NovelToon NovelToon

Benih Siapa Di Rahimku

Kenyataan Pahit

Tubuh Sonia mendadak kaku ketika mendengar ucapan dari dokter yang memeriksanya kalau saat ini dirinya tengah mengandung janin di dalam rahimnya, pernyataan dokter tersebut benar-benar membuat Sonia menggelengkan kepalanya, bagaimana mungkin dia yang sudah memasuki usia empat puluh satu tahun bisa hamil tanpa sentuhan dari pria mana pun.

   "Hah hamil ini tidak mungkin," ucap Sonia sambil menggelengkan kepalanya.

  "Kenapa tidak mungkin, anda merupakan perempuan yang sangat subur, hanya saja kehamilan di usia seperti anda seharusnya di hindari, tapi bagaimana lagi kita tidak bisa menentang garis takdir Allah," sahut dokter tersebut.

   "Tapi Dok?" Mulut Sonia seakan tercekat untuk mengatakan hal yang sesungguhnya terhadap siapapun.

  Hati Sonia benar-benar menjerit bagaimana dia bisa mengatakan hal ini kepada Sang suami yang begitu dia cintai, bahkan meskipun usianya tak muda lagi akan tetapi rasa cinta dan sayang Sonia begitu besar terhadap pria yang menikahinya 20 tahun yang lalu.

   'Ya Allah ini tidak mungkin bagaimana aku mengatakan ini semua kepada Mas Dion, aku sudah tua tidak seharusnya hal semacam ini terjadi padaku apalagi dalam keadaan suamiku yang sudah tidak bisa menyentuhku seperti dulu lagi,' batin Sonia berkecamuk.

   "Bu, jangan termenung, ini adalah sebuah anugerah yang harus ibu syukuri, banyak loh pasangan muda di luaran sana yang menginginkan seorang bayi, bahkan mereka sampai ikut program kehamilan agar supaya bisa mendapatkan keturunan," ujar Dokter tersebut sedang Sonia hanya menatap nanar.

  Mungkin kalau bayi yang dikandung merupakan janin dari suaminya dia akan menjadi wanita paling bahagian di dunia ini, tapi apalah daya untuk saat ini saja dia tidak tahu siapa pemilik janin di dalam rahimnya itu.

Setelah pemeriksaan Sonia langsung berjalan dalam keadaan yang lemas, dia tidak tahu lagi harus pergi kemana selain pulang ke rumah suaminya, sungguh masalah ini benar-benar badai yang menghantam rumah tangganya nanti bersama dengan Dion.

  "Kamu ini sebenarnya milik siapa, tidak mungkin aku seorang Maryam yang hamil dengan sendirinya, sedangkan aku ini Sonia, aku Sonia seorang wanita yang mempunyai suami impoten lantas bayi di rahimku ini milik siapa!" teriak wanita paruh baya itu, yang berulang kali meyakinkan kalau dirinya bukan Maryam.

   ******

  Sesampainya di rumah Sonia hanya bisa menghela nafas bahkan untuk saat ini sekuat mungkin untuk merahasiakan hal ini kepada suaminya, wanita paruh baya itu langsung kembali ke dapur untuk membuatkan kue kesukaan suaminya dan juga anaknya yang sebentar lagi akan pulang.

 Sonia mulai membuat adonan cake kesukaan suami dan juga anak remajanya itu, ya memang selama pernikahan Sonia di karuniai satu orang anak yang bernama Kenzi dan masih duduk di bangku SMA, selama tiga tahun terakhir ini Sonia sering sekali mendapatkan perubahan sikap dari suaminya yang semakin acuh.

  Akan tetapi Sonia menyikapi itu dalam bentuk hal yang wajar, mungkin suaminya acuh sering uring-uringan dikarenakan dia sudah tidak bisa memberi kehangatan seperti dulu, apalagi setelah di vonis impoten suaminya itu sering kali murung.

    Sonia sudah selesai membuat cake dan juga memasak makanan berat untuk menyambut kedatangan suami dan anaknya itu, apalagi di sini ada mertua yang harus dia jaga, meskipun sedikit cerewet akan tetapi Sonia berusaha untuk menerima karena sudah menganggapnya sebagai ibunya sendiri.

   "Alhamdulillah akhirnya sudah selesai," ucap Sonia dengan wajah lelahnya.

  Sonia mulai beranjak ke kamarnya untuk membersihkan diri, entah kenapa ketika mulai masuk ke dalam kamar, wanita cantik itu mulai teringat akan perkataan dokter tadi yang begitu sulit untuk di lupakan, bagaimana mungkin dia bisa mempertahankan bayi yang ada di dalam rahimnya, karena mau disembunyikan seperti apa? Nantinya akan menyembul dengan sendirinya.

  Sonia mulai mengambil nafas berat, di dalam kamar mandi wanita ini sedikit memukul-mukul perutnya sendiri, karena menyesali apa yang sudah terjadi, bahkan dia tidak menyadari kapan dan dimana dia bisa melakukan hubungan itu.

   "Ya Allah ini tidak adil, ketika suamiku di vonis impoten, sekuat mungkin aku menjaga marwah ku sebagai seorang istri, tapi apa yang aku terima, malah kehamilan yang menjadikan aib di dalam keluargaku, aku marah, aku tidak terima dengan semua ini, apa jadinya jika suamiku tahu, kalau aku hamil tanpa dia sentuh!" tangis Sonia pecah di dalam kamar mandi tersebut.

  Dadanya terasa nyeri, entah takdir apa yang harus dia jalani di dalam kehidupannya ini, apa mungkin seorang suami mau menerima istrinya dalam keadaan hamil tanpa di sentuh sama sekali, tidak ada di dunia ini suami yang rela diperlakukan seperti itu oleh istrinya, sedangkan rasa cinta dan sayang Sonia kepada Dion teramat besar.

  "Tok ... Tok ....," pintu kamar mandi pun di ketuk Sonia segera menyudahi tangisannya itu.

  "Sonia cepetan aku mau ke kamar mandi juga," ujar Dion dengan nada datarnya.

   "Iya Mas, bentar ya," ucap Sonia lalu mulai membuka pintu kamar mandinya.

   Sonia pun membuka pintu kamar mandinya dengan wajah yang tertunduk, sebagai seorang istri dia merasa malu kepada suaminya, karena dia merasa tidak bisa menjaga marwahnya sebagai seorang istri.

  "Sonia, kamu habis menangis?" tanya Dion.

   "Enggak Mas," sahut Sonia tanpa menoleh ke arah suaminya.

  Dion pun langsung masuk ke dalam kamar mandi, selama tiga tahun ke belakang ini suaminya begitu acuh, sudah tidak peduli seperti sebelumnya, bahkan dia hanya sekedar bertanya, tidak mau menyelidiki, ada apa? Dan kenapa istrinya itu bisa menangis, sebenarnya dalam tiga tahun belakangan ini Sonia hanya bisa memeluk lukanya sendiri.

   "Kamu berubah Mas, dan tidak perhatian seperti dulu lagi, kamu jangan pernah merasa kalau selama ini hanya kamu saja yang tersakiti dengan kejadian ini, aku juga Mas, aku merasa tersakiti dengan perubahan sikapmu, aku cinta, aku tidak butuh hubungan intim, bagiku cukup sikapmu tidak berubah itu sudah menjadi anugerah," gumam Sonia sambil berkaca di depan cermin.

 Lima menit kemudian, Dion sudah kembali ke kamar di lihatnya istrinya itu sedang berbaring di ranjang tidak seperti biasanya, akan tetapi Dion berusaha untuk tidak terlalu peduli dengan keadaan istrinya itu, jangankan bertanya menyapa pun enggan jika tidak perlu-perlu amat.

   """""""

  Di meja makan saat ini Dion dan juga Kenzi beserta ibunya yang bernama Retno sedang menikmati makanan yang telah dimasak oleh Sonia.

   "Dion istrimu mana? Kok suami datang tidak mau menyambut sih," ketus Retno.

  "Dia ada di kamarnya Ma," sahut Dion.

  "Kamu tuh jadi suami yang tegas dong, istri tidak mau menyambut sebaiknya kamu tegur, dari dulu sampai sekarang kok gak ngerti sih, padahal anaknya sudah besar masih saja tidak mau melayani suaminya," ucap Retno yang membuat darah remaja di hadapannya itu mendidih.

  "Sudah Nek, jangan pernah menyalahkan mamaku, mungkin dia capek, setiap hari harus melakukan semua sendiri, bahkan anak Nenek saja selalu membiarkan mamaku dan tidak pernah perhatian atau peduli dengan keadaan Mama!" cetus Kenzi yang membuat kedua orang dihadapannya itu melotot ke arahnya.

Bersambung ....

Mampir yuk di cerita teman Author.

Judul : Mendadak Papa

Author REALRF

Bab 2

Dion dan juga Ibu Retno langsung melotot ke arah Kenzi yang dianggapnya terlalu lancang untuk berbicara seperti itu terhadap orang tua, bahkan setelah berbicara seperti itu Kenzi asyik menikmati masakan dari ibunya itu, sehingga membuat kedua orang dewasa di hadapannya itu murka.

  "Kenzi, kau bilang apa tadi? Oh ternyata ibumu itu sudah memperalat kamu untuk melawan nenek dan juga papamu gitu," ujar Retno dengan nada ketusnya.

  "Maaf Nek, tolong jangan pernah menjelekkan mamaku, dia itu sudah banyak berkorban, untuk keluarganya, dia rela memberikan yang terbaik untuk keluarganya, aku tanya sama Nenek, apa selama ini mamaku pernah tidak peduli dengan keluarganya, apalagi urusan perut, lihat saja hidangan yang dia masak, banyak banget kan? Ini semua demi memuaskan lidah kita, tapi apa selama ini kita pernah berterima kasih dengan kontribusi dia, apa kita pernah sesekali memuji dia sebagai istri yang baik atau menantu yang baik? Tidak kan!"

   "Kenzi stop ....!" gertak Dion.

  "Enggak Pa, dia mamaku, dan kalau memang Papa sudah tidak cinta lagi bilang sama dia secara baik-baik, biar dia keluar dari sini," tantang putranya itu.

  "Ini urusan orang tua Kenzi kau tidak ada hak untuk ikut campur!" desis Dion.

   "Aku anaknya, dan aku tahu perjuangannya, ceraikan jika memang anda sudah tidak bisa memenuhi kewajiban anda sebagai suami."

  "Plaaaaak ....!" Tamparan hangat dari Retno melesat ke pipi Kenzi.

  "Dasar anak kurang ajar, berani ya! Kamu dengan papamu sendiri demi membela mamamu, jika tidak ada papamu yang bekerja mati-matian jadi gelandangan kalian berdua itu!" teriak Retno yang mampu membuat Sonia langsung turun ke bawah.

  Sonia pun langsung menuruni anak tangga dengan cepat, karena mendengar suara teriakan dari ibu mertuanya itu.

   "Ini ada apa?" tanya Sonia diantara keheningan tersebut.

  "Ken, kamu kenapa Nak?" tanya Sonia sambil mendekat ke arah anaknya.

  "Mam, kita keluar yuk," ajak anaknya itu tanpa menoleh ke arah siapapun sedangkan Sonia bingung sendiri dengan keadaan ini.

  "Enggak Nak, jelaskan dulu apa yang sebenarnya terjadi, Mas Dion Mama sebenarnya ini ada apa?" tanya Sonia, sedangkan dua orang itu hanya terdiam.

  Retno hanya melengos sambil melirik dengan tatapan yang kurang enak dipandang, sedangkan Dion hanya terdiam membisu bak seorang patung ketika istrinya bertanya.

   "Mas, aku ini tanya kenapa semua bisa menjadi seperti ini," ulang Sonia yang merasa kurang puas karena tidak mendapatkan jawaban dari suaminya itu.

  "Kamu tahu sendiri kan, ini semua karena siapa? Ini semua gara-gara kamu, coba kamu dari tadi ada dan menemani ku ketika makan pasti semua tidak akan terjadi," cetus Dion.

  "Kalau seperti itu kejadiannya, kenapa tadi Mas, hanya terdiam dan tidak mengajakku keluar, apa begitu berat mulut Mas, hanya sekedar untuk memanggil namaku saja," ujar Sonia.

  "Sonia sudah stop jangan membuat drama seolah ini salahku, padahal kan kamu tahu sendiri ini waktunya makan malam tapi kau malah tiduran di kasur," sahut Dion.

  "Aku bingung harus jelasinnya seperti apa? Aku harus gimana agar kamu mau mengerti posisi aku, aku ini istrimu, tapi aku merasa kau tidak pernah memperlakukan aku layaknya seorang istri, kau begitu berubah Mas, kau bukan Dion yang aku kenal dulu," ucap Sonia lalu mulai pergi mengikuti permintaan putranya.

   "Sonia kau mau kemana!" teriak Dion yang tidak di gubris oleh istrinya.

  Dion pun mulai masuk ke dalam kamarnya, tiba-tiba saja dirinya kehilangan nafsu makan akibat pertengkaran sepele dengan putranya yang mengakibatkan dirinya emosi, sampai-sampai melampiaskan itu semua kepada istrinya.

   Di dalam kamar, Dion mulai memandang foto pernikahannya dua puluh tahun yang lalu bersama dengan Sonia yang terlihat begitu harmonis nyaris sempurna, bahkan pasangan suami istri ini tidak pernah di timpa kabar miring, akan tetapi semuanya berubah karena kecelakaan itu.

Dion yang divonis impoten merasa hancur dan tidak terima dengan semua ini, hingga pada suatu hari Dion dipertemukan dengan seorang mahasiswi yang sedang magang di perusahaannya, dan gadis itu berhasil membuat Dion terpanah bahkan adik kecil yang dulunya mati suri kini mulai bangkit lagi.

  "Ah tidak, aku tidak boleh seperti ini, Sonia adalah istriku seharusnya aku tidak boleh bersikap seperti ini dengannya, aku akan berusaha baik, meskipun diluar sana aku sudah berpaling, ya, aku sudah berpaling," akui Dion.

   Kesalahan besar yang dilakukan oleh Dion adalah berkhianat dan melanggar janji suci yang dulu dia ucap dihadapan penghulu dan ayah Sonia, akan tetapi pernikahan 20 tahun ini rusak, karena godaan di luar sana yang begitu dahsyat dan membuatnya seolah lupa segala-galanya.

*******

  Saat ini Sonia dan juga Kenzi sedang berada di rumah makan kesukaan keluarganya, tapi itu dulu akan tetapi semenjak kecelakaan itu semuanya menjadi berubah, ya semuanya berubah karena Dion selalu menganggap dirinya sebagai pria yang sudah tidak berguna, meskipun Sonia tidak pernah mempermasalahkan akan hal itu akan tetapi Dion tidak pernah mau tahu dengan perjuangan besar istrinya itu.

  "Mam, kenapa termenung?" tanya Kenzi.

  "Gak ada Mama hanya, mengenang restaurant ini, dulu tempat ini menjadi kesukaan kita berempat, ada banyak kenangan manis yang terbungkus begitu rapih, akan tetapi seiring perkembangan jaman .... Tempat ini masih sama bagusnya seperti dahulu, tapi kenangan kita yang berubah Sayang," ujar Sonia dengan tatapan sendunya.

  "Mam, jika Mama tidak kuat dengan sikap Papa, gugat saja," perintah anaknya itu.

  Akan tetapi Sonia hanya mengulas senyum sambil memejamkan matanya, tidak mudah bagi Sonia untuk melepas Dion begitu saja, apalagi di dalam rumah tangganya banyak perjuangan yang sudah dia rajut selama ini bersama Dion baik susah maupun senang semuanya sudah mereka lewati bersama.

   "Nak, mungkin papamu hanya sedikit lelah, Mama yakin suatu saat nanti dia akan berubah," sahut Sonia yang selalu memberi jawaban teduh terhadap anaknya.

  "Tapi Papa sudah tidak sebaik dulu lagi, dia bukan lagi rumah untuk Mama, melainkan neraka yang setiap hari selalu membuat Mama tertekan dan hilang harga diri jika sudah berada di dekatnya, jujur saja sebagai seorang anak aku benci memiliki Papa yang seperti itu apalagi dia sudah ber ....." Kenzi pun enggan meneruskan ucapannya dia tahu sesuatu tentang ayahnya akan tetapi dia tidak enak hati untuk bercerita kepada mamanya.

   "Nak, Mama tidak akan pergi jika tidak papamu sendiri yang menyuruh mama untuk pergi dari sisinya, mama ini sudah tidak muda lagi, jika memang diluaran sana papamu berbuat yang tidak-tidak Mama hanya bisa pasrah sama Allah," tutur Sonia.

  "Ma, terbuat dari apa hati Mama ini, kalaupun Mama keluar dari rumah ini pasti Mama tidak kekurangan apa-apa karena aku tahu mamaku punya keahlian untuk berwira usaha, ayolah Ma, jangan menyiksa diri Mama sendiri," pinta anaknya itu.

  "Sayang, kamu tidak usah memikirkan Mama, Mama kuat kok Nak," ucap Sonia.

  Setelah satu jam lebih di tempat ini akhirnya Kenzi dan Sonia memutuskan untuk pulang ke rumahnya.

  Saat ini Sonia sudah masuk di dalam kamarnya, hawa dingin kini menyelimuti tubuhnya, tidak ada lagi sapaan yang terlontar dari mulut suaminya itu, jika dulu sikap Dion begitu manis dan perhatian namun sekarang hanya tersisa tatapan dingin dan ketidak pedulian dari sang suami.

  Sonia hanya mengulas senyum masam lalu mulai menutup kembali kamarnya, dan mulai mengganti baju tanpa peduli dengan suaminya yang masih fokus dengan laptopnya itu.

  "Dari mana saja kamu, apa kau merasa bangga dengan sikap anakmu yang sekarang menjadi pembangkang sepertimu," ucap Dion dengan nada datarnya.

  "Dia hanya mencari jati diri saja, seharusnya sebagai orang tua kita harus lebih memahami dengan sifat anak seumuran Kenzi," sahut Sonia dengan tenang.

  "Itu alasanmu saja, sebenarnya kau merasa senang kan anakmu ada di pihakmu dan seolah kesalahan ini aku biang keladinya," cetus Dion yang merasa tidak terima.

  "Mas, kalau marah, marah saja, dan maki saja diriku agar kau puas, jangan setengah-setengah seperti ini, aku ingin dengar kau marah dan memakiku," tantang Sonia sedangkan Dion hanya terdiam saja.

   "Dua puluh tahun aku menemanimu, dalam suka dan duka, aku tahu luar dan dalammu, begitu juga dengan kamu, jika selama ini aku banyak salah tolong bicara, biar aku bisa memperbaikinya. Selama ini aku diam dan menerima, meskipun suami yang dulu sangat mencintaiku, berubah cuek dingin dan asing, itu semua sudah aku rasakan, apa itu kurang untukmu, dan kau mulai menyalahkan aku atas sikap anak kita, padahal perubahan Kenzi ada di dalam dirimu Mas," cetus Sonia.

 Bersambung

Bab 3

Dion merasa tidak terima dengan semua ini hingga pada akhirnya dia mulai berdiri dan mendekat ke arah Sonia dengan wajah sangarnya seolah ia akan menerkam wanita yang sudah dua puluh tahun ini menemani dirinya.

  "Kau bilang, apa! Kau bilang aku penyebab Kenzi seperti itu." Nada Dion sedikit tinggi, akan tetapi tidak membuat wanita paruh baya itu gentar.

   "Iya Mas, apa yang aku ucapkan tadi memang benar adanya, kenapa! Kau marah, atau tidak terima?" tanya Sonia.

  "Kau sudah berani Sonia!" desis Dion.

  "Iya aku berani, untuk mendapatkan keadilan mu, sebagai seorang suami apa kau tidak merasa bersalah, mendiamkan istrimu tanpa sebab, padahal kau tahu aku meninggalkan mimpiku demi menikah denganmu, banyak mimpi yang waktu itu aku rajut, tapi apa! Wanita mu ini rela meninggalkan itu semuanya demi hidup bersama pria yang dia cintai bukan hanya itu saja, selama dua puluh tahun aku mengabdi dan berusaha untuk menjadi yang terbaik," terang Sonia panjang lebar.

  Dion hanya terdiam, padahal Sonia menuntut sebuah jawaban dari suaminya itu, apa dan kenapa dia bisa mendiamkan Sonia sampai tiga tahun lamanya, apa karena sekarang Sonia sudah tidak secantik dulu, atau memang pesonanya sudah habis Dimata suaminya itu? Hal-hal seperti itu yang selalu berkecamuk di pikiran wanita cantik itu.

   "Jika kau sudah tidak cinta bicara saja, aku akan pergi dengan kesadaran ku sendiri," pinta Sonia dengan tatapan nanar.

   Wanita ini mulai memberanikan diri untuk berucap seperti itu terhadap suaminya, karena terlalu banyak beban yang dia tanggung, belum lagi kehamilan yang melanda dirinya, bahkan dia sudah tidak tahu lagi ingin membawa kehamilannya ini kemana, terlalu berat ujian yang dia pikul di usianya yang sudah tidak muda lagi itu.

  'Beban pikiranku sudah banyak, apa mungkin ini sudah saatnya aku pergi dari sisi Mas Dion pria yang selama ini aku cintai dan sayangi,' batin Sonia.

   Sedangkan Dion saat ini hanya mematung, tidak tahu harus berbuat apa kepada istrinya itu, sebagai seorang suami, dia sudah tidak bisa lagi memperlakukan istrinya itu dengan baik, karena memang hatinya sudah dihiasi oleh daun muda yang begitu memukau membuatnya lupa diri.

  'Aku memang brengsek Sonia, tapi aku juga tidak mau kehilanganmu, maafkan aku yang selalu menyakiti hatimu,' batin Dion.

  ********

  Di seberang sana seorang gadis muda tengah menanti kehancuran sebuah keluarga, bahkan dirinya sudah melakukan penjebakan terhadap wanita yang tidak bersalah itu, berharap wanita tersebut hamil dengan orang lain agar sang suami segera menceraikannya.

  Tapi sampai sekarang, belum terdengar kalau wanita itu hamil, sedangkan dia tidak ingin bermain langsung untuk menyerang kepribadian wanita itu, karena dia takut kalau ketahuan akibatnya bisa fatal.

   "Dasar wanita tua sampai kapan aku harus menunggu kau diusir oleh Mas Dion, seharusnya kau itu sadar diri, bahkan sebagai istri kamu tidak bisa membangunkan titit suami mu sendiri, hanya aku yang bisa, tapi kenapa perempuan tua itu tidak tahu diri juga," kesal sang gadis.

   "Apa aku jebak saja ya, dengan pura-pura hamil untuk menggertak Mas Dion agar menikahi ku," pikir Anya.

   Ya Anya adalah seorang mahasiswi yang dua tahun lalu magang di perusahaan Dion, selama ini dia memang di kenal begitu piawai dalam menjerat lelaki yang sudah beristri hingga pada akhirnya pesona Dion membuatnya jatuh cinta bahkan dia rela melakukan cara sampai alat vital Dion mulai terbangun lagi.

  Dan hal itu yang membuat dia bangga, bahkan ketika lulus kuliah dia langsung di terima bekerja di perusahaan Dion sebagai sekretaris dan hal itu yang membuat hubungan mereka berdua sampai sekarang berjalan lancar, tanpa ada yang tahu.

  Kadang Anya sendiri merasa kesal kalau hubungan asmaranya dengan sang kekasih disembunyikan seperti ini, angannya terlalu tinggi ingin dilihat dunia kalau Dion begitu mencintainya, dari pada istrinya sendiri.

  Entah kenapa Anya begitu merasa bangga jika dia sudah bersentuhan tubuh dengan sang kekasih bahkan di dalam hatinya dia kerap membandingkan antara dia dan Sonia, akan tetapi ada rahasia besar yang belum dia ketahui, biarkan saja waktu yang nantinya akan berbicara sendiri tanpa diberi tahu.

  Malam ini Anya mulai menyapa suami orang itu dengan kata-kata lembutnya, melalui pesan suara dan dia sengaja mengucapkan itu agar istri Dion tahu kalau selama ini suaminya itu sudah bermain gila dengan sekretarisnya sendiri.

   Anya: "Mas Dion aku rindu," ucap suara itu mendayu-dayu dengan sedikit desahan yang begitu manja.

   ******

  Tanpa sengaja Dion yang habis bertengkar dengan istrinya dia pun langsung membuka pesan suara tersebut, lalu Dion segera mematikan handphonenya karena suara mendayu itu sedikit terdengar di ruangan ini.

  'Astaga! Ini anak lancang sekali,'

  Dion pun langsung mengetik sebuah pesan.

  Dion: "Tolong jangan kurang ajar, kirim pesan suara seperti ini, aku harap kau tau batasanmu," balas pesan Dion begitu nyelekit.

   Sedangkan saat ini gadis di seberang sana merasa terhina diperlakukan seperti ini oleh Dion padahal dirinya yang membuat senjata Dion kembali bangun lagi, seharusnya Dion berterima kasih dengan cara menikahinya segera, akan tetapi tak lain dia hanya menjadi pemuasnya saja.

  "Kurang ajar kau Dion setelah ini akan ku buktikan video malam itu agar kau tahu bagaimana istrimu di gagahi pria lain, pasti kau akan terkejut melihatnya!" seringai Anya.

*******

Sedangkan saat ini firasat Sonia sedang tidak enak mendengar suara manja dari handphone suaminya tadi, apa benar suaminya itu ada main di belakang dirinya, akan tetapi rasanya tidak mungkin. Bagaimana dia bisa bermain di luaran sana jika alat vitalnya saja dalam keadaan mati suri, akan tetapi Sonia mengingat tentang pembicaraan dokter tiga tahun yang lalu kalau impoten suaminya itu bisa sembuh asal rajin terapi.

  Tapi tiga tahun yang lalu Sonia sudah mencobanya berkali-kali meskipun tidak ada reaksi, hingga membuat Dion menyerah, dan setelah satu tahun belakangan ini mereka berdua sudah tidak melakukan terapi ataupun pemanasan lagi.

  'Ya Allah selama dua tahun ini aku sudah mencoba untuk kesembuhan suamiku, tapi aku tidak sadar kalau selama satu tahun ini kita sudah tidak mencobanya lagi, apa iya suamiku sudah sembuh, dan yang menjadi penyembuhnya itu bukan aku, tetapi wanita lain, ini sungguh menyakitkan Ya Allah sungguh menyakitkan,' batin Sonia.

Air mata membasahi pipinya yang mulus, dia tidak menyangka gara-gara suara manja dan mendayu tersebut membuatnya teringat akan sesuatu, yang membuatnya takut, dia begitu hilang kepercayaan apabila suaminya itu benar-benar ada main diluaran sana.

 Dion mulai mendengar suara Isak yang terdengar begitu tertahan, bahkan matanya menoleh pundak istrinya yang bergetar hebat dari arah belakang, Dion pun merasa bersalah apa tangisan wanitanya itu karena perlakuannya, apa jangan-jangan tangisan itu karena suara mendayu yang terdengar dari handphone nya tadi.

  'Jangan sampai Sonia menangis karena bunyi suara dari handphone ku, Ya Allah aku benar-benar jahat, aku membiarkan wanitaku memeluk lukanya sendiri, dimana janjiku dulu di depan penghulu dan juga keluarganya,' batin Dion berkecamuk.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!