar tidak sayu. Tetapi kedua matanya seolah tidak berkompromi. Rere merasa badannya lemas luar biasa dan kepalanya pusing tidak tertahankan. Sambil terhuyung dan berusaha keras dia memegang kedua sisi wastafel menahan berat badannya sendiri. Tetapi perasaan aneh membuat lututnya lemas dan seolah-olah berat badannya bertambah 10 kali lipat, Rere pun jatuh tak sadarkan diri di lantai wastafel.

Entah berapa lama Rere pingsan di toilet perempuan itu. Tetapi begitu sadarkan diri, dia masih tetap di toilet tak berpindah sedikitpun.

Rupanya tidak ada satu murid pun yang menyadari bahwa Rere pingsan di toilet. Dengan kepala berat Rere melirik jamnya yang melingkar diam di tangan kirinya. Sudah jam 3 sore.

Memang sekolah swasta tempat Rere belajar, kegiatan operasional dimulai dari jam 7 pagi sampai jam 12.30 siang. Dan gerbang akan ditutup pada jam 2 siang. Tidak ada kelas siang di sekolah tersebut. Otomatis hal ini menyadarkan Rere bahwa dia sendirian di gedung sekolah ini. Tidak betul-betul sendirian sebenarnya. Ada pak Somad penjaga sekolah yang memang tinggal di dalam gedung sekolah khusus untuk menjaga dan membersihkan sekolah.

Rere pun menjumput tas sekolahnya dan berjalan menelusuri koridor toilet untuk menemui pak Somad. Barangkali dia bisa membukakan gerbang sekolah untuknya.

Sambil merogoh tas mencari kunci mobilnya, sebelum mencapai pintu toilet, tiba-tiba daun pintu ditarik terbuka dari luar dan muncullah 4 orang pemuda yang juga masih berseragam sekolah. Rere berusaha mengenali mereka, tetapi dia sama sekali tidak punya petunjuk siapa mereka.

Rasa pusing di kepalanya yang dia rasakan semakin membuat nya tampak linglung saat menyadari beberapa cowok yang berdiri di hadapannya.

Rasa was was mulai menyelimuti dirinya, ia masih ingat bahwa dia masuk ke tempat yang benar, tapi ... Kenapa cowok bisa masuk ke sini.

03. Konflik berat

"Akhirnya ketemu juga… dicari-cari dari tadi. Gue bilang juga apa kan Ben, dia pasti masih di dalam. Mobilnya aja masih ada di parkiran" kata salah satu dari mereka yang badannya tinggi jangkung yang berwajah Indo-Pakis.

Rere bisa mengenali karena untuk anak laki seumuran dia bulu-bulu halus sudah tumbuh di bawah hidungnya yang mancung di atas rata-rata orang pribumi.

"Iya… Gue pikir dia mungkin nebeng temennya" jawab Ben yang ternyata ada paling depan di antara mereka berempat.

Ben juga tinggi dan wajahnya tak kalah tampannya dengan yang pertama bicara. Alis mata Ben sungguh tebal, hidung mancung dengan kulit yang lumayan putih untuk ukuran laki-laki.

"Eh, sorry… tapi toilet anak laki ada di bawah. Ini toilet anak perempuan" Jawab Rere polos. Dia berusaha ramah terhadap sekelompok pemuda itu.

"Halo Rere… pa kabar?" sahut salah satu mereka. Rere tampak terperanjat, kenapa mereka tahu namanya.

"Siapa ya? Kok gue gak kenal sama kalian semua? Bukan anak sekolah sini kan?" Rere masih berusaha ramah seolah ini adalah percakapan biasa yang pantas antara seorang gadis dengan sekelompok anak laki-laki di koridor toilet perempuan.

"Lo emang cantik banget… ramah lagi. Pantesan Albie naksir banget sama lo. Ya nggak Dave?" timpal si Indo-Pakis sedikit menyeringai.

Rere mulai tidak suka dengan perlakuan mereka. Dan kenapa ada Albie yang terlibat dalam percakapan ini.

"Emang Albie gak salah pilih! Renata aja kalah sama lo Re" jawab Dave yang Rere nilai tidak kalah gantengnya dengan yang lain.

Dan Renata? Siapa yang dia maksud kan..

Dave berperawakan tinggi dan lumayan atletis. Wajah oriental Indo juga menghiasi mukanya. Indo mana? Rere tidak bisa memprediksi.

"Eh, siapa sih kalian? Kok kenal gue sama Albie…" Nada suara Rere sedikit panik karena dia sekarang merasa terpojok.

"Kita-kita dateng kesini cuma mau nyulik elo… Jangan tersinggung ya… tapi kayanya gue mau lebih dari nyulik… tul gak guys?” Jawab Ben santai seolah ini adalah pernyataan yang normal. Dan teman-temannya di belakang pun mengiyakan dengan kompak sambil menunjukkan mimik seperti orang haus dan berseringai.

"Eh jangan becanda dong… jangan sampe gue teriak" ada nada panik disuara Rere.

Dengan reflek Rere merogoh tasnya. Tangannya yang tadi di dalam tas untuk mencari kunci mobil sekarang berubah untuk mencari handphonenya dengan gugup.

Mungkin dia bisa menekan speed dial untuk menelepon siapa saja agar bisa mendengarnya walau dari dalam tas.

Tetapi terlambat. Ben mengetahui gelagatnya dan segera merampas tas Rere dan melemparnya jauh-jauh ke dalam toilet. Sedetik kemudian semua buku-buku, kunci mobil, handphone dan make up Rere berhambur keluar. Ada sesuatu yang terdengar pecah disana. Rere melengos. Apa itu Hpnya. Atau mungkin salah satu alat kosmetiknya.

“Mau telpon siapa say…“ kata Ben sambil memegang tangan Rere dengan mendekatkan seringai dan mukanya tidak lebih dari 2 centimeter dari muka Rere.

Tubuh Rere terpaku, untuk sepersekian detik dia tidak bisa berpikir jernih, dia benar-benar bingung dan.. Culik? Nyulik gue? Di sekolah? Tunggu? tapi kan mereka juga anak sekolah.

Rere mengedipkan matanya berkali-kali aroma mint keluar dari mulut pria bernama Ben itu, jarak wajahnya semakin dekat, mengikis jarak di antara keduanya.

Degup jantung Rere semakin berdentum... Gak! Ini ada yang gak beres? Apa mungkin dia masih bermimpi. Tolong.... siapapun..

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!