NovelToon NovelToon

Rahasia Hati

semangat baru

Jihan melangkah pasti memasuki gedung kantor berlantai dua puluh empat. Hari masih pagi, namun matahari tak sopan memancarkan teriknya, membuat peluh sedikit berembun di dahi Jihan. Mungkin peluh gugup. Hari ini Jihan menerima undangan interview pertama nya setelah diwisuda seminggu yang lalu. Jihan memakai kemeja putih polos dan rok hitam pensil ditambah wedges hitam sesuai perintah perusahaan. Rambut lurus Sebahunya disanggul ala pramugari sehingga mempertegas garis leher yang jenjang sepadan dengan tubuh semampai nya. warna kulit sawo matangnya dipadukan dengan makeup minimalis sehingga membuat Jihan semakin eksotis. Pintu Lift terbuka tepat di lantai lima dua puluh tiga. Jihan menarik nafas lembut dan melangkah keluar. Tak ada sekat lain di ruangan ini,hanya satu pintu coklat tua klasik yang tertutup rapat. didepan pintu ada sebuah meja kosong dengan ukiran tulisan SEKRETARIS. Jihan melangkah perlahan, dia sedikit gugup.

"Jihan Sifradha, silahkan masuk" suara wanita dari speaker yang entah berada disebelah mana sempat membuat Jihan terkejut.

" Ya Tuhan, haruskah setegang ini?" Jihan bergumam pelan.

Jihan membuka pintu perlahan. sebelum seluruh tubuhnya masuk ke dalam ruangan itu, kepalanya sudah dicondongkan terlebih dahulu.

" Permisi" suaranya sedikit bergetar

" silahkan masuk Nona" suar wanita lagi, sama persis dengan suara speaker tadi.

Jihan masuk dan mendapati seorang wanita anggun berkacamata duduk di sofa mengahadap kearahnya.

" Pagi Nyonya"Jihan sedikit menunduk

" Silahkan duduk" wanita itu tersenyum sambil mengambil map didepannya. Jihan sedikit menengok ke arah kanan,dan mendapati tumpukan dua puluhan map lainnya.

" mereka sudah selesai diwawancara kemarin" wanita itu seolah membaca pikiran Jihan.

"O iya Nyonya" Jihan tersenyum gugup.

" Kamu peserta terakhir. semoga pilihan terakhir kami jatuh kepadamu"

Jihan menelan saliva yang terasa seperti duri.

wanita didepannya memperbaiki posisi duduknya lebih tegap " posisi sekretaris ini akan saya lepaskan karena saya akan fokus mengurus Ibu Dian, mantan Presiden Direktur perusahaan ini. oleh sebab itu saya menyeleksi betul-betul sosok yang pantas menggantikan saya."

" saya sudah membaca CV kamu. fresh graduate dari universitas terkemuka dengan nilai yang sangat baik. saya harap kamu bisa menggantikan saya" wanita itu tersenyum melihat Jihan yang tak berkedip mendengarnya menjelaskan.

" besok pagi, kamu mulai bekerja" sambung wanita itu

Jihan melotot ". b-besok???" Jihan sedikit terbelalak.

wanita itu membalas dengan senyuman " anggap saja keberuntungan mu hari ini. mulai besok hingga satu minggu kedepan kita mulai training"

Jihan tersenyum lebar "Siap Nyonya!!" refleks Jihan mengangkat tangan memberi hormat.

Wanita itu sedikit terkejut kemudian ia tersenyum, " kamu harus tetap bersemangat seperti ini ya, karena yang akan kau hadapi nanti adalah pengganti Presdir yang sedikit dingin dan perfeksionis"

Jihan perlahan menurunkan tangannya dan menyembunyikan senyumannya.

Ya ampun, soal dingin tak apa, tapi perfeksionis?? gerutunya dalam hati.

" Sekian wawancara mu,kamu boleh pulang dan bersiap untuk besok." wanita itu bangkit berdiri dan langsung menyodorkan tangan jenjangnya.

Jihan perlahan ikut berdiri dan menyambut tangan wanita itu " Nyonya yakin wawancara nya sudah selesai dan saya diterima?" Jihan memberanikan diri bertanya

Wanita itu tersenyum dan melepaskan jabatan tangannya " iya. memangnya mau bertanya apa? semua telah kamu jelaskan di lamaran dan CV kamu kan. ada hal lain yang mau dibahas?"

Jihan menggaruk rambutnya "Emm... sepertinya saya yang salah belajar semalam Nyonya"

"Belajar apa?" selidik wanita itu

" Sejarah perusahaan ini Nyoya. ternyata sedikitpun tidak ditanyakan" Jihan tersenyum kaku

" tidak usah dipelajari,perlahan kau akan tau segalanya.persiapkan dirimu mulai besok. besok juga kau akan tandatangani kontrak kerja"

Jihan tersenyum dan mengangguk, setelah itu pamit pulang

sampai diluar gedung, Jihan sempatkan untuk menengok keatas ujung gedung yang menjulang.

" Ya Tuhan, segampang inikah wawancara? sedangkan aku menahan lapar sejak semalam karena gugup"

Jihan melanjutkan langkahnya dengan senyuman.

*****

Jihan menuangkan Mie Panas pada mangkuk yang sudah berisi pentolan bakso.

" hmmm, Jihan.... saking gugupnya tadi tak menanyakan nama wanita cantik itu" Jihan mulai berbicara sendiri.

Jihan duduk dan melahap mie panas membayar rasa laparnya dr semalam.

" sebenarnya siapa si perfeksionis itu? Ibu Dian sudah pensiun, berarti di gantikan dengan penerusnya. pasti anaknya atau saudaranya. " selidiknya sendiri. tiba-tiba ponselnya berbunyi, dilayar muncul gambar ibu sambil menggendong anak laki-laki berusia sekitar lima tahun.

" Jihan.... bagaimana wawancara nya?" suara lembut wanita di seberang sana

" ma, Jihan diterima kerja" tak terasa air matanya mengalir

" Jangan menangis nak, usahamu selalu akan berhasil. mama yakin itu"

agh, mama akan selalu tau kapan aku tersenyum dan menangis, meski tak melihatku

Jihan menghapus air matanya " Jihan sayang mama. ma, Jehan mana?"

" lagi tidur nak. jangan khawatir dengan Jehan, mama yang mengatur semuanya.kapan mulai kerjanya?

" besok ma, training seminggu. katanya bos yang baru ini perfeksionis dan dingin"

"Gak apa-apa nak, ikuti aturan saja. sedingin dan seperfeksionisnya bos kamu, mama yakin Jihan lebih cerdas menghadapi nya kan?"

Jihan tersenyum " makasih ma"

"Jaga dirimu ya nak, buat mama n jehan bangga. mama sayang Jihan" wanita itu mematikan sambungan.

Jihan tau mamanya sedang menangis sehingga langsung diputuskan sambungan teleponnya.

Aku nggak akan jatuh lagi ma....Semangat!!! Batin Jihan.

Memulai yang baru

Jihan telah berhasil melalui masa Training nya. Wanita anggun yang belakangan dikenali Jihan dengan nama Madam Welly telah mengajarkan Jihan banyak hal. Jihan semakin yakin dan mantap memulai pekerjaan nya pagi ini. hal pertama yang dia lakukan pagi ini adalah menjemput si bos dari bandara. sebelum ke bandara, Jihan sempat menaruh suatu kotak di meja kerja bosnya. kemudian Jihan melangkah pasti keluar menuju bandara.

Ramainya bandara membuat Jihan menunggu di samping mobil di parkiran khusu VIP bandara. sopir dan beberapa pengawal tampak berdiri menunggu si bos datang. tak butuh waktu lama, rombongan pengawal dan sopir sigap menuju kearah Jihan. ada Si Bos juga, Jihan sedikit kikuk melihat tampilan si Bos. Kaca mata hitamnya menempel pada hidung mancung tipisnya. Jihan melangkah maju perlahan, namun sambil menyelidiki.

sepertinya aku kenal dia, tapi dimana ya?

Belum menyelesaikan penyelidikannya, Si Bos sudag berdiri tegap didepannya. Jihan dengan kaku sedikit menunduk " selamat datang di tanah air Tuan" salam itu tak dibalas Si Bos, namun langsung masuk ke mobil.

Jihan menarik nafasnya, dan menyusul masuk ke mobil dan duduk di tempat depan. mobil melaju meninggalkan bandara.

" semoga penerbangan Tuan kali ini menyenangkan dan tanah air tidak jadi tempat yang membosankan" Jihan mencoba membuka percakapan. Tidak ada jawaban sedikitpun. Jihan mengerutkan dahinya, sedingin ini kah?

ekor matanya melirik ke arah belakang, si bos sedang memperhatikan tablet nya, ujung jemari lentiknya mengusap layar tablet didepannya.

"jam berapa serah terima jabatannya?" akhirnya ada suara yang keluar dari si bos

Jihan tersenyum " Jam sebelas pagi ini tuan" suasana kembali hening

argh Jihan, berpikirlah,apa yang harus dibahas!! Batin Jihan protes.

sambil tersenyum Jihan menoleh ke belakang " Tuan,apakah ada tempat yang ingin didatangi sebelum ke kantor?tempat kenangan mungkin?"

Si bos menatap datar dan kosong ke arah Jihan. seolah paham tatapan itu, Jihan langsung cepat mengalihkan kembali pandangan ke depan.

" membosankan!" gumamnya pelan. sopir tersenyum kecil.

" aku bisa mendengar mu sekertaris Ji...." kata Si Bos namun tetap menatap tabletnya. Jihan terkejut dan refleks menutup wajahnya dengan tangannya.

Jihan sedikit menunduk dan melirik si sopir yang tersenyum kecil.

si kulkas bertelinga lebar.... umpat Jihan dalam hati.

 

\*

 

Suasana Aula Utama telah penuh dengan undangan dan wartawan berbagai media. papan bunga ucapan atas jabatan baru Si Bos memenuhi halaman kantor hingga depan ruang aula pertemuan. Jihan melangkah pasti dengan percaya diri mendampingi si bos Richard Putra Samana yang segera akan dinobatkan menjadi Presiden direktur Perusahaan Dian Samana menggantikan ibunya Dian Samana.

Jihan tersenyum saat penobatan jabatan baru untuk Richard oleh Ibunya sendiri. Ada raut bangga dan mengagumi sosok Richard terpancar d tatapan Jihan.

Jihan lebih mengagumi Ibu Dian, wanita tangguh itu mampu mengurus perusahaan besar peninggalan suami nya ini. Mungkin ibu Dian terlalu sabar dan tabah dengan si kulkas ini ya. tiba-tiba bati Jihan pun ikut berkomentar.

Jihan duduk di meja Sekretaris didepan ruang Presiden Direktur. Dia sibuk merekap kegiatan Richard selanjutnya pada komputer didepannya. Richard dan ibunya serta Madam Welly sedang ngobrol di dalam.

" Bagaimana perjalanan mu nak?" nada lembut Ibu Dian membuat Richard sedikit tersenyum. Richard duduk menghadap ibunya, sambil memegang tangan ibunya.

Madam Welly berdiri tegap melihat adegan mesra ibu dan anak ini.

" baik mami. seperti baru kemarin meninggalkan kota ini, dan sekarang sudah kembali lagi"

Ibu Dian tersenyum lembut " mami harap kamu sudah bisa bangkit dan melupakan kenangan masa lalu kamu ya nak"

Richard perlahan melepaskan tangan ibunya dan bangkit berdiri. " tak mudah mami. tapi sekarang aku sadar tanggung jawab ini tidak mudah"

Ibunya pun bangkit berdiri " mami pulang dulu. madam Welly sudah mengikuti semua arahanmu dan melatih sekretaris barumu. semoga dia bisa mengerjakan tugas-tugas nya dengan baik ya."

Ibu Dian segera keluar, dan Richard berdiri di jendela kaca menatap ke bawah gedung. tangannya menarik sebuah gantungan kunci berbentuk kepala panda yang lucu. Sesaat dia tersenyum dan mengisi kembali ke dalam saku celananya.

Richard berbalik dan melihat ada kotak panjang di atas meja kerjanya. dahinya sedikit mengerut. ditekan nya tombol bel putih, dan pintu sesegera dibuka. Jihan dengan sedikit terburu-buru buru menghadap Richard yang sudah duduk di balik meja kerjanya.

" apa ini?" Richard menunjuk kotak itu dengan tatapan tajam nya

Jihan melotot dan segera mengambil bungkusan kotak itu dan menyembunyikannya di belakang roknya. " maaf tuan, punya saya ini, saya lupa menaruh nya di situ tadi"

"kado untuk siapa itu?" Richard menyelidiki

Jihan sedikit gugup " Emm, sebenarnya ini ucapan selamat datang untuk tuan" Jihan memberanikan diri menjawab.

Richard menyadarkan tubuhnya. " saya tidak berniat menerima pemberian apapun itu.kamu coba menggoda saya ya?"

" Ya ampun Tuan. tidak ada niat sedikitpun. ini juga karena saya berpikir kalau bos saya seorang wanita yang ramah, jadi saya menghadiahkan ini. ternyata..." Jihan menyadari sudah keceplosan menjawab. mungkin karena gugup

Richard berdiri dan melangkah mendekati Jihan yang berdiri terpaku menatap nya. Richard berdiri tepat d depan Jihan dan sedikit menunduk sehingga wajah mereka terpaut beberapa sentimeter saja" ternyata???"

wajah Jihan memerah, namun cepat tersadar dan mundur selangkah kebelakang "maaf tuan" Jihan memperbaiki rambutnya, " jika tidak ada keperluan lainnya saya segera keluar"

Jihan tidak menunggu jawaban dari Richard, secepat kilat langsung pergi keluar.

sampai di meja kerjanya, Jihan menunduk menempel kan dahinya ke meja, menghilangkan rasa gugupnya.

" setelah makan siang agenda apa berikutnya?" suar Richard mengagetkan Jihan. Jihan refleks berdiri dengan gugup dan hampir jatuh " Mengunjungi proyek pembangunan pasar modern Tuan"

"hmm ayo makan siang" Richard melaju menuju lift. Jihan membuka laci memasukan kotak hadiah tafi dan buru-buru mengikuti Richard.

****

Makan siang terhoror,pikir Jihan. duduk berhadapan tanpa suara dan hanya tertunduk masing-masing melahap menu yang ada. saat selesai, Richard bangkit berdiri duluan namun tiba-tiba ada sesuatu terjatuh dari dalam saku celananya. Jihan menoleh ke bawah, gantungan kunci kepala panda yang lucu. Jihan tersenyum dan berniat mengambil kan namun Richard dengan gesit memungut nya dan pergi keluar.

Jihan meringis sambil cepat meneguk air dan mengikuti Richard.

" lanjut ke lokasi proyek" kata Richard saat di mobil.

sopir mengangguk dan segera jalan. Jihan melirik kearah Spion dalam, Richard memegang kuat gantungan kunci tadi sambil sedikit meremasnya.

ternyata si kulkas punya mainan kesayangan juga ya... Batin Jihan sambil tersenyum.

Richard begitu detail dan teliti melihat proyek pasar modern ini. sebenarnya ini adalah pembangunan Mall yang dibuat dengan konsep pasar tradisional yang akan mengakomodasi dan menampung pedagang tradisional untuk menjual dagangannya. tidak dipungut retribusi yang tinggi namun bisa membantu masyarakat dalam jual beli. Jihan mengamati setiap gerakan Richard, perfeksionis seperti tampangnya. tubuh tinggi dan kekar, hidung mancung tipis, alis yang tebal dan simetris, rahang yang kokoh.

Jihan tersenyum kecil dengan khayalan nya bisakah sedikit lembut tuan, sifatmu merusak parasmu

Richad melambaikan tangan ke arah Jihan, dan dengan gesit Jihan menuju kearahnya.

" sekretaris Ji, catat semua kekurangan yang ada, biar saya bahas dirapat besok pagi dengan semua bagian yang terkait"

" baik pak" jawab Jihan.

Richard berjalan menuju bagian lainnya, Jihan mencatat yang disampaikan oleh pimpinan proyek pada tabletnya. sekilas mata Jihan tertuju pada gantungan kepala panda yang hampir jatuh dari saku celana Tuan nya. Jihan buru-buru mencatat dan setelah itu mengejar Richad untuk menangkap gantungan kunci lucu itu yang segera akan jatuh.

namun plak! jatuh juga,belum sempat ditangkap oleh Jihan.

dengan cepat Jihan tunduk mengambil gantungan kunci yang jatuh itu namun tangannya terinjak seorang tukang bangunan yang melintas.

"Aww!!" jerit Jihan

"aduh,maaf bu." si tukang bangunan berusaha menenangkan Jihan.

Jihan baru mau bangkit dengan tangan sudah menggenggam gantungan kunci. namun Richard sudah berdiri di depannya.

"apa itu?" tanya Richard

belum sempat menjawab, Richard merebut gantungan kunci itu dan pergi " kita pulang"

Jihan mengibaskan tangannya yang masih kesakitan sambil mengikuti Richard. " hupf.... dasar tidak tau berterima kasih" gerutunya.

tugas baru

Jihan duduk dimeja kerjanya sambil mengebas tangan kanannya, sesekali ditiup pelan. bagaimana tidak perih dan melepuh? pak tukang tadi menggunakan boot tebal dan sedang memikul material bangunan. jari-jarinya serasa remuk, namun lebih remuk lagi perasaannya ketika Richard tak sedikitpun berterima kasih ataupun menanyakan keadaannya.

"ambil ini" seseorang menyodorkan alkohol dan kapas.

Jihan menoleh dan terkejut ternyata Richard. Jihan tak berkedip ataupun menerima alkohol dan kapas tersebut, mata mereka saling beradu beberapa detik.

Richard yang langsung menguasai keadaan, meletakkannya di meja kemudian masuk lagi ke ruangannya.

Jihan tersenyum sambil membersihkan luka lecet dan memar pada tangan dan jarinya "Makasih bos ku" gumamnya pelan.

" sekretaris Ji, cepat kesini" suara Richard dari speaker.

" apa harus berteriak seperti ini? tak bisa kah melalui chat?" Jihan bangkit menuju ruangan Presdir Richard.

Richard menyodorkan selembar catatan pada Jihan. sesaat Jihan membaca catatan tersebut,namun mendadak raut wajahnya berubah terkejut dan tak terima.

" maksudnya apa ini tuan?"

" tak tau baca ya?" Richard balik ketus

" bisa tuan maksudnya apakah ini tugas tambahan saya? diluar yang diajarkan Madam Welly?"

" Kamu digaji besar untuk mengurus keperluan ku di sini. jadi itu juga tugas pokok kamu" Richard menatap tajam kearah Jihan yang berdiri kaku memegang catatan darinya.

" Membangunkan pagi hari, mengingatkan waktu tidur, waktu makan,menemani ke acara non formal bahkan menyiapkan pakaian tuan?? apakah tidak berlebihan tuan?" gerutu Jihan

" simpan catatan itu dan laksanakan mulai hari ini" Ricard kembali menatap tablet di depannya.

" t-tapi tuan, ini melanggar hak asasiku"

Richard hanya mengangkat tangan kanannya memberi isyarat untuk keluar.

dengan berat Jihan membawa catatan kecil itu keluar menuju mejanya.

*****

Tepat pukul 20.00 malam, Jihan merapikan mejanya untuk segera pulang. tiba-tiba suara Richard berdehem di sampingnya.

" selamat malam tuan, waktunya pulang. semoga istirahat malam tuan menyenangkan" sesaat Jihan menggigit bibir bawahnya karena disadari betapa berlebihannya bicara.

" makan malamlah bersama" perintah Richard sambil berlalu.

Jihan tak menjawab namun menyinyir kan bibir atasnya dan dengan berat langkah menuju lift mengikuti Richard.

aku akan melewati makan malam yang horor lagi. batin Jihan saat duduk berhadapan dengan Richard di restoran oriental pilihan Bosnya.

tiba-tiba ponsel Richard berdering, sesaat diliriknya sebelum menjawab telpon dari Ibu Dian. Jihan pun ikut melirik mau tau.

" iya mi, aku sedang makan. besok sebelum rapat dimulai aku akan mengunjungi mami" suara Richard begitu datar membuat Jihan memperhatikan nya dengan seksama.

bagaimana kau begitu tenang, berbicara tanpa berkedip sedikitpun dan begitu dingin,tuan? Jihan mulai bermain dengan pikirannya.

Richard menutup panggilan tanpa melepaskan tatapan kearah Jihan " sedang mengejekku dengan pikiranmu?" tanya Richard ketus membuat Jihan membuyarkan lamunannya.

Jihan mengernyitkan matanya malu diketahui mengamati Richard. menutup malu, diteguknya segelas air sampai habis.

" sudah punya pacar?" tanya Richard spontan membuat Jihan terbatuk mengeluarkan sedikit air dari mulut dan hidungnya. Richard memalingkan wajahnya kearah lain karena tingkah Jihan sudah mengundang tatapan beberapa tamu lainnya.

" sudah tuan"Jihan menjawab singkat meski dia berbohong. kalau kujawab tidak ada pastinya kau akan mengejek ku kan?apa maksudnya bertanya urusan pribadiku?

Richard mengangkat sebelah alisnya " pastikan pacarmu tidak terganggu dengan jadwal kerjamu ya. aku sudah membayar mu mahal untuk pekerjaan ini".

Jihan sedikit melotot kulkas dingin dan berhati batu "iya pak" Jihan menjawab asal sambil menyantap mie di depannya.

keduanya menyelesaikan makanan tanpa membahas apapun.

Dimobilpun suasana masih diam. masing-masing sibuk dengan ponselnya. Mobil berhenti tepat di rumah besar berarsitektur modern. Sopir membuka kan pintu mobil untuk Richard. Jihan tetap menunggu di mobil.

" apa kau menungguku membukakan pintu untukmu?" kata Richard membuat Jihan terkejut dan langsung turun. Jihan sedikit bingung namun langsung teringat catatan kecil tadi.

Mobil langsung dibawa pergi sopir diiringi tatapan khawatir Jihan. Richard berbalik masuk ke dalam rumah, tapi Jihan tetap berdiri diam disitu.

" mau tetap berdiri di situ?" Richard menyadari tak diikuti Jihan

Jihan menggaruk kepalanya dengan gugup. Dia tidak pernah berduaan dengan orang lain seperti ini, apalagi malam dan sepi begini. Richard dengan gemas menarik Jihan masuk dan dengan sedikit kasar mendorong nya masuk

"Aww...." Jihan merintih sakit.

" laksanakan tugasmu" perintah Richard sambil menaiki tangga menuju kamarnya. Jihan berdiri kaku sambil menatapnya berlalu menapaki anak tangga.

Richard memasuki kamarnya dan disadari nya Jihan tidak ikut, dengan sedikit marah dia kembali turun dan mendapati Jihan masih berdiri kaku.

" apa yang kau pikirkan? aku menyuruhmu menyiapkan pakaian yang akan kupakai besok!" Richard menatapnya tajam tanpa berkedip. Jihan menarik nafas panjang " baik tuan. maaf kan aku" Jihan menapaki tangga perlahan menahan gugupnya.

Kamar luas dan bercat putih, dengan tempat tidur ukuran 160 berseprei putih. Jihan mencari lemari pakaian yang cepat ditemukan di ruang ganti yang luas.

apakah semua ini pakaiannya?? Jihan terkagum dengan keadaan ruang ganti. kalau rapih seperti ini besok pagi pun bisa cepat aku siapkan. untuk apa tergesa-gesa?? grutunya.

setelah menentukan setelan jas yang akan dipakai besok, Jihan segera turun. Richard duduk di sofa ruang tamu sambil memainkan ponselnya.

"sudah siap tuan"

" baiklah, segeralah pulang"

"hah?!" Jihan tidak menyangka akan diusir dengan cara begini. bukankah sopir kantor sudah pulang?

"permisi tuan" Jihan tidak mau terlihat bodoh dan berharap padanya.

Richard tidak menjawab sedikitpun dan matanya masih tertuju pada ponselnya.

Jihan berdiri di depan pintu sambil mengambil ponselnya dan menghubungi taxi online. tak beberapa saat taxi online muncul dan sesegera Jihan pergi.

Richard duduk bersandar di sofa sambil menatap gantungan kunci panda yang diletakkan di atas meja.

bayangan masa lalu kembali terngiang di kepalanya.

"almira.....!" suara teriakannya saat itu tak mampu menahan tubuh mungil Almira dari hantaman keras truk yang tiba-tiba melintas. gantungan panda ini yang sempat terbuang bersama ponselnya Almira dan jatuh tepat di kaki Richard.

Richard menggenggam gantungan panda itu kuat-kuat sambil menyadarkan kepalanya di sandaran sofa.

bersambung.....

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!