Rena dalam perjalanan pulang dari sekolahnya. Ketika sedang asik berjalan, Rena melihat seorang nenek yang sedang duduk di pinggir jalan. Karena iba melihat keadaan nenek tersebut, Rena kemudian menghampiri nenek tersebut. Rena kemudian memberikan kresek miliknya yang berisi satu bungkus kue dan satu botol air mineral yang rencananya tadi akan dia makan, setelah dia sampai di rumah. Setelah pulang sekolah tadi Rena mampir di mini market yang dilewatinya.
"Nek ini ada sedikit makanan dan minuman, diterima ya nekk! ", kata Rena.
Rena juga memberikan sisa uang saku yang dimilikinya pada nenek itu.
" Terima kasih ya cucu yang cantik. Nenek tak bisa membalas apa - apa, nenek hanya bisa memberikan buku ini yang merupakan harta nenek satu - satunya", kata nenek itu.
Nenek tersebut mengeluarkan sebuah buku dari balik bajunya, dan di berikan pada Rena.
"Tidak perlu nek, Rena ikhlas kok, bukunya bisa nenek simpan saja! ", kata Rena.
"Terima saja ya cucu yang cantik. Nenek akan bersedih jika cucu menolaknya", kata nenek tersebut terlihat bersedih karena Rena menolak pemberiannya.
" Baiklah nek, terima kasih bukunya! ", kata Rena sambil tersenyum.
Rena kemudian menerima buku pemberian nenek itu, karena tak mau melihat nenek tersebut bersedih.
"Rena pulang dulu ya nek, sekali lagi Rena ucapkan terima kasih bukunya", kata Rena.
Rena kemudian melanjutkan perjalanannya. Setelah Rena pergi menjauh, nenek misterius itu tersenyum dan berkata. " Jemputlah takdirmu cucuku!", setelah itu nenek misterius itu menghilang.
Setelah sampai rumahnya Rena melepas sepatunya dan menaruhnya di rak sepatu yang tersedia.
"Selamat siaaang, ibu Rena pulang! ", kata Rena memberi salam sambil membuka pintu rumahnya.
"Siang non Rena, nyonya tadi pergi bersama tuan setelah mendapat telephon dari nenek non Rena yang ada di desa, katanya nenek non yang di desa sekarang masuk rumah sakit. Katanya nyonya, beliau akan pulang setelah nenek non Rena sudah di perbolehkan pulang dari rumah sakit", kata asisten rumah tangga yang bekerja di rumah Rena, yang biasa di panggil mbok Yem oleh Rena.
"Ya sudah kalau gitu mbok Yem, Rena ganti baju dulu sekarang, setelah itu Rena akan makan", kata Rena.
Rena berjalan menuju kamarnya, dia berganti baju dan meletakkan tas sekolahnya di meja belajarnya, setelah itu Rena keluar lagi menuju meja makan. Ketika Rena sudah keluar dari kamarnya, tas sekolah Rena mengeluarkan sinar selama beberapa detik, tak lama kemudian sinar itu menghilang. Di meja makan mbok Yem sudah menyiapkan makan siang kesukaan Rena yaitu rendang daging.
"Wah mbok Yem memang paling jempolan tahu saja kalau Rena lagi ingin makan rendang hari ini! ", Rena memuji mbok Yem karena sudah di masakkan menu rendang favoritnya hari ini.
Mbok Yem tersenyum melihat anak majikannya makan dengan lahap masakannya. Setelah selesai makan Rena mencuci piring bekas makannya sendiri. Rena dari dulu sudah terbiasa mencuci piringnya sendiri, Rena memang tidak pernah menyuruh asisten rumah tangganya mengerjakan pekerjaan yang bisa dia kerjakan sendiri. Rena menganggap mbok Yem adalah pengganti orang tuanya, karena mbok Yem sudah bekerja di keluarganya sejak Rena masih kecil dan juga menjadi pengasuhnya ketika orang tuanya sibuk bekerja. Setelah mencuci piringnya Rena kembali ke kamarnya. Setelah sampai di kamarnya, Rena membuka tasnya dan mengambil buku pemberian seorang nenek yang di temuinya di jalan tadi. Sambil tiduran Rena membaca buku itu.
"Oh buku ini ternyata sebuah novel fantasi yang berjudul Pengantin Sang Pangeran", gumam Rena dalam hati.
Tak lama kemudian Rena membaca novel tersebut. Novel yang bercerita tentang sebuah kerajaan yang memiliki seorang pangeran yang terkena kutukan sejak dia masih bayi. Tak ada seorang putri pun yang mau dinikahkan dengan pangeran tersebut. Karena menurut rumor yang beredar siapa pun yang menikah dengan pangeran tersebut akan ikut terkena kutukan. Hingga ada seorang putri dari negara tetangga yang di jodohkan dengan pangeran itu. Setelah pernikahan putri tersebut dengan pangeran, putri tersebut bunuh diri karena takut kutukan pangeran akan menular padanya. Putri yang bunuh diri bernama putri Rena dan pangeran itu bernama pangeran Deren.
"Kenapa nama putri dari novel ini sama dengan namaku, dan mengapa dia begitu bodoh sehingga memilih bunuh diri dengan mempercayai rumor murahan yang disebarkan oleh musuh dalam selimut itu. Kalau aku menjadi putri tersebut aku memilih hidup bahagia dengan pangeran dan mencari obat untuk menyembuhkan pangeran, dan membantu memberantas semua musuh - musuh yang akan menghancurkan kerajaannya", gumam Rena dalam hati.
Karena lelah dan jengkel dengan cerita dalam novel yang dibacanya, tak terasa Rena ketiduran. Tak lama setelah Rena tertidur, novel itu mengeluarkan sinara yang mengelilingi Rena. Tak lama setelah itu, sinar itu menghilang, novel itu pun juga ikut menghilang.
Ketika Rena membuka matanya ada seorang pemudai yang menangis di dekatnya. Sebenarnya pemuda itu terlihat cukup tampan, kalau sebagian kulitnya yang terlihat seperti bekas terbakar itu tidak menghiasi wajahnya. Tapi menurut Rena, keadaannya itu tidak mengurangi ketampanannya sama sekali.
"Apakah putri Rena begitu membenciku, sehingga setelah hari pernikahan kita, putri nekat bunuh diri dengan menceburkan diri ke danau itu? ", tanya pemuda itu.
" Kenapa aku merasa kedinginan sekarang, ehh kenapa sekarang aku basah kuyup dan kenapa dia bilang aku habis bunuh diri, bukankah tadi seingatku aku tiduran di kamar sambil membaca novel. Kenapa pemuda ini memanggilku putri Rena? ", Rena bergumam dalam pikirannya.
Sungguh Rena sangat bingung dengan keadaannya saat ini. Banyak pertanyaan yang hinggap di pikirannya. Hanya satu jawaban yang terbesit dalam pikirannya saat ini, bila panggilannya putri Rena, apakah pemuda di dekatku ini adalah suamiku yang bernama pangeran Deren. Dalam cerita asli novelnya, memang Rena bunuh diri setelah sehari dia menikah dengan pangeran Deren karena hasutan saudara tirinya.
"Putri Renaa! ", panggil pemuda itu sekali lagi, yang ternyata adalah pangeran Deren.
" Iya maaf pangeran, tapi saya tadi tidak bunuh diri. Saya tadi tidak sengaja terpeleset di danau itu, ketika saya sedang berjalan - jalan. Saya juga tidak pernah membenci pangeran dan saya juga tidak pernah menyesal menikah dengan pangeran", kata putri Rena menjelaskan panjang lebar.
Kita sekarang menyebut Rena dengan sebutan putri Rena yaa.
Putri Rena mencoba berdiri, tapi karena tubuhnya masih lemas, dia terjatuh lagi. Melihat itu Pangeran Deren langsung menggendong putri Rena untuk dibawa ke kamarnya. Putri Rena tentu saja malu. Selama dia masih menjadi Rena, yang pernah menggendongnya hanya ayahnya saja, itupun saat dia masih kecil. Karena malu, putri Rena menutup wajahnya dengan kedua tangannya dan menyembunyikan di dada bidang suaminya.
"Deg.. deg.. deg.. ", jantung pangeran Deren berdetak kecang ketika dadanya bersentuhan dengan wajah putri Rena. Selama ini memang pangeran Deren tak pernah bersentuhan dengan wanita manapun, selain ibunya.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Setelah mengantar putri Rena ke dalam kamarnya, pangeran Deren pun keluar dari kamar putri Rena. Dia pergi menuju taman favoritnya kalau hatinya sedang gundah. Kutukan di tubuhnya ini membuat dirinya kadang kurang percaya diri bertemu lawan jenisnya. Pada hari - hari tertentu, kutukan itu akan menyiksanya dengan memberikan rasa terbakar di seluruh tubuhnya. Bahkan meskipun dia berendam di air es pun rasa panas terbakar di tubuhnya tidak menghilang. Bahkan air yang dia gunakan berendam pun akhirnya ikut panas. Hanya beberapa pengawal yang selalu setia mendampinginya. Salah satunya bernama Bondan. Tadi waktu putri Rena tercebur ke dalam danau pengawal yang bernama Bondan lah yang memberitahunya. Setelah mengetahui istrinya tercebur ke dalam danau, dengan secepat kilat pangeran Deren berusaha menolong istrinya tersebut. Untunglah putri Rena dapat diselamatkan. Selama ini tidak ada yang mengetahui wajahnya selain orang tuanya. Tapi karena tadi dia panik, dia lupa belum memakai topeng wajahnya saat menyelamatkan putri Rena.
Sekarang pangeran Deren sedang duduk dan berpikir.
"Tadi ketika putri Rena terbangun dari pingsannya setelah tercebur ke dalam danau, sepertinya sikap putri Rena berubah kepadanya, tidak ada rasa takut ketika memandang dan berbicara padanya. Padahal tadi dia lupa tidak memakai topeng wajahnya", pikir pangeran Deren.
Meskipun baju dan tubuhnya basah kuyup, pangeran Deren tidak mengganti bajunya. Karena kutukan panas yang ada di tubuhnya kadang membuat suhu tubuhnya sedikit berbeda dengan orang biasa, dan membuat baju dan tubuhnya akan kering dengan sendirinya.
Di istana Mawar tempat putri Rena berada.
"Putri air hangat sudah saya persiapkan, mari saya bantu untuk mandi", kata dayang putri Rena yang bernama Lia.
"Tidak perlu kamu sekarang keluarlah, jika saya membutuhkanmu, nanti akan memanggilmu!", kata putri Rena pada dayangnya.
"Baik putri", jawab Lia.
Tentu saja putri Rena akan malu bila dia mandi ada orang lain di dekatnya. Selama menjadi Rena dia selalu mandi sendiri, apalagi dia tergolong anak yang mandiri. Dia akan mengerjakan semua pekerjaannya sendiri saja, kecuali dia mengalami kesulitan, baru dia akan memanggil seseorang.
Sekarang putri Rena selesai mandi, karena dia hidup di jaman kuno yang harus memakai baju yang berlapis - lapis, dia membutuhkan bantuan dayangnya untuk memakai bajunya.
"Lia masuklah, bantu saya mengenakan baju!", titah putri Rena pada dayangnya.
"Baik putri", jawab dayang yang bernama Lia itu.
Setelah selesai mengenakan bajunya, dayang Lia juga membantu menyisir dan menata rambut putri Rena. Tapi ketika akan merias wajahnya, putri Rena melakukannya sendiri.
"Wah putri Rena cantik sekali. Pasti yang mulia pangeran Deren semakin jatuh cinta pada putri", puji dayangnya setelah putri Rena selesai merias wajahnya.
Putri Rena sedikit tersenyum malu - malu mendengar pujian dayangnya. Putri Rena merias wajahnya dengan riasan tipis di wajah, tapi tetap memancarkan kecantikan dan keanggunan seorang putri.
Setelah selesai semuanya, dayang Lia bertanya pada putri Rena.
"Apakah putri Rena ingin makan, bila putri ingin saya akan menyiapkan segera? ", tanya dayang Lia.
"Baiklah siapkan saja!", titah putri Rena pada dayangnya.
Putri Rena memang merasa lapar, apalagi tadi dia habis tenggelam di dalam danau, karena ulah putri Rena yang asli yang ingin bunuh diri.
Tak lama kemudian hidangan telah selesai di siapkan oleh dayangnya.
"Apakah suamiku pangeran Deren sudah makan, aku ingin mengajaknya makan bersama?", tanya putri Rena pada dayangnya.
Setelah selesai bertanya pada dayangnya, kebetulan pangeran Deren lewat. Pangeran Deren memang sengaja datang ke istana Mawar untuk melihat keadaan istrinya.
"Selamat siang yang mulia pangeran Deren. Apakah yang mulia berkenan menemani hamba makan bersama?", tanya putri Rena.
Pangeran Deren tentu saja terkejut dengan ajakan istrinya tersebut, apalagi sekarang pangeran Deren melihat kecantikan putri Rena lebih terpancar. Pangeran Deren semakin jatuh hati dengan istrinya sendiri. Benar memang ada yang berubah dari istrinya. Sifat dan perilakunya terlihat berbeda, tak ada ketakutan lagi di wajahnya ketika melihat dan berdekatan dengannya. Bahkan sekarang istrinya terang - terangan mengajaknya makan bersama. Kesempatan ini tentu tidak akan pangeran Deren sia - siakan. Pangeran Deren ingin lebih dekat dan lebih mengenal istrinya layaknya pasangan suami istri lainnya.
"Baiklah istriku, mari kita makan bersama! ", jawab pangeran Deren tanpa ragu.
Pangeran Deren sangat terpesona dengan kecantikan istrinya, tatapan pangeran Deren tidak berpindah sedikit pun dari istrinya.
Putri Rena yang melihat tatapan suaminya, sedikit membuatnya gugup dan malu - malu. Untunglah dayangnya segera datang menghidangkan makan.
Putri Rena ingin makan bersama suaminya di taman, dengan menikmati suasana taman bunga yang indah. Putri Rena juga ingin lebih dekat dan lebih mengenal suaminya.
Makanan pun selesai di sajikan diatas meja. Putri Rena dan pangeran Deren pun mulai makan bersama.
Walaupun makanan yang dihidangkan di masak oleh koki istana, tapi menurut putri Rena, masakan ini tetap terasa hambar di lidahnya. Tapi saat ini putri Rena akan tetap memakan hidangan yang tersedia untuk menganjal perutnya yang sedang lapar dan untuk memulihkan tenaganya. Nanti kedepannya putri Rena akan memikirkan membuat bumbu masakan sendiri, dengan mencarinya di sekitar taman istana. Putri Rena juga memikirkan akan mencari obat untuk suaminya.
Sambil makan putri Rena mengajak berbincang - bincang suaminya.
"Yang mulia apakah saya di perbolehkan berjalan - jalan di sekitar taman istana dan memakai dapur istana bila saya ingin memasak makanan sendiri?", tanya putri Rena pada suaminya.
"Putri boleh melakukan apa pun asalkan itu tidak membahayakan putri. Tapi apakah sebelumnya putri pernah memasak sendiri, setahuku seorang wanita bangsawan hampir tak pernah masuk ke dapur? ", tanya pangeran Deren.
"Tentu saja yang mulia, hamba terkadang masuk ke dapur melihat koki memasak dan kadang saya membuat masakan sendiri jika saya bosan dengan masakan koki", jawab putri Rena sedikit beralasan.
Putri Rena hampir lupa kalau kehidupan sebagai wanita bangsawan di jaman kuno memang hampir tak pernah masuk dapur. Tapi putri Rena ingin sesekali memasak sendiri, karena masakan yang dihidangkan tidak sesuai dengan lidahnya. Putri Rena juga ingin memberikan hasil masakannya sebagai hadiah pada suaminya, karena menurut putri Rena, pangeran Deren adalah sosok pemuda yang hangat dan perhatian padanya. Sangat berbeda dengan rumor yang beredar luas yang selalu menjelek - jelekkan pangeran Deren. Apalagi pangeran Deren juga telah menyelamatkannya dari danau.
Acara makan bersama pun telah selesai. Walaupun ada yang memberi julukan pangeran kutukan pada pangeran Deren, tetap saja dia seorang putra mahkota yang merupakan seorang pewaris tahta kelak. Jadi walaupun pangeran Deren sering pergi berperang tapi tugas sebagai putra mahkota tetap dia jalankan. Putri Rena tahu dari membaca novel, julukan pangeran kutukan di sebarkan oleh sepupunya yang iri pada pangeran Deren, karena dia ingin merebut tahta milik pangeran Deren. Oleh karena itu, untuk sementara putri Rena akan mencari tanaman obat yang bisa menyembuhkan wajah pangeran, dan untuk selanjutnya akan mencari cara mematahkan kutukan dari pangeran. Karena dalam novel yang dibacanya, diceritakan ada tanaman obat yang bisa menyembuhkan wajah pangeran. Walaupun tanaman itu sangat sulit dicari.
Pangeran Deren kembali ke aula kerajaan, tentu saja sang raja yang memanggilnya. Sang raja yang bernama Raja Alexander tak perduli kata cemooh yang selalu ditujukan pada putranya. Karena raja Alexander percaya suatu hari kutukan putranya akan bisa di sembuhkan. Raja Alexander selalu menyayangi dan selalu mendukung putranya.
Putri Rena pun setelah selesai makan, dia berjalan - jalan di sekitar taman istana di temani dayangnya. Untuk sementara ini putri Rena berjalan - jalan hanya untuk mengenal seluk beluk istana ini. Diceritakan di dalam novel, obat untuk menyembuhkan pangeran berada di dalam hutan di belakang kerajaan. Diceritakan juga hutan tersebut di huni banyak binatang buas, bahkan ada rumor yang mengatakan kalau di dalam hutan tersebut bersembunyi sosok penyihir kegelapan yang berbahaya. Tapi untuk bisa menyembuhkan suaminya putri Rena akan mencari segala cara. Walaupun harus masuk ke dalam hutan tersebut.
Saat ini putri Rena sedang berjalan - jalan dengan dayangnya di sekitar istana. Putri Rena sangat kagum, istana tempatnya sekarang dia tinggal sangatlah besar dan indah. Bentuk ukiran dan ornamen di dinding istana juga sangat menarik. Pot bunga yang diletakkan di sudut - sudut istana lebih menambah keindahan dan keasrian istana ini. Ketika sedang asik berjalan - jalan menikmati suasana di dalam istana. Putri Rena memegang sebuah vas bunga yang menarik perhatiannya, karena menurutnya vas itu memiliki bentuk yang unik.
Putri Rena berpikir "Bila vas dan hiasan dinding yang ada di istana saat ini bisa dia bawa ke jamannya dan menjualnya, dia pasti akan menjadi seorang miliader dadakan. Karena bisa menjual barang antik dan bersejarah. Ha ha ha", Putri Rena tertawa dalam hati membayangkan hal konyol yang ada di pikirannya. Setelah puas melihat - lihat suasana dalam istana, putri Rena melanjutkan perjalanannya lagi.
"Ayo Lia, kita lanjutkan lagi, sekarang antar saya melihat - lihat taman istana! ",
"Mari putri saya antar ke tempat taman istana! ",
Ketika hendak melanjutkan perjalanannya, ada prajurit yang lewat, mereka kemudian memberi salam pada putri Rena.
"Selamat siang putri Rena! ", kata prajurit itu.
"Selamat siang! ", jawab putri Rena.
Setelah memberikan salam prajurit itu pun pergi melanjutkan tugasnya. Putri Rena dan dayangnya juga melanjutkan perjalanannya menuju taman istana.
Sekarang putri Rena sudah berada di taman istana. Putri Rena sangat takjub dengan keindahan taman istana yang penuh dengan beraneka bunga berwarna - warni. Bahkan ada jenis bunga yang tidak pernah dia lihat di jaman dia dulu. Di sekitar taman itu ada bangku dan meja yang disediakan disana. Putri Rena dan dayang berjalan menuju kesana. Setelah sampai putri Rena duduk sambil menikmati keindahan taman itu.
"Putri apa perlu saya siapkan minum dan camilan untuk menemani putri di sini? ", tanya dayangnya.
" Benar bawakan minum dan camilan ke sini! ", titah putri Rena.
Sambil menunggu kedatangan dayangnya putri Rena menikmati keindahan taman istana itu. Saat ini putri Rena sedang berpikir.
"Wah bila ini ada di jamanku aku akan memfoto dan mempostingnya di media sosialku. Aku juga memberikan apresiasi bintang lima bagi pengurus taman yang indah ini. Sayang sekarang belum ada hp dan internet, aku jadi tak bisa membuat konten". Putri Rena kembali tertawa dalam hatinya membayangkan pikirannya yang konyol.
"Come on, sekarang harus fokus jangan terus bercanda", Putri Rena memberi semangat pada dirinya sendiri.
Putri Rena tak sabar hanya duduk saja dan menunggu kedatangan dayangnya. Dia kembali berjalan - jalan berkeliling taman istana. Putri Rena mencoba mencari tanaman yang sekiranya bisa dia jadikan obat - obatan atau minimal bisa dia jadikan bumbu masaknya. Dalam novelnya putri Rena yang asli sebenarnya pandai meracik obat - obatan, tapi obat - obatan itu hanya dia berikan untuk keluarganya sendiri. Orang tua dan kakaknya sering pergi berperang, pasti sering mengalami luka - luka di tubuhnya, karena itu putri Rena dulu sering membuat obat - obatan yang di berikan untuk ayah, ibu dan kakaknya.
Ayahnya putri Rena mempunyai dua orang istri. Istri pertama adalah ibu kandungnya. Dia adalah istri sah yang merupakan panglima perang sama seperti ayahnya, dan putri Rena juga memiliki kakak laki - laki yang sering ikut orang tuanya berperang. Dan istri kedua ayahnya adalah selirnya.
Diceritakan juga dalam novel. Kalau sebenarnya selir ayahnya putri Rena dulu adalah dayang yang mengurus kediaman ayahnya. Saat itu ibu putri Rena yang seorang panglima perang sedang di panggil ke istana, dan ayahnya putri Rena sendirian saja di rumah. Dayang itu memanfaatkan keadaan rumah yang sedang sepi. Dia memberi ayahnya air minum yang sudah di beri obat tidur. Setelah mengetahui ayahnya sudah tidak sadarkan diri, dayang itu membawa ayahnya ke kamar. Dayang itu berbuat seolah - olah dia telah di perkosa oleh ayahnya dengan merobek - robek bajunya sendiri dan membuka baju ayahnya. Tak lama kemudian datanglah neneknya yang melihat keadaan putranya dan dayang itu. Tentu saja neneknya sangat murka. Neneknya akhirnya memutuskan untuk menikahkan ayahnya dengan dayang itu, karena tidak mau ada rumor yang jelek menyebar di kediaman putranya. Tak lama kemudian datanglah ibunya. Tentu saja setelah mendengar kejadian tentang suaminya dan keputusan mertuanya untuk menikahkan suami dengan dayang itu ibunya sangat sakit hati dan tidak terima. Tapi lama kelamaan, ibunya mengikhlaskan suaminya untuk menikah lagi. Dayang itu akhirnya dijadikan selir ayahnya. Dayang itu melahirkan anak beberapa bulan kemudian.
Dengan melihat tabiat selir ayahnya yang pandai menjebak dan memanipulasi keadaan, jiwa putri Rena yang baru sangat yakin, anak yang di kandung selir itu, bukan anak kandung ayahnya. Dayang itu memanfaatkan dirinya yang sudah hamil dan kemudian menjebak ayahnya. Karena putri Rena melihat tidak ada kemiripan sama sekali, antara anak itu dengan ayahnya maupun dengan selirnya.
Sejak kecil putri Rena tinggal dengan selir dan anaknya. Seperti kebanyakan cerita novel lainya putri Rena yang asli hidup dengan selir dan anaknya yang kejam. Dia di jadikan pembantu di rumahnya sendiri. Ayah, ibu dan kakaknya tidak tahu dengan kelakuan selir dan anak selirnya itu, karena mereka sering pergi berperang. Selir ayahnya itu sangat pandai memutar balikkan keadaan. Putri Rena yang dulu juga tidak berani mengadukan kelakuan selir dan anaknya karena mendapat ancaman akan meracuni keluarganya bila berani mengadukannya. Ketika orang tua dan kakaknya berperang, selir itu diam - diam menikahkan putri Rena yang asli dengan pangeran yang memiliki julukan pangeran kutukan yang saat ini menjadi suaminya. Sebenarnya tujuan selir itu adalah menjual putri Rena agar mendapatkan uang dan untuk menguasai harta ayahnya. Selir dan anaknya menganggap putri Rena akan mati di tangan sang pangeran kutukan, agar tidak mengganggu mereka lagi dan agar putri Rena tidak akan bisa mengadukan perbuatan mereka selama ini. Tapi sekarang ada jiwa baru yang menempati raga putri Rena. Putri Rena yang baru ini akan mengumpulkan bukti semua kejahatan selir dan anaknya tersebut dan membalas semua perbuatan selir dan anaknya itu.
Kembali lagi ke taman istana.
Dayang putri Rena telah tiba dengan membawa minum dan camilan. Putri Rena yang merasa haus segera menikmati minum dan camilan yang di bawa dayangnya.
Setelah berkeliling seluruh istana, dan puas berada di taman istana mencari tanaman yang dibutuhkannya, putri Rena kembali ke kamarnya di istana Mawar. Sekarang putri Rena sudah memahami dan hafal seluk beluk istana. Sebenarnya selama dia berjalan - jalan mengelilingi istana dengan dayangnya, putri Rena tahu ada seseorang yang diam - diam mengawasi dia dan dayangnya. Sepertinya itu adalah pengawal bayangan yang diutus suaminya untuk menjaganya.
Putri Rena berencana akan keluar istana nanti malam dengan memanjat tembok di belakang istana. Dia harus mencari cara agar bisa mengelabuhi pengawal bayangan itu.
Malam hari telah tiba. Untuk mengelabuhi pengawal itu, putri Rena pura - pura mengantuk dan menguap.
"Aku mengantuk sekali sekarang. Huah.. ", Putri Rena berbicara dengan mengeraskan suaranya sambil pura - pura menguap.
Putri Rena lalu masuk kamarnya. Setelah agak beberapa lama, dia mematikan lampu kamarnya. Seakan - akan menandakan putri
Rena sudah tidur. Melihat lampu kamar yang sudah mati dan pengawal bayangan itu yakin putri Rena sudah tidur. Dia lalu pergi untuk melaporkan pada junjungannya pangeran Deren. Setelah sampai di hadapan pangeran Deren.
"Lapor yang yang mulia, sekarang tuan putri Rena sudah tidur",
"Baiklah. Apa saja yang dilakukan istriku seharian ini? ",
"Tuan putri hanya berjalan melihat - lihat seluruh istana ditemani dayangnya, dan terakhir tuan putri pergi ke taman istana memetik beberapa tanaman dan duduk menikmati keindahan taman istana sambil minum dan makan camilan yang di bawakan dayangnya", jawab pengawal itu.
"Kerja bagus, terima kasih laporannya. Besok lanjutkan lagi tugasmu. Terus awasi dan jaga istriku. Aku tak mau lagi kejadian istriku tercebur ke danau terulang lagi! ", titah pangeran Deren pada pengawalnya.
"Baik yang mulia, sekarang hamba undur diri dulu! ", kata pengawal itu.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!