Sepuluh ribu tahun yang lalu di sebuah Dunia dimensi yang berjarak ribuan tahun cahaya dari Bumi, yang bernama Dunia Blue jade (Giok biru).
Siang itu begitu terik, mata hari seakan membakar Bumi, hingga rerumputan mengering, dan pepohonan luruh meranggas.
Kemarau tahun ini adalah yang terburuk dalam sejarah Dunia Blue jade, membuat sungai sungai menjadi kering kerontang tanpa air setetes pun juga.
Kota Ashoka sebuah kota raja terbesar di Benua Aramia, nyaris setiap hari di landa kebakaran.
Jauh di selatan kota Ashoka, di tengah sebuah hutan rimba belantara yang masih perawan, di tepi sebuah telaga Bening, ada sebuah pondok kecil yang di huni oleh seorang laki-laki tua renta bertubuh tinggi kurus, agak bongkok melengkung, tanpa baju, hanya selembar keinginan hitam yang dililitkan di tubuh nya, seperti pakaian para Resi (pertapa).
Laki-laki tua itu bernama Resi Darma aji, seorang pertapa sakti yang sudah menjauhi keramaian Duniawi selama ratusan tahun, hidup menyatu dengan Alam sambil merenung tentang sang maha pencipta Alam semesta.
Resi Darma Aji adalah seorang pertapa sakti yang terkenal sangat Waskita, apapun yang diucapkan nya, adalah sesuatu yang akan terjadi.
Hari itu, sang Resi Darma Aji sedang duduk bersila diatas sebuah batu pipih di pinggir Telaga. Dihadapan nya terlihat empat orang pria muda (meskipun usia mereka sudah tua), terlihat duduk di atas tanah tanpa alas apapun juga.
Cukup lama mereka terdiam, tanpa berani membangunkan sang Resi Darma Aji dari semedi nya. Hanya duduk bersila dihadapan sang Resi yang sedang khusyuk bersemedi.
Beberapa saat kemudian, sang Resi Darma aji membuka mata nya, "ada apa kalian menemui ku?" terdengar suara sang Resi mengalun dengan lembut, membuat hati semua yang mendengarkan nya menjadi tenang.
"Resi Guru!, sudah sepuluh purnama hujan tidak juga turun, alam sudah seperti bara api, kebakaran dimana mana, kehausan, kelaparan, bahkan kematian, kami tidak tahu lagi apa yang harus kami lakukan guru, tangis kesedihan terdengar di sana sini!" kata Arameis seorang pria berwajah muda berilmu kesaktian tinggi dan memiliki banyak pengetahuan sehingga di gelari Dewa pengetahuan.
Sedangkan ketiga pria lain nya adalah Shangdi yang bergelar Dewa perang karena menguasai seni ilmu peperangan.
Yu Long, seorang pria bergelar Dewa obat, karena sangat menguasai segala macam obat, seorang Alchemis dan tabib nomor satu.
Lalu yang terakhir adalah Rotama, seorang pria bertubuh atletis yang menguasai berbagai ilmu dan tehnik kultivasi sehingga di juluki sebagai Dewa kultivator.
Cukup lama Resi guru Darma Aji terdiam dengan mata terpejam menatap keatas langit. Setelah menarik nafasnya dalam-dalam, Resi Darma Aji membuka mata nya, kembali menatap kearah ke empat murid nya dengan tatapan yang teduh.
"Semua akibat, tentu ada sebab nya, tak akan ada asap bila tidak ada sumber api nya, Kaisar Huangdi, yang mengaku sebagai Kaisar Dewa, tetapi bertindak jauh dari hukum hukum langit, tidak lagi menghiraukan karma kebajikan, sibuk memuaskan hawa nafsu dan ambisi nya saja!" ucap Resi Darma Aji parau, seakan ada sesuatu yang mengganjal didalam hati nya.
"Benar guru!, sekarang sang Kaisar lagi berambisi mencari seorang gadis tercantik di Benua Aramia ini, untuk menggenapi selir nya menjadi seribu orang" kata Arameis lagi.
"Kaisar mengundang kami berempat untuk berhadir di perjamuan khusus di istana Giok tiga hari lagi guru!" kata pria bernama Shangdi.
Resi Darma Aji terdiam sejenak, lalu menarik nafasnya dalam-dalam, "ini yang aku takutkan, akhirnya terjadi juga, Kaisar lalim itu bekerja sama dengan penyihir Yodama, dia berambisi menjadi Kaisar yang mampu mengalahkan Dewa Langit, sehingga berambisi menarik jiwa pengetahuan kalian untuk diri nya!" ....
"Maksud guru?" tanya Arameis kaget.
"Perjamuan itu hanyalah akal akalan sang Kaisar, yang sebenar nya terjadi adalah jiwa ilmu pengetahuan kalian akan dia tarik dengan bantuan penyihir sekaligus dukun Ilmi hitam Yodama, sehingga dia menjadi manusia yang tak terkalahkan, bila itu benar benar tejadi, maka tatanan alam semesta akan hancur, kiamat akan tiba, karena kaisar lalim itu tak akan terkalahkan lagi" kata Resi Darma Aji masgul.
Ke empat orang pria tampan itu serentak terdiam membisu, tak mampu berkata kata lagi.
"Lalu apa jalan keluar nya guru?" tanya Yu Long sang Dewa obat dan Alchemis nomor satu itu.
"Keluarkan jiwa pengetahuan kalian berempat, lalu buang jauh jauh, sebelum di salah gunakan oleh Kaisar lalim itu, atau kalian berempat bergerak membunuh Kaisar itu, bagai mana?" tanya Resi Darma Aji.
"Kami tidak mungkin memberontak melawan sang kaisar guru!, karena kami terikat sumpah jiwa dengan nya, jika kami membangkang perintah nya, kami akan mati, dan itu sama saja dengan jiwa pengetahuan kami akan dia ambil paksa!" Arameis menjelaskan.
"Sudah kuduga, kenapa kalian begitu mentaati semua perintah Kaisar lalim itu, ternyata kalian termakan kelicikan nya, sungguh disayangkan" ucap Resi Darma Aji lagi dengan wajah sedih menatap ke empat murid nya itu.
"Guru!, cabut lah jiwa pengetahuan kami berempat, dan buang jauh jauh, agar tidak di salah gunakan nya guru!" pinta Arameis.
"Benar guru, kami terlalu banyak berdosa dengan menjadi bawahan Kaisar lalim itu, kami ikhlas hidup tanpa jiwa pengetahuan kami lagi!" sahut Shangdi.
"Benar guru!" sahut Rotama dan Yu Long bersamaan.
"Tetapi kalian akan hidup menjadi manusia biasa yang tidak lagi punya ilmu pengetahuan apa apa, bagai mana?" tanya Resi Darma Aji meyakinkan keempat murid nya.
"Kami siap guru!" jawab ke empat orang murid nya secara bersamaan.
"Kalian siap menerima segala resiko nya murid ku?" tanya Resi Darma Aji memastikan.
"Kami siap guru, kami tahu jika nyawa kami akan melayang setelah kaisar lalim itu tahu kebenaran nya, tetapi itu jauh lebih baik dari pada tatanan alam semesta hancur karena kami, kami tidak sanggup melihat akibat nya guru, lakukan lah, jangan sampai terlambat!" pinta Arameis.
"Baiklah murid ku, semoga pengorbanan kalian ini akan berbalas kebaikan pula" ucap Resi Darma Aji membuka telapak tangan nya, lalu diarahkan ke dahi Rotama, seberkas cahaya merah terang melesat keluar, lalu di tangkap oleh telapak tangan Resi Darma Aji, dan dimasukan kedalam sebuah guci kecil terbuat dari batu giok biru.
Setelah itu kembali Resi Darma Aji melakukan hal yang sama pada dahi Yu Long, seberkas cahaya kuning terang, melesat keluar, langsung ditangkap tangan sang Resi dan dimasukan kedalam guci kecil tadi.
Yang ketiga, Resi Darma Aji kembali melakukan hal yang sama pada Shangdi, lalu seberkas cahaya hijau, melesat keluar yang langsung disambar oleh tangan Resi Darma Aji dan dimasukan kedalam guci tadi, lalu gucinya ditutup.
Yang terakhir adalah Arameis, dari dahi pria itu melesat cahaya biru langit yang segera disambar oleh tangan Resi Darma Aji dan di gunakan untuk membungkus guci batu Giok biru itu.
Lalu guci yang terbuat dari batu Giok biru tadi dimasukannya kedalam sebuah kotak terbuat dari emas murni yang berukir indah.
Resi Darma Aji kembali mengeluarkan sebutir batu berbentuk bulat berwarna biru langit dengan sapuan warna putih mirip seperti bola Dunia sebesar ujung ibu jari tangan.
Setelah terpejam beberapa saat lama nya, tiba-tiba guci ditangan kanan sang Resi Darma Aji berubah menjadi cahaya putih dan melesat masuk kedalam batu berwarna biru langit di telapak tangan kiri Resi Darma Aji. Lalu dengan satu derakan yang lembut, sang Resi Darma Aji melemparkan batu kecil itu keudara. Secara ajaib, batu kecil berwarna biru langit itu melesat ke udara, terus melambung, melewati awan, lalu keluar dari Bumi Blue jade, melesat menembus kehampaan, hilang entah kemana.
Sementara itu, didepan pondok sang Resi Darma Aji, nampak empat orang Pria tampan itu menatap kearah Resi Darma Aji sambil tersenyum puas.
"Guru!, terimakasih atas semua jasa jasa guru, bila ini hari terakhir perjumpaan kita, maka ampuni semua kesalahan kami selama ini guru!" kata Arameis bersimpuh di depan Resi Darma Aji, di ikuti ketiga orang saudara nya yang lain.
Dengan senyum ramah nya, Resi Darma Aji menatap ke empat orang murid nya itu, dia sudah tahu, jika ini hari hari terakhir dia berjumpa ke empat orang murid nya itu.
"Nak!, guru mu ini juga akan pergi menyertai kalian, jangan khawatir, setidak nya pengorbanan demi kebaikan, akan berbalas karma baik pula, kelak jiwa pengetahuan kalian itu, akan bertemu tuan nya yang tepat tempat nya berdiam jangan khawatir!" kata Resi Darma Aji sendu.
Setelah ke empat orang muridnya itu pergi, Resi Darma Aji kembali memejamkan mata nya, lalu terdiam membeku diatas batu pipih itu untuk selama lama nya, jiwa nya telah pergi menuju Nirwana
...****************...
Beribu ribu tahun kemudian, disebuah Dimensi lain, di sebuah Galaxy yang bernama Orion blue, perjalanan jutaan tahun cahaya dari Bumi, ada sebuah Dunia lain yang bernama Dunia Globus, dimana Dunia ini lebih maju ratusan tahun dari Bumi.
Namun kemajuan teknologi berbanding terbalik dengan kedamaian dan kesejahteraan manusia nya.
Bumi Globus ini hanya memiliki satu Benua dengan jutaan pulau nya yang tersebar.
Penguasa Bumi Globus ini ada dua Bangsa besar yang paling utama yaitu Bangsa Armesia dan Bangsa Naga, yang menguasai timur dan barat Benua, dengan Beratus ratus bangsa kecil lain nya.
Namun Dunia Globus ini sudah lebih dari seratus tahun, dilanda oleh peperangan besar antara Bangsa Armesia dan Bangsa Dragmendor atau Bangsa Naga, sehingga Dunia ini menjadi hancur lebur, bahkan telah menewaskan puluhan juta umat manusia penghuni nya. Dunia yang dulu indah, kini kusam, gersang bak Neraka.
Banyak Bangsa Bangsa kecil banyak yang melarikan diri, mengembara ke luar angkasa, mencari kehidupan yang lebih layak.
Lama kelamaan, kedua bangsa besar ini justru krisis manusia, karena korban peperangan, dan pergi mengungsi, menjauhi Dunia yang kacau in.
Hal itulah yang menjadi topik pembicaraan antara Kaisar Boma, sang pemimpin Bangsa Dragmendor dengan para bawahan nya.
"Jendral Murdon!, peperangan ini sudah berjalan ratusan tahun, menimbulkan berbagai kerusakan dan kehancuran, bila ini di biarkan berlarut larut, maka umat manusia di Dunia ini akan musnah semua nya, tanpa terkecuali, termasuk bangsa Dragmendor yang memiliki genetika darah Naga pun akan musnah pula tanpa terkecuali, aku bermaksud mau mengirimkan genetika ku ke Dunia lain di luar sana, kemana saja, supaya bila kelak Dunia Globus ini hancur, penerus bangsa Dragmendor yang mewarisi genetika darah naga, ada penerus nya, bagai mana pendapat kalian?" tanya kaisar Boma.
"Hamba rasa itu ide yang sangat baik yang mulia, terutama untuk keberlangsungan keturunan kaisar Naga, pemimpin besar Bangsa Dragmendor yang sudah ada turun temurun selama ribuan tahun, apakah ini ide dari ilmuan Judye?" tanya jendral Murdon.
"Benar jendral, aku menyuruh ilmuan judye untuk menciptakan genetika ku dengan berbagai ke unggulan, seperti Dantian yang lebih besar, otot yang lebih kuat, tulang yang lebih keras serta ke unggulan fisik lain nya!" jawab kaisar Boma tersenyum.
Jendral Murdon menoleh kearah seorang pria tua ber rambut botak di depan, namun di sekeliling nya panjang, "bagai mana hasil nya tuan judye?" tanya nya.
"Hmm, hal itu telah hamba selesaikan tuan jendral, tinggal peluncuran nya saja lagi, hamba sudah menciptakan sebuah alat yang bisa melontarkan obyek ke tempat yang sangat jauh, hanya dalam beberapa detik saja" jawab ilmuwan judye.
"Lakukan sesuai jadwal ilmuan judye, perang ini sudah mendekati puncak nya, saat Bangsa kit terdesak hebat, tidak ada jalan keluar nya lagi, maka ledakan senjata pamungkas kita, meskipun bangsa terakhir Dunia ini lenyap, maka penerus genetika darah Naga bangsa Dragmendor akan hidup di belahan lain semesta raya ini, segala sumberdaya Dunia ini juga sudah terkuras habis, tidak ada yang tersisa lagi, yang masih hidup hanya para kultivator berkekuatan tinggi saja lagi, namun bila senjata pamungkas kita di ledakan, kultivator tertinggi sekalipun akan binasa, terkena radiasi senjata yang sejuta kali lebih berbahaya dari Nuklir sekalipun!" kata Kaisar Boma sedih.
"Siap yang mulia, hari ini adalah peluncuran genetika yang mulia, yang sudah saya ubah menjadi energi cahaya dan siap di luncurkan!" sahut ilmuan judye.
"Baiklah marilah kita ke ruang monitor!" kata Kaisar Boma sambil bangkit berdiri, melangkah ke arah ruangan lain.
Di sebuah ruangan yang besar, nampak ratusan layar monitor dengan masing masing satu orang operator nya.
Di tengah tengah ruangan, ada sebuah monitor besar dengan sebuah meja yang terdapat sebuah tombol besar sebesar pipa dua inci.
"Baik! buka air dome utama!" teriak jendral Murdon.
Seorang teknisi segera mengetik satu perintah di komputer nya, lalu memencet sebuah tombol, di layar terlihat sebuah lubang sebesar gentong terbuka di langit kota raja Dragmendor.
"Silahkan yang mulia meluncurkannya dengan telapak tangan yang mulia sendiri!" kata ilmuwan judye.
Kaisar Boma meletakan telapak tangan nya di layar monitor, serentak lampu di sekeliling layar itu berkedip.
"Peluncuran dilaksanakan, dimulai dengan hitungan lima!" terdengar suara sistem di ruangan itu.
"Lima!" ....
"Empat!" ....
"Tiga!" ....
"Dua!" ....
"Satu!" ....
"Mulai!" ....
Dari puncak air dome, melesat cahaya biru berkecepatan tinggi, Beratus ratus kali kecepatan cahaya, meninggalkan tempat itu, menuju ke angkasa raya, lalu lenyap di ruang hampa. Semakin lama, cahaya biru itu semakin cepat, hingga tidak lagi mampu tertangkap mata.
Tanpa terasa, lima belas tahun berlalu, setelah peluncuran genetika kaisar Boma ke ruang Antariksa, kini Bangsa Dragmendor benar benar sudah terdesak hebat, ratusan sektor pertahanan sudah jatuh ke tangan pasukan Bangsa Armesia.
Di pusat negeri Dragmendor, para jendral berkumpul di ruang utama istana kaisar.
"Yang mulia, seluruh sektor pertahanan telah jatuh ketangan musuh, kini kita sudah terkepung, kalau tidak mati terbunuh, kita akan mati kelaparan, pil stamina kita tinggal sedikit, pasukan kita pun banyak yang di hukum mati, bagai mana keputusan yang mulia?" tanya jendral Murdon.
"Jendral Murdon!, apakah semua dokumen penting sudah diamankan?" tanya sang kaisar.
"Siap yang mulia, semua nya sudah, bahkan sejarah bangsa Dragmendor sang pewaris darah naga, juga sudah hamba masukan ke dalam ruangan pengamanan yang mulia!" jawab jendral Murdon.
"Baiklah!, bila Bangsa Dragmendor musnah, maka seluruh penghuni planet ini pun akan musnah pula, agar jadi pengingat seluruh umat manusia, dimana sebuah Dunia musnah karena kemajuan teknologi dan keserakahan penghuni nya!" kata Kaisar Boma bergetar.
Sang kaisar segera bergegas berjalan ke ruang kontrol utama, dimana permaisuri dan putra putri nya sudah menunggu.
"Maafkan aku kerabat ku semua, aku gagal melindungi kalian, Bangsa Dragmendor sudah kalah, tetapi kita tidak akan terhina menjadi budak, kita akan mati secara ksatria, bangsa Dragmendor adalah bangsa tertinggi, pantang menjadi budak!" ucap kaisar dengan air mata nya yang berlinang.
"Ayahanda Kaisar!, ayahanda jangan ragu ragu, kita mewarisi darah ksatria Naga dari leluhur kita, ksatria Naga pantang hidup terhina menjadi budak bangsa lain, kami semua sudah siap!" kata salah seorang pangeran.
Kaisar Boma memeluk permaisuri nya dan semua selir serta para putra putri nya, lalu berganti memeluk para jendral nya.
Setelah itu, sang kaisar berjalan kearah meja utama, sebelum memencet tombol merah utama, dia kembali menatap kearah para bawahan nya semua, "selamat tinggal prajurit ku, selamat tinggal ksatria Naga penjaga darah Naga, aku senang bisa mengenal kalian, semoga di kehidupan lain nya, kita dipersatukan kembali!" ucap nya sambil memencet sebuah tombol merah bergambar tengkorak.
Setelah tombol merah itu dipencet, tiba tiba kubah air dome menutup dengan rapat.
Diluar, tanah mulai terasa bergetar dengan getaran kecil, semakin lama semakin kuat, dan ledakan sambung bersambung mulai terdengar seperti mata rantai yang saling berhubungan.
Nun jauh di belahan barat, dikota raja negeri Armesia, kaisar Molocius sedang berpesta gembira dengan para bawahan nya, atas kemenangan yang mereka capai.
Namun saat pesta itu sedang berlangsung, tiba tiba terasa beberapa kali goncangan seperti gempa Bumi.
"Jendral Artemius!, apa yang telah terjadi? Bukankah di wilayah ini tidak ada gempa?" tanya sang Kaisar dengan wajah khawatir.
Seseorang petugas dengan tergopoh-gopoh, masuk kedalam ruang pesta itu, membisikan sesuatu di telinga jendral Artemius. Tiba tiba saja wajah sang jendral berubah menjadi keruh, karena nya.
"Ada apa jendral?" tanya sang kaisar.
"Yang mulia!, senjata COD itu ternyata benar benar ada, dan sekarang sudah di ledakan, ancaman bangsa Dragmendor ternyata bukan isapan jempol belaka, kita sudah terlambat untuk menyadari nya, senjata itu bergerak mengikuti udara dan meledak secara berantai, seluruh pasukan kita yang bertugas menduduki wilayah Negeri Dragmendor, sudah tersapu bersih, kini wilayah Negeri Dragmendor sudah hapus, ledakan dalam hitungan detik, sudah memasuki wilayah kita, mungkin sekitar dua jam lagi akan mencapai kota Raja Armesia ini yang mulia!" kata jendral Artemius gugup.
Sang Kaisar Molocius termenung mendengar penuturan dari jendral utama nya itu. Padahal beberapa bulan yang lalu, para bawahan nya itu sudah mengusulkan untuk menerima proposal perdamaian yang diajukan oleh Bangsa Dragmendor, namun karena dia menghitung kemenangan sudah di depan mata setelah ratusan tahun berperang, dia menolak mentah mentah proposal perdamaian itu. kini kehancuran bukan hanya untuk bangsa Dragmendor, tetapi untuk Bangsa Armesia juga. Nasi sudah menjadi bubur, penyesalan tak berguna.
"Jendral Artemius!, bawa putri ku lari ke ruang angkasa, cari kehidupan lain di luar sana!" titah kaisar kepada Jendra senior nya itu.
Namun seorang dara muda berwajah cantik rupawan dengan pakaian zirah seorang jendral, maju kedepan, "Tidak ayahanda!, ananda tidak akan meninggalkan ayahanda di tempat ini, bila kita harus mati, mati bersama adalah satu kehormatan bagi ananda!" bantah dara cantik jelita itu.
"Jendral muda Aleonazxue!, ini perintah langsung dari Kaisar!, kau berani membangkang nya?" tanya sang Kaisar dengan suara bergetar nyaring.
Dara cantik jelita itu tertunduk mendengar suara ayahanda nya yang menggema nyaring seperti petir itu.
"Cepat urus dia, jendral Artemius!, lakukan tugas mu!" bentak sang Kaisar dengan suara khas nya.
Beberapa orang segera membawa putri Aleonazxue ke ruangan khusus di ikuti oleh jendral Artemius.
Di ruangan khusus itu, putri Aleonazxue dibaringkan di dalam sebuah kapsul kaca, lalu asap hijau memenuhi ruangan kapsul itu, selanjut nya, secara otomatis, kapsul itu bergerak memasuki ekor sebuah pesawat aneh berbentuk seperti sebuah bubu (alat perangkap ikan).
Jendral Artemius duduk di bagian depan pesawat aneh itu, dan selanjut nya, pesawat itu segera melesat ke angkasa raya, menembus awan dan keluar ke ruang hampa, melesat dirung hampa dengan beberapa kali kecepatan cahaya.
Di saat yang sama, ledakan sudah mencapai istana di kota Raja Armesia, melenyapkan umat manusia seketika, meleleh menjadi cairan.
...****************...
Di Bumi, di masa kini. "Kretek, kreoot!" ....
"Kretek kreoot!" ....
"Kretek kreoot !" ....
Suara sebuah sepeda Phoenix tua melaju di jalanan kampung, membawa dua ikat kayu bakar di belakang nya.
Penunggang nya adalah seorang remaja miskin yang telah yatim-piatu, mengenakan seragam putih abu-abu, dan berwajah tampan, dengan rambut hitam bergelombang, sepasang alis yang lebat dan terukir seperti sebilah golok, serta rahang yang tegas.
Mata nya tajam, setajam tatapan mata seekor Rajawali, serta tubuh yang atletis. Dengan tinggi badan seratus tujuh puluh centimeter, pada usia yang ke enam belas ini, dia termasuk remaja pria berbadan cukup tinggi.
Di dekat pasar kampung Teluk Nangka, remaja itu berhenti di depan sebuah warung nasi, menurunkan tiga ikat kayu bakar nya.
Seorang pria paro baya menyambut nya dengan senyum ramah, "Sebentar ya Mal!, bapak ambilkan uang nya dulu!" sapa bapak itu.
"Iya pak Marta!, silahkan!" sahut remaja bernama Aqmal itu sembari memasang standar sepeda Phoenix tua itu, lalu duduk di kursi panjang di depan warung itu.
Tidak seberapa lama, pak Marta keluar dengan membawa uang lima puluh ribuan sebanyak tiga lembar, harga kayu bakar nya yang dia jual satu ikat besar nya, seharga lima puluh ribu rupiah.
Aqmal memang sudah biasa setiap hari Senin pagi, pergi ke sekolah sambil mengantarkan kayu bakar ke langganan nya di dekat pasar teluk Nangka.
Langganan kayu bakar itu sudah semenjak almarhum ayah nya masih hidup, hingga sekarang, ayah dan ibu nya telah tiada, maka dialah yang meneruskan usaha itu.
Kedua orang tua Aqmal adalah pasangan yang sudah tua, berusia diatas enam puluh tahun, saat ibu Aqmal mengandung nya. Konon kata ibu nya Aqmal, dia sebenar nya sudah tidak lagi datang bulan, tetapi pada suatu malam, seberkas cahaya biru menerobos atap rumah nya, dan langsung masuk kedalam perut nya. Setelah kejadian aneh itu, dia merasakan perubahan besar pada tubuh nya, sebagai mana layak nya wanita hamil.
Karena mereka tinggal di pinggir hutan larangan, sebuah hutan adat yang tidak boleh dimasuki secara sembarangan, oleh siapapun sejak ratusan tahun yang lalu, hanya ayah Aqmal seorang saja yang berani memasuki nya tanpa bermasalah, maka beliau dianggap juru kunci hutan seluas ribuan hektar itu.
Belum juga Aqmal lahir, ayah nya yang tua itu meninggal karena kecelakaan saat mengantarkan kayu bakar ke warung pak Marta. Hingga ibu Aqmal lah menggantikan sang suami mengantarkan kayu bakar dengan sepeda tua nya, sambil hamil besar.
Saat usia Aqmal tiga belas tahun, tepat nya kelas satu SMP, ibu Aqmal yang sudah tua dan sakit sakitan itu menyusul sang suami nya menghadap kehadirat tuhan. Maka tinggallah Aqmal seorang diri, di pondok nya ditepi hutan larangan itu.
Untung Aqmal yang setiap Jumat siang selepas jumatan ikut ayah nya ke hutan mencari kayu bakar dengan menginap di hutan itu sudah terbiasa masuk ke hutan larangan. Bagi nya hutan larangan yang super angker itu adalah halaman rumah tempat bermain nya saja. Sehingga keluar masuk hutan angker itu, sudah biasa bagi nya, atau mungkin juga para penghuni hutan sudah terlalu kenal dengan nya, sehingga, meskipun kini harus sendirian bermalam di hutan, dia tidak takut di ganggu.
Setelah menerima uang seratus lima puluh ribu rupiah, Aqmal segera pergi ke warung pengepul kembang, menjual dia kantongan bunga kenanga hutan yang dihargai sepuluh ribu per kantongan nya.
Dengan mengantongi uang seratus tujuh puluh ribu rupiah, Aqmal segera mengayuh sepeda nya menuju ke sekolah SMA Citra Mahardika itu, sebuah SMA elite yang di masuki nya dengan jalur beasiswa prestasi atas rekomendasi guru Wali kelas nya di SMP dahulu.
Disekolah ini, dia sangat tidak menonjol di bidang penampilan, kecuali di bidang kemiskinan nya saja. Dia cenderung pendiam dan suka menyendiri, waktu istirahat pun selalu di gunakan nya untuk membaca di perpustakaan atau di dalam kelas.
Satu satu nya sahabat nya hanyalah Eman, remaja tak berprestasi, hanya putra mantan guru Wali kelas nya dahulu sewaktu di kelas sembilan SMP.
Saat apel bendera pagi Senin, Aqmal lebih memilih barisan paling belakang bersama Eman, agar tidak ada yang melihat pakaian nya yang lusuh dan kusam itu.
Begitupun saat pelajaran berlangsung, dia tidak akan bicara kecuali ditanya oleh guru.
SMA Citra Mahardika ini adalah sebuah SMA favorit, tempat anak pejabat dan orang orang kaya bersekolah.
Namun walaupun begitu, sekolah ini juga menerima siswa berprestasi satu orang untuk setiap kelas nya. Jadi untuk kelas sepuluh A, hingga kelas sepuluh E, per angkatan nya hanya menerima lima siswa saja.
Saat bel istirahat pertama berbunyi, Aqmal segera merapikan buku buku nya kedalam tas ransel tua pemberian ayah Eman yang mantan guru Wali kelas nya dahulu.
"Mal!, bawa bekal kagak?" tanya Eman, teman di sebelah meja Aqmal. Mereka kebetulan duduk di meja paling belakang di sudut kiri kelas.
"Hm!" sahut Aqmal memperlihatkan sebuah rantang lusuh dari dalam tas nya.
"Yok ke tepat biasa nya" ajak Eman di ikuti oleh Aqmal dengan anggukan kepala nya saja.
Di belakang sekolah itu ada beberapa batang pohon Trembesi yang ditanam sebagai Adiwiyata mandiri sekolah. Di bawah pohon Trembesi yang rindang itu, ada beberapa buah bangku panjang yang terbuat dari besi, di samping kolam sekolah. Disitu lah biasa nya Aqmal dan Eman duduk berduaan menikmati bekal mereka dari rumah.
Biasa nya Eman selalu membawa lauk berlebih, untuk dibagikan kepada Aqmal sahabat nya itu.
Tidak ada yang mengganggu memang, karena semua siswa yang lain, makan di kantin sekolah, hanya mereka berdua saja yang makan di tempat itu,paling paling bersama beberapa murid beasiswa lain nya. Namun Aqmal tidak mengenal mereka, bahkan teman satu kelas nya saja banyak yang tidak dia kenal.
Awal nya Eman juga makan di kantin, namun setelah melihat Aqmal membawa bekal, dia akhirnya memutuskan untuk membawa bekal juga, menemani sahabat nya itu makan.
"Mal!, ini ambillah, mamah memberikan bekal dua potong ayam goreng, ambil satu untuk mu!" Eman memasukan sepotong paha ayam ke tempat bekal Aqmal.
"Terimakasih Man ya!" ucap Aqmal mulai makan bekal nya. Biasa nya bekal Aqmal cuma nasi putih, sama telur mata sapi dan sambel cabe saja. Kecuali Eman memberi nya ikan atau ayam goreng, baru dia merasakan enak nya makan dengan ikan.
"Bulan depan ujian semester ganjil, kau sudah siap tempur Mal?" tanya Eman disela sela mereka makan.
"Hmm!, siap!" ....
"Aku tahu kau jenius, dulu aja waktu di SMP nilai rata rata mu sempurna semua nya, apa cita cita mu nanti Mal?" tanya Eman.
Aqmal terdiam beberapa saat, menatap kearah sahabat nya itu, lalu menarik nafasnya dalam-dalam, "jadi manusia seutuh nya!" jawab nya singkat.
Eman tersentak mendengar jawaban dari sahabat nya itu.
"Jawaban mu aneh banget!" gumam nya.
"Man!, apalah aku ini, bisa jadi manusia saja sudah syukur, aku tidak berani berangan angan terlalu muluk muluk!" sahut Aqmal lagi.
Eman terdiam membisu, ditatap nya sekali lagi wajah sahabat karib nya itu cukup lama, sambil mencerna makna dari kata kata tadi.
Jam pelajaran ketiga pun dimulai, Eman dan Aqmal bergegas memasuki ruang kelas.
Murid sekolah itu tidak banyak yang Aqmal kenal, meskipun satu kelas, itu karena fokus nya kepada belajar saja, tanpa mau melihat ke mana mana. Hingga jam pelajaran ketiga pun berakhir, di ganti jam ke empat, lalu istirahat kedua, dia tidak lagi ke belakang sekolah, tetapi ke perpustakaan untuk membaca.
Sepulang nya sekolah, Aqmal segera menggowes sepeda tua nya kembali ke rumah nya di belakang kampung, di tepi hutan larangan.
Namun sebelum pulang kerumah, dia mampir terlebih dahulu di warung untuk membeli tujuh liter beras, gula, teh, garam dan lain nya, yang menghabiskan uang nya seratus dua puluh ribu rupiah, uang nya masih bersisa lima puluh ribu lagi, itu cadangan belanja nya selama satu Minggu kedepan.
Selesai membeli keperluan hidup nya selama satu Minggu kedepan, Aqmal segera menggowes sepeda tua nya kembali ke pondok nya di belakang kampung.
Setelah tiba di rumah, Aqmal segera berganti pakaian, dengan pergi ke dapur untuk menanak nasi.
Meskipun tidak banyak, Aqmal punya beberapa ekor bebek dan beberapa ekor ayam. piara an nya, serta seekor kucing teman nya di rumah.
Setelah selesai menanak nasi, Aqmal segera menuju sumur di belakang pondok, untuk mandi.
...****************...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!