NovelToon NovelToon

Misteri Proyek Mangkrak (Hantu Pohon Duwet)

Bab. 1.

Hujan turun sangat deras di malam hari yang gelap pekat, mengguyur wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta.

Sebuah mobil taxi on line melaju dengan sangat kencang di jalan raya nasional. Jalan tampak licin karena basah oleh guyuran air hujan yang sangat deras.

CLAAAPPPP

DDDDDUUUUUEEERRRR

CLLAAAAPPP

CCLLLAAAPPP

DDDUUUUEEEERRRR

DDDUUEEERRRRRR

Kilat dan petir menyambar nyambar. Cahaya kilat sekejap tampak jelas di atas langit yang hitam kelam. Suara kerasnya guyuran air hujan terdengar di atas atap mobil taxi on line itu.

Mobil taxi on line itu membawa dua orang penumpang, dari bandara NYIA menuju ke dusun Argo Puro.

“Alamat sesuai di aplikasi ya?” tanya Pak Sopir taxi on line itu tanpa menoleh.

Dia terus fokus menatap ke arah depan. Wapper di kaca depan pun terus bergerak gerak untuk membersihkan kaca dari guyuran air hujan yang sangat deras.

“Iya.” Jawab singkat perempuan cantik berkerudung putih yang duduk di jok belakang kemudi.

“Mau ke tempat saudara ya?” tanya Pak Sopir lagi dan masih terus fokus pada laju kemudinya.

“Tidak Pak, istri saya mau bekerja di dusun itu.” Jawab seorang laki laki ganteng kira kira berusia empat puluh tahun, yang duduk di samping perempuan cantik berkerudung putih itu.

“Kerja apa Pak?” tanya Pak Sopir

“Di sana tidak apa pabrik atau perusahaan Pak. Rumah saya tetangga dusun itu. Masih dalam satu desa.” Ucap Pak Sopir selanjutnya.

“Kerja Proyek Pak.” Jawab perempuan berkerudung putih itu, yang bernama Rahayu Tejo dan biasa dipanggil Yayuk.

Rahayu Tejo, berusia kira kira tiga puluh enam tahun. Dia merupakan mandor perempuan yang sudah berpengalaman. Suaminya bernama Respati Rachmat Putro, yang sekarang duduk di sampingnya. Namun Respati adalah suami keduanya.

“Proyek apa Bu, sepertinya proyek jalan dan proyek perumahan di dusun itu sudah selesai. Tinggal satu proyek besar tapi mangkrak Bu..”

“Ya di proyek mangkrak itu Pak . Istri saya akan melanjutkan proyek itu Pak.” Saut Respati penuh semangat. Dia sangat bangga pada istri ke tiganya itu.

“Hah.” Pak Sopir tampak kaget, mendengar seorang perempuan cantik akan melanjutkan proyek yang mangkrak selama bertahun tahun.

Satu tangan kiri Pak Sopir mengatur kaca spion depan untuk melihat penumpangnya dan memastikan penumpangnya itu benar benar berbicara serius..

“Yang benar saja Pak, Bu. Proyek itu tidak dilanjutkan karena sudah memakan banyak korban. Terutama pekerja pekerjanya dan juga keluarga pekerja.” Ucap Pak Sopir dengan nada serius.

Sekarang bergantian Pak Respati yang tampak kaget, kedua mata nya sampai melotot.

“Yang benar saja Pak?” tanya Respati yang sangat khawatir akan keselamatan istri tercintanya dan keluarganya.

“Benar Pak. Orang orang sudah tidak mau lagi kerja di situ maka mangkrak sampai sekarang ini dan banyak hantunya.. hiii..” ucap Pak Sopir, sambil mengangkat kedua bahunya.

Pak Sopir bergidik ngeri, karena dia sudah banyak mendengar cerita proyek mangkrak yang sudah menyebabkan pekerja pekerja sakit parah bahkan ada yang meninggal dunia. Dan lokasi di proyek itu kabar beritanya kini banyak dihuni hantu.

“Sudah Pak Bu, batalkan saja.. dari pada sampeyan dan keluarga jadi korban.” Ucap Pak Sopir lagi sambil sekilas menoleh ke arah samping kiri.

“Bu, piye ki (Bagaimana ini)?” tanya Respati sambil menatap wajah cantik istrinya di dalam keremangan.

“Lha piye Pak, aku sudah tanda tangan kontrak. Sudah menyanggupi je. Bisa kena pinalti kalau membatalkan. Kata Pak Duta penyebab mangkrak masalah perencana yang kurang baik, pengawasan kurang dan sumber daya manusia.” Ucap Bu Yayuk dengan serius.

“Sudah terlanjur Pak. Bismillah saja semoga semua berjalan lancar dan selamat..” ucap Bu Yayuk selanjutnya, di sebersit hatinya juga muncul rasa takut dan khawatir. Apalagi jika menyangkut keselamatan anak anaknya.

Mobil pun terus melaju dan tidak lama kemudian mobil belok ke arah kanan. Meninggalkan jalur jalan nasional memasuki jalan desa.

Kini mobil melaju di atas jalan aspal yang lebih sempit. Jalan berkelok kelok, naik dan turun..

Di kanan kiri jalan, rumah rumah berjarak berjauhan. Di antara rumah rumah itu adalah kebun kebun yang ditanami pohon pohonan.

Hujan masih terus mengguyur dengan deras. Jalan yang dilalui mobil itu pun terus menanjak. Mobil masuk di wilayah yang bertopografi perbukitan.

Sesaat di di depan mobil dengan jarak dua puluh meter tampak sebuah jembatan. Dalam keremangan malam di kanan kiri jalan tampak pohon pohon besar dan rumpun rumpun bambu yang sangat rimbun.

DIN

DIN

DIN

Pak Sopir membunyikan klakson berkali kali. Meskipun tidak ada satu orang atau satu kendaraan pun yang lewat di depannya.

“Kok membunyikan klakson Pak, jalan sepi begini tidak ada apa apa di depan mobil..” gumam Respati sambil menatap luar mobil yang tampak gelap remang remang karena lampu jalan jaraknya jauh jauh.

“Jembatan gawat itu Pak.” Jawab Pak Sopir sambil terus melajukan mobilnya.

“Gawat bagaimana Pak?” tanya Respati penasaran.

“Banyak makluk tak tampak ya Pak.” Saut Bu Yayuk.

“Iya Bu, Ibu paham masalah itu ya. Katanya sih ada penunggunya Bu. Ada yang bilang kadang pocong duduk di jembatan itu, ada yang bilang ada kunti di situ.. hiiii.. amit amit dech Bu, saya tidak ingin melihat itu.” Ucap Pak Sopir sambil menambah laju kecepatan mobilnya.

“Kunti itu ada kata orang orang setelah ada kejadian itu.. ahh sudahlah, besok sampeyan pasti akan mendengar ceritanya ..” ucap Pak Sopir lagi..

Respati yang agak penakut segera menggeser tubuhnya lebih menempel ke istrinya. Bu Yayuk termasuk orang yang lebih pemberani dari pada Pak Respati.

“Kadang meskipun tidak melihat itu, tapi digoda Bu. Mobil atau motor tiba tiba macet di dekat jembatan itu. Dan sering juga terjadi kecelakaan tunggal di jembatan itu.” Ucap Pak Sopir sambil terus melajukan mobilnya lebih kencang lagi.

Hati Pak Sopir lega saat mobil sudah semakin jauh dari lokasi jembatan angker itu.

“Jangan kaget Pak, Bu di sekitar desa ini masih wingit, angker. Apalagi ada proyek mangkrak itu. Makluk halus berkembang biak beranak pinak di sana.” Ucap Pak sopir sambil terus melajukan mobilnya.

Bulu kuduk Respati meremang mendengar ucapan Pak Sopir. Dia semakin merapatkan tubuhnya pada Bu Yayuk.

“Pak jangan menakut nakuti ya..” gumam Respati sambil mengusap tengkuknya.

“Tidak Pak, saya bicara apa adanya dari cerita orang orang desa ini dan desa sekitarnya.” Ucap Pak Sopir dan terus melajukan mobilnya.

Tidak lama kemudian mobil pun sudah sampai di lokasi tujuan.

“Benar di sini Bu?” tanya Pak Sopir saat mobil sampai di depan warung mie ayam yang sudah mau tutup.

“Pak kami sebenarnya mau ke rumah Pak Kadus Warman. Kata Pak Duta pemilik proyek, rumah Pak Kadus Warman di samping warung mie ayam. Bisa antar sampai ke rumah Pak Kadus , Pak.” Ucap Bu Yayuk dengan santun.

“Iya Pak tolong, hujan masih deras begini.” Tambah Pak Respati.

Bab. 2.

“Ooo baik Pak, Bu. Saya antar ke tempat Pak Kadus, mobil bisa masuk ke halaman rumah Pak Kadus kok.” Ucap Pak Sopir sambil terus melajukan mobilnya.

Mobil bisa berhenti di dekat teras rumah Pak Kadus.

Pak Kadus atau Pak Kepala Dusun atau Pak Dukuh adalah orang yang memimpin wilayah di satu pedukuhan atau dusun. Satu Desa biasanya terdiri dari beberapa dusun atau dukuh.

Halaman rumah itu lumayan luas, dan banyak pohon besar di sekitar rumah Pak Kadus.

Respati dan Yayuk turun dari mobil. Mereka berdua segera melangkah menuju ke teras rumah. Sedangkan pak Sopir dengan memakai payung mengambilkan koper koper penumpangnya.

“Terima kasih ya Pak.” Ucap Pak Respati dan Bu Yayuk.

“Sama sama. Pikirkan lagi baik baik ya Bu, lebih baik bayar denda kontrak kerja dari pada sampeyan jadi korban. “ ucap Pak Sopir dan segera masuk ke dalam mobil.

“Bu, piye?” tanya Respati.

Respati kembali ragu ragu dan takut jika istri, dirinya atau keluarga menjadi korban proyek mangkrak seperti yang baru saja dikatakan oleh Pak Sopir.

“Kita berdoa Pak, semoga lancar dan selamat. Harus membayar denda yang lumayan banyak Pak kalau membatalkan.” Ucap Yayuk sambil menggeser koper nya.

Mobil pun berlalu meninggalkan halaman rumah Pak Kadus. Dan hujan masih turun dengan derasnya..

“Bu, mungkin Pak Kadus sudah tidur. Sudah malam hujan hujan begini. Mungkin Pak Kadus sedang kelonan dengan i...” ucap Respati belum selesai..

Dan tiba tiba...

Wwwwuuuuussssss

Angin bertiup dengan sangat kuat, hingga Respati dan Yayuk terkena tempias air hujan.

Bulu kuduk Respati kembali meremang. Entah karena embusan angin atau karena yang lain.

Respati dan Yayuk melangkah mendekati pintu rumah Pak Dukuh, akan tetapi keduanya dikagetkan oleh suara dari atas..

KRRRRRAAAAAAKKKK

“Apa Bu itu!” teriak Respati.

Respati mendekatkan tubuhnya pada tubuh Sang istri bahkan dia memeluk tubuh Sang istri dari samping. Telinga mereka berdua masih mendengar suara dari halaman rumah bagian atas.

KRAAATAKKK

KRAAAATTTAAAK

BRRRUUUKKK

Sebuah benda jatuh di atas tanah.

“Walah Bu, ada dahan pohon tumbang, kaget aku.” Ucap Respati sedikit lega hatinya.. Meskipun bulu kuduknya masih berdiri.

Di saat Yayuk akan menekan bel di dekat pintu. Tiba tiba pintu sudah terbuka. Respati dan Yayuk pun kembali dikagetkan.

Respati mengelus dadanya, karena jantungnya sangat berdebar debar, belum habis kagetnya oleh suara dahan tumbang. Kini dikagetkan oleh pintu yang tiba tiba terbuka dan...

Dari pintu rumah yang sudah terbuka itu muncul sosok perempuan setengah baya yang masih cantik, tetapi wajahnya tampak tidak ramah. Sorot matanya menatap tajam ke arah Yayuk.

“Cari siapa malam malam begini?” tanya perempuan setengah baya itu dengan nada datar dan tanpa senyuman di bibirnya. Benar benar memasang wajah kaku bagai kanvas.

“Mau mencari Pak Kadus Bu..” ucap Respati dengan sangat santun.

“Ada perlu apa?” tanya perempuan setengah baya itu lagi.

“Saya Rahayu Tejo, teman Pak Duta pemilik proyek Puri Argo Nirmala. Saya sudah mengabari Pak Kadus lewat email tentang kedatangan saya ini Bu. Maaf kami jam segini baru sampai, pesawat kami tadi ditunda penerbangannya karena cuaca.” Ucap Yayuk sambil tersenyum ramah.

Yayuk mengulurkan tangan kanannya. Perempuan setengah baya itu hanya menempelkan ujung tangannya sebentar saja.

“Saya juga sudah mengabari tentang penundaan jadwal pesawat lewat chat, tapi Cuma centang satu Bu.” Ucap Yayuk lagi dan perempuan setengah baya itu hanya melengos.

“Kalau sampeyan siapa?” tanya perempuan setengah baya itu sambil menatap Respati.

“Saya suaminya Bu.” Ucap Respati sambil tersenyum ramah.

“Mari masuk, silahkan duduk.” Ucap Perempuan setengah baya itu masih saja nada dan ekspresi wajahnya datar datar saja.

“Tunjukkan KTP dan KK pada Pak Kadus nanti.” Ucap perempuan setengah baya itu lagi

“Baik Bu, terima kasih.” Ucap Respati dan Yayuk secara bersamaan.

Mereka berdua melangkah masuk ke dalam rumah sambil menarik tas koper. Sedang perempuan setengah baya itu menutup pintu sambil bergumam,“Banyak yang mengaku suami istri tetapi tidak benar.”

“Maaf Bu, jika kami merepotkan.” Ucap Yayuk sambil melangkah menuju ke kursi ruang tamu.

Perasaan hati Yayuk tidak enak melihat sikap perempuan setengah baya itu. Respati dan Yayuk duduk di kursi rotan dengan model jaman dulu. Ruang tamu itu luas, ada tiga kursi rotan yang panjang dan tunggal di atur saling menghadap tiga meja yang dijejer.

Tidak lama kemudian muncul seorang laki laki setengah baya, memakai celana panjang kain dan baju kemeja lengan pendek. Dialah Pak Kadus Warman.

“Selamat datang Bu Yayuk..” ucap Pak Kadus sambil melangkah dari dalam dan tersenyum lebar menatap wajah cantik Yayuk.

Susunan gigi geligi bagian atas Pak Kadus yang agak maju ke depan semakin tampak bibirnya tersenyum merekah lebar.

“Terima kasih Pak, maaf sekali jika kami merepotkan. Kami akan mengambil kunci kunci dan juga inventaris Pak Duta yang dititip di sini.” Ucap Yayuk sambil menoleh menatap sosok Pak Kadus.

“Iya Bu Yayuk, santai saja.. lebih baik malam ini menginap di sini saja. Sudah larut malam apalagi hujan deras.” Ucap Pak Kadus masih menatap wajah cantik Yayuk.

Senyuman manis Pak Kadus pun diberikannya lagi pada Yayuk. Pak Kadus mengulurkan tangannya pada Yayuk dan Respati lalu duduk di kursi.

“Saya sudah menyuruh orang membersihkan satu kapling yang untuk kantor proyek. Tapi hujan deras begini Bu..” ucap Pak Kadus sambil terus menatap wajah cantik Yayuk.

Yayuk yang merasa risi menoleh menatap wajah suaminya..

“Iya Bu, menginap di sini saja.” Ucap Respati sambil mengeluarkan kartu kartu identitas dirinya dan istrinya.

Respati yang penakut sangat setuju menginap di rumah Pak Kadus. Karena begitu takutnya sampai tidak peka jika Pak Kadus berkali kali menatap wajah cantik Yayuk penuh kekaguman.

“Tapi Pak, kita merepotkan Pak Kadus dan keluarganya.” ucap lirih Yayuk pada Respati.

Yayuk benar benar tidak nyaman dengan tatapan mata Pak Kadus dan juga penerimaan perempuan setengah baya yang tidak ramah.

“Santai saja Bu..” ucap Pak Kadus yang mendengar bisik lirih Yayuk pada suaminya.

Pak Kadus membaca kartu kartu identitas tamunya, lalu menoleh ke arah belakang.

“Bu, buatkan minum anget anget buat tamu dan siapkan kamar.” Teriak Pak Kadus

Beberapa menit kemudian, muncul seorang perempuan setengah baya tadi sambil membawa nampan berisi minuman. Pak Kadus memperkenalkan jika perempuan setengah baya yang masih cantik itu istrinya.

“Kalau sudah tahu pesawat turun malam dan hujan kan mending cari hotel di dekat bandara.” Ucap Bu Kadus setelah menaruh gelas gelas minuman di atas meja.

“Untung di sini ada kamar, anak anak KKN sudah selesai. Benar benar sampeyan itu mau uji nyali ya?” ucap Bu Kadus lagi dengan nada ketus.

“Bu.. jangan bicara seperti itu.” Ucap lirih Pak Kadus yang merasa tidak enak dengan tamu tamunya.

“Lha memang benar, proyek mangkrak itu angker buat apa kalau tidak untuk uji nyali.” Ucap Bu Kadus sambil melangkah pergi.

“Biar mati berdiri, berani beraninya mau melanjutkan proyek itu. Orang perempuan lagi. Kewanen (terlalu berani)!” Bu Kadus masih saja menggerutu sambil terus melangkah untuk menyiapkan kamar buat tamu tamunya.

“Mari diminum Bu, Pak. Jangan didengar suara istri saya itu..” ucap Pak Kadus sambil tersenyum dan terutama menatap cantik Yayuk.

Yayuk mengambil gelas air minum yang berisi teh hangat..

“Meskipun dia dan pak sopir, sama sama memperingati agar aku tidak melanjutkan proyek, tapi kok beda ya...” gumam Yayuk di dalam hati.

Bab. 3.

Rahayu Tejo dan Respati pun akhirnya menginap di rumah Pak Kadus, karena Pak Kadus belum memberikan kunci kunci dan inventaris Pak Duta pemilik proyek Puri Argo Nirmala.

Keesokan harinya, sebelum subuh Yayuk sudah membuka kedua matanya. Dia benar benar sudah ingin melihat lokasi proyek mangkrak yang harus dia lanjutkan.

“Pak, ayo bangun kita sholat subuh. Habis itu kita pamit. Kita cari sarapan di luar saja.” Ucap Yayuk sambil bangkit dari tidurnya.

Yayuk tampak kaget saat melihat tubuh suaminya penuh dengan keringat. Wajah dan baju suaminya tampak basah oleh keringat.

Ekspresi wajah suaminya pun terlihat tegang. Namun kedua matanya tampak masih terpejam rapat. Dadanya tampak turun naik, dan suara nafasnya juga agak keras tapi bukan ngorok.

“Pak.. Pak.. bangun.. sudah pagi.. sampeyan kegerahan atau kenapa?” ucap Yayuk sambil menggoyang goyang lengan suaminya..

Yayuk lalu menempelkan tangan di kening suaminya..

“Padahal udara masih dingin, kok keringatan begini. ” Gumam Yayuk yang khawatir suaminya tiba tiba sakit.

“Pak bangun..” ucap Yayuk lagi.

Respati masih diam saja. Yayuk lalu membuka kancing teratas baju piyama suaminya dengan maksud agar keringat suaminya berkurang.

Namun tangan Respati malah mengibaskan tangan Yayuk sambil berteriak..

“Pergi kamu kunti, jangan mendekat, jangan ganggu aku!”

“Halah ternyata cuma karena mimpi buruk.” Gumam Yayuk dan hatinya sedikit lega sebab sang suami keringatan bukan karena sakit.

Yayuk pun lantas menepuk nepuk pipi suaminya dengan keras..

“Bangun Pak, aku Yayuk istrimu, bukan kunti. Pasti kamu mimpi buruk karena cerita Pak Sopir tadi malam.” Gumam Yayuk sambil masih menepuk nepuk pipi suaminya.

Respati pun membuka matanya.. Nafas Respati terdengar agak memburu bukan karena nafsu.

“Iya Bu, aku mimpi serem, melihat kunti di jembatan yang tadi malam kita lewati.. hiii... Aku sudah lari menjauh tapi dia malah mendekat dan kok tiba tiba wajahnya jadi sama kayak..” ucap Respati tidak berlanjut.

Respati pelan pelan bangkit dan segera membuka kancing baju piyamanya yang sudah basah kuyup oleh keringat.

“Sama kayak siapa Pak? Awas kalau bilang sama kayak aku.” Ucap Yayuk sambil mencubit paha suaminya.

“He.. he.. he ya tidak lah Bu, mosok wajah istriku yang cantik sama dengan kunti.. “ ucap Respati.

Respati lalu mendekatkan wajahnya di telinga Sang istri..

“Kayak Bu Kadus.” Bisik lirih Respati.

“Husttt.” Hardik Yayuk sambil menepuk keras paha suaminya. Yayuk lalu bangkit berdiri dan menuju ke kamar mandi.

Setelah mereka berdua selesai sholat subuh. Mereka berkemas kemas. Yayuk pun juga merapikan tempat tidur.

“Bu kasih amplop pada Bu Kadus biar tidak sengak bicaranya.” Ucap lirih Respati.

“Iya Pak sudah aku siapkan.” Ucap Yayuk..

Mereka berdua segera keluar dari kamar, akan menuju ke ruang tamu..

Sesaat mereka berdua berpapasan dengan seorang perempuan dengan rambut yang sudah putih penuh uban. Kulitnya tampak sudah berkerut kerut. Kira kira umur perempuan itu enam puluh tahun lebih.

“Sudah bangun Bu, Pak? Mau minum apa kopi atau teh?” tanya perempuan tua itu.

“Tidak usah kami mau pamit. Apa Pak Kadus sudah bangun ya.” Ucap Yayuk dengan senyum ramah.

“Minum dulu Bu, saya buatkan. Pak Kadus sudah menyuruh saya untuk membuatkan minuman tamu. Panggil saja saya Mbah Surti atau Mbah Seno, suami saya namanya Seno.” Ucap perempuan tua itu dengan ramah.

Sesaat perempuan tua melangkah mendekati Yayuk. Dia mendongak karena tubuhnya lebih pendek dari Yayuk dan mencondongkan wajahnya di telinga Yayuk.

“Jangan diambil hati omongan Bu Kadus ya.. Dia memang suka gitu kalau sama perempuan yang lebih muda dan cantik. Pak Kadusnya juga thukmis.” Bisik Mbah Surti pada Yayuk.

“Iya Mbah Surti terima kasih..” ucap Yayuk sambil menganggukkan kepalanya.

“Kalau ada kopi mau saya Mbah.” Saut Respati sambil tersenyum menatap Mbah Surti.

***

Setelah mereka berdua selesai minum kopi. Pak Kadus keluar dari kamarnya sambil membawa satu tas koper hitam.

“Ini Bu Yayuk kunci kunci dan surat surat ada di dalam koper ini. Mobil dan motor ada di garasi dalam keadaan yang baik siap dipakai.” Ucap Pak Kadus sambil menyerahkan satu tas koper besar.

“Mari saya antar ke lokasi proyek.” Ucap Pak Kadus menawarkan diri.

Mereka bertiga berjalan menuju ke garasi. Pak Kadus menyalakan mesin mobil dan mesin motor milik Pak Duta.

“Silahkan Pak, Bu, semua dalam kondisi baik siap jalan.” Ucap Pak Kadus..

“Biar saya naik motor saja, suami saya dengan Pak Kadus naik mobil. Nanti pulangnya Pak Kadus bisa diantar oleh suami saya.” Ucap Bu Yayuk mawas diri karena mendapat info dari Mbah Surti kalau bu Kadus cemburuan dan Pak Kadus nya thukmis alias mata keranjang. Thukmis akronim dari bathuk klimis, maksudnya adalah tidak kuat jika melihat dahi halus alias wajah mulus.

Mobil dan motor pun berjalan beriringan. Motor yang dikendarai oleh Yayuk berjalan di belakang mobil yang dikemudikan oleh Pak Kadus.

Hari masih sangat pagi, udara terasa sangat segar karena habis hujan semalaman. Mobil dan motor berjalan tidak kencang di atas jalan aspal yang naik turun.

Tidak lama kemudian mobil berhenti di depan satu pintu gerbang yang cat nya sudah sangat kusam bahkan banyak bagian yang tampak sudah berkarat.

Rumput rumput ilalang juga tumbuh lebat di dekat pintu gerbang itu. Tembok panjang setinggi satu setengah meter di kanan kiri pintu gerbang itu juga tampak sudah berlumut.

Di balik pagar tembok itu sudah ada beberapa bangunan, kavling rumah yang belum jadi sempurna. Bangunan bangunan itu juga sangat kusam, bahkan banyak genting yang jatuh.

Pak Kadus dan Respati turun dari mobil..

“Kunci gembok ada di tas itu, saya ambil dulu.” Ucap Pak Kadus lalu membuka bagasi mobil karena tas Pak Duta dan koper koper Yayuk Respati ada di dalam bagasi mobil.

Sesaat Yayuk yang masih di atas motor, meremang bulu kuduknya kala menatap sesuatu yang baginya sangat aneh dan mengganggu.

Satu pohon duwet yang tumbuh tidak jauh dari pintu gerbang itu.

Pohon itu besar dan tinggi. Daun dan buahnya sangat lebat. Daun daun dan buah yang rontok jatuh di tanah di bawah pohon itu. Ranting dan dahan dahannya menjulur hingga sampai di atas pintu gerbang.

“Kenapa tidak ditebang saja itu pohon duwetnya Pak?” tanya Yayuk pada Pak Kadus yang sedang membuka bagasi mobil.

“Tidak ada yang mau disuruh Bu.” Jawab Pak Kadus tanpa menoleh menatap pohon duwet itu

“Upahnya kurang mungkin Pak.” Saut Respati yang membukakan tas hitam Pak Duta.

“Coba saja nanti sampeyan cari siapa yang mau menebang pohon itu.” Ucap Pak Kadus sambil mengambil kunci gembok pintu gerbang

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!