👑
Seorang wanita berlari dengan sekuat tenaganya dari kejaran preman yang ingin memalaknya. Jalanan yang ia lalui sangat sepi, tidak ada satu orangpun. Ia tidak tahu harus melewati jalan yang mana. Ia baru pindah di sini jadi ia tidak tahu tentang jalan yang terdapat di komplek ini.
BRUK
Tiba-tiba ia menabrak tubuh seseorang, wanita itu terduduk di tanah. Wanita itu meringis kesakitan, saat ia melirik ke belakang ternyata preman itu sudah dekat ke arahnya.
Saat wanita itu akan berlari pergelangan tangannya dicekal oleh orang yang ia tabrak tadi. Wanita itu melirik wajah orang itu, satu kata yang bisa di definisikan untuk orang itu, dia tampan. Tapi penampilannya juga seperti preman, bahkan ada tindik ditelinga kirinya.
"Lo mau kemana, minta maaf dulu dong karena lo udah nabrak gue," cetus orang itu.
"Maa-" sebelum ia menyelesaikan ucapannya preman tadi memotong lebih dulu ucapannya, "sini lo, serahin duit lo!" teriak preman itu galak.
Wanita itu menatap mata pemuda yang ada di depannya, "aku mohon tolongin aku dari preman itu, sehabis itu aku bakal minta maaf sama kamu," pinta wanita itu.
Pemuda itu menghembuskan nafas pelan, ia melepaskan cekalan tangannya dari pergelangan tangan wanita itu. Pemuda itu berbalik menghadap preman itu, "biarin dia pergi lah Bang, kasihan dia," ucap pemuda itu.
"Emang lo siapa hah!" bentak preman itu.
"Oh, lo mau kenalan sama gue Bang. Nama gue Adinata Raffa Narendra. Gue biasa dipanggil Nata Bang," jawab Nata sambil tersenyum.
Preman itu mendengkus kesal, siapa juga yang mau tahu dengan nama pemuda itu, "gak usah banyak bacot deh lo," preman itu maju untuk menghajar Nata. Nata menangkis tangan preman itu, dia balik menghajar preman itu.
Wanita yang dari tadi hanya berdiri menatap takut pergulatan sengit di depannya. Ia tidak tahu apa yang harus dia lakukan. Ia berharap Nata baik-baik saja.
Preman itu kabur saat sudah babak belur oleh Nata. Nata hanya mendapat luka di ujung bibir dan pipinya yang berdarah. Nata mendekati wanita itu, "lo udah aman sekarang, gue pergi dulu," ucap Nata.
Saat Nata akan melangkah wanita itu menarik ujung kaosnya, Nata mengerutkan kening bingung, "kenapa?" tanya Nata. Wanita itu menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, "itu, aku gak tahu arah jalan ke rumah aku. Bisa anterin aku pulang gak?" pinta wanita itu.
Nata mendengkus kesal, ia mengusap wajahnya kasar. Bagaimana bisa wanita di depannya ini tidak tahu jalan ke arah rumahnya sendiri, "lo nyusahin banget sih," kesal Nata.
Wanita itu hanya menunduk, ia benar-benar tidak tahu arah jalan ke rumahnya, "ya udah ayok gue anterin. Lo tahu kan alamat rumah lo di mana?" tanya Nata. Ia tidak mau mendengar jawaban kalau wanita di depannya ini juga tidak tahu di mana alamat rumahnya.
"Aku tahu ko," jawab wanita itu. Nata bernafas lega, "ikutin gue," Nata mulai melangkah ke arah motornya yang terparkir di ujung gang. Niatnya, ia akan berkunjung ke rumah temannya. Tapi, ia malah bertemu dengan wanita aneh yang tidak tahu jalan ke arah rumahnya sendiri.
Nata memberhentikan langkahnya ketika sudah ada di depan motornya, Nata berbalik menghadap wanita itu, "nama lo siapa? Terus kenapa lo gak tahu arah jalan ke rumah lo sendiri?" tanya Nata datar.
"Nama aku Aleta. Aku baru pindah di sini. Niatnya, aku cuma mau keliling-keliling komplek ini. Tapi aku malah dipalak preman dan dikejar preman. Jadi, ya aku lari aja ngikutin arah jalan, tapi kalau aku pikir-pikir aku larinya jauh banget dan aku lupa jalan pulangnya ke arah mana," jelas Aleta panjang lebar.
"Oh," jawab Nata singkat dan jelas. Aleta menghembuskan nafas kasar, ia sudah berbicara panjang lebar tapi hanya di balas dengan dua huruf. Sungguh menyakitkan.
"Sebutin alamat rumah lo," Aleta langsung menyebutkan alamat rumahnya pada Nata. Nata mengacak rambutnya pelan, kenapa Aleta bisa lari sejauh itu? Ke sini sampai ke rumah Aleta itu memakan waktu lima belas menit.
Nata berbalik lagi ke arah motornya, ia mengambil helm yang ada di atas jok motornya. Nata menyodorkan helm itu pada Aleta, "nih pake," perintah Nata.
Aleta hanya diam, kenapa kenangan masa lalunya tiba-tiba terngiang di dalam pikirannya. Nata mendengkus kesal, ia memasangkan helm itu dikepala Aleta, "lo gak tahu cara make helm apa gimana sih, gue gak yakin lo beneran makhluk bumi," cetus Nata.
Nata menaiki motornya, ia menyuruh Aleta juga untuk naik ke motornya. Aleta langsung menaiki motor Nata. Nata mulai melajukan motornya dengan kecepatan sedang.
Setelah beberapa menit kemudian Nata telah sampai di depan rumah Aleta. Nata memandangi rumah Aleta yang cukup besar. Aleta turun dari motor Nata, ia berdiri di samping Nata, "makasih ya, karena kamu udah nolongin aku dari preman dan nganterin aku pulang. Maaf sebelumnya karena aku udah nabrak kamu, dan maaf juga kalau aku ngerepotin kamu," ucap Aleta.
"Iya, lo emang ngerepotin gue," jawab Nata datar.
"Tunggu, jangan pergi dulu. Luka kamu harus diobatin," ucap Aleta. Aleta memaksa Nata untuk masuk ke rumahnya dulu, ia ingin mengobati luka yang ada di ujung bibir dan yang ada dipipi Nata sebagai ucapan terimakasih.
"Gak usah, gue pulang aja," tolak Nata. Aleta tetap membujuk Nata agar mau lukanya diobati olehnya. Akhirnya Nata mengalah, ia turun dari motornya dan mengikuti langkah Aleta yang masuk ke dalam rumahnya.
Nata duduk di ruang tamu. Aleta mengambil obat merah dan plester yang ada di kamarnya. Kamar Aleta masih belum sempurna karena ia baru pindah dan belum selesai beres-beres.
Aleta duduk di samping Nata. Aleta mengobati ujung bibir Nata dengan hati-hati. Lalu ia beralih mengobati pipi Nata yang berdarah. Ia pikir Nata akan kesakitan, tapi ternyata Nata hanya diam saja saat dia mengobati lukanya. Saat sudah selesai meneteskan obat merah pada Nata, ia menempelkan plester dipipi Nata yang terluka.
Nata melirik siku Aleta yang berdarah. Nata mendengkus pelan. Aleta tersentak ketika tiba-tiba Nata melepaskan plester yang baru dia pasang dipipi Nata yang terluka, apa Nata tidak suka pipinya diplester?
Aleta kembali tersentak ketika tiba-tiba Nata menempelkan plester itu disikunya yang berdarah. Aleta tidak sadar kalau sikunya terluka, mungkin sikunya terluka karena ia terjatuh ditanah tadi.
"Harusnya lo juga obatin luka lo. Gue pergi, makasih karena udah ngobatin luka gue," Nata berdiri dari duduknya. Ia melangkah pergi. Aleta mengintip kepergian Nata dari balik jendela, "makasih Nata," gumam Aleta.
👑
Makasih udah mau mampir ❤
Happy Reading ❤
👑
Aleta bangun dari tidurnya, jam menunjukkan pukul lima pagi. Hari ini, hari pertama Aleta sekolah di sekolah barunya. Aleta melirik bingkai poto yang terdapat dinakasnya, terdapat poto dirinya dengan seorang laki-laki yang mencium pipinya.
Aleta mengambil bingkai itu. Aleta mengelus bingkai itu, "aku bakal memulai hidupku yang baru Al," gumam Aleta. Ia kembali menaruh bingkai itu dinakas. Aleta akan bersiap-siap untuk sekolah.
Aleta sudah siap dengan seragam sekolahnya, Aleta keluar dari kamarnya. Ia melihat Milka sedang menyiapkan sarapan, "pagi Ma," sapa Aleta.
Milka melirik Aleta, "pagi juga Sayang," balas Milka tersenyum.
Aleta duduk di meja makan. Milka menaruh sepiring nasi goreng di depan Aleta, "Mama bakal pulang malem, kamu gak papa kan di sini sendirian?" tanya Milka.
"Gak papa Ma," jawab Aleta. Milka mengelus pucuk kepala Aleta, Milka memiliki profesi sebagai dokter, ia akan lebih sering di rumah sakit dari pada di rumah.
Aleta diantarkan ke sekolah oleh Milka. Sekolahnya cukup jauh dari rumahnya, Milka memilihkan Aleta sekolah terbaik di jakarta.
Setelah beberapa menit menempuh perjalanan akhirnya mereka sampai di sekolah baru Aleta. Aleta keluar dari mobil, ia melirik sekelilingnya. Sekolahnya yang sekarang lebih bagus dari pada sekolahnya sebelumnya.
Aleta menyalami tangan Milka, "kalau ada apa-apa kabarin Mama," ucap Milka. Aleta mengangguk. Milka mulai melajukan mobilnya kembali.
Aleta mulai memasuki lingkungan sekolah barunya, banyak pasang mata yang meliriknya. Aleta terus melangkah untuk mencari ruang kepala sekolah.
Aleta tersentak ketika tiba-tiba ada orang yang berdiri di depannya. Orang itu tersenyum lebar, "Hai cantik, gue Vano. Kalau nama lo siapa?" tanya Vano.
"Aleta," jawab Aleta. Saat ia akan melangkah ke kiri tangannya dicekal oleh Vano, "lo pasti mau ke ruang kepala sekolah kan. Gue kan orang baik yang suka menolong orang. Jadi, biar gue anterin," ucap Vano.
"Gak usah Kak," jawab Aleta. Vano tetap memaksa untuk mengantarkan Aleta ke ruang kepala sekolah. Aleta mengalah, ia juga tidak tahu letak kantor kepala sekolah di mana.
Vano dan Aleta telah sampai di kantor kepala sekolah. Vano mengetuk pintu, "assalamu'alaikum Bu," ucap Vano.
"Tunggu sebentar," jawab kepala sekolah dari dalam ruangan.
Vano menyuruh Aleta untuk duduk dulu dikursi yang ada di depan kantor kepala sekolah, sepertinya ada orang di dalam ruangan kepala sekolah. Setelah beberapa menit menunggu, pintu terbuka.
Aleta terkejut ketika melihat Nata keluar dari dalam kantor kepala sekolah, ia lebih terkejut lagi ketika melihat wajah Nata yang babak belur.
Aleta mencekal pergelangan tangan Nata, Nata memberhentikan langkahnya dan melirik Aleta, "lepas," sinis Nata.
"Kamu kenapa?" tanya Aleta. Nata mendengkus pelan, ia menepis tangan Aleta kasar. Tatapan mata Nata sangat tajam memandang Aleta, "bukan urusan lo," cetus Nata. Ia kembali melangkah.
Vano mengerutkan kening. Apa Aleta dan Nata saling mengenal? Kenapa Aleta terlihat peduli pada Nata? Pertanyaan itu terngiang-ngiang dalam benaknya.
"Hai," sapa Rina sang kepala sekolah. Aleta dan Vano langsung melirik ke arah Rina. Rina tersenyum manis, "kamu Aleta kan, ayo masuk," ucap Rina.
"Bu, Nata berantem lagi ya?" tanya Vano penasaran. Rina menghembuskan nafas pelan, dia mengangguk membenarkan pertanyaan Vano, "Ibu gak tahu lagi cara menghadapi dia gimana," lirih Rina.
"Ayo masuk Aleta, Vano kamu kembali ke kelas," perintah Rina lembut.
Aleta mengikuti langkah Rina yang ada di depannya. Aleta dipersilahkan duduk oleh Rina, "semoga betah sekolah di sini ya Aleta, kamu masuk kelas 12 IPA 3. Biar saya antarkan ke kelas kamu," ucap Rina.
Rina dan Aleta berjalan beriringan. Kelas Aleta terdapat di lantai dua. Aleta mulai gugup, ia takut teman-teman barunya tidak menyukai keberadaannya.
Rina mengetuk pintu kelas 12 IPA 3 yang terdapat guru perempuan di dalamnya. Guru itu mendekati Rina dan Aleta, "ini murid baru yang masuk di kelas ini," jelas Rina.
Guru itu tersenyum manis, ia menarik tangan Aleta untuk masuk ke dalam kelas. Semua mata langsung memperhatikan Aleta. Guru yang bernama Salsa itu menyuruh Aleta untuk memperkenalkan diri, "nama saya Aleta, saya pindahan dari bandung. Saya harap kalian bisa menerima saya di kelas ini," ucap Aleta lantang.
"Silahkan duduk dikursi yang kosong Aleta," ucap Salsa.
Aleta melangkah ke kursi yang kosong yang terdapat di pojok. Aleta duduk di samping perempuan yang tersenyum manis padanya, "akhirnya gue punya temen sebangku. Nama gue iris, salam kenal Aleta," ucap Iris.
Aleta tersenyum tipis, "salam kenal juga Iris," jawab Aleta.
Kedua perempuan yang duduk di depannya melirik ke arah Aleta, mereka tersenyum pada Aleta, "hai, gue Icha," sahut Icha yang duduk di depannya.
"Gue Sisil, kalau lo butuh bantuan, minta tolong aja sama kita," sahut Sisil yang duduk di sebelah Icha. Icha dan Iris menyetujui ucapan Sisil. Mereka menyambut Aleta dengan baik.
"Sisil, Icha. Pokus ke pelajaran Ibu," sahut Salsa. Sisil dan Icha langsung membenarkan posisi duduknya menghadap depan memperhatikan Salsa.
"Jangan takut sama Bu Salsa, dia mah sok galak doang," bisik Iris pada Aleta.
BRAK
Aleta terkejut ketika seseorang tiba-tiba membuka pintu dengan kasar. Iris mendengkus kesal, "si Nata emang kurang ajar banget. Perlu disleding tuh anak," gumam Iris.
Aleta melirik Iris, "dia di kelas ini?" tanya Aleta.
"Iya, dia duduk di pojok sama gengnya itu. Setiap hari dia selalu bikin masalah, kayanya tuh anak kalau gak bikin masalah sehari dia bisa mati deh. Padahal Ibunya kepala sekolah di sini. Dia emang ganteng sih, mungkin paling ganteng di sekolahan ini. Dia juga suka berantem, lihat aja tuh wajahnya yang babak belur gitu. Percuma kalau ganteng, tapi kelakuannya kaya preman gitu," jelas Iris panjang lebar.
Aleta melirik Nata yang sedang dimarahi Salsa. Nata hanya diam saja ketika Salsa memarahinya, ia bahkan menundukkan kepalanya. Salsa menyuruh Nata untuk duduk di tempatnya, Nata melangkah ke tempat duduknya dengan gaya coolnya.
Salsa baru menyadari kalau wajah Nata babak belur dan masih ada darah dipelipis Nata, sepertinya Nata belum mengobatinya, "Nata, obati luka diwajah kamu itu," perintah Salsa.
"Gak usah Bu," jawab Nata.
"Cepet obati luka kamu Nata!" bentak Salsa. Nata berdiri dari duduknya, ia langsung melangkah ke luar kelas.
"Bu, saya ijin ke wc," sahut Aleta. Salsa mengangguk mengijinkan Aleta untuk ke wc.
"Gue anter ya Ta, lo kan gak tahu letak wc di mana," ucap Iris. Aleta tersenyum, "boleh," Aleta menggenggam tangan Iris dan mereka melangkah keluar kelas.
Aleta memperhatikan langkahnya ketika sudah di ujung tangga menuju wc, "Ris. Sebenernya, gue mau ke Nata," Iris mengerutkan kening bingung mendengar ucapan Aleta, "maksudnya gimana?" tanya Iris.
"Tunggu, lo kenal sama Nata?" tanya Iris. Aleta menghela nafas pelan, ia menjelaskan pertemuannya dengan Nata kemarin pada Iris.
Iris mengangguk-anggukan kepalanya mengerti, "oke gue ngerti. Lo mau bales budi sama Nata karena Nata udah nolongin lo dari preman dan nganterin lo pulang kan, lo pengen bales budi dengan ngeobtin luka diwajah dia tadi," Aleta menganggukan kepalanya membenarkan ucapan Iris.
"Tapi Ta, kayanya dia gak bakal mau di obatin sama lo. Nata tuh tipe cowok yang gak suka deket-deket sama cewek," jelas Iris. Dia sangat mengenal Nata karena ia selalu sekelas dengan Nata dari SMP. Dan Nata tidak pernah mau dekat dengan cewek manapun, dia selalu menjauh dari cewek-cewek yang berusaha mendekatinya.
"Coba aja dulu Ris, lo mau kan anterin gue ke Nata," ucap Aleta. Iris mengangguk, dia tidak bisa menolak permintaan Aleta.
"Tapi jangan lama-lama, kita bisa dimarahin Bu Salsa. Kalau Nata nolak diobatin sama lo, kita langsung balik ke kalas," ujar Iris.
Aleta mengangguk, ia tersenyum tipis. Aleta memeluk Iris, "makasih Ris," ucap Aleta tulus.
👑
Makasih udah mau mampir ❤
Happy Reading ❤
👑
Aleta dan Iris berjalan ke arah UKS. Iris mengintip dari balik jendela apakah ada Nata di dalam UKS. Iris melihat Nata yang sedang tidur di UKS, "Nata lagi tidur di dalem Ta, lo masuk aja. Gue tunggu di sini," ucap Iris. Aleta menganggukan kepalanya, dia akan masuk ke dalam UKS. Dia berharap Nata mau diobati olehnya.
Aleta membuka pintu UKS, dia menghampiri Nata yang sedang tidur diranjang UKS, Nata menjadikan tangannya sebagai bantal. Aleta dapat melihat dengan jelas luka Nata yang belum diobati.
Sejujurnya, Aleta sangat gugup. Dia takut Nata akan menolak diobati olehnya. Aleta melakukan semua ini untuk membalas budi perbuatan Nata kemarin, "Nata," panggil Aleta.
Nata membuka matanya, matanya langsung bertatapan dengan mata Aleta. Nata mendengkus pelan, kenapa Aleta menganggunya saat dia sedang tidur, "ada apa?" tanya Nata.
"Itu, luka kamu harus diobatin. Aku mau obatin luka kamu," jawab Aleta. Nata mengerutkan kening, apakah Aleta berniat mendekatinya? Nata tidak perduli. Kalaupun Aleta suka atau tidak suka padanya, ia tidak perduli. Karena ia akan tetap menjauhi cewek-cewek yang mencoba ingin dekat dengannya.
Nata membalikan badannya membelakangi Aleta, "gak usah, pergi lo," cetus Nata sinis.
Aleta menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, ia bingung harus melakukan apa agar Nata mau diobati olehnya. Apa Nata tidak kesakitan membiarkan luka itu tidak diobati? Ia harus bisa membujuk Nata agar mau diobati.
Aleta mengambil obat merah dan kapas dikotak P3K, Aleta meneteskan obat merah itu ke kapas. Dengan ragu, Aleta mendekatkan kapas itu ke pelipis Nata.
Nata kesal. Dia menegakan tubuhnya, dia duduk menghadap Aleta, dan dia menepis tangan Aleta kasar sampai kapas yang Aleta pegang tadi terjatuh, "lo tuh maksa banget sih, gue bilang gue gak mau diobatin sama lo. Pergi," sinis Nata.
Aleta takut dengan tatapan Nata yang seperti ingin memangsanya. Tapi, ia tidak akan menyerah begitu saja. Aleta kembali meneteskan obat merah itu ke kapas. Ia mengarahkan kapas itu ke ujung bibir Nata yang berdarah.
"Lo tuh-" sebelum Nata menyelesaikan ucapannya Aleta lebih dulu memotong ucapannya, "nanti dulu marah-marahnya Nat. Setelah aku obatin kamu, baru kamu boleh marahin aku sepuas kamu. Sekarang, diem dulu ya Nat," jelas Aleta lembut.
Nata menghembuskan nafas kasar, dia mencoba menahan emosinya. Lagi-lagi Nata membiarkan Aleta mengobati lukanya. Nata melirik wajah Aleta, Nata menggelengkan kepalanya saat batinnya ingin berkata kalau Aleta cantik.
Aleta mengobatinya dengan sangat hati-hati. Ia tidak mengerti kenapa Aleta mau melakukan semua ini? Nata menepis tangan Aleta, "udah-udah. Puas kan lo ngobatin luka gue, sekarang pergi," sinis Nata.
Aleta menghembuskan nafas pelan, "ya udah, aku pergi ya. Kamu istirahat aja di sini," ucap Aleta. Aleta berbalik pergi dari UKS. Nata menatap punggung Aleta yang mulai menjauh, dia kembali menidurkan tubuhnya diranjang UKS.
Aleta mendekati Iris yang masih menunggunya di luar UKS, "Ris, maaf ya lama," ucap Aleta merasa bersalah.
Iris tersenyum, dia merangkul pundak Aleta, "gak usah minta maaf. Gimana, lo berhasil gak Ta?" tanya Iris yang sudah penasaran.
"Nata sih nolak diobatin sama aku, tapi aku terus maksa kalau aku mau ngobatin luka dia. Akhirnya dia yang ngalah," jelas Aleta.
Sepertinya Nata sedikit tertarik dengan Aleta. Sebelumnya, banyak yang mendekati Nata dan setiap Nata babak belur banyak yang menawarkan untuk mengobati luka Nata. Tapi Nata selalu menolaknya.
Baru kali ini ia mendengar Nata mau diobati oleh seorang cewek. Biasanya, Nata juga membiarkan luka itu tanpa diobati.
Aleta dan Iris melangkah ke arah kelas mereka. Mereka takut kena marah karena terlalu lama keluar kelas, Iris mengintip dari balik jendela. Ia langsung tersenyum lebar ketika melihat tidak ada Salsa di dalam kelasnya.
Iris melompat-lompat karena senang. Dia memeluk Aleta, "untung aja singa betina itu udah keluar dari kelas kita. Kalau gak, bisa habis kita karena terlalu lama di luar kelas," terang Iris.
Aleta tersenyum tipis melihat tingkah Iris. Iris menarik tangan Aleta masuk ke dalam kelas. Mereka duduk di tempat mereka masing-masing. Icha dan Sisil membalikan tubuhnya menghadap belakang, "kenapa kalian lama banget? Untung aja Bu Salsa ada urusan, kalau gak kalian bisa dihukum," jelas Icha.
"Gue boker dulu di wc," sahut Iris.
Icha dan Sisil mengerutkan kening, "kencing di wc sekolah aja lo gak pernah, gimana ceritanya lo boker di wc sekolah. Bohong kan lo," selidik Sisil.
"Soalnya udah di ujung tanduk banget, makanya gue boker di wc sekolah," jawab Iris santai.
"Woy, Nata berantem lagi di koridor sama Arsen," teriak seseorang yang kini memasuki kelas Aleta. Semua orang langsung rusuh, mereka berlari keluar kelas ingin menyaksikan Nata dan Arsen berantem.
"Ih, si Nata tuh bener-bener gak ada kapoknya ya. Dia tuh tadi pagi udah babak belur, dan sekarang malah berantem lagi," kesal Sisil.
Iris melirik ke arah Aleta, Iris bisa melihat kalau Aleta cemas. Iris berdiri, "gue juga mau lihat Arsen sama Nata berantem, kalian ikut gak?" tanya Iris.
Iris menarik tangan Aleta keluar kelas. Icha dan Sisil mengikuti mereka dari belakang. Aleta merasa aneh dengan perasaannya, kenapa ia merasa cemas. Kenapa ia merasa begitu? Ia tidak mengerti dengan perasaannya saat ini.
Di koridor sudah banyak orang yang berkumpul menyaksikan Nata dan Arsen berantem. Nata dan Arsen masih saling memukul. Tidak ada orang yang berani memisahkan mereka berdua. Aleta menyelip agar ia bisa melihat Nata.
Aleta membulatkan matanya ketika melihat wajah Nata yang semakin babak belur. Arsen meninju perut Nata sampai Nata terduduk dilantai, saat Arsen mengambil ancang-ancang untuk memukul Nata kembali, Aleta melangkah mendekati Arsen dan Nata.
Aleta melebarkan tangannya di depan Arsen, "STOP!" teriak Aleta. Hampir saja Arsen memukul wajah Aleta, ia bingung kenapa Aleta berani berada di tengah-tengah mereka.
👑
Makasih udah mau mampir ❤
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!