"Dinda..." lengkingan suara Nesa seakan memekakkan telinga, Dinda menatap sahabatnya yang sedang berlari kearahnya.
Adinda Prameswari Prayogo (Dinda) :
Umur 24 tahun, blasteran Jawa Tionghoa,cantik, kulit putih,pintar,body aduhai, agak sensitif.
"Nesa kebiasaan deh, makanya pake alarm biar gak kesiangan mulu" celoteh Dinda
Vanesa Zhang ( Nesa):
Gadis keturunan Tionghua umur 24 tahun, cantik, kulit putih tapi pemalas dan hobby pacaran.
"Ya elah Din, baru juga telat lima menit" kilah Nesa
Mereka bergegas masuk kedalam gedung yang merupakan tempat kerja baru mereka, tepatnya dua hari yang lalu mereka di terima di perusahaan yang sama.
Saat mereka masuk bertepatan dengan inspeksi mendadak yang di adakan sang Ceo.
"Matih kita Din, semuanya berkumpul di sini ada apa ya?" desis Nesa
"Kalian...!!! dari devisi mana jam segini baru sampai" suara bariton pria yang memakai stelan jas warna biru dongker berparas tampan rupawan.
Aliandro Wijaya ( Andro):
Pria tampan blasteran Indonesia Belanda, Ceo Wijaya Corp, umur 26 tahun,tinggi, kulit putih, tegas tapi sebenarnya berhati lembut.
"Maaf pak kami terlambat, yang kemarin baru di terima interview" ucap Dinda terbata-bata.
"Kalian karyawan baru sudah terlambat, keruangan saya sekarang" perintah Andro sambil berjalan meninggalkan ruangan.
Bisik -bisik antar karyawan terdengar semakin panas di telingga, ibu Desi bagian Hrd berjalan mendekati Dinda dan Nesa.
"Kalian karyawan baru ya,kenapa bisa terlambat?" tanya Desi.
"Maaf bu tadi kami terjebak macet" alasan klise Nesa.
"Sudah tau Jakarta macet kenapa tidak berangkat lebih awal?" ucap Desi
"Maaf bu, gak akan terulang lagi" jawab Dinda.
"Baiklah kalian sekarang masuk keruang pak Andro, beliau yang akan menentukan kalian di taruh di divisi mana" jelas Desi.
"Baik bu, tapi ruangannya sebelah mana ya?" tanya Dinda.
"Kalian naik lift aja langsung ke lantai 11, disana ruangan Ceo kita" jelas Desi.
"Baik permisi bu"
Akhirnya mereka berdua berjalan menuju lift, setelah lift terbuka Dinda memencet angka 11.
"Kamu sih Nes bikin telat aja" omel Dinda.
"Ya maaf Din, abis aku semalem kencan sama Reno pulang tengah malam" kilah Nesa.
"Pacaran mulu, awas aja besok aku gak mau nunggu kamu lagi" tandas Dinda.
Tingg...
Pintu litf terbuka, Dinda dan Nesa keluar dari Lift dan menatap sebentar ruangan yang ada di depannya, hanya ada satu pintu utama.
"Din, itu kali ya ruangan Ceo kita, gak ada pintu lain cuma satu itu" ucap Nesa.
Dinda terdiam, dia mulai melangkahkan kakinya menuju pintu utama ruangan itu, setelah sampai di depan pintu perlahan mulai mengetuknya.
Tok...tok..tokk...
"Masuk" suara dari balik pintu.
Perlahan Dinda membuka pintu dan berjalan masuk di ikuti Nesa di belakangnya.
"Kalian karyawan baru, hari pertama masuk sudah terlambat" suara menggema Andro memenuhi ruangan.
"Maaf pak" ucap Dinda dan Nesa bersamaan.
Dinda dan Nesa tidak berani menatap pria di depannya itu, mereka memilih untuk menunduk.
Belum sempat Andro berbicara lagi tiba- tiba terdengar pintu terbuka.
"Ada apa ini tegang banget" ucap pria yang baru saja masuk.
Antonio Sadewa ( Anton ):
Pria tampan sahabat Andro sekaligus manager pemasaran, pintar dan humoris.
Anton mendekat ke samping Andro, menatap sekilas dua gadis yang sedang tertunduk di depan Ceonya.
"Kalian karyawan baru ya, Bos jangan galak-galak kasian mereka masih baru" ucap Anton.
Andro menghela nafas panjang, dia tidak ingin berdebat apalagi masih pagi.
"Siapa di antara kalian yang bernama Vanesa zhang" tanya Andro sambil melihat map biru yang di berikan bagian Hrd padanya.
"Saya pak" ucap Nesa
"Kamu ke devisi accounting, ada di lantai 5"
"Baik pak"
Nesa berbalik dan berjalan keluar dari ruangan itu, tinggal Dinda yang masih berada di sana, jantungnya seakan mau keluar dari tempatnya, apalagi Nesa sudah pergi duluan meninggalkannya.
Andro membuka map kedua, di tatapnya kembali tulisan nama yang ada di sana, lama dia menatap kertas itu sampai Anton mulai menyadarinya.
"Adinda prameswari Prayogo" ucap Anton membaca kertas di tangan Andro.
"Iyaa saya pak" jawab Dinda masih dengan menundukkan kepalanya.
Andro menatap lekat gadis di depannya, dia seakan tak percaya bagaimana mungkin dia bertemu lagi dengan Dinda, junior dia di kampus yang terkenal sebagai bintang kampus pada masa kuliah dulu.
"Andro, heh kenapa? malah ngelamun kasian itu anak orang berdiri mulu" bisik Anton.
"Siapa nama pangilanmu?" ucap Andro kemudian.
"Dinda pak" jawab Dinda.
"Dinda kamu jadi sekertaris saya mulai hari ini dan mejamu ada di samping kiri, kamu bisa duduk di sana sekarang" jelas Andro .
"Apaa sekertaris? bukankah melisa cuma cuti dua hari, kenapa kamu ambil sekertaris baru Andro?" bisik Anton heran.
"Itu urusanku, aku butuh dua sekertaris sekarang" kilah Andro.
Anton semakin heran, kenapa tiba- tiba sahabatnya itu menerima sekertaris baru dan jadi satu ruangan dengannya, padahal selama ini sekertaris mejanya di luar ruangan Ceo.
"Kenapa masih berdiri di situ, kamu tidak ingin duduk" ucap Andro.
"Iyaa pak, " Dinda bergegas berjalan ke arah kiri dan duduk di kursinya, dia masih saja menunduk dan tidak berani menatap ke arah Ceonya itu.
"Ya sudah aku tinggal dulu, jangan lupa satu jam lagi kita ada meeting" ucap Anton sambil berjalan pergi meninggalkan ruangan Andro.
Setelah Anton pergi Andro berdiri, berjalan menghampiri Dinda dan berhenti di depannya.
Dinda masih tetap menunduk, dia semakin takut kenapa tiba-tiba Ceonya itu menghampirinya dan berdiri tepat di depannya.
"Sampai kapan kamu nunduk seperti itu Dinda, apa lehermu tidak pegal?" ucap Andro sambil tersenyum.
Dinda kaget dan mendongak ke atas menatap pria yang berdiri di depannya, lama tatapan itu saling bertaut sampai Dinda sepertinya teringat sesuatu.
"Apa kita pernah ketemu sebelumnya?" ucap Dinda
"Apa kamu benar-benar sudah melupakanku?" tanya Andro
Dinda kembali menatap pria di depannya.
"Aliandro" lirih Dinda.
Andro tersenyum dan menatap lekat gadis di depannya yang sekarang mulai mengenalinya.
Ada senyum manis di wajah Dinda saat dia menyadari bahwa Ceonya adalah kakak seniornya dulu di kampus yang sempat menolongnya saat Maba.
"Kenapa kamu?" ucap Dinda seakan tak percaya.
Andro tersenyum dan kembali ke tempat duduknya.
"Jahat banget tadi, aku hampir nangis tau"
"Kamu masih saja sama, terlalu sensitif, kenapa bisa terlambat pertama masuk kerja?" tanya Andro.
"Aku nungguin Nesa tadi" jawab Dinda.
"Sekarang kamu jadi sekertarisku, kebetulan sekali bukan?" tutur Andro.
"Tapi bukankah waktu interview kemarin hanya ada lowongan di bagian akuntasi dan finance ya?"
"Aku berubah fikiran, tidak masalah bukan?"
"Gak masalah sih, kamu kan bosnya, eh maaf pak Andro" ucap Dinda sambil tersenyum.
"Andro saja kalau tidak ada yang lain"
♡♡♡
To be continue...
Hari kedua masuk kerja,
Dinda turun dari ojek online dan segera merapikan rambutnya, dia berjalan menuju gedung di depannya, saat kakinya mulai melangkah ke lobby tiba-tiba Nesa menarik tangannya.
"Nes, apaan sih"
"Kamu ya, main ninggalin aja"
"Aku gak mau telat lagi Nes, kamu itu suka kesiangan bangunnya" oceh Dinda.
"Ehh, kamu masuk bagian apa, Finance?" tanya Nesa
Dinda menggeleng pelan.
"Hahh, trus bagian apa dong?" Nesa mulai kepo.
"Sekertaris Ceo" jawab Dinda singkat sambil berjalan meninggalkan Nesa yang masih diam membeku di tempatnya.
Nesa berlari menyusul Dinda yang sudah ada di depan lift.
Tiinggg..
Saat lift terbuka Dinda masuk disusul Nesa yang masih terengah karena berlari.
"Din, serius kamu jadi sekertaris Ceo?" tanya Nesa yang seakan masih tak percaya.
"Apa untungnya coba kalau aku bohong" jawab Dinda.
"Ahh kita terusin nanti jam istirahat" ucap Nesa saat pintu lift sudah terbuka.
Dinda hanya bisa tersenyum melihat kelakuan sahabatnya, saat lift sudah sampai lantai 11 Dinda keluar dan bergegas masuk ke dalam ruangan Ceo.
"Untung saja tidak terlambat lagi" batin Dinda.
Saat Dinda mulai berjalan menuju ke mejanya tiba-tiba saja pintu sebelah kanan dari meja Ceonya terbuka.
"Astaga" pekik Dinda sambil memegang dadanya.
Andro keluar dari dalam ruangan yang ada di sebelah kanan meja kerjanya dan menatap Dinda.
"Kamu kira ada hantu di pagi hari?" ucap Andro sambil merapikan jasnya.
"Kok udah disini?" tanya Dinda heran.
"Semalam aku lembur, jadi tidur di kantor" jawab Andro.
"Ohhh, "
Dinda merapikan mejanya dan mulai menyalakan komputernya, dia binggung sejak kemaren Ceonya itu belum memberikan pekerjaan untuknya, yang di lakukan seharian kemaren hanya berselancar ria di dunia maya melalui komputernya.
"Bos apa yang harus aku kerjakan" tanya Dinda sambil menatap Andro.
"Gak ada, cukup temani aku aja disini" jawab Andro singkat.
"Hahhh, maksudmu?" tanya Dinda tak percaya.
"Kurang jelas, maksudku kamu temani aku kerja, makan siang, meeting itu aja" tandas Andro.
Dinda mengerjapkan matanya tak percaya, di tatapnya kembali Ceo yang ada disamping kanannya.
"Andro please jangan bercanda deh, aku bosan kalau harus berdiam diri begini"
"Oke jika itu maumu, mulai sekarang kamu atur semua yang aku butuhkan" ucap Andro.
"Maksudnya?"
"Mulai dari pagi kamu harus ke apartmentku menyiapkan baju kerja dan sarapan untuku setelah itu kita berangkat kerja bersama" jelas Andro.
"Apaa, aku sekertaris bukan asisten pribadi?"
"Anggap saja sekertaris pribadi gampangkan"
"Tapi tempat kosku terlalu jauh, jam berapa aku harus berangkat kalau harus ke apartmentmu dulu" ucap Dinda lesu.
"Pindah ke apartmentku mulai besok"
Dinda benar-benar tidak menyangka Andro akan berbuat seperti itu, bagaimana bisa memintanya untuk tinggal di apartmentnya padahal belum ada ikatan apa-apa diantara mereka.
Walaupun Dinda adalah gadis di jaman modern tapi dia belum pernah sekalipun pacaran sampai diusianya 24 tahun sekarang ini, bukan tidak ada yang menyukainya tapi lebih tepatnya dia tidak pernah membuka hatinya pada siapapun.
Tujuan utamanya adalah belajar dan segera mendapatkan pekerjaan untuk membantu kedua orangtuanya.
"Tapi Andro ini keterlaluan, bagaimana bisa aku tinggal di apartmentmu?" jawab Dinda.
"Gak usah berfikir macam-macam dulu deh, apartmentku ada 3 kamar, kamu pilih salah satu,dari pada kamu ngekost di Jakarta kenapa gak tinggal saja di apartmentku sekalian berhemat" bujuk Andro
"Aku fikirkan dulu" ucap Dinda.
Andro berjalan ke meja Dinda dan menyerahkan beberapa file penting.
"Pelajari ini, setelah makan siang kamu ikut aku meeting" perintah Andro.
"Baik pak bos" jawab Dinda.
"Jadi begini kerja kalau kita sudah kenal dengan Ceonya, sabar Dinda kamu butuh kerjaan" batin Dinda.
Dinda mulai mempelajari satu persatu berkas yang ada di mejanya, perlahan dia mulai terhanyut dalam pekerjaannya begitupun dengan Andro yang sedang sibuk memeriksa beberapa berkas proyek barunya.
Di sela-sela kesibukannya Andro sempat berfikir, bagaimana bisa tiba-tiba Dinda datang ke kantornya dan menjadi karyawan baru.
Flasback On.
"Andro ada anak Maba baru lagi dihukum karena telat" ucap Ronald sahabat Andro.
"Hemmm"
"Kok hemmm sih, kasihan itu dia sampe nangis loh"
"Trus aku harus apa?"
"Kamu kan tau Bimo itu agak keterlaluan kalau soal hukuman, kasihan dia Andro " .
"Oke, dimana mereka?" tanya Andro.
"Ada di lapangan basket" jawab Ronald.
Andro melangkahkan kakinya menuju lapangan basket, di sana dia mendapati seorang gadis yang sedang berlari memutari lapangan basket sambil menangis, terlihat peluhnya mulai bercucuran dan membasahi tubuhnya, wajahnya mulai pucat.
Andro menghentikan gadis itu dan memberinya satu botol air mineral.
"Makasih kak, tapi nanti Dinda takut kalau hukumannya malah bertambah"
"Minumlah, gak akan ada yang berani menghukummu"
Dengan tangan gemetar Dinda mengambil botol air mineral itu dan mulai meminumnya sampai tandas.
"Terima kasih kak,"
Setelah minum Dinda akan mulai berlari lagi, tapi tangan Andro memegang tangannya dan menyuruhnya berhenti.
"Tapi kak, aku takut" lirih Dinda.
"Gak usah takut, ikut aku sekarang" ucap Andro sambil menggenggam tangan Dinda membawanya pergi dari lapangan basket.
Dari arah lain Bimo berlari dan menghentikan mereka.
"Andro, dia lagi menjalankan hukumannya kenapa kamu bawa pergi?" ucap Bimo dengan nada tinggi.
"Aku tanya, ketua BEM nya aku apa kamu?" jawab Andro dengan nada tak kalah tinggi.
Bimo terdiam, Andro berjalan pergi dengan menggandeng tangan Dinda dan masuk keruang UKS.
"Istirahatlah disini sebentar, kalau sudah enakan baru kembali ke kelas" jelas Andro setelah itu meninggalkan Dinda sendiri di ruang UKS.
Sejak saat itu Dinda sangat mengagumi Andro, bahkan dia selalu menyempatkan dirinya untuk sekedar menonton pertandingan basket yang Andro mainkan.
Sama halnya dengan seorang Aliandro wijaya, sejak insiden penyelamatan itu dia sering mengamati Dinda dari kejauhan, ada rasa yang tak bisa di ungkapkan dengan kata-kata pada saat itu, tapi dia tak pernah menyadarinya sampai waktu kelulusan telah tiba dan dia meninggalkan kampus untuk mengambil alih perusahaan papanya di usia dini.
Flashback Off.
"Pak Andro maaf sudah jam makan siang apa saya boleh pergi sekarang?" tanya Dinda
Andro menatap sekilas pada Dinda dan mengambil kunci mobilnya di meja kerjanya.
"Ayo,"
"Hahh, maksud bapak?" tanya Dinda heran.
"Kita makan siang bersama, apa kamu sudah lupa yang aku bilang tadi pagi?"
"Tapi pak?"
"Gak ada bantahan, mulai sekarang kamu harus ikut kemanapun aku pergi, dan satu lagi jangan pangil pak kalau kita hanya berdua, faham?" tandas Andro.
"Iyaa Aliandro" jawab Dinda kesal.
Andro berjalan dengan Dinda yang mengekor di belakangnya, saat sampai di parkiran Andro membukakan pintu mobil ke Dinda, setelah itu di berputar dan masuk ke dalam mobil.
"Kita mau makan siang di mana?" tanya Dinda.
"Nanti kamu akan tau" jawab Andro yang mulai melajukan mobilnya meninggalkan parkiran kantor.
♡♡♡
To be continue...
Andro menghentikan mobilnya di depan sebuah restoran mewah di pusat kota,sejenak Dinda merasa heran.
"Hanya untuk makan siang, kenapa jauh-jauh kesini dan ini pasti restoran mahal" gumam Dinda dalam hati.
Andro meraih tangan Dinda dan menggandengnya masuk ke dalam restoran, satu pelayan menyambut mereka dan membawa mereka menuju privat room.
Dinda masih saja terheran-heran,apa semua orang kaya kalau mau makan harus menyewa ruang pribadi seperti itu, tak lama pelayan datang dan membawakan buku menu, Andro menyerahkan buku menu itu pada Dinda dan meminta Dinda memesan apapun yang dia mau.
Lama Dinda membolak- balik buku menu itu, setelah selesai memesan beberapa menu beserta hidangan penutup akhirnya Andro juga menginginkan makanan yang sama dengan yang Dinda pilih.
"Andro kenapa kita makan siang saja harus jauh-jauh kesini?"tanya Dinda heran.
" Kenapa apa restoran ini kurang bagus, mau pindah ke tempat lain?"
"Bukan begitu, ini terlalu bagus malah, bisa ngga kita lain kali makan siangnya ditempat yang gak begitu jauh dari kantor?" pinta Dinda.
"Baiklah, besok kita cari yang lebih dekat dari kantor" jawabnya ringan.
Dinda hanya bisa berdecak kesal, setiap hari dia akan makan siang dengan Ceonya itu, bagaimana bisa seperti itu dia jadi kebingungan sendiri padahal dia sudah berjanji pada Nesa sahabatnya itu untuk makan siang bersamanya.
Tak lama kemudian semua hidangan telah tersaji di meja mereka, Dinda yang sudah menahan lapar langsung saja menyantap makanan di depannya tanpa permisi, Aldo menatapnya dengan senyuman tersungging dibibirnya.
"Kenapa malah senyum-senyum, gak mau makan?" tanya Dinda pelan.
Tanpa aba-aba akhirnya Andro mulai makan sambil terus menatap Dinda.
"Kenapa kamu semakin manis Din" batin Andro.
Dinda tidak ambil pusing dengan tatapan Andro, dia lebih bersemangat untuk menghabiskan makan siangnya.
"Gak setiap hari bisa makan enak begini" gumamnya dalam hati.
Setelah selesai dengan menu utama tiba-tiba Andro mulai bicara.
"Din, aku tau ini mendadak untukmu, dan aku juga sadar kamu pasti akan sangat terkejut, tapi aku benar-benar bahagia bisa bertemu lagi denganmu dan tak akan menyia-nyiakan kesempatan ini lagi, sejak pertemuan pertama kita di lapangan basket kampus, kamu selalu hadir dalam pikiranku, sekarang mungkin takdir berpihak padaku,~".
Andro berhenti sejenak melihat Dinda yang diam membatu dalam duduknya, dia sadar telah membuat Dinda sangat terkejut.
"Aku... ingin kamu menjadi kekasihku" ucap Andro kemudian setelah menjeda beberapa menit.
Andro menatap lekat manik mata Dinda yang masih terlihat sangat terkejut dengan pengakuannya yang tiba-tiba itu.
"Din..."
Satu detik
Dua detik
Tiga detik
Uhuk..uhuk.. Dinda tersedak salivanya sendiri, Andro langsung menyodorkan air putih dan Dinda langsung meminumnya hingga tandas.
Setelah mengatur nafasnya perlahan Dinda mulai menatap Andro.
"Aliandro wijaya apakah selera humormu segaring ini?"
"Aku 1000 persen serius Din" jawab Andro sambil membalas tatapan Dinda.
Dinda kembali terkejut, kali ini benar-benar dia sudah tidak bisa berkata-kata, mendadak lidahnya kelu.
"Din aku benar-benar serius, aku tau kamu bakal terkejut makanya aku minta menjadi kekasihku dulu, niatnya sih langsung ngelamar tadi, tapi aku takut nanti kamu pingsan disini aku juga kan yang jadi malu"jelas Andro.
Dinda yang tadinya masih terdiam kini tak kuasa menahan tawanya.
"Bhahaaahaaa...gak romantis banget kamu, masa ngelamar disiang bolong kayak gini, gak ada romantis-romantisnya " ucap Dinda sambil tertawa.
"Jadi gimana Din?"
"Gimana apanya?"
"Ya yang tadi?"
"Yang tadi yang mana Andro?"
Wajah Andro langsung berubah, sangat terlihat dia menahan rasa kesalnya karena Dinda sengaja mempermainkannya.
"Dinda..." teriak Andro.
"Iyaa, aku disini gak usah teriak-teriak juga kali Bos" jawab Dinda sambil terkekeh.
"Jadi di terima nih?" tanya Andro dengan wajah polosnya yang mengiba.
"Eehhmm...gimana ya??" Dinda masih saja membuat Andro semakin kesal.
Andro menatap Dinda kembali kali ini dengan tatapan berbeda, terlihat menahan amarahnya.
" Kalau marah nggak jadi jawab nih" ucap Dinda yang kembali membuat Andro menghela nafas panjang.
Kali ini Dinda benar- benar berhasil membuat emosi Andro naik turun, berhasil mengaduk-aduk perasaannya.
" Apa aku harus jawab sekarang?" tanya Dinda.
"Sekarang tau kita gak akan pergi dari sini!" tandas Andro.
Dinda menarik nafas sebentar, kembali dia menatap pria tampan di depannya, sebenarnya memang sejak pertemuan pertama mereka Dinda sudah menyukai Andro tapi dia kubur dalam-dalam perasaannya itu, dan sekarang tepat di hadapannya, pria itu secara langsung memintanya menjadi kekasihnya, Dinda yang tadi santai menanggapi setiap perkataan Andro ternyata di balik itu dia setengah mati menahan dirinya sendiri dan sebisa mungkin tidak menunjukkannya kepada Andro.
" Aku bersedia " jawab Dinda lirih.
" Apa Din, maaf tadi kurang fokus karena kamu lama berfikirnya"
"Ihhh..kan nyebelin" rengek Dinda.
"Hahahaaaa...."
Kali ini ganti Andro yang membalas Dinda membuat wajah gadis itu langsung memerah seperti tomat.
Setengah jam kemudian mereka telah kembali ke kantor, dan langsung menuju ruang meeting. Andro masuk keruang meeting bersama Dinda, sudah ada Anton disana bersama seluruh pemegang saham dan perwakilan setiap Devisi.
Dinda duduk di sebelah Andro dan menjadi perhatian seluruh orang yang berada disana kecuali Anton yang sudah menduganya sejak tadi pagi.
Melihat suasana yang canggung akhirnya Anton berdiri dan membuka suara memperkenalkan Dinda sebagai sekertaris baru dari Ceonya, dan akan mendampingi Ceonya setiap meeting serta pertemuan lainnya.
Dua jam lamanya mereka diruang meeting membahas tentang pembangunan proyek terbaru mereka yaitu real estate yang akan di bangun di pusat kota Bandung, ada pro dan kontra antar pemegang saham membuat meeting itu semakin alot dan belum menemukan kesepakatan, akhirnya Andro mengakhiri meeting dan kembali mengagendakan meeting besok di waktu yang sama untuk memberikan ruang kepada seluruh pemegang saham berfikir ulang kembali.
Andro memijat pelipisnya, perdebatan diruang meeting membuat kepalanya sedikit pusing, Dinda yang duduk di samping kirinya dan mulai berkutat dengan komputer di depannya.
Andro menatap sekilas ke arah Dinda kemudian beranjak dari kursinya dan menghampiri Dinda.
"Din, kita pulang sekarang yuk?" ajak Andro.
Dinda mengdongak keatas dan memandang Andro.
"Pulang, tapi masih kurang dua jam lagi" ucap Dinda.
"Kamu ikut aku pulang sekarang, kepalaku sedikit pusing" jawab Andro
"Maksudnya?"
"Temani aku sebetar, nanti sopir akan mengantarmu pulang"jelas Andro.
Dinda akhirnya mengikuti kemauan Andro, mereka berjalan menuju parkiran mobil.
"Kita mau kemana ?" tanya Dinda.
"Ke apartementku, aku mau istirahat sebentar" jawab Andro.
"Hahh, kenapa aku harus ikut?"
"Karena kamu kekasihku sekarang"
Dinda memilih diam sepanjang perjalanan sampai mobil mereka sampai di basemant apartment Andro.
♡♡♡
To be continue...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!