"Euugghhh... Sshhh... Di mana aku ini, kenapa gelap sekali. Bukankah aku sudah mati karena didorong dari rooftop hotel bintang lima oleh Abian Stevanno si brengsek itu." Gumam Clara Alverina seorang pelacur yang memiliki paras cantik, rambut coklat bergelombang, berhidung mancung, bermata seperti kacang almond dan mempunyai body seindah gitar spanyol.
Brakkk
"Hah... Aku pikir kamu sudah mati Clara Evania cepat bangun dan kembali ke kamarmu. Hari ini kekasihku Alice Natalia akan datang untuk makan malam. Tugasmu adalah menyiapkan hidangan spesial untuk menyambutnya." Ucap Alvin Aditya.
Clara yang terbangun bukan Clara yang mati, sehingga butuh waktu untuk wanita itu mencerna situasi.
"Siapa pria tadi, dan siapa tadi nama kekasihnya? Kenapa mirip dengan nama mantan sahabatku yang menjadi pengkhianat itu." Ucap Clara.
"Alicia Latifa, aku tidak menyangka jika dirimu berani menikamku dari belakang. Padahal kamu bisa hidup mewah atas bantuanku. Meskipun aku seorang pelacur, tapi aku tidak ingin orang terdekatku ikut hancur."
"Tapi justru kamu menghancurkan hidupku, setelah puas menguasai harta kekayaanku yang aku dapatkan dari hasil jual diri. Kamu ambil juga pria yang ku cintai. Kalian berdua sungguh manusia berhati iblis."
Bruk
"Ah sial... Kenapa tubuhku lemas tidak bertenaga seperti ini. Seharusnya jika aku terjatuh dari ketinggian sudah pasti tubuhku hancur."
Clara yang masih belum paham berusaha untuk bangkit dan berjalan keluar gudang yang pengap. Sesampainya di luar sudah ada wanita setengah baya yang berkacak pinggang dengan wajah terlihat memendam amarah.
"Dasar menantu sampah tak berguna, sudah bagus putraku membukakan pintu gudang ini. Tapi justru kamu tidak kunjung keluar." Ucapnya lantang.
"Tutik ... Seret perempuan tidak berguna ini ke dapur dan suruh dia masak masakan yang lezat untuk calon menantuku yang baru." Ucap wanita bernama Rossa Kanaka.
Rossa Kanaka adalah mama kandung dari Alvin Aditya atau mertua dari Clara Evania. Seorang wanita sosialita yang sombong dan angkuh, serta alergi dengan manusia miskin.
Setelah Rossa pergi, Bik Tutik wanita paruh baya yang sudah mengabdi puluhan tahun di keluarga itu pun membantu Clara berdiri.
"Non Clara, tidak apa-apa? Sebaiknya nona makan dulu, sebentar ya bibi ambilkan. Nona duduklah dulu di bawah pohon mangga." Ucap Bik Tutik merasa prihatin.
Beberapa saat kemudian, Clara makan.
"Nona, maafkan bibi yang tidak berani menolong saat Anda dikurung. Bibi diancam oleh Nyonya Rossa." Ucap Bik Tutik merasa bersalah.
"Sebenarnya ada apa ini, aku tidak mengerti yang bibik ucapkan."
"Apakah Anda lupa nona, jika seminggu yang lalu Anda dikurung setelah sebelumnya Nyonya Rossa memukuli dengan rotan" Ucap Bik Tutik.
"Siapa Nyonya Rossa?" Bingung Clara.
"Astaga apa Nyonya juga memukul kepala Non Clara hingga amnesia?"
"Mungkin saja, karena kepalaku terasa sakit sekali. Bisa antar aku ke kamarku Bik." Pinta Clara.
"Baiklah, saya akan bantu Non Clara berjalan." Ucap Bik Tutik.
Dengan langkah berat karena tubuh Clara yang lemas tak bertenaga.
Begitu sampai di sebuah kamar, mata Clara terbelalak. Bagaimana tidak terkejut, yang disebut kamar tidak lebih dari kandang ayam. Kecil pengap tanpa kasur, hanya ada tikar lusuh dan baju yang ditumpuk di dalam sebuah kardus.
"Ini kamarku?" Tanya Clara pada bik Tutik, dan diangguki dengan pandangan mata sayu serta sedih.
"Mungkin Non Clara butuh istirahat sebentar, setelah agak siang akan bibik bangunkan karena Non harus masak sesuai permintaan tuan Alvin."
"Ya, aku butuh istirahat. Badanku sakit semua." Disingkapnya pakaiannya di depan bik Tutik, terlihat jelas banyak bekas luka di seluruh bagian betis kaki Clara. Bahkan ada yang terlihat masih baru.
"Saya ambilkan obat, tapi Non Clara jangan sampai ketahuan kalau sedang mengobati." Ucap Bik Tutik.
"Hmmm... Aku tunggu." Jawab Clara.
Selang beberapa menit, Bik Tutik membawa sebaskom air hangat dan handuk kecil, serta beberapa obat anti septik. Dengan sangat telaten wanita tua berwajah sendu itu membersihkan luka Clara kemudian mengobatinya.
Setelah dirasa selesai, Bik Tutik undur diri. Tinggallah Clara seorang diri di kamar sempit itu.
"Tidak ada cermin, bagaimana aku bisa melihat wajahku. Tapi, tubuh ini jelas bukan milikku. Kulit kusam dan dekil. Padahal aku baru saja perawatan di salon kemarin. Telapak tangan ini, astaga kasar sekali mirip seorang pembantu."
Karena tidak mendapatkan jawaban atas pertanyaannya sendiri, dan karena merasa sangat lelah Clara pun tertidur di atas tikar yang lusuh.
Dalam tidurnya Clara bermimpi bertemu seorang wanita yang wajahnya mirip dengannya tapi versi berbeda. Wanita itu bertubuh kurus, tubuh sedikit pendek dengan wajah sendu penuh dengan air mata. Sangat menyedihkan.
"Kak Clara Alverina perkenalkan namaku Clara Evania, saat ini tubuh yang kakak pakai adalah milikku. Tapi aku sudah relakan untuk kakak pergunakan. Aku sudah menyerah untuk hidup kak, aku lebih bahagia tinggal di sini sekarang. Dan mungkin ini kesempatan yang diberikan Tuhan untuk kakak memulai hidup yang baru." Ucapnya tersenyum.
"Aku tahu, kakak menjalani hidup dengan cara yang salah. Menjual diri apa pun alasannya tidak dibenarkan, jadi mulai hari ini perbaiki semuanya. Satu lagi, meskipun aku sudah dinikahi selama 1 tahun, tapi aku masih perawan. Tolong jaga untukku, kelak berikan kesucian tubuhku ini pada suami yang mencintai kakak dengan tulus."
Setelah mengatakan hal itu, Clara si pemilik tubuh menghilang dengan cahaya putih yang menyertai kepergiannya. Meninggalkan Clara baru yang terpaku.
"Reinkarnasi atau transformasi? Jadi tubuhku memang sudah mati karena insiden di rooftop dan sekarang aku menggantikan tubuh orang lain yang menyerah untuk hidup. Sangat aneh, aku pikir hal itu mustahil."
"Tapi, ternyata aku mengalaminya sendiri. Jika memang ini takdir Tuhan yang ingin memberikan aku kesempatan kedua memperbaiki hidup. Maka aku terima dengan ihklas, terima kasih Clara. Dan berbahagialah di Surga. Aku akan membalaskan rasa sakit yang kamu rasakan selama ini. Dan tentu saja, aku akan mencari pembunuh raga milikku sendiri."
Brakkk...
Byuurrr...
"Heh dasar perempuan miskin rendahan, disuruh ke dapur malah enak-enakan tidur." Maki Nyonya Rossa setelah menyiram kepala Clara dengan segayung air dingin.
Clara terbangun dengan mata menyalang menatap sosok wanita dengan make up tebal dan pakaian glamornya.
"Cepat bangun, dan masak masakan yang enak untuk calon menantuku."
"Bukankah aku sudah menjadi menantumu NYONYA ROSSA." Ucap Clara menekan suaranya tapi tetap terlihat tenang.
"KURANG AJAR BERANI SEKALI KAMU MEMBANTAHKU...!" Pekik Nyonya Rossa dengan telapak tangan yang terayun hampir menampar wajah Clara, tapi secepat kilat Clara menepisnya bahkan kini tangan tua itu berbalik dicengkeram kuat oleh Clara hingga memerah.
"Lepaskan Clara, kamu menyakitiku." Ucap Nyonya Rossa lagi tapi dengan nada lebih pelan karena menahan rasa sakit di pergelangan tangannya.
"Sekali lagi, kamu berniat menampar wajahku. Maka detik itu juga aku akan mematahkannya." Ucap Clara.
"Kamu ingin aku masak untuk calon menantu yang mana lagi Ibu Mertua?" Ucap dingin Clara.
Sebelum terbangun, Clara pemilik tubuh sudah memberikan sebagian ingatan yang terjadi dalam hidup Clara Evania. Sangat memprihatinkan, bahkan lebih menyedihkan dibanding dirinya yang dijual oleh ayah tirinya sejak usia 15 tahun hingga menjadi seorang pelacur.
Usia Clara Alverina sekarang 25 tahun, artinya dia telah menjajakan tubuhnya selama 10 tahun lamanya.
"Jadi, Ibu Mertua ini ingin aku memasak? Baiklah, aku turuti." Ucap Clara menyeringai menatap penuh arti pada sosok Nyonya Rossa.
"Semua bahan sudah disiapkan Tutik, kamu tinggal mengolahnya menjadi makanan yang lezat." Ucap Nyonya Rossa.
"Loh kok aku ditinggal sendiri, memangnya Ibu Mertua tidak takut jika makanannya aku beri racun?"
"Kamu itu hanya perempuan miskin yang beruntung dinikahi oleh putraku. Jadi mana berani kamu berbuat nekat, lagi pula dapur ini ada cctv yang siap merekam semua yang kamu lakukan." Ucapnya.
"Hmm... Ibu Mertua benar aku mana mungkin berani berbuat nekat."
"Cepat kerjakan dan selesaikan sebelum calon menantuku tiba di rumah."
"Aku memang tidak mungkin berbuat nekat sekarang, api aku bisa berbuat sesuka hati bukan? Mungkin jika Clara pemilik tubuh ini yang memasak akan menghasilkan makanan lezat. Tapi, aku mana bisa memasak. Pegang pisau dapur saja tidak pernah. Jadi jangan salahkan aku jika rasa masakanku nanti bisa bikin kalian semua pingsan."
Hahaha... Clara tertawa terpingkal-pingkal sambil memotong sayuran dengan asal.
Wortel yang tidak dikupas dulu, langsung dipotong besar-besar. Sayur sawi yang masih utuh langsung direbus tanpa dicuci lebih dulu. Ikan gurame yang tidak dibersihkan kotorannya, langsung diberi garam setengah toples kemudian digoreng hingga berwarna hitam seperti arang. Sungguh mengesankan.
Tidak butuh waktu lama, semua makanan sudah tersaji di meja makan. Tanpa membersihkan kekacauan dapur, Clara pun kembali ke kamar. Dia ingin segera mandi, berdandan cantik lalu menyambut tamu terhormat.
Kamar mandi kecil yang berada di belakang rumah, tepatnya kamar mandi untuk tukang kebun menjadi tempat mandi Clara selama ini.
"Hanya sabun mandi dan shampo, tanpa pencuci muka, hah pantas saja kulit muka tubuh ini sangat kasar, mungkin saja berjerawat. Aduh, kenapa sampai sekarang aku tidak menemukan cermin dimanapun juga."
Usai mandi dan keramas, Clara mencari baju yang sekiranya pantas untuk digunakan makan malam. Tapi sayangnya semua bajunya sangat kuno.
"Clara ini bodoh atau tolol, punya suami kaya tapi nikah setahun bajunya tidak ada yang layak sama sekali. Semuanya lebih mirip baju para pengemis jalanan."
"Huf, mau tidak mau ya ini yang bisa aku pakai. Aku harus bertemu Bik Tutik untuk meminjam cermin, aku harus tahu rupaku saat ini." Gumamnya.
"Bik... Bibik..." Teriak Clara ke paviliun belakang, rumah khusus para pembantu. Bahkan dibandingkan kamarnya, kamar pembantu dan tukang kebun lebih layak disebut kamar daripada kamarnya.
"Non Clara tumben ke sini, ada yang bisa bibik bantu?"
"Aku mau pinjam cermin, kalau bisa yang besar satu badan. Aku mau melihat bentuk tubuhku."
"Silahkan masuk ke dalam, cerminnya menempel di lemari Non. Karena tidak mungkin kalau cerminnya dilepas."
"Baiklah, maaf jika aku lancang."
"Tidak masalah, Oh ya apa kepala Non Clara masih sakit?"
"Tidak, memangnya kenapa?" Tanya Clara.
"Bukan apa-apa tapi Non Clara yang sekarang jauh berbeda dengan Non Clara sebelum dikurung."
"Tidak ada yang berbeda, aku masih Clara yang dulu. Hanya saja aku sudah lelah disiksa, kali ini jika aku berontak apa salah Bik?" Ucap Clara.
"Justru saya senang melihat keberanian Non Clara yang sekarang. Seharusnya sejak dulu Non Clara tidak diam saja saat terus ditindas."
"Anggap saja, dulu aku bodoh."
"Maaf Clara Evania, tapi kamu memang bodoh mau-maunya dibodoh-bodohi oleh manusia-manusia bodoh itu." Ucap Clara dalam hati.
"Silahkan ini cerminnya sedikit buram."
"Hah... Wajah ini sama dengan wajahku dan yang ada di mimpi. Hanya saja tidak terawat jadi kasar dan kusam, beberapa jerawat juga yang tumbuh. Sial."
"Ya sudah Bik, terima kasih. Lain waktu aku ingin ngobrol banyak dengan bibik." Ucap Clara.
Waktu yang ditunggu pun tiba, Alvin datang merangkul mesra pinggang seorang wanita yang jika dibanding wajah Clara dia tidak ada apa-apanya. Alice wajah plastik, karena demi cantik wanita itu sudah mengoperasi wajahnya berulang kali.
"Akhirnya gundik suamiku datang, kamu tidak malu cuma dijadikan simpanan?" Mulut pedas Clara tiba-tiba terdengar, saat Alvin sedang memanjakan Alice di ruang tamu. Sedangkan Nyonya Rossa belum terlihat penampakannya.
"TUTUP MULUTMU CLARA." Bentak Alvin.
"Kenapa aku harus menutup mulutku, jika yang aku katakan adalah kebenaran SUAMIKU." Balas Clara tegas.
"Sayang, istrimu benar-benar menjijikkan. Lihatlah bajunya lusuh, dan wajahnya kusam seperti seorang pembantu saja." Ucap Alice mencoba memprovokasi Clara.
"Tidak usah menghinaku, karena sama artinya kamu menghina suamiku. Aku lusuh karena suamiku lebih memilih memodali gundiknya dari pada istrinya. Aku yakin kalau suamiku tidak memberikanmu uang, kamu juga lusuh."
"Kamu semakin berani Clara, tapi karena aku tidak ingin merusak acara makan malamku dengan Alice aku akan menunda menghukummu. Tunggu saja." Ucap Alvin tanpa perasaan.
"Baiklah." Jawab Clara tanpa takut.
'Pantas saja Clara asli pemilik tubuh menyerah untuk hidup, mempunyai suami tidak punya hati memang membuat makan hati.' Gumam Clara.
Tap
Tap
Tap
"Alice sayang, kamu sudah datang. Alvin kenapa tidak langsung di ajak ke meja makan calon menantu mama ini? Dan kamu Clara ngapain ikut-ikutan di sini. Tempatmu itu di dapur." Hardik Nyonya Rossa. Perlakuan yang berbeda ketika dengan Alice yang berkata lembut.
"Aku ingin menyambut gundik suamiku."
"Siapa yang kamu panggil gundik? Dia ini kekasih Alvin yang akan menjadi menantu keluarga Aditya. Kamu dan Alice bagai langit dan bumi." Ucap Nyonya Rossa.
"Ya, jelas beda aku perempuan terhormat sedangkan dia hanya pelacur rendahan. Yang rela ngangkang demi sejumlah uang. Bukan begitu Alice?" Sarkas Clara membuat panas suasana.
"Kamu...?" Alice sudah merah padam wajah plastiknya, penulis takut meleleh.
"Kenapa ingin memukulku? Silahkan saja jika berani. Meskipun aku tidak dianggap istri oleh suamiku sendiri, tapi dunia tahu jika statusku adalah istri sah Alvin Aditya. Dan kamu hanya seorang PELAKOR MURAHAN." Clara mengibaskan rambut coklatnya.
"Suamiku harus tes kesehatan kelamin."
"Apa maksudmu berkata begitu?" Alvin merasa tersinggung, tapi semua yang dikatakan Clara memang tidak salah.
"Biasanya nih, pelacur itu tidak cukup satu batang untuk memuaskannya. Terkadang meskipun diberi sepuluh pun masih kurang. Karena dia haus belaian dan atm berjalan lancar. Sudahlah, kasihan itu wajah gundikmu sudah membara takutnya plastiknya meleleh."
"Plastik apa maksudmu?" Nyonya Rossa yang sedari tadi menahan amarah.
"Tanyakan saja pada gundik itu, apa wajahnya asli atau operasi plastik. Dan aku yakin, uang suamiku yang dipake untuk membuat wajahnya begitu mulus tanpa pori."
"Alvin, kamu jangan diam saja. Sejak tadi istrimu terus menghinaku. Aku pulang saja kalau begitu.
Alice meneteskan air mata buayanya, supaya Alvin terhanyut oleh rasa kasihan. Dasar buaya buntung bodoh.
"Kalau mau pulang, harus makan dulu. Setidaknya hargai keringatku yang sejak tadi memasak untuk kalian."
"Kalo ini Clara benar, ayo kita makan malam dulu setelah itu kita bahas perihal pernikahan kalian berdua." Ucap Nyonya Rossa.
Mengangguk, Alice berjalan sambil menggandeng mesra lengan suami orang. Dasar pelacur. Sekarang Clara tahu, apa maksud Tuhan memberinya kesempatan kedua untuk hidup. Ternyata supaya dia tahu bagaimana perasaan para istri sah yang suaminya sering dia puaskan saat menjadi pelacur di tubuh aslinya yang pasti kini sudah membusuk tertimbun tanah kuburan.
Huek...
Huek...
Huek...
Alice muntah-muntah setelah menyantap satu sendok capcay buatan Clara. Dari bentukannya saja sayur buatan Clara sudah tidak meyakinkan. Tapi karena paksaan Clara yang menjejalkan sendok di mulutnya, Alice terpaksa harus menelannya.
"Masakan apa ini, rasanya seperti sampah!" Teriak Alice meski lemas.
"Sampah cocok untuk sampah, bukan?"
PLAK
Satu tamparan keras mengenai pipi Clara, dan pelakunya tentu saja suaminya sendiri. Mungkin Clara lengah, hingga tidak menyangka akan kecolongan. Tapi Clara yang sekarang bukan Clara yang bodoh lagi.
PLAK
PLAK
"Kamu...?" Ya, Clara membalas dua kali lipat tamparan itu. Tapi bukan untuk suaminya, melainkan gundiknya hingga jatuh tersungkur.
"Ingat, sekali kamu menyakiti aku lagi maka dua kali aku akan balas menyakiti gundik murahanmu itu dengan lebih kejam." Ucapnya.
"Kamu berubah Clara, kamu bukan istriku yang penyabar dan lembut serta penurut. Kamu monster." Ucap Alvin tidak sadar diri siapa yang monster dalam rumah itu.
"Claramu sudah mati, DIA MATI!"
"Istrimu sudah mati saat mama kamu menyiksa dan mengurungku selama 7 hari tanpa diberi makan. Dan apakah kamu tidak sadar, siapa monster sebenarnya Alvin? KALIAN YANG MONSTER, Kalian semua yang menjadikan aku berubah. Jadi siapkan diri kalian mulai sekarang." Ucap Clara menyeringai membuat bulu kudu ketiga orang itu bergidik ngeri.
"Alvin, sebaiknya kamu segera ceraikan Clara. Lagi pula kamu tidak mencintainya, kamu menikahi dia karena terpaksa bukan." Ucap Nyonya Rossa.
"Aku tidak akan menceraikan Clara, meskipun aku menikah lagi dengan Alice." Tegas Alvin tanpa perasaan.
"Dan kamu pikir aku suka rela berbagi suami dengan seorang pelacur? Kamu terlalu sombong Alvin."
"Apa yang bisa kamu lakukan Clara, kamu itu hanya perempuan sampah yang bodoh tidak mungkin bisa menang melawan aku." Alvin semakin tinggi hati, sedangkan Alice mengepalkan kedua tangannya karena kesal.
Alice pikir, setelah menikah dengan Alvin maka dia akan menjadi satu-satunya istri Alvin. Ternyata dia tetap dijadikan yang kedua.
"Sayang, artinya aku tetap jadi simpanan dong?" Tanya Alice cemberut.
"Simpanan atau tidak, kamu tetap yang paling aku cintai. Dan yang terpenting kamu bisa terus menikmati fasilitas dariku." Ucap Alvin.
"Lebih baik kita makan malam di restoran saja Alvin, kasihan calon menantu mama ini terlihat lemas begitu." Ucap Nyonya Rossa.
"Dan kamu Clara, bersihkan semua yang ada di meja makan. Kamu yang sudah membuat kekacauan. Setelah ini jangan harap kamu bisa tidur nyenyak." Ancam Alvin.
Tak lama mereka bertiga pergi, Clara pun melaksanakan perintah untuk membersihkan meja makan hingga bersih.
Pyar...
Bruk...
Tidak hanya membuang makanan tapi semuanya Clara buang.
Bik Tutik yang mendengar suara gaduh pun keluar dari kamarnya. Dia melihat Clara sedang tertawa.
"Non Clara sedang apa?" Tanyanya.
"Oh ini, melaksanakan tugas yang diberikan oleh suami dan mertuaku. Membersihkan semua yang ada di atas meja makan." Jawab Clara.
"Tapi, itu set perlengkapan makan favorit Nyonya." Panik Bik Tutik.
"Aku tahu, tapi apa peduliku. Mereka sendiri yang memintaku membersihkan semua. Bukankah aku ini istri dan menantu yang penurut Bik?"
"Nona, tapi saya takut setelah ini Nona akan kembali disiksa. Saya tidak kuat melihatnya, tapi saya tidak bisa berbuat banyak. Saya takut dipecat Non, saya masih punya anak di kampung."
"Tidak masalah, oh ya jika bibi tidak repot. Tolong bantu aku bersihkan kamar. Setah ini aku tidak ingin tinggal di kamar sempit itu." Ucap Clara.
"Memangnya Nona ingin tidur di kamar yang mans?" Tanya Bibik.
"Tidak tahu, setidaknya kamar yang lebih layak untuk ditempati manusia. Bukan yang seperti kandang ayam."
Sementara itu, di sebuah restoran mahal ada dua orang yang sedang merayakan pesta kemenangan. Mereka adalah Abian Stevanno dan Alicia Latifa, dua orang pengkhianat yang telah membunuh raga Clara Alverina.
"Abian, sekarang sudah tidak ada lagi yang menghalangi cinta kita. Jadi kapan kamu menikahi aku, aku takut perutku semakin membesar."
"Aku pasti akan menikahi kamu, tapi tidak sekarang. Karena kematian Clara baru satu hari, aku tidak ingin dicurigai sudah melakukan konspirasi dan perselingkuhan denganmu. Jadi mengertilah, bersabarlah sebentar lagi." Ucap Abian sambil menggenggam tangan Alicia.
"Oh ya apa kamu sudah mengambil seluruh berkas penting milik Clara?" Tanya Abian tak sabar.
"Sudah, semua sudah ada padaku. Tinggal kita balik nama atau kita jual saja semua untuk biaya masa depan kita berdua."
"Bagus, kamu pandai. Aku mencintaimu."
"Aku juga mencintaimu Abian, sangat mencintaimu. Ayo kita selesaikan makan malam ini dan kembali ke apartemen. Aku ingin kamu kunjungi anak kita." Ucap Alicia merayu.
Sedangkan di meja yang berbeda tidak jauh dari meja Abian dan Alicia, ada tiga orang sedang menikmati makan malam spesial menu termahal dari restoran ini.
"Alvin, kapan kamu menikahi Alice. Biar mama mulai persiapkan semuanya."
"Satu bulan lagi Ma." Bukan Alvin yang menjawab tapi Alice.
"Alice, kenapa mendadak seperti itu."
"Karena di sini sudah tumbuh calon cucu mama." Ucap Alice sambil membawa tangan Nyonya Rossa untuk menyentuh perutnya yang membuncit.
"Kamu hamil sayang, kenapa baru bilang sekarang. Alvin kenapa kamu diam saja?" Tanya Nyonya Rossa.
"Iya, aku hamil 3 bulan. Maaf karena aku juga baru tahu tadi pagi." Jawab Alice.
"Tadinya aku ingin buat kejutan di rumah saat makan malam. Tapi istri Alvin justru mengacaukan." Ucapnya dengan wajah dibuat sendu.
"Alice, kita mungkin sudah berhubungan lama karena aku memang mencintaimu. Tapi kapan aku melakukannya denganmu hingga kamu berani mengaku telah hamil anakku?" Tanya Alvin bingung.
"Alvin kenapa bicara seperti itu."
Nyonya Rossa marah, karena pertanyaan Alvin pada Alice seolah Alice berbohong sudah hamil calon cucunya.
"Ini bukti usg dan laporan dari dokter yang aku dapatkan tadi siang. Dan coba raba perutku bagian bawah yang terasa keras dan buncit. Itu anakmu Alvin, hanya kamu yang menyentuhku. Apa sekarang kamu meragukan kesetiaanku?"
"Bukan begitu, tapi selama ini aku merasa tidak pernah menyentuhmu."
"Apa kamu lupa, 3 bulan yang lalu kita berdua melakukannya untuk pertama kali di saat ada acara gathering." Ucap Alice.
"Maaf, aku lupa. Sepertinya saat itu aku mabuk. Jadi tidak ingat jika sudah mengambil kesucianmu. Kenapa tidak katakan sejak dulu."
"Karena aku pikir, aku tidak mungkin hamil hanya dengan sekali penyatuan. Dan selama ini aku memang datang bulannya selalu tidak teratur. Aku tidak menyangka jika ternyata aku sedang hamil." Sendunya.
"Aku akan menikahimu segera. Tapi pernikahan tetap dirahasiakan dari publik. Aku tidak ingin pemegang saham tahu jika aku telah berselingkuh."
"Jadi, maksudmu meskipun aku hamil pewaris keluarga Aditya tapi aku tetap harus bersembunyi?" Geram Alice.
"Benar, sampai aku bisa membuat Clara menandatangi surat persetujuan poligami."
"Kenapa tidak kamu ceraikan saja istri sampahmu itu. Apa sih yang membuatmu berat melepaskannya?" Marah Nyonya Rossa tidak habis pikir.
"Karena aku masih butuh Clara."
"Kalau hanya menjadi istri simpanan, aku tidak mau. Lebih baik aku gugurkan saja kandunganku." Ancam Alice sambil bangkit dari kursinya dan berlalu pergi meninggalkan restoran.
Bukannya mengejar sang kekasih, tapi Alvin justru menyandarkan punggungnya di kursi seraya meremas kasar rambutnya.
"Kamu ini kenapa Alvin, jadi aneh begitu." Ucap Nyonya Rossa.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!